Nim : 2519035
Kelas : PTIK 4A
Istilah sunan (jamak dari kata sunnah, yakni Sunnah Rasulullah SAW)
menunjukkan, judul-judul yang terkandung di dalamnya berpatokan pada subjek
umum. Misalnya, persoalan thaharah (bersuci), shalat, zakat, puasa, haji, dan
seterusnya.
Biasanya, suatu kitab sunan tidak memuat hadis-hadis yang berkaitan dengan
moralitas, sejarah, zuhud, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam kitab sunan bukan
hanya hadis sahih yang dikemukakan, tetapi juga hadis-hadis dhaif yang diberi
catatan seperlunya oleh sang pengarang. Hal seperti ini dilakukan karena, menurut
Abu Daud, hadis-hadis dhaif yang tidak terlalu lemah memiliki kedudukan lebih tinggi
daripada pendapat para sahabat.
Dalam pandangannya, tak ada satu pun yang layak dijadikan pegangan setelah
Alquran selain hadis. Pemakaian opini sahabat hanya setelah tidak ditemukan nash
yang berhubungan dengan suatu hukum tertentu.
Kandungan kitab
Dalam kitab sunan-nya, Abu Daud berhasil menyeleksi sekitar 4.800 hadis tanpa
terulang dari sekitar 500 ribu hadis. Menurut pengakuannya sendiri, hadis-hadis yang
dihimpun itu beberapa di antaranya berkatagori sahih, mendekati sahih, dan dhaif.
Beberapa di antaranya adalah Aun al-Ma'bud Syarh Sunan Abi Daud karya
Syamsul Haq Azimabadi dan Badli al-Majhud fi Hall Abi Daud karya Khalil Ahmad
Anshari (W. 1346 H). Keduanya merupakan dua kitab syarh terbaik yang sampai saat
ini masih bisa didapatkan.
Menurut beberapa ulama, Imam Tirmidzi tergolong sebagai ulama yang produktif
menulis. Namun, dari seluruh karya tulisnya, bidang hadis mendapat perhatian yang
paling besar.
Kandungan kitab
Sunan Nasa'i merupakan karya terbesar Abu Abdurrahman Ahmad bin Syuaib
bin Ali bin Sinan bin Bahr al-Khurasani al-Nasa'i. Dalam sebuah riwayat dikatakan,
penulisan tentang Sunan Nasa'i dimaksudkan sebagai persembahan terbesar darinya
kepada Gubernur Ramlah. Ketika kitab tersebut hendak diserahkan, Gubernur
Ramlah sempat bertanya pada Nasa'i, "Apakah isi kitab itu shahih?" Nasa'i menjawab,
"Ada yang shahih, ada yang hasan, dan ada pula yang mendekati keduanya."
Gubernur Ramlah lalu menyuruh Nasa'i untuk menyeleksi kembali hadis-hadis yang
semula bernama Sunan al-Kubra tersebut.
Namun, karena dalam kenyataannya Sunan Nasa'i masih memuat Hadis-hadis
majhul (tidak diketahui), majruh (cacat), dhaif, dan memuat perawi yang terkadang
masuk dalam kategori al-juhalat (bodoh), ghair tsiqat (tak bisa dipercaya), al-ghulat
(salah), dan semacamnya. Alhasil, banyak ulama berselisih pendapat tentang
kedudukan Sunan Nasa'i dalam kategori kesahihannya. Bagaimanapun, jumlah hadis
yang diperdebatkan itu tidak terlampau banyak dibanding hadis-hadis yang shahih
dan belum terdapat dalam literatur ulama sebelumnya. Maka, secara umum mayoritas
ulama menilai Sunan Nasa'i sebanding dengan Sunan Abu Daud.
Selama hidupnya, Ibn Majah meninggalkan karya tidak kurang dari 30 judul.
Karya- karya itu terbagi dalam tiga kelompok besar, yakni pembahasan ihwal ilmu
tafsir, tarikh (biografi), dan hadis. Bagaimanapun, di antara ketiganya, bidang yang
terakhir itu merupakan buah tangan yang paling masyhur. Dalam bidang hadis, ia
menulis karya sunan-nya.
Dari segi materi, Sunan ibn Majah terdiri atas 4.341 hadis. Sebanyak 3.002 hadis
di antaranya telah termaktub dalam Kutub al-Khamsah (Bukhari, Muslim, Abu Daud,
Tirmidzi, Nasa'i). Hanya sekitar 1.339 hadis saja yang terbilang orisinil.
Dalam penelitiannya, Fuad Abd Baqi' menjelaskan, dari sebanyak 1.339 hadis
yang dikatakan orisinil tersebut, ada sejumlah 328 hadis yang berkualitas sahih.
Kemudian, sebanyak 99 hadis berstatus hasan. Sebanyak 613 hadis berkualitas dhaif,
sedangkan 99 hadis lainnya berkualitas tertuduh (buruk).
Ibn Hajar mencatat, jumlah bab dan pasal yang terkandung dalam Sunan Ibn
Majjah lebih sistematis dan rapi bila dibandingkan dengan bab-bab yang ada dalam
kitab hadis lain. Keterangan-keterangan yang termuat dalam Sunan Ibn Majah
umumnya bernas dan jelas. Adapun sistematika pembahasannya tak jauh berbeda
dengan kitab-kitab sunan pada umumnya. Jika dibandingkan dengan Kutub al-
Khamsah, maka Sunan Ibn Majah memiliki berbagai "kelemahan."
Pertama, kitab ini memuat banyak hadis yang berkatagori zawaid atas hadis-
hadis yang ada dalam Kutub al-Khamsah. Kedua, hadis yang berkualitas dhaif tidak
mendapat kejelasan sebab kedhaifannya. Oleh karena persoalan ini, banyak ulama
hadis memandang "sebelah mata" terhadap Sunan Ibn Majjah. Fuad Abd Baqi'
mencatat, ada sekitar 712 hadis dhaif dalam Sunan Ibn Majah dan dibiarkan begitu
saja tanpa komentar atau penilaian sedikit pun.
Al-Muwatta, Al-Muwaththa atau Muwatta Malik merupakan kitab hadis dan fiqih
yang disusun oleh Imam Malik bin Anas, merupakan salah satu dari Kutubut Tis'ah
(sembilan kitab hadis utama di kalangan Sunni).
Imam Malik, Yaitu Abu Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abu Amir Al-
Ashbahi (93 H dan -179 H). Ia banyak tinggal di Madinah. Ia ulama Islam yang
terkenal, dan pendiri mazhab Maliki. Ia dikenal mempunyai lebih dari seribu murid di
antaranya yang terkenal adalah Imam Syafe'i. Selama kehidupannya, Imam Malik
senantiasa memperbarui Kitab Muwaththa dia ini, sehingga kitab ini mencerminkan
pembelajaran dan pengetahuan dia selama lebih dari empat puluh tahun. Kitab ini
mengandung seribuan hadis.
Imam Malik memberi nama kitab hadisnya dengan nama al-Muwaththa' karena
kitab ini menjadi pembicaraan umat muslim di jamannya, maksudnya kitab tersebut
dimudahkan untuk dipahami dan dan diambil faidahnya oleh manusia. Imam Malik
berkata: "Saya menunjukkan kitabku ini kepada 70 ahli fiqih Madinah. Semuanya
menyepakatiku atasnya, maka saya memberinya nama al-Muwaththa'." [Tanwir al-
Hawalik hal 7, as- Suyuthi]. Kitab al-Muwaththa' karya Imam Malik ini adalah kitab
yang berisikan hadis - hadis Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam, perkataan (atsar)
para sahabat, fatawa para tabi'in. [Tanwir al-Hawalik hal 8, as-Suyuthi]
Imam Malik tidak menulis semua riwayat dari Nabi ﷺ. Terdapat ulama lain yang
mengumpulkan riwayat lainnya. Sehingga kitab ini terdiri dari: - Perkataan dan
perbuatan Nabi Muhammad ( ﷺjuga dikenal sebagai sunnah). Riwayat perkataan dan
perbuatan Nabi disebut hadis. - Pendapat dan keputusan resmi sahabat Nabi, penerus
mereka, dan beberapa ulama kemudian.
F. Kitab Sunan Musnad Imam Ahmad
Musnad Ahmad (bahasa Arab: )اﺣﻣد ﻣﺳﻧدatau ringkasnya dikenali sebagai al-
Musnad adalah salah satu kitab hadis Nabi yang terkenal dan terluas, dan
kedudukannya menempati posisi yang diutamakan di kalangan Ahlus Sunnah sebagai
induk rujukan di kalangan mereka. Selain itu, ia juga dikenal sebagai musnad yang
paling terkenal, dan para ahli ilmu hadis meletakkan posisinya no 3 setelah Shahihain
dan Sunan yang Empat. Nama Musnad Ahmad didasarkan/dinasabkan dari nama
Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal asy-Syaibani adz-Dzuhli (164-241
H/780-855 M). Perhitungan ahli-ahli hadits menyebutkan ada lebih kurang 40 ribu
hadits dengan rincian sebanyak 10 ribunya diulang-ulang, ditulis berurutan sesuai
nama para Sahabat Nabi Muhammad yang meriwayatkan hadisnya, yang dalam
pengurutannya ia jadikan tiap periwayatan sahabat memiliki satu tempat, dan jumlah
sahabat yang diriwayatkan di sini terhitung sebanyak 904 orang. Kitab itu ia bagi
dalam 18 bagian, dan bagian permulaannya ialah musnad sepuluh orang yang
dijanjikan masuk surga, dan bagian terakhirnya ialah musnad sahabat Nabi yang
perempuan (shahabiyah). Dan di sana, banyaklah hadis sahih yang tak didapati dalam
Shahihain (yakni riwayat Bukhari dan Muslim).