Disususn Oleh :
1. Muhamad Khilmi Labib 3121006
2. Amrih Suprayitno 3121019
3. Muhammad Ali Khafidzin 3121030
Abstrak : Tulisan ini bertujuan untuk memahami dua masa peradaban islam
A. Pendahuluan
2. Peradaban Islam Masa Ayatullah Khomeini
Khomeini lahir di khomein salah satu desan keci di Iran Tengah, pada tanggal 24
oktober 1902, Ayah Khomeini bernama Sayyid Mustafa Musawi secara silsilah ayah
Khomeini adalah keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur imam ketujuh syiah, Yaitu
Musa Al khazim. Ibu Khomeini adalah anak dari teolog terkenal yaitu Ayatullah Mirza
Ahmad. Ayah Khomeini adalah penentang rezim tirani dinasti Qajar. Ketika Khomeini
menginjak umur 7 Bulan, Ayatullah Sayyid Mustafa, Ayah Khomeini Wafat pada tahun 1903
karena di bunuh oleh agen rahasia penguasa Qajar. Khomeini lalu di asuh oleh ibunya dan
kakaknya yaitu Morteza. Ketika umur Khomeini menginjak 16 Tahun ibunya meninggal
dunia.1
Khomeini tumbuh menjadi anak yang serius, Banyak merenung, dan suka menyendiri
di padang pasir di dekat tempat kediamannya 2. Ia tumbuh besar dalam tradisi keagamaan
syiah, Belajar agama, Bahasa Arab, Syair-syair Persia, Menghafal Quran dan sejarah. Dalam
tradisi keagamaan syiah yang paling menonjol yaitu sejarah tentang sejarah Rasulallah dan
kehidupan para imam syiah. Getir dan pilu perjuangan para imam syiah dalam meluruskan
kebenaran dan menentang kedustaan begitu membekas pada pkiran Khomeini, Sehingga
menjadi tekad baginya kelak ketika menggerakan revolusi melalap kekuasaan Reza pahlevi. 3
semenjak masih kecil imam Khomeini sudah belajar menulis dan membaca di rumah
sangat semangat ia belajar dininya di desa Khomeini di maktab khaeneh milik akhund Mulla
Abu Al qosim seorang tua yang sekolahnya dekat rumahnya. Mulai dewasa beliau belajar
agama dengan lebih sungguh sungguh. Menginjak umur 15 tahun ia mulai belajar tata
bahasa arab dan teologi di isfahan. Ketika umur 17 tahun, Imama Khomeini pergi ke arak ,
1
Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran politik… , h.230.
2
Amir Taheri, The Spirit Of Allah, (London, 1987), di kutip oleh yamani, antara Al Farabi dan Khomeini filsafat
politik isla… , h.111.
3
Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran politik… , h.31.
kota dekat isfahan untuk belajar dari syekh Abdul Karim Haeri yasdi , Salah satu ulama
terkemuka. 4Selepas runtuhnya imperium usmaniyah, Syekh Haeri tidak mau tinggal di kota
kota yang di bawah mandat inggris. Terus ia pindah ke Qum setelah 5 bulan terus Imam
Khomeini mengikuti jejak syekh haeri pindah ke Qum. Langsung saja Khomeini tampil
sebagai salah seorang murid yang paling menonjol di hauze ilmiye kota itu. Di bawah
bimbingan Syekh Haeri Khomeini belajar fiqih dan ushul fiqih. Pada saat yang sama ia juga
mempelajari ilmu filsafat dan irfan, yakni tasawuf di bawah bimbingan seorang guru yang di
pandang ahli di bidang itu, Mirza Muhammad ‘Ali Syahabadi. Sebelum kelakmenjadi
mujtahid, kemasyuhuran Khomeini di peroleh dalam kedua bidang ini. Ia bahkan telah
enjadi guru filsafat dan irfan sejak usia 27 tahun. 5
Di Qum Khomeini juga belajar retrika syair dan tata bahasa dari gurunya. Selama
belajar di Qum Khomeini juga menyelesaikan studi fiqih dan ushul fiqih di bawah bimbingan
seorang guru dari kaysan yaitu Ayatullah ‘Alio Yasrebi.
Pada usia 27 tahun selain sudah menjadi guru dalam bidang filsafat dan irfan
Khomeini juga menulis sejumlah buku-buku agama dan sebagian merupakan komentar atas
karya penulis klasik.
Arba’ah mendeskripsikan bahwa perjalanan menuju Allah SWT terdiri dalam empat
pos.dalam kata pengantarnya beliau mengatakan,’’ Ketahuilah sesungguhnya para pesuluk
dari kalangan urfa dan auliya mempunyai empat. Pos pertama, Perjalanan dari makhluk
menuju Al Haq. Kedua, perjalanan dengan Al Haq di dalam Al Haq. Ketiga, kebalikan dari
pertama, perjalanan dari Al Haq menuju makhlukndengan Al Haq. Keemapat, kebalikan dari
4
Imam Khomeini, palestina tragedi keterhinaan kaum muslim, ( T.tp : Zahra, 2004). h. 1.
5
Yamani, Antara Al-Farabi dan Khomeini filsafat politik islam , (Bandung:Mizan,2002), h. 111.
6
Abdar Rahman Koya, Apa Kata Tokoh Sunni Tentang Imam Khomeini, Dierjemahkan
dari: Imam Khomeini Life, Thought and Legacy Essays From an Islamic Movement Perspective,
Penerjemah: Leinovar Bahfeyn dkk, (Depok: Pustaka IIMaN, 2009), h.42.
yang kedua, perjalanan dengan Al Haq di tengah makhluk .’’ Menurut Ayatullah jawadi amuli
seperti yang di kutip oleh sayid kamal. Haydari, dalam kulia.h filsfat dan kalamnya di kota
Qum tahun 1992, bahwa dalam perjalanannya , imam Khomeini telah melewati pos ketiga.
Khomeini menikah pada usia 30 tahun dengan putri seorang agamawan terkemuka.
Khomeini mempunyai dua orang putra dan tiga orang putri.
Pada revolusi Islam iran, Imam Khomeini mengubah sistem monarki iran ke republik dan
menyatkan bahwa di samping sebagai pemimpin agama ulama juga sebagai pemimpin
politik. Hal tersebut beliau paparkan secara jelas dalam bukunya yang berjudul Al Hukumat
Al Islamiyah.Berbeda dengan sunni, Madzab Syiah memandang bahw agama dan politik
merupakan satu kesatuan. Di kalangan komunitas syiah hampir tidak di kenal istilah
peisahan agama dan politik. Baik dalam tatanan konseptual, maupun praktek politik. Riza
sihbudi dalam bukunya biografi poiltik imam Khomeini mengutip tulisan S.Husain M. Jafri
bahwa pada dasarnya islam bersifat religious karena status yang di peroleh muhammad
sebagai rasulallah yang di tunjuk dan di kirim oleh dia untuk menyampaikan risalah nya
kepada manusia, dan bersifat politis karena lingkungan an keadaan tempat ia timbul dan
tumbuh. Sebaliknya Madzab syiah dalam watak yang di bawanya selalu bersifat religious
dan politis, dan aspek aspek ini di temukan berdampingan sepanjang sejarahnya. 7
7
Imam Khomeini, Palestina Tragedi Keterhinaan Kaum Muslim, (Jakarta:Zahra
Publishing House,2009), h. 1.
8
Muhammad Abdul Kadir Alcaff (penerjemah), Kedududkan Wanita dalam Pandangan
Imam Khomeini judul asli Makanah al-mar’ah fi Fikr al-Imam al-Khomeini, (Jakarta: PT Lentera
Basritama, 2004) h.17.
tersebut bersifat non-Islami. Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah telah mengubah seluruh
asas pemerintahan dan metode pemerintahan mereka telah sangat merusak metode Islam.
Menurut Imam Khomeini hal ini dikarenakan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah telah
menolak kepemimpinan Ali bin Abi Thalib yang diridhai Allah SWT dan Rasulullah Saw.
Menurut beliau keberadaan tatanan politik yang tidak Islami mengakibatkan tidak
terlaksananya tatanan politik Islam karenanya sistem pemerintahan non-Islami adalah
system kufr. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa pemimpin pemerintahannya adalah
thagut. 9
Imam Khomeini menyatakan bahwa lingkungan sosial yang rusak pada waktu itu
disebabkan oleh sistem pemerintahan yang kufr. Secara tidak langsung dengan pernyataan
tersebut Imam Khomeini menganggap bahwa pemerintahan dinasti Syah merupakan
pemerintahan yang kufr. Imam Khomeini mengatakan bahwa sebab-sebab kemerosotan
kedaulatan Islam pada masyarakat, perpecahan umat Islam tertundanya penerapan hukum
hukum Islam, menyebarnya budaya dan hukum-hukum asing adalah pemerintahan dinasti
Syah yang zalim, rusak dan sangat tidak cakap.10 Bentuk pemerintahan yang sah menurut
Imam Khomeini adalah bentuk pemerintahan Islam yaitu pemerintahan yang tidak bersifat
tirani dan juga tidak absolut kekuasaannya, melainkan bersifat konstitusional yaitu
berdasarkan persetujuan yang disahkan oleh hukum dengan berdasarkan suara mayoritas.
Pengertian konstitusional yang sesungguhnya adalah bahwa pemimpin adalah suatu subjek
dari kondisi-kondisi tertentu yang berlaku di dalam kegiatan memerintah dan mengatur
negara yang dijalankan oleh pemimpin tersebut, yaitu kondisi-kondisi yang telah dinyatakan
oleh Al-Quran dan as-Sunah. Kondisi-kondisi tersebut merupakan hukum dan aturan Islam
yang juga terdiri dari kondisi yang harus diperhatikan dan dipraktekan. Pemerintahan Islam
karenanya dapat didefinisikan sebagai pemerintahan yang berdasarkan hukum-hukum Ilahi
atas manusia.11
Prinsip yang ditegakkan adalah bahwa fuqaha atau para fakih memiliki kewenangan
yang lebih atas penyelenggara pemerintahan. Jika seorang penyelenggara pemerintahan
9
Yamani, Antara Al-Farabi dan Khomeini Filsafat Politik Islam, (Bandung:Mizan,
2002), h. 111.
10
M. Riza Sihbudi, Biografi Politik Imam Khomeini, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1996), h. 18.
11
Imam Khomeini, Pemikiran Politik Islam dalam Pemerintahan: Konsep Wilayatul
Faqih Sebagai Epistemologi Pemerintahan Islam, h. 68
taat kepada ajaran Islam, maka ia wajib kepada fuqaha dan seharusnya bertanya kepada
mereka tentang hukum-hukum dan aturan-aturan Islam yang akan dilaksanakan. Sehingga
dalam hal ini, penyelenggara pemerintahan yang sesunggunhya adalah fuqaha itu sendiri
dan kepemimpinan secara resmi seharusnya menjadi milik mereka, bukan milik mereka
yang di wajibkan untuk mengikuti petunjuk fuqaha di karenakan ketidaktahuan mereka akan
hukum islam.12
12
Imam Khomeini, Pemikiran Politik Islam dalam Pemerintahan: Konsep Wilayatul
Faqih Sebagai Epistemologi Pemerintahan Islam, (Jakarta : Shadra Press, 2010), h. 80
13
M. Riza Sihbudi, Bioghrafi Politik Imam Khomeini, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 1996), h. 22-23.
semua harta peninggalan Syah, baik yang berupa benda atau aset-aset ekonomi, masuk
dalam hak dan milik yayasan yang khusus dibentuk untuk kesejahteraan kaum mustadhafin,
yakni yayasan Mustadafin. Dewasa ini, Yayasan Mustadhafin merupakan salah satu grup
usaha terkemuka di iran.14
DAFTAR PUSTAKA