Anda di halaman 1dari 13

Pemikiran

Politik
Wahabi Salaf
Al-Azhar Indonesia University

Hubungan agama dengan negara


Dalam pemikiran Timur tengah berkembang dua

faham hubungan negara dengan agama


Pertama, Tidak boleh ada hubungan antar negara
dengan agama (sekularisme) yang dikemukakan oleh
Ali Abdur Razik dalam bukunya Nizamul Hukm
Kedua, Keharusan ada hubungan yang kuat, agama
dan negara sebagai satu bagian yang tak bisa
dipisahkan, Syiah dan Wahabi Salafi termasuk dalam
pemikiran politik aliran ini, Syiah menerapkan dengan
ketat, agama wajib masuk dalam ruang kekuasaan,
termasuk juga Wahabi Salafi walau dengan sedikit
lebih longgar

Pendahuluan
Wahabi

Salafi adalah pemikiran politik Timur tengah yang


dinisbahkan kepada seorang ulama asal Timur tengah bernama
Muhammad bin Abdul Wahhab (1700) yang berhasil bersatu
dengan Raja lokal Daerah `Uyainah bernama Muhammad bin Saud
yang dari kesepakatan ini muncullah negara dengan identitas
faham agama Wahabi
Dari penyatuan ini kemudian kedua tokoh ini melakukan
penaklukan-penaklukan terhadap daerah daerah sekitarnya
sehingga muncullah kemudian Kerajaan Saudi Arabia klasik pada
tahun 1902 lalu modern pada tahun 1932
Faham wahabi kini menjadi faham resmi kerajaan Saudi Arabia,
masalah keagamaan di Saudi pun dipegang keturunan Muhammad
bin Abdul Wahhabdan
urusan politik dipegang keturunan
Muhammad bin Saud
Secara ideologi kini faham Wahabi banyak diikuti oleh negaranegara teluk seperti Kwait, Qatar namun secara politik tetap
dikuasai oleh raja masing masing negara.

Sejarah Kemunculan
Ada dua realita politik dan sosial yang melatar belakangi munculnya

faham Wahabi ini : Pertama, dominasi Asing yang sangat kuat


menimpa wilayah Timur Tengah saat itu terutama dari kekuatan
Mongolia yang berhasil menguasai banyak kekuasaan Timur tengah.
Kedua, Masyarakat Timur tengah saat itu secara intlektual sangat
lemah serta banyak yang mencampur adukkan agama dengan
animisme karenanya bid`ah, khurafat dan takhayyulpun menjadi
bagian dari agama
Diawali dari kemunculan Ibnu Taymiyah (1300) maha guru dari Abdul
Wahhab, (Taymiyah seorang pemikir sekaligus pejuang yang kemudian
meninggal dipenjara Damaskus, maka lahirlah faham wahabi) menurut
wahabi pemikir atau ulama yang berjuang tidak melibatkan negara
maka ia akan selalu menjadi martil, kekuatan idealisme harus mampu
dipadukan oleh kekuatan realita, intlektual biasanya hanya mampu
kuat ditataran idealisme namun lemah ditataran realita

Pemikran Politik Wahabi


Salafi
Tidak bicara tentang model negara, model negara bisa berbentuk model apa saja bisa

Monarky ataupun demokrasi, yang utama adalah identitas negara


Keharusan negara bersatu dengan agama, penguasa dan ulama, dua institusi tak boleh
terpisah, dahulu dua institusi ini muncul dalam satu kekuatan, namun masa modern sangat
sulit memperoleh dua kekuasaan ini pada penguasa disamping kuat namun juga memiliki
integritas intlektual yang kuat
Negara boleh dikuasai oleh etnis mana saja yang terutama adalah tegaknya tujuan negara
yaitu keadilan dan kemakmuran, Ibnu Taymiyah : Alloh tidak akan membantu penguasa
yang zalim walau ia muslim dan akan membantu penguasa yang adil walau ia non
muslim
Negara harus tetap berdiri walau dipimpin oleh oleh orang tak bermoral, Ibnu Taymiyah : 60
tahun berada dibawah penguasa yang tak baik lebih baik daripada satu malam
tanpa penguasa
Keharusan mentaati negara dalam segala situasi dan kondisi,agar negara tetap menjadi
satu-satunya institusi yang diakui
Kekuasaan berasal dari syaukah (kekuatan) yang kuatlah yang akan memimpin seperti Ibnu
Khaldun dengan teori Ashabiyahnya
Bersikap tegas terhadap semua yang memusuhi politik identitas, karenanya ia menaklukkan
banyak daerah yang berawal dari penolakan dan permusuhan atas identitas mereka ini
termasuk ke penaklukan ke Irak pada tahun 1802

Statmen Wahabi
":
" " :
".
":

Tokoh-Tokoh
Ahmad

Ibnu Hanbal sebagai perintis Pemikiran


Wahabi, disiksa karena tak ada negara yang membela
pemikirannya.
Ibnu Taymiyah merealisasikan teori dan ide dari
faham dan teori yang disebut Hanbali, berjuang
membangun negara dengan landasan pikrannya
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah Murid Ibnu Taymiyah sebagai
intlektual dan guru Muhammad bin Abdul Wahhab
Muhammad bin Abdul Wahhab sebagi penggabung
dari idealisme Hanbali, Ibnu Taymiyah serta alJauziyah dengan realita Muhammad bin Abdul
Wahhab

Ibnu Taymiyah

Muhammad bin Abdul Wahhab (Wahabi), Ulama Saudi

Muhammad bin Saud dan


Muhammad bin Abdul Wahhab

Keturunan Muhammad bin Saud

Keluarga Abdul Aziz bin Saud, pemangku kekuasaan

Sekian
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai