Nama Lengkap : Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin al Mughirah bin Bardizbah.
Tempat, tanggal lahir : Bukhara (Uzbekistan), 13 Shawwal 194 H (21 Juli 810 M)
1. Al imam Abu al Husain Muslim bin al Hajjaj an Naisaburi (204-261), penulis buku
shahih Muslim yang terkenal
2. Al Imam Abu 'Isa At Tirmizi (210-279) penulis buku sunan At Tirmidzi yang terkenal
3. Al Imam Shalih bin Muhammad (205-293)
4. Al Imam Abu Bakr bin Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah (223-311), penulis buku
shahih Ibnu Khuzaimah.
5. Al Imam Abu Al Fadhl Ahmad bin Salamah An Naisaburi (286), teman dekat imam
Muslim, dan dia juga memiliki buku shahih seperti buku imam Muslim.
6. Al Imam Muhammad bin Nashr Al MarwaziA (202-294)
7. Al Hafizh Abu Bakr bin Abi Dawud Sulaiman bin Al Asy'ats (230-316)
8. Al Hafizh Abu Al Qasim Abdullah bin Muhammad bin Abdul 'Aziz Al Baghawi (214-
317)
9. Al Hafizh Abu Al Qadli Abu Abdillah Al Husain bin Isma'il Al Mahamili (235-330)
10. Al Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Ma'qil al Nasafi (290)
11. Al Imam Abu Muhammad Hammad bin Syakir al NasawiA (311)
12. Al Imam Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf bin Mathar al Firabri (231-320)
1. Abu Bakar ibnu Khuzaimah : "Di kolong langit ini tidak ada orang yang lebih
mengetahui hadits dari Muhammad bin Isma'il."
2. 'Abdan bin 'Utsman Al Marwazi : “aku tidak pernah melihat dengan kedua mataku, seorang
pemuda yang lebih mendapat bashirah dari pemuda ini.’’ Saat itu telunjuknya diarahkan kepada
Bukhari.
3. Qutaibah bin Sa'id : ‘’aku duduk bermajelis dengan para ahli fikih, orang-orang zuhud dan ahli
ibadah, tetapi aku tidak pernah melihat semenjak aku dapat mencerna ilmu orang yang seperti
Muhammad bin Isma'il. Dia adalah sosok pada zamannya seperti 'Umar di kalangan para
sahabat. Dan dia berkata; ' kalau seandainya Muhammad bin Isma'il adalah seorang sahabat maka
dia merupakan ayat.”
4. Ahmad bin Hanbal : “Khurasan tidak pernah melahirkan orang yang seperti Muhammad
bin Isma'il.”
5. Al-Hafiz Ibn Hajar : "Andaikan pintu pujian dan sanjungan kepada Bukhari masih
terbuka bagi generasi sesudahnya, tentu habislah semua kertas dan nafas. Ia bagaikan
lautan tak bertepi."
6. Imam Muslim berkata ketika Bukhari menyingkap satu cacat hadits yang tidak di
ketahuinya; "Biarkan saya mencium kedua kaki anda, wahai gurunya para guru dan
pemimpin para ahli hadits, dan dokter hadits dalam masalah ilat hadits."
Hasil karya Imam Bukhari:
Nama Lengkap : Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al
Qusyairi an Naisaburi
Tempat, tanggal lahir : Naisabur, 202 H atau 817 M
Wafat : Ahad, 24 Rajab 261 H
1. Khurasan
2. Ray
3. Makkah
4. Hijaz
5. Irak
6. Mesir
7. Syam
8. Baghdad
Guru-guru beliau :
3. Muhammad Ibnul Mutsanna yang dijuluki Az Zaman, beliau belajar 772 hadits.
7. Muhammad bin Basyar Al Muqallab yang dijuluki Bundaar, beliau belajar 460 hadits.
9. Muhammad bin Hatim Al Muqallab yang dijuluki As Samin, beliau belajar 300 hadits.
Nama Lengkap : Abu Dawud Sulaiman ibn‘Asy’ats ibn Basyir ibn Shidad ibn‘Amr
ibn‘Amran al-Azdi al-Sijistani (202 H/ 817 M)
1. Arab Saudi,
2. Irak,
3. Khurasan,
4. Mesir,
5. Suriah,
6. Nishapur,
7. Marv
Guru-guru beliau :
1. Imam Ahmad,
2. Al-Qanabiy,
3. Sulaiman bin Harb,
4. Abu Amr adh-Dhariri,
5. Abu Walid ath-Thayalisi,
6. Abu Zakariya Yahya bin Ma'in,
7. Abu Khaitsamah,
8. Zuhair bin Harb,
9. ad-Darimi,
10. Abu Ustman Sa'id bin Manshur,
11. Ibnu Abi Syaibah
Murid-murid beliau :
1. Imam Turmudzi
2. Imam Nasa'i
3. Abu Ubaid Al Ajury
4. Abu Thoyib Ahmad bin Ibrohim Al Baghdady (Perawi sunan Abi Daud dari dia).
5. Abu `Amr Ahmad bin Ali Al Bashry (perawi kitab sunan dari dia).
6. Abu Bakr Ahmad bin Muhammad Al Khollal Al Faqih.
7. Isma`il bin Muhammad Ash Shofar.
8. Abu Bakr bin Abi Daud (anak dia).
9. Zakariya bin Yahya As Saajy.
10. Abu Bakr Ibnu Abid Dunya.
11. Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari dia).
12. Ali bin Hasan bin Al `Abd Al Anshory (perawi sunan dari dia).
13. Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan dari dia).
14. Abu `Ali Muhammad bin Ahmad Al Lu`lu`y (perawi sunan dari dia).
15. Muhammad bin Ahmad bin Ya`qub Al Matutsy Al Bashry (perawi kitab Al Qadar dari
dia).
Selama perjalanan studinya, Imam Abu Dawud menghasilkan sebuah buku hadith yang
diberi nama Sunan Abi Dawud. Kitab ini termasuk kitab hadith baku di samping kitab-kitab lain
yang tergabung dalam Kutub al-Sittah (enam kitab yang diakui sebagai kitab hadith baku: Sahih
al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan al-Tirmidhi, Sunan al-Nasa’i, dan Sunan
Ibn Majah). Kitab tersebut dipandang mewakili semua kitab hadith yang ada. Dalam kitabnya
Imam Abu Dawud mengumpulkan 4.800 hadith dari 500.000 hadith yang dicatat dan dihafalnya.
Kitab itu disusun menurut sistematika fikih, yang memuat hadith-hadith yang berkaitan dengan
hukum.
Guru-guru beliau :
1. Imam Bukhari
2. Imam Muslim
3. Imam Abu Dawud
4. Imam Ishak ibn Musa
5. Mahmud ibn Gailan
6. Sa’id ibn Abdurrahman
7. Ali ibn Hajar
8. Ahmad ibn Muni'
9. Qutaibah ibn Sa`’id
10. Muhammad ibn‘`Amru al-Shawwaq al-Balki
11. Abu Mus’ab al-Zuhri
12. Bisyri ibn Mu’az al-‘Aqadi,
13. al-Hasan ibn Ahmad ibn Abi Syu’aib,
14. Muhammad ibn Yahya Khallad ibn Aslam
Murid-murid beliau :
Karya-karya beliau :
1. Kitab al-Jami’ al-Sahih, yang dikenal juga dengan al-Jami' al-Tirmidhi, atau lebih
populer lagi dengan Sunan al-Tirmidhi.
2. Kitab ‘Illal, kitab ini terdapat pada akhir kitab al-Jami’ al-Tirmidhi.
3. Kitab Tarikh.
4. Kitab al-Sama`i al-Nabawiyyah.
5. Kitab al-Zuhud.
6. Kitab al-Asma’ wa al-Kuna.
7. Kitab al- ‘llal al-Kabir.
8. Kitab al-Asma’ al-Sahabah.
9. Kitab al-Asma’ al-Mauqufa
Guru-guru beliau :
1. Qutaibah bin Sa`id
2. Ishaq bin Ibrahim
3. Ishaq bin Rahawaih,
4. al-Harits bin Miskin,
5. Ali bin Kasyram,
6. Imam Abu Dawud (penyusun Sunan Abi Dawud),
7. Imam Abu Isa al-Tirmidzi (penyusun al-Jami`/Sunan al-Tirmidzi).
Murid-murid beliau :
1. Abu al-Qasim al-Thabarani (pengarang tiga buku kitab Mu`jam),
2. Abu Ja`far al-Thahawi,
3. al-Hasan bin al-Khadir al-Suyuti,
4. Muhammad bin Muawiyah bin al-Ahmar al-Andalusi,
5. Abu Nashr al-Dalaby,
6. Abu Bakr bin Ahmad al-Sunni.
Karya-karya beliau :
1. Al-Sunan al-Kubra
2. Al-Sunan al-Sugra, yang dinamakan juga dengan kitab al-Mujtaba`. Kitab ini merupakan
ringkasan dari isi kitab al-Sunan al-Kubra.
3. al-Khashais
4. Fadhail al-Shahabah
5. al-Manasik.
Nama Lengkap : Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Ar-Rabi’ bin Majah Al-Qazwinî
Tempat, tanggal lahir : Qazwin (salah satu kota yang terkenal di kawasan ‘Iraq), 209 H.
Guru-guru beliau :
1. ‘Ali bin Muhammad ath Thanâfusî
2. Jabbarah bin AL Mughallas
3. Mush’ab bin ‘Abdullah az Zubair
4. Suwaid bin Sa’îd
5. Abdullâh bin Muawiyah al Jumahî
6. Muhammad bin Ramh
7. Ibrahîm bin Mundzir al Hizâmi
8. Muhammad bin Abdullah bin Numair
9. Abu Bakr bin Abi Syaibah
10. Hisyam bin ‘Ammar
11. Abu Sa’id Al Asyaj.
Murid-murid beliau :
1. Muhammad bin ‘Isa al Abharî
2. Abu Thayyib Ahmad al Baghdadî
3. Sulaiman bin Yazid al Fami
4. ‘Ali bin Ibrahim al Qaththan
5. Ishaq bin Muhammad
6. Muhammad bin ‘Isa ash Shiffar
7. ‘Ali bin Sa’îd al ‘Askari,
8. Ibnu Sibuyah
9. Wajdî Ahmad bin Ibrahîm.
Karya-karya beliau :
1. Kitab As-Sunan, yang merupakan salah satu Kutubus Sittah (Enam Kitab Hadits yang
Pokok).
2. Kitab Tafsir Al-Qur’an
3. Kitab Tarikh, berisi sejarah sejak masa sahabat sampai masa Ibn Majah.
SISTEMATIKA PENYUSUNAN KUTUB AL-SITTAH
1. Imam Bukhari
Nama lengkap buku ini adalah: Al-Jami’ al-Musnad al-Sahih al-Mukhtasar min
Umuri Rasulillah Saw. wa Sunanihi wa Ayyamihi. Kitab ini banyak dikenal dengan nama
singkatnya Sahih al-Bukhari. Kitab ini adalah kitab pertama yang disusun berdasarkan
Hadith-hadith Sahih. Kitab ini ditulis dalalm kurun waktu lebih kurang 16 tahun melalui
proses penyaringan yang sangat ketat dari 600.000 hadith. Dalam proses penyaringan yang
ketat tersebut, Imam Bukhari selalu berhati-hati dan minta petunjuk kepada Allah.
Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah hadith yang terdapat dalam Sahih
Bukhari. Menurut Ibn hajar al-‘Asqalani, keseluruhannya adalah 7.397 hadith termasuk
yang berulang-ulang, tetapi belum termasuk hadith-hadith yang mu’allaqat, mutabi’at,
mauqufat dan juga maqtu’at. Apabila dimasukkan dengan yang mu’allaq dan mutatabiat,
maka jumlah keseluruhannya akan mencapai 9.082 hadith tanpa yang mauquf atas sahabat
dan maqtu’ atas tabi’in. dan apabila tanpa menghitung hadith-hadith yang berulang-ulang
dan hanya menghitung yang sanadnya bersambung saja, maka jumlahnya adalah 2.762
hadith.
Nama lengkap dari kitab Sahih Muslim adalah: Al-Musnad alSahih al-Mukhtasar
min al-Sunan bi Naql al-‘Adl ‘an al-‘Adl ‘an Rasulillah. Kitab ini banyak dikenal dengan
nama singkatnya Sahih Muslim. Kitab ini ditulis dalam kurun waktu lebih kurang 15 tahun
melalui proses penyaringan yang sangat ketat dari 300.000 Hadith.
Kitab Sahih Muslim menggunakan sistematika yang berbeda dari Sahih Bukhari.
Dalam menyusun kitabnya, Imam Muslim tidak mengelompokkan Hadith-hadith
berdasarkan topik-topik masalah seperti yang dilakukan oleh Bukhari. Ia menghimpun
Hadith berdasarkan matan dengan berbagai sanad. Hadith yang semakna beserta sanadnya
diletakkan pada satu tempat, tidak dipisahkan dan tidak diulang. Susunannya baik dan rapi,
sehingga memudahkan para peneliti Hadith untuk menelusurinya, akan tetapi sayangnya ia
tidak memberi judul pada setiap bab. Judul-judul bab yang terdapat dalam Sahih Muslim
yang ditemui sekarang sebenarnya ditulis oleh pensyarah kitab itu yang hidup sesudahnya
seperti Imam Nawawi.
Kitab Sahih yang sudah disistimatisasi tersebut, dilihat dari segi susunan topik-topik
bahasannya, maka terlihat lebih menggambarkan sistematika kitab fikih yang terdiri atas
54 kitab (bab), diawali dengan kitab iman, dan dilanjutkan dengan topik-topik fiqih ibadah,
mu’amalah, munakahat, dan diakhiri dengan kitab tafsir.
Kitab Sunan Abu Dawud menurut ahli hadith adalah kitab hadith yang disusun
berdasarkan bab-bab fiqih. Kitab sunan ini hanya memuat hadith marfu’, tidak memuat
hadith mauquf atau hadith maqtu’, sebab yang kedua terakhir ini tidak termasuk sunnah,
termasuk juga hal-hal yang berkaitan dengan moralitas, sejarah dan zuhud. Sebagaimana
pernyataan Al-Khattani dalam kitab al-Risalah al-Mustatrafah:”Diantara kitab-kitab hadith
adalah kitab-kitab sunan yaitu kitab }adith yang disusun menurut bab-bab fiqih; mula-mula
dari bab Thaharah, Shalat Zakat, dan sebagainya dan di dalamnya tidak tedapat hadith
mauquf, karena hadith ini tidak disebut sebagai sunnah, namun hanya disebut sebagai
hadith.
Metode yang dipakai oleh Abu Dawud berbeda dengan yang dipakai oleh ulama-
ulama sebelumnya, seperti Imam Ahmad ibn Hambal, yang menyusun kitab Musnad dan
Imam Bukhari serta Imam Muslim yang menyusun kitabnya dengan hanya membatasi pada
hadith-hadith yang sahih saja. Adapun Abu Dawud menyusun kitabnya dengan
mengumpulkan hadith-hadith yang berkaitan dengan hukum, dan dalam menyusunnya
berdasarkan bab-bab fiqih seperti bab Thaharah, Shalat, Zakat dan sebagainya dengan
beraneka kualitas dari yang sahih sampai yang da’if. Tetapi, hadith-hadith yang berkenaan
dengan Fada’il al-‘Amal (keutamaan-keutamaan amal) dan kisah-kisah tidak dimasukkan
dalam kitabnya.
Adapun dalam menyusun kitabnya, beliau mencukupkan diri dengan memaparkan
satu atau dua buah hadith dalam setiap babnya, walaupun masih diadapatkan sejumlah
hadith sahih lainnya. Bahkan secara tegas beliau menyatakan empat buah hadith saja dari
kitab ini sudah cukup menjadi pegangan hidup bagi setiap orang. Empat hadith tersebut
adalah: Hadith pertama, ajaran dasar tentang niat dan keikhlasan yang menjadi dasar utama
dalam setiap amal yang bersifat agama maupun dunia. Hadith kedua, tentang ajaran Islam
yang mengajarkan umatnya untuk melakukan setiap yang bermanfaat bagi agama dan
dunianya. Hadith ketiga, mengatur orang lain, meninggalkan sifat egois, menjauhi sifat iri
dan dengki. Dan hadith keempat, adalah dasar sifat wara’, yakni dengan cara menjauhi
yang musykil dan yang syubhat yang diperselisihkan oleh para ulama. Karena
mempermudah melakukan yang syubhat akan membuat seseorang meremehkan yang
haram.
4. Tirmidzi
Judul lengkap kitab al-Jami' al-Sahih adalah “al-Jami’ alMukhtasar min al-Sunan
‘an Rasulillah”. Meski demikian kitab ini lebih populer dengan nama al-Jami’ al-Tirmidhi
atau Sunanal-Tirmidhi. Menurut al-Hafiz Abu Fadhil ibnTahir al-Maqdisi (w. 507 H) ada
empat syarat yang ditetapkan oleh al-Tirmidhi sebagai standarisasi periwayatan hadith,
yaitu:
Secara keseluruhan, kitab al-Jami’ al-Sahih atau Sunan al-Tirmidhi ini terdiri dari 5
juz, 2376 bab dan 3956 hadith. Kitab al-Jami’ al-Sahih ini disusun berdasarkan urutan bab
fiqih, dari bab taharah seterusnya sampai dengan bab akhlaq, do’a, tafsir, fada’il dan lain-
lain. Dengan kata lain al-Tirmidhi dalam menulis hadith dengan mengklasifikasi
sistematikanya dengan model juz, kitab, bab dan sub bab.
5. Imam al-Nasa’i
Imam al-Nasa’i dikenal sebagai ulama hadith yang sangat teliti terhadap hadith dan
para rawi. Ini terbukti dalam menetapkan kriteria sebuah hadith yang dapat diterima atau
ditolak sangat tinggi, begitu juga halnya dengan penetapan kriteria seorang rawi mengenai
siqah atau tidaknya. Dalam hal ini, Al-Hafiz Abu Ali memberikan komentar bahwa
persyaratan yang dibuat oleh Imam al-Nasa’i bagi para perawi hadith jauh lebih ketat jika
dibandingkan dengan persyaratan yang dibuat oleh Imam Muslim. Demikian pula Al-
Hakim dan Al-Khatib mengatakan komentar yang kurang lebih sama dengan mengatakan
bahwa sesungguhnya syarat yang dibuat oleh Imam al-Nasa’i lebih ketat dari persyaratan
yang dibuat oleh Imam Muslim, sehingga ulama Maghrib lebih mengutamakan sunan al-
Nasa’i daripada Sahih al-Bukhari.
Begitu selektifnya al-Nasa’i dalam menetapkan sebuah kriteria seorang rawi, beliau
berhasil menyusun sebuah kitab yang cukup berharga dan sangat “besar” dengan nama al-
Sunan al-Kubra. Karena di dalamnya belum mengadakan pemisahan antara hadith da’if,
hasan dan sahih, maka beliau akhirnya mengarang sebuah kitab yang bernama al-Mujtaba’
yang merupakan hasil seleksi dari kitab Sunan al-Kubra, dan isinya hanya terdiri dari
hadith sahih saja. Kitab al-Mujtaba’ inilah yang akhirnya kita kenal sekarang dengan nama
Sunan al-Nasa’i.
6. Ibnu Majah
Kitab Sunan Ibn Majah yang dinamai al-Usul al-Sittah al-Sihah mengikuti
sistematika kitab fiqh dan banyak pokok bahasannya dititikberatkan pada aspek hukum
seperti fiqh ibadah, muamalah, munahakat, jinayah dan lain-lain. Beliau memulai kitabnya
dengan sebuah bab tentang mengikuti Sunnah Rasullah SAW, dalam bab ini ia
menguraikan hadith-hadith yang menunjukkan kekuatan sunnah, kewajiban mengikuti dan
mengamalkan.
Ibn Majah membahas hadith dengan metode hukum dimana beliau memulai
pembahsab hadith dengan kitab taharah, di samping itu ia juga masalah-masalah lain
seperti zuhud, tafsir dan sebaginya, peletakan kitab manasik atau haji jauh dari masalah
ibadah mahdhah yakni setelah kitab jihad, hal ini dimungkinkan karena haji merupakan
komibnasi antara ibadah dan jihad, sehingga Ibn Athir mengomentari bahwa kitab ini
sangat bermanfaat dalam bidang fiqh walaupun banyak dijumpai hadith yang bermutu
rendah.