FIQH 4 MADZHAB
Dosen pengampu:Ustadz doni sastrawan, M.Pd.
DISUSUN OLEH :
1.Nama dan Silsilah : .Abu Hanifah an-Nu'man bin Tsabit bin Zuta bin Marzuban
3.Wafat :Bagdad,Irak
4.Sahabat di zamannya : .Abdullah bin Mas’ud (Kufah),Ali bin Abi Thalib (Kufah), Ibrahim
al-Nakhai (wafat 95 H) ,Amir bin Syarahil al-Sya’bi (wafat 104 H) ,Imam Hammad bin Abu
Sulaiman (wafat pada tahun 120 H) beliau adalah orang alim ahli fiqh yang paling masyhur pada
masa itu Imam ,Hanafi berguru kepadanya dalam tempo kurang lebih 18 tahun lamanya.
imam Atha bin Abi Rabah (wafat pada tahun 114 H) ,Imam Nafi’ Maulana Ibnu Umar (wafat pada
tahun 117 H) ,Imam Salamah bin Kuhail ,Imam Qatadah ,Imam Rabi’ah bin Abdurrahman
Pola pikir Imam Hanafi : .Imam Abu Hanifah dalam pemikiran fiqihnya banyak
mengambil fiqih Makkah dan Madinah, dan meriwayatkannya hadis
membuat masalah-masalah yang belum terjadi untuk diberikan hukum atau yang dinamakan hukum
taqdiri. Usaha Imam Abu Hanifah
hukum dan cara ini menjadi dasar penggunaan dalam menentukan dan
1.Nama dan Silsilah : Abu Abdullah Malik Ibn Anas Ibn Malik Ibn Abi Amir Ibn Amir
bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al-Asbahi al-Humairi
2.Tinggal : Madinah
6.Guru imam Maliki : Abu Radih Nafi Bin Abd Al-Rahaman, Nafi’, Rabiah bin Abdul
Rahman (Rabiah al-Ray), Muhammad bin yahya al-Anshari
7.Pola pikir Imam Maliki : Imam Malik merupkan imam mazhab yang memiliki perbedaan
Istimbat hukum dengan imam mazhab lainnya. Imam Malik sebenarnya belum menuliskan dasar-
dasar fiqhiyah yang menjadikan pijakan dalam berijtihad, tetapi pemuka- pemuka maszhab ini, murid-
murid Imam Malik dan generasi yang muncul sesudah itu, mengumpulkan dasar-dasar fiqhiyah Imam
Malik kemudian menulisnya. Dasar-dasar fiqhiyah itu kendatipun tidak ditulis sendiri oleh Imam
Malik, akan tetapi mempunyai kesinambungan pemikiran, paling tidak beberapa isyarat itu dapat
dijumpai dalam fatwa-fatwa Imam Malik dalam bukunya “almuwatha’ ”. dan dalam almuawatha’ ,
secara jelas Imam Malik menerangkan bahwa dia mengambil “tradisi orang-orang Madinah” sebagai
salah satu sumber hukum setelah al-Qur’an dan as-sunnah. Bahkan ia mengambil hadis munqathi’ dan
mursal selama tidak bertentangan dengan tradisi orang-orang Madinah. Mengenai metode istimbath
Imam Malik telah dijelaskan oleh Al-qadi iyat dalam al-Madarik dar Al Rasyid, dan juga salah
seorang fuqaha malikiyah. Kemudian dalam kitab al-Bahjah yang di simpulkan oleh pengarang kitab
Tarikh al-Madzhabil Islamiyah disebutkan sebagai berikut: وخلصة ماذكره ھذان العالمان وغیرھما ان منھاج امام
ویدخل فى السنة عنده احادیث رسول, فان لم یجد فى بكتاب هللا تعالى نصااتجھ الى السنة,دار الھجرة انھ یاخذ بكتاب هللا تعالى اول
ومن بعد السنة بشتى فر وعھا یجئ القیاس. و عمل اھل المد ینة, واقضیتھم24 وفتاوي الصحابة,هللا صلى هللا علیھ و سلم.
”kesimpulan apa yang telah dikemukakan oleh kedua ulama ini dan yang lainya bahwasanya metode
ijtihad imam Darul Hijriyah itu adalah apabila beliau tidak mendapat suatu nash didalamnya maka dia
mencarinya di dalam sunnah, dan menurut beliau yang masih tergolong kategori sunnah perkataan
Rasulullah saw,
IMAM SYAFI’I
1.Nama dan Silsilah : Abu Abdullah Muhammad ibn Idris al-Syafi’i Idris ibn Abbas ibn
Usman ibn Syafi’i ibn al-Saib ibn Abdul Manaf
2.Tinggal : Palestina,gaza
4.Sahabat di zamannya : Abu Bakar al-Humaidi . Ibrahim ibn Muhammad al-Abbas . Abu
Bakar Muhammad ibn Idris . Musa ibn Abi al-Jarud., Al-Hasan al-Sabah al-Za’farani . Al-Husain ibn
Ali al-Karabisi . Abu Thur al-Kulbi . Ahmad ibn Muhammad al-Asy’ari.17. Imam Ahmad ibn
Hanbal . Imam Dawud al-Zahiri . Imam Abu Tsaur al-Baghdadi . Abu Ja’far at-Thabari
6.Guru imam Syafi’i : Muslim ibn Khalid az-Zinji b. Sufyan ibn Uyainah 10 Faruk Abu
Zaid, Said ibn al-Kudah . Daud ibn Abdurrahman . Al-Attar . Abdul Hamid ibn Abdul Aziz ibn Abi
Daud
7.Pola pikir Imam Syafi’i : Sebagaimana Imam Malik di mana pemikiran beliau banyak
dipengaruhi oleh tingkat kehidupan sosial masyarakat dimana beliau tinggal, maka demikian pula
Imam Syafi’i, ketika beliau berada di Hijaz, sunnah dan hadits dengan tatanan kehidupan sosial yang
sederhana hingga relatif tidak banyak timbul problem kemasyarakatan dan cara pengambilan yang
langsung dari teks al-Qur’an serta sunnah telah mamadahi untuk menyelesaikannya, maka wajar
sekali jika Imam Syafi’i lalu cenderung kepada aliran ahli hadits, karena memang beliau belajar dari
Imam tersebut. akan tetapi setelah beliau mengembara ke Baghdad (Irak) dan menetap untuk beberapa
tahun lamanya serta mempelajari Fiqh Abu Hanifah dan Madzhab ahli ra’yu, maka mulailah beliau
condong kepada aliran rasional ini. Apalagi beliau saksikan sendiri bahwa tigginya tingkat
kebudayaan di Irak sebagai daerah keruwetannya yang para ahli Fiqh seringkali tidak menemukan
ketegasan jawabannya dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah. Keadaan ini lalu mendorong mereka
untuk melakukan ijtihad dan Seperti penulis kemukakan diatas bahwa yang paling menentukan
keorisinilitas madzhabnya adalah kehidupan selama empat tahun di Mesir. Memang banyak kota
dimana Imam Syafi’i mengembangkan dan mengambil ilmu, seperti Yaman, Persia, baghdad dan
kota-kota lainnya.
IMAM HAMBALI
1.Nama dan Silsilah :Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ibn Hilal ibn Asad ibn Idris ibn
‘Abdillah ’ibn ibn Hayyan ibn Abdillah ibn Anas ibn ‘Auf ibn Qasit ibn Mukhazin ibn Syaiban ibn
Zahl ibn Sa’labah ibn ‘Ukabah ibn Sa’b ibn ‘Ali ibn Bakr ibn Wa’il ibn Qasit ibn Hanb ibn Aqsa ibn
Du’ma ibn Jadilah ibn Asad ibn Rabi’ah ibn Nizar ibn Ma’ad ibn ‘Adnan ibn ‘Udban ibn al-Hamaisa’
ibn Haml ibn an-Nabt ibn Qaizar ibn Isma’il ibn Ibrahim asy-Syaibani al-Marwazi.
2.Tinggal : Baghdad,Irak
7.Pola pikir Imam Hambali : Imam Ahmad ibn Hanbal menganggap Imam Syafi’i sebagai guru
besarnya, oleh karena itu di dalam pemikiran ia banyak dipengaruhi oleh Imam Syafi’i. Thaha Jabir
Fayadh al-Uwani mengatakan bahwa cara ijtihad Imam Ahmad ibn Hanbal sangat dekat dengan cara
ijtihad Imam Syafi’i .Ibn Qoyyim al-Jauziyyah menjelaskan bahwa pendapat-pendapat Imam Ahmad
ibn Hanbal dibangun atas dasar:Nash dari al-Qur’an dan sunnah (Hadits yang shahih) Al-Qur’an
yaitu perkataan Allah Swt yang diturukan oleh ruhul amin kedalam hati Rasulullah dengan lafdz
bahasa Arab, agar supaya menjadi hujjah bagi Rasulullah bahwa dia adalah utusan Allah Swt. Al-
Hadist yaitu segala ucapan, perbuatan dan segala keadaan atau perilaku Nabi Saw. Jika menemukan
suatu persoalan yang menghendaki pemecahan hukum,maka pertama-tama ia harus mencari jawaban
persoalan tersebut kepada nash,maka wajib menetapkan hukum berdasarkan nash tersebut.