Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH ISLAMOPHOBIA EROPA TERHADAP

PERKEMBANGAN ISLAM DI PERANCIS

Dosen Pengampu:
Rizal Aditya
R.Mokhamad Luthfi
Rakhmat Syarip
Disusun Oleh:
Yani Saputri 0801512060

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA
2016

1.1 Latar Belakang


Meningkatnya

sentimen

anti

Islam

(Islamophobia)

semakin

mengkhawatirkan banyak pihak. Gejala ini tampak dari kemenangan Nicolas


Sarcozy dari kubu konservatif yang dikenal anti imigran dan anti Islam di
Perancis. Orang muslim di Eropa tak dapat dipisahkan dari Eropa itu sendiri.
Namun seiring dengan terjadinya tragedy Black September muslim dianggap
sebagai kaum minoritas yang harus diintimidasi dan diusir oleh Eropa.
Sebagian besar masyarakat mengaku mulai merasa takut dan terancam
dengan hadirnya muslim serta islamisasi yang terjadi di Eropa. Sehingga
banyak muncul gerakan-gerakan anti Islam, anti imigran hingga tindakan rasis
dan kekerasan yang dilakukan kepada penduduk bahkan pendatang muslim ke
Eropa. Dalam menghambat Islamisasi dan mengusir penduduk muslim dari
Eropa banyak tindakan perusakan dan pengerusakan tempat ibadah oleh
kelompok anti islam. Eropa menerima hadirnya islam ke eropa secara formal,
namun pada kenyataannya diskriminasi sering kali terjadi. Pernyataanpernyataan politisi berhaluan kanan ekstrim menunjukan rasisme yang tinggi.
Hal ini terformulasikan dalam kebijakan dalam negeri di negara-negara Eropa
yang memarjinalkan islam seperti, pelarangan penggunaan burqa di Perancis.

Perancis selain dikenal dengan negara demokrasi juga dikenal karena


prinsip-prinsip revolusi Perancis ikut menjiwai masalah-masalah hak asasi
manusia dan perubahan-perubahan di negara lain. Tiga prinsip revolusi Perancis
yang

terkenal

itu

adalah Liberte (kebebasan), Egalite (kesetaraan),

dan Fraternity (persaudaraan).


Pemerintah

Perancis

memisahkan

permasalahan

agama

dengan

perosalan politik dimana negara tidak mencampurkan agama dengan politik.


Untuk melindungi kebebasan masyarakat, pemerintah menulis secara jelas

kebebasan beragama dalam konstitusi, dimana hal tersebut menjadikan Prancis


sebagai negara yang sekuler. Sebagai rumah bagi mayoritas penduduk muslim
di Eropa, Perancis masih memiliki kesulitan dalam mengintegrasikan
masyarakatnya, hal ini dikarenakan masyarakat Perancis memiliki nilai dan
kultur yang sangat berbeda dengan masyarakat muslim. Seiring dengan semakin
bertambahnya jumlah umat muslim di Perancis, kebudayaan muslim pun
semakin turut berkembang dan semakin dikenal luas oleh masyarakat. Perancis
yang selama ini dikenal sebagai negara dengan ideologi sekuler nyatanya
kurang menyambut baik pertumbuhan angka umat muslim tersebut, mereka
mengkhawatirkan nantinya budaya muslim akan menganggu dan mengancam
budaya sekuler yang selama ini digunakan di Perancis.
Imigran di Perancis, yang merupakan warga minoritas, harus berjuang
keras untuk mendapatkan status yang jelas mengenai keberadaan mereka di
Perancis. Pada awal kedatangannya, imigran adalah sekelompok orang
yang berfungsi

sebagai pengisi kebutuhan akan tenaga kerja menyusul

adanya industrialisasi dan perbaikan ekonomi di Perancis. Selain itu, situasi


demografis

Perancis

yang

mengalami

stagnasi juga terbantu dengan

adanya kedatangan para imigran tersebut.1


Sebagian besar masyarakat mengaku mulai merasa takut dan terancam
dengan hadirnya imigran muslim dengan tingkat pertumbuhan yang semakin
tinggi. Islamophobia memang menjadi momok yang mengerikan di Eropa di
tengah krisisekonomi yang sedang dihadapinya. Eropa meskipun demikian
tetap berusaha untuk terusmeminimalisir Islamophobia di kalangan masyarakat
untuk menghindari bentrokan dan konflikyang terjadi di antara masyarakat itu
sendiri begitupun dengan kaum pendatang.
2.1 Diskriminasi terhadap muslim di Perancis
1 Airin Miranda. (2007). Masalah Integrasi di Perancis. Universitas
Indonesia : Jakarta. Halaman 8

Jejak pendapat yang dilakukan di beberapa negara Eropa ada rasa takut,
kecurigaan, dan pendapat negatif

terhadap umat dan budaya Islam.

Islamophobia yang digabungkan dengan sikap rasis ini, diarahkan tak sedikit
kepada imigran asal Turki, negara-negara Arab, dan Asia Selatan. Pada
peristiwa

Black September

tentu

saja

berpengaruh

banyak

terhadap

Islamophobia serta tindakan anti imigran di Eropa yang sempat hilang sekitar
tahun 1995. Masyarakat Eropa kembali melakukan tindakan rasisme untuk
menghambat perkembangan Islam dan juga keberadaan kaumMuslim yang
setiap tahunnya semakin bertambah. Masyarakat Eropa semakin diselimuti
ketakutan akan terjadinya tragedi yang sama di Eropa. Sesuai dengan hipotesis
yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa Peristiwa
Black September berimplikasi

pada

semakin

tingginya

tingkat

Islamophobia di Eropa. Masyarakat Eropa semakin diselimuti ketakutan dan


merasa terancam dengan kejadian yang dianggap sebagai teror Muslim Al
Qaeda yang dipimpin oleh Sadam Husein. Perancis sebagai negara yang
kesempatan muslim di sana mendapatkan pekerjaan adalah 2,5 kali lebih sedikit
dari orang Kristen, padahal memiliki kapabilitas yang sama. Contoh lain dari
diskriminasi terhadap Muslim termasuk penodaan 148 kuburan Muslim
Perancis dekat Arras. Sebuah kepala babi digantung dari sebuah batu nisan dan
ditambah dengan kata-kata yang jorok untuk menghina Islam. Penghancuran
dan perusakan kuburan Muslim di Perancis dipandang sebagai Islamophobia
(ajaran benci terhadap Islam), ini berdasarkan sebuah laporan dari Pusat
Pemantauan Eropa pada Rasisme dan Xenofobia. Sejumlah masjid juga telah
dirusak di Prancis.
Mengenakan jilbab di Perancis telah menjadi isu yang sangat
kontroversial sejak tahun 1989.2 Perdebatan dasarnya kekhawatiran apakah
2 Pelarangan Burqa Perancis Adalah
Legal http://konspirasi.com/peristiwa/pelarangan-burqa-perancis-adalahlegal/ diakses Kamis, 8 Juni pukul 20.00 WIB.

gadis-gadis

Muslim

yang

memilih

untuk

mengenakan

jilbab

dapat

melakukannya di sekolah negeri. Masalah yang sama juga ditemukan pada


pegawai negeri dan penerimaan tenaga medis muslim laki-laki dalam pelayanan
medis.
Pemerintah Prancis dan mayoritas besar opini publik menentang
mengenakan tanda mencolok sebagai ekspresi keagamaan (baik baju atau
simbol), apa pun agamanya, karena ini tidak sesuai dengan sistem Perancis.
Pada bulan Desember 2003, Presiden Jacques Chirac mengatakan bahwa hal itu
melanggar pemisahan gereja dan negara, juga akan meningkatkan ketegangan
dalam masyarakat multikultural Prancis. Presiden Chirac memutuskan bahwa
hukum harus melarang mengenakan tanda-tanda agama yang terlihat di sekolah.
Lalu hukum itu disetujui oleh parlemen pada Maret 2004, barang yang dilarang
oleh hukum ini termasuk jilbab muslim, simbol Yahudi atau salib. Namun
diperbolehkan untuk memakai simbol-simbol rahasia iman seperti salib kecil,
stars of david (lambang Yahudi) atau Fatimas hand. Pada tanggal 25 Januari
2010 diumumkan bahwa komite parlemen, setelah menyimpulkan suatu studi,
merekomendasikan terlarangnya menggunakan cadar (penutup wajah) di lokasi
umum seperti rumah sakit dan sekolah, tetapi tidak di bangunan pribadi atau di
jalan.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pengaruh Islamophobia Eropa terhadap perkembangan islam
di Perancis?

1.3

Kerangka Pemikiran

a.

Konsep Keamanan Manusia (Human Security)


Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini ialah
konsep kemanan manusia (human security). Human security
merupakan konstruksi pemikiran mengenai keamanan negara
yang menuju kepada ide keamanan manusia termasuk
didalamnya keamanan individu dan masyarakat. Human
security melindungi eksistensi anggota masyarakat, termasuk
anak-anak, warga sipil di wilayah perang, minoritas etnis, dan
lain sebagainya dari berbagai jenis kekerasan.3
Konsep human security diperkenalkan oleh United Nations
Develompent Program (UNDP) dalam Human Development
Report 1994, konsep human security (kemanan manusia).
Badan PBB berpendapat bahwa konflik yang terjadi saat ini
lebih banyak terjadi di dalam negara dibandingkan dengan
konflik antar negara.4 menurut laporan Human Development
Report yang dikeluarkan oleh The United Nation Development
Program (UNDP), definisi dari konsep human security
memiliki dua makna, diantaranya:5

3 United Nation Development Program (UNDP), Human Development Report 1994,


New York, Oxford Univesity Press) 23.
4 Ibid.
5 Ibid.

1. Human security merupakan keamanan manusia dari


ancaman-ancaman kronis seperti kelaparan, penyakit,
dan represi.
2. Human

security

perlindungan

atas

mengandung

makna

adanya

pola-pola

kehidupan

harian

seseorang baik didalam rumah, pekerjaan, ataupun


komunitas dari gangguan-gangguan yang datang secara
tiba-tiba serta menyakitkan. Ancaman-ancaman dan
gangguan tersebut dapat menimpa segala bangsa tanpa
memandang tingkatan pembangunan dan pendapatan
nasional.
Namun, secara sederhana hal ini bisa didefinisikan sebagai
freedom for fear and freedom from want dimana makna
keamanan dapat dipahami sebagai freedom for fear yang
memberi makna lebih kepada keamanan nasional, yakni tidak
adanya ancaman terhadap kedaulatan negara. sedangkan makna
freedom from want lebih kepada pertumbuhan ekonomi atau
pembangunan untuk memenuhi keperluan asas hidup manusia.
Selain itu, ada esensi freedom from dhumanization yakni
adanya kebebasan dari perlakuan yang tidak berprikemanusiaan
atau dehumanisasi serta adanya jaminan dalam memenuhi
keperluan hidup mereka, kepastian untuk menjalani identitas

budaya kelompok suatu atau etnik serta kebebasan dalam


mengekspresikannya.
Pada tahun 1994, UNDP merinci tujuh elemen yang
membentuk konsep human security, antara lain:6
1. Keamanan ekonomi (economy security), yaitu jaminan
individu untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
2. Keamanan pangan (food security), yaitu jaminan
individu untuk mendapatkan akses pangan.
3. Keamanan kesehatan (health security), yaitu jaminan
individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
memadai.
4. Keamanan lingkungan (enviromental security), yaitu
jaminan kepada setiap individu untuk hidup didalam
lingkungan yang bersih dari polusi dan bahaya
perubahan iklim.
5. Keamanan individu (personal security), yaitu jaminan
keamanan, kesewenangan, dan diskriminasi.

6 Ibid.

6. Keamanan politik (political security), yaitu jaminan


bahwa setiap individi dapat melaksanakan hak-hak
politik mereka.
7. Keamanan komunitas (community security), yaitu
jaminan bahwa individu bebas dari konflik komunal.
Setiap kategori dalam konsep human security walaupun
memiliki sarana maupun tujuan yang berbeda namun memiliki
tujuan yang sama yaitu menjamin dan melindungi eksistensi
masyarakat baik individu maupun kelompok.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penulisan ini ialah untuk :
1. Untuk mengetahui bagaimana awal mula perkembangan
islamophobia yang terjadi di kawasan eropa.
2. Menunjukkan pengaruh yang diakibatkan oleh fenomena
islamophobia terhadap masyarat islam di Eropa dan no muslim
di Eropa

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu konsep yang membuat ilmu sosial itu
menjadi bersifat ilmiah.7
1.5.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis.
Penelitian jenis ini dilakukan dengan cara mengembangkan konsep dan
mennghimpun data serta fakta yang ada.8 Penelitian mengenai fenomena
islamophobia ini didukung dengan berbagai sumber seperti buku, jurnal, dan
internet.

1.5.2

Gaya Penelitian
Dalam menjelaskan jenis penelitian ini penulis
menggunakan metode analisis kualitatif sebagai gaya
penelitian.9
1.5.3

Bentuk Penelitian
Dalam

melakukan

penelitian

ini,

penulis

menggunakan bentuk penelitian kepustakaan (library


research).Dimana data-data guna penelitian ini diperoleh
7 W. Lawrence Newman, Social Research Methods: Qualitative and
Quantitative Approach, Edisi keempat, (Massachusets: Allyn and
Bacon, 2000), hal 63.
8 Masri Singaribuan dan Sofian Efendi. Metode Penellitian Survey,
Edisi Revisi (Jakarta: LP3ES.1989) hal.4.
9 Lissa Harrison, Metodologi Penelitian Politik, (Jakarta: Kencana), 2007, hal 87.

melalui buku-buku, jurnal, artikel, makalah, dan sumber


terpercaya lainnya. Selain itu, penulis juga menggunakan
internet sebagai sarana dalam proses pengumpulan data
yang berhubungan dengan permasalahan yang penulis
bahas. Selain buku dan jurnal, penulis juga memperoleh
data dari sumber online seperti website resmi dan sumber
lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

1.5.4

Jenis Data
Jenis data yang digunakan oleh penulis adalah
data kualitatif, yaitu data yang diolah dalam bentuk katakata dan gambar yang didapatkan dari dokumen,
pengamatan, dan transkrip. Penulis juga menggunakan
data primer dan data sekunder sebagai pendukung
sumber data. Data primer diperoleh penulis dari The
Japan Foundation dan Kementerian Luar Negeri Jepang
terkait becana alam tahun 2011 di Sendai. Sedangkan
data sekunder sendiri diperoleh melalui studi literatur
yang berkaitan dan relevan dengan masalah penelitian,
seperti dokumen atau data tertulis, foto, buku, artikel,

majalah, dan sumber-sumber lainnya dari lembaga atau


isntitusi tertentu.

1.7.6

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan teknik pengumpulan data sekunder,
yaitu pengumpulan dokumen dan sejumlah literarur yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku,
jurnal, artikel, dokumen dari berbagai media baik
elektronik maupun non-elektronik yang dapat membantu
analisis data.

1.7.7

Sumber Data
Adapun sumber data untuk penelitian ini berasal
dari buku-buku mengenai islamophobia yang terdapat di
jurnal tertulis maupun online, serta dari berbagai situs
web resmi yang dapat menunjang penelitian.

1.7.8

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian


mengenai bagaimana fenomena islamophobia di Eropa
adalah metode analisis kualitatif. Dimana meode ini lebih
menekankan

pada

sebuah

proses

pengambilan

kesimpulan secara deduktif dan induktif serta pada


analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena
yang sedang diamati dengan menggunakan logika secara
ilmiah.10
Dalam metode ini, data yang terlampir perlu
dianalisis

dan

dimaknai

dengan

cermat

untuk

kepentingan interpretasi data sekaligus dalam upaya


menarik kesimpulan.Analisis data dilakukan secara terus
menerus semenjak data awal dikumpulkan sampai
penelitian tersebut berakhir. Penafsiran data dan menarik
kesimpulan dilakukan dengan mengacu kepada rujukan
kepustakaan yang sesuai dengan permasalahan penelitian
yang telah dirumuskan.11

10Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial.(Surabaya: Airlangga University


Press.2001) hal 47.
11Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial.

Anda mungkin juga menyukai