PEMBAHASAN
Khomeini adalah seorang marja dalam dua belas islam syiah. Beliau juga
sebagai seorang mujtahid atau fakih sekaligus penulis lebih dari 40 buku. Disisi lain,
aktivitas kehidupan dalam politiknya yang membuat Khomeini dikenal oleh dunia.
Karena Khomeini adalah pemimpin Agung Iran dan salah satu Marja Syiah dan
merupakan tokoh yang memimpin revolusi Iran.
Ayatullah Ruhullah Khomeini, adalah salah satu tokoh yang paling menonjol
dalam sejarah. Namun kebanyakan orang sebenarnya kurang mengenal beliau dari
yang mereka sangka. Nama dan citra beliau, dan segelintir fakta mendasar tentang
kehidupan dan karya beliau sangat tidak asing, bisa begitu cepat dikenali sedemikian
rupa sehingga perhatian terhadap kehidupan dan karya beliau sepertinya berlebihan.
Kendati begitu sesungguhnya beliau adalah tokoh yang paling disalah pahami dan
disalahartikan dalam kurun akhir-akhir ini. Hal itu terjadi lantaran citra dan kesan
tentang beliau dalam benak orang sebagian besar dihasilkan dan didorong oleh media
internasional yang didominasi Barat. Padahal bagi media semacam ini, beliau adalah
sosok yang dibenci pasca-Revolusi Iran pada 1978-1979.
Menurut Prof. Richard Falk dari Universitas Princeton, ketua dari US People’s
Committee on Iran, sebuah organisasi yang bertujuan untuk menyadarkan masyarakat
Amerika yang mengenai bahayanya campur tangan Amerika Serikat di Iran.10 Dia
menarik perbedaan yang tajam antara republik Islam yang berdasarkan tradisi Islam
Syi‟ah seperti yang terdapat di Iran dan sistem pemerintahan Islam seperti yang
terdapat di Pakistan, Arab Saudi dan Libya yang dianggapnya tidak terlalu positif.
Dalam beberapa hal konsep Wilayah al-Faqih ini, merupakan lanjutan dari
doktrin Imamah, karena di dalamnya ia menjalankan fungsi-fungsi dari pemerintahan
Imam. Namun perbedaannya ialah, jika Imam dipilih langsung oleh Tuhan, maka
dalam konsep ini unsur perwakilan dipilih oleh rakyat. Teori Wilayah al-Faqih ini,
adalah inti dari pemikiran Khomeini mengenai konsep Negara Islam. Konsep ini
menghendaki Ulama untuk memiliki otoritas tertinggi dalam pemerintahan serta dapat
menjalankan tugasnya sebagaimana dalam pemerintahannya Nabi. Sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi, Faqih mempunyai tanggung jawab dalam meneruskan misi
kenabian, seperti tugas yang para Imam. Oleh karena itu, secara politis tugas Faqih
ialah untuk mengawal jalannya pemerintahan agar dapat berjalan dengan baik dan
adil, sesuai hokum Allah. Dengan begitu, maka dalam pemerintahan Wilayah al-Faqih
tidak mengenal pemesihan antara agama dan politik. Karena, secara subtansi
keduanya memiliki maksud dan tujuan yang sama, yakni mewujudkan tatanan
kehidupan yang adil dan sesuai hukum Allah (Tamara, 1980).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran