PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belakangan ini penelitian tentang sejarah fiqih Islam mulai dirasakan
penting. Paling tidak, karena pertumbuhan dan perkembangan
fiqihmenunjukkan pada suatu dinamika pemikiran keagamaan itu sendiri.
Haltersebut merupakan persoalan yang tidak pernah usai di manapun
dankapanpun, terutama dalam masyarakat-masyarakat agama yang
sedangmengalami modernisasi. Di lain pihak, evolusi historikal dari
perkembanganfiqih secara sungguh-sungguh telah menyediakan frame work
bagi pemikiranIslam, atau lebih tepatnya actual working bagi karakterisitik
perkembanganIslam itu sendiri.
Kehadiran fiqih ternyata mengiringi pasang-surut perkembanganIslam,
dan bahkan secara amat dominan, fiqih -- terutama fiqih abadpertengahan --
mewarnai dan memberi corak bagi perkembangan Islam darimasa ke masa.
Karena itulah, kajian-kajian mendalam tentang masalahkesejahteraan fiqih
tidak semata-mata bernilai historis, tetapi dengansendirinya menawarkan
kemungkinan baru bagi perkembangan Islamberikutnya.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pola pemikiran Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i,
Ahmad bin Hanbal, Syiah dan Khawarij ?
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui pola pemikiran Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i,
Ahmad bin Hanbal, Syiah dan Khawarij.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Madinah. Sebab beliau berpendirian bahwa penduduk Madinahitu mewarisi
apa yang mereka amalkan dari ulama salaf mereka, dan ulama salafnya
mewarisi dari sahabat, maka hal itu lebih kuat daripada hadist ahad.
Berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, pemikiran hukum islam
Imam Malik cenderung mengutamakan riwayat, yakni mengedepankan hadis
dan fatwa sahabat. Pengaruh riwayat yang menonjol adalah penerimaan tradisi
masyarakat Madinah sebagai metode hukum. Imam Malik juga termasuk ulama
yang sangat teguh dalam membela kebenaran, bahkan dia sangat berani dalam
menyampaikan sesuatu yang sudah diyakini kebenarannya, tidak peduli
walaupun para penguasa marah dengan ucapannya. Hal itu dapat dilihat ketika
beliau menyampaikan fatwa dan ternyata fatwanya bertentangan dengan
khalifah Al Mansur dan bani Abbasiyah di Baghdad, Malik pernah disiksa dan
dihina.
Dan komentar para sejarawan berbeda-beda dalam hal ini yaitu kenapa
beliau dipukul, disiksa dan sebagainya. Sebagian pendapat ahli sejarah beliau
disiksa karena pendapatanya yang menyebutnya bahwa tidak sah talak orang
yang di paksa. Berdasarka hadis Rasulullah, artinya :” tidak sah talak orang
yang dipaksa”. Keteguhan Imam Malik terhadap fatwa-fatwa yang telah beliau
keluarkan, bukan berarti Imam Malik keras kepala atau ceroboh dalam
mengeluarkan fatwa dan hukum. dalam memberikan fatwa, Imam malik hanya
akan menjawab masalah yang sudah terjadi dan tidak melayani masalah yang
belum terjadi, meskipun ada kemungkinan akan terjadi. Beliau pernah ditanya
oleh seseorang tentang masalah yang belum terjadi kemudian Imam Malik
menjawab, “tanyakan yang sudah terjadi jangan bertanya yang belum terjadi”.
Imam Malik sangat berhati-hati dalam memberi fatwa, tidak mau menjawab
pertanyaan yang beliau tidak tahu. Jika beliau tidak dapat memastikan hukum
suatu masalah, beliau kan mengatakan saya tidak tahu agar beliau terlepas dari
salah fatwa, tidak tergesa-gesa menjawab jika ditanya, dan berkata si penanya,”
pergilah nanti saya lihat dahulu”. Imam malik tidak pernah menganggap remeh
3
atau susah suatu masalah yang ditanyakan kepadanya, tetapi semua dianggap
berat apalagi ketika terkait halal dan haram.2
2
Hasbiyallah, Perbandingan Mazhab, Jakarta Pusat: Subdit Kelembagaan Direktorat
Pendidikan Tinggi Islam, cet. Ke-2, Juli 2012.h.64
4
- Ar-Risalah : merupakan kitab ushul fiqih yang pertama kali disusun.
- Al-Umm : isinya tentang berbagai macam masalah fiqih berdasarkan pokok-
pokok pikiran yang terdapat dalam kitab ushul fiqih.
Pola pikir dan Faktor yang mempengaruhi Imam As-Syafi’i. Pertama,
faktor keragaman pemikiran. Situasi dan kondisi saat Imam Asy -Syafi’i (150-
204 H) lahir dan hidup sangat jauh [karya ulama sudah banyak] berbeda
dengan kedua imam sebelumnya. Pada masa Imam Syafi’i hidup, sudah banyak
ahli fiqh, baik sebagai murid, Imam Abu Hanifah atau Imam Malik sendiri
masih hidup.3 Akumulasi berbagai pemikiran fiqh fuqaha, baik dari Mekah,
Madinah, Irak, Syam, dan Mesir menjadikan Asy-Syafi’i memilki wawasan
yang luas tentang berbagai aliran pemikiran fiqh. Faktor kedua, geografis,
faktor ini merupakan faktor secara alamiah negara Mesir tempat Asy-Syafi’I
lahir. Mesir adalah daerah kaya dengan warisan budaya Yunani, Persia,
Romawi, dan Arab. Kondisi budaya yang kosmopolit ini tentu saja
memberikan pengaruh besar terhadap pola pikir, Imam Asy-Syafi’i. Hal itu
terlihat dari kitabnya Ilmu Mantiq yang dipengaruhi, oleh aliran Aristoteles.
Faktor ketiga, adalah faktor sosial dan budaya ikut memengaruhi terhadap pola
pikir Imam, Syafi’i, dengan qaul qadim dan qaul jadid QauI qadim diangun
oleh Irak tahun 195 H. Karena perjalanan intelektualnya tersebut, Imam Asy-
Syafi’i mengubah beberapa pendapatnya yang kemudian disebut qaul jadid.4
3
Moenawar Cholil Moenawar Cholil, Empat BiografiImam Madzhab, Bulan Bintang,
Jakarta, 1995.h.134
4
Imam Asy-Syafi’i Madzhahib Al-Qadim wa Al-Jadid kaya Ahmad Nahrawi ‘Abd As-
Salam.h.32
5
Arab. Pada periode ini sering kali timbul pergolakan, konflik, dan
pertentangan yang berkisar pada soal kedudukan putra mahkota dan khilafat
antara anak-anak khalifah dan saudara-saudaranya. Saat itu, aliran
Mu’tazilAh berkembang, bahkan menjadi madzhab resmi negara pada masa
pemerintahan Al- Makmun, Al-Mutashim, dan Al-Watsiq.5
5
Jaih Mubarok, Modifikasi Hukum Islam Studi tentang Qawl Qadimdan Qawul Jadid,
Rajawali Press, Jakarta, 2002.h.82
6
F. Sebab-Sebab Wujudnya Perbezaan Pendapat Antara Para Imam Mazhab
Satu soalan yang agak mengherankan: Kenapakah wujud perbedaan
pendapat antara sesama para imam mazhab ? Kita semua sudah mengetahui
bahawa ke semua para imam mazhab mendasarkan pendapat mereka kepada
dalil al-Qur’an dan al-Sunnah, justru mengapa wujud perbedaan ?
Sebenarnya perbedaan pendapat antara para imam mazhab bukanlah
sesuatu yang besar sebagaimana yang kita sangkakan. Perbezaan mereka tidak
lain hanyalah pada perkara-perkara kecil dan cabang bukannya asas dan usul
sepertimana yang diterangkan oleh ‘Abd al-Rahman I.
Jika seseorang itu betul-betul memerhatikan ajaran fiqh keempat-empat
mazhab Islam itu, dia tidak akan menemui sebarang perbezaan pendapat atau
perbezaan ajaran dalam konteks prinsip-prinsip asas ajaran Islam sesama
mereka. Perbezaan yang wujud hanyalah berkisar pada perkara-perkara furu’
(cabang) dan bukannya perkara-perkara usul (asas) keislaman.
Perbezaan furu’ dan bukan usul sebagaimana yang dinyatakan di atas
diumpamakan oleh Abu Fath al-Bayanuni sebagai:
Satu jenis buah-buahan yang berasal dari sebatang pohon pokok;
bukannya berjenis-jenis buah yang berasal dari berlainan pohon pokok. Batang
pohon yang satu adalah kitab Allah dan Sunnah sementara ranting-rantingnya
adalah dalil-dalil syara’ dan cara berfikir yang berjenis-jenis; manakala hasil
buahnya pula adalah hukum fiqh yang sekian banyak dan bermacam-macam
itu.
Secara umumnya perbezaan ini timbul kerana dua sebab iaitu:
a. Faktor kemanusiaan. Manusia dicipta dengan kebolehan yang berbeda-beda,
sama ada secara fizikal atau mental. Perbedaan mental lebih tepat diertikan
sebagai perbedaan seseorang itu menafsir sesuatu dalil al-Qur’an dan al-
Sunnah untuk mengeluarkan sebuah hukum. Ini hanya berlaku terhadap dalil
yang bersifat umum sehingga memungkinkan pemahaman yang berbeza.
b. Faktor sejarah. Pada zaman para imam mazhab, tidak terdapat suasana yang
memudahkan mereka untuk memperolehi hadis-hadis atau duduk bersama
membicarakan sesuatu hal agama. Para imam mazhab terpaksa berhijrah ke
7
sana sini di seluruh dunia Islam untuk mencari hadis-hadis Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Suasana ini ada hubung-kaitnya dengan hukum
yang dikeluarkan oleh seseorang imam mazhab itu di mana setiap daripada
mereka akan mengeluarkan pendapat berdasarkan hadis-hadis yang sempat
mereka terima saja.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pola pikir dan faktor yang memengaruhi Imam Hanafi. Secara
geografis, Imam Abu Hanifah (80-150 H) lahir di Kufah [Irak] yang
penduduknya merupakan masyarakat yang sudah banyak mengenal
kebudayaan dan peradaban.
Pola pikir dan factor yang memengaruhi Imam Maliki. Berbeda
dengan Imam Abu Hanifah, Imam Malik (93-179 H) lahir di Madinah yang
dikenal sebagai “Daerah Hadis” dan tempat tinggal para sahabat Nabi.
Pola pikir dan Faktor yang mempengaruhi Imam As-Syafi’i. Pertama,
faktor keragaman pemikiran. Situasi dan kondisi saat Imam Asy -Syafi’i
(150-204 H) lahir dan hidup sangat jauh [karya ulama sudah banyak] berbeda
dengan kedua imam sebelumnya.
Pola pikir dan faktor yang mempengaruhi Imam Hanbali. Faktor
politik dan budaya Ahmad bin Hanbal hidup pada periode pertengahan
kekhalifahan Abbasiyah, ketika unsur Persia mendominasi unsur Arab. Pada
periode ini sering kali timbul pergolakan, konflik, dan pertentangan yang
berkisar pada soal kedudukan putra mahkota dan khilafat antara anak-anak
khalifah dan saudara-saudaranya.
Pola pikir dan faktor yang mempengarubi Madzhab Syi’ah dan
Khawarij. Faktor utama yang memengaruhi kedua madzhab ini adalah faktor
politik. Karena kemunculan dua aliran ini pun tidak lepas dari politis yakni
tahkim Di samping faktor teologis. Kedua faktor yang memberikan pengaruh
besar terhadap pola pikir kedua madzhab tersebut.
B. Saran
Penulis harap dengan adanya makalah ini, para pembaca khususnya
penulis dapat memahami semua pembahasan yang telah diuraikan diatas.
Penulis pun mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna
sempurnanya pembuatan makalah selanjutnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Jaih Mubarok, Modifikasi Hukum Islam Studi tentang Qawl Qadimdan Qawul
Jadid, Rajawali Press, Jakarta, 2002.
10
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pola Pemikiran Imam
Mazhab” Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen yang telah
berkenan membimbing kami dalam mata kuliah “Pengantar Perbandingan
Mazhab” yang telah membantu. Dalam makalah ini tentu sangat banyak
kelemahannya, oleh karenanya kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan dan terlebih dahulu kami ucapkan terima kasih.
Demikian makalah ini kami sajikan semoga bermanfaat bagi kami dan
pembaca.
i 11
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................... 1
C. TujuanMasalah.......................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pola Pikir dan Faktor yang Mempengaruhi
Imam Hanafi............................................................. 2
B. Pola Pikir dan Faktor yang Mempengaruhi
Imam Maliki............................................................. 2
C. Pola Pikir dan Faktor yang Mempengaruhi
Imam Syafi’i............................................................. 4
D. Pola Pikir dan Faktor yang Mempengaruhi
Imam Hanbali........................................................... 5
E. Pola Pikir dan Faktor yang Mazhab Syi’ah dan
Khawarij................................................................... 6
F. Sebab-Sebab Wujudnya Perbezaan Pendapat Antara
Para Imam Mazhab................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
ii
12