Anda di halaman 1dari 5

A.

Motivasi untuk penyusunan hadits al-Bukhari


al-bukhari melihat, bahwa dewan-dewan hadits yang disusun di
masanya dan sebelumnya, mengumpulkan antara hadits yang shahih, hadits
yang hasan dan hadits yang dla’if. Al bukhari juga melihat bahwa hadits dla’if
dan hadits maudlu’ telah berkembang dalam masyarakat melalui ahli-ahli kisah
yang tidak membedakan antara yang maqbul dengan yang mardud. Maka hal
itu semuanya menggerakan al-Bukhari untuk mengumpulkan sekumpulan
hadits yang shahih sanad nya dan sejahtera matan nya daripada ‘illat. Disusun
dan diterbitkan menurut bab-bab fiqih dan tafsir. Keinginan nya itu dikuatkan
lagi oleh perkataan gurunya, ishaq Ibn Rahawai yang mengatakan kepada
murud-muridnya: “ alangkah baiknya andai kata anda mengumpul suatu kitab
mukhtasar yang berisi hadits-hadits yang shahih”.
B. Bilangan hadits-hadits nya
menurut keterangan al-Hafidh Ibn Hajar, bilangan hadits yang terdapat
di dalam shahih al-Bukhary bersama dengan yang berulang-ulang , iailan 7394,
selain yang mu’allaq, muttaba’ dan yang mauquf. Jika yang diambil tidak
berulang-ulang dari hadist-hadits yang maushul maka dia berjumlah 2602.
C. Perawi-perawi shahih al-Bukhary
shahih al-bukhari telah di dengar lebih kurang 90.000 orang. Yang terkenal
diantara meraka ialah: Abu Abudullah Muhammad ibn Yusuf al-Firabry (320
H.), Ibrahim Ibn Ma’qil an-Nasafy (294 H.), Hammad Ibn Syakir an-Nasawy
(290 H), Abu Talhah Mansur Ibn Muhammad al-Bazdawy (329 H)
D. PENGERTIAN-PENGERTIAN YANG DILENGKAPI OLEH JUDUL-
JUDUL BAB YANG DIBERIKAN AL-BUKHARI
Al-bukhari adalah salah seorang dari imam fiqih yang mujtahid.karenanya,kitabnya mengumpul
kebanyakan masalah fiqih. Didalam judul-judul bab beliau letakan hasil ijtihadnya yang menunjukan
kepada keahliannya dalam bidang fiqih dan kemampuan mengistimbathkan hukum dari pada hadits.
Dalam membuat judul beliau menempuh dua jalan yaitu jalan yang nyata dan jalan yang
tersembunyi.

Jalan yang pertama


Ialah ,judul bab menunjukan dengan jalan muthabaqah kepada pengertian yang
dikandung oleh hadits, seperti beliau mengatakan : “inilah bab yang didalamnya
terdapat ini, ini, ini, atau bab menyebut dalil yang menunjuk kepada hukum itu”,
umpamanya.
Dan judul itu ada kalanya dengan lafadz yang menunjukan kepada sesuatu yang diberikan
judul, adakalanya dengan sebagian lafadznya, dan adakala dengan maknanya.
Jalan yang kedua
Ialah ,judul bab disusun dengan lafadz yang umum, sedang hadits-hadits yang diberi
judulnya, adalah khas,untuk memberikan pengertian bahwa hadits itu adalah
umum,walaupun hadits itu khusus keadaannya. Atau sebaliknya. Kerap kali al-
bukhari membuatyang demikian ini,apabila beliau tidak menemukan hadits yang
sesuai dengan syaratnya dalam bab yang beliau kehendaki. Kerap kali pula beliau
membuat judul dengan bab lafadz istifham, seperti beliau mengatakan: bab, apakah
ada yang demikian? Atau siapakah yang mengatakan yang demikian? Kerap kali
pula beliau membuat judul yang nampaknya kurang manfaat, tetapi apabila
diperhatikan secara mendalam, banyak manfaatnya.kadang-kadang pula beliau
membuat judul dengan lafadzyang menunjuk kepada makna suatu hadits yang tidak
shoheh menurut syaratnya, atau lafadz hadits yang tidak shoheh menurut syaratnya
iyu dijadikan judul, lalu disebut dalam bab itu apa yang menghasilkan maknanya,
seperti dikatakan : “ babul umara-i Quraisyin “. Hadits ini tidak shoheh menurut
syarat al-bukhari. Dan kadang-kadang pula beliau mencukupi dengan judul saja, lau
beliau mendatangkan sebuah atsar atau sebuah ayat, seolah olah beliau mengatakan:
“tak ada hadits yang shoheh menurut syaratku dalam bab ini.”

4. Shabib muslim
a. isi shahih muslim nilainya.
Shahih muslim ialh, kitab yang disusun oleh muslim ibnul hajjah an-naisabury,
yang mengumpul hadits yang shahih saja. Kitab ini terletak sesudah shahih al-
bukhari.
Muslim dalam menyusun shahihnya menempuh jalan yang sistematis yang
menyebabkan kita mudah menemukan hadits yang kita perlukan; karena muslim
mengumpulkan hadits yang bersesuaian satu sama lain di suatu tempat, dengan
menyebut jalan-jalan hadits itu dan sanad-sanadnya , serta lafadz-lafadz yang
berbeda-beda.
Muslim menerangkan dipendahuluan jami’nya (shahihnya), bahwa beliau membagi
hadits kedalam tiga bagian :
Pertama: yang diriwayatkan oleh para huffadh yang ahli.
Kedua: yang diriwayatkan oleh orang yang tidak diketahui keadaan nya, yang
sederhana hafadhannya dan kedlabitannya.
Ketiga : yang diriwayatkan oleh orang-orang yang lemah yang tidak diambil hadits-
hadits nya

Beliau mengatakan, bahwa apabila beliau telah selesai daripada bagian pertama,
beliau inginkan dengan bagian kedua. Sedang bagian yang ketiga tidak disebut.
Shahih muslim diterbitkan menurut bab fiqh. Akan tetapi muslim tifak menyebut
judul-judulnya. Judul-judul ini dibuat oleh pensyarah-pensyarahnya. Sebaik-baik
pensyarah yang telah membuat judul hadits-hadits muslim, ialah an-nawawi.

5) sunan an- nasa-iy


An-nasai menyusun sebuab kitab yang bernama as-sunanul kubra, yang didalam
nya ada hadits yang shahih dan ada yang ma’lul . kemudian beliau meringkas nya
dalam sebuah kitab yang dinamakan “as-sunanush shughra” dan dinamakan “al-
mujtaba”. Isinya adalah shahih menurut pendapat an-nasai .
Kitab al-mujtaba ini adalah sebuah kitab yang paling sedikit hadits dla’if dan perawi
yang tercela. Menurut pendapat sebagian ulama dia terletak sesudah shahih bukhari
dan shahih muslim.
Dia didahulukan atas sunan abu daud dan sunan at-turmudzy.
Abu daud dan nasai hanya meriwayatkan dari tabhaqat pertama, tabhaqat kedua dan
ketiga. Mereka tidak meriwatkan hadits-hadits dari tabhaqot yang keempat, kecuali
hadits-hadits yang bersifat mutabaah , dan syawahid. Namun demikian sunan an-
nasai didahulukan atas sunan abu daud, karena an-nasai lebih menelitikan keadaan
para perawi dan meninggalkan banyak perawi yang hadits nya diterima oleh abu
daud dan at-turmudzy.
Ringkasnya, syarat an-nasai adalah dalam al-mujtaba. Adalah syarat yang terkuat
sesudah syarat-syarat al-bukhari dan muslim.
6) sunan abu daud
Abu daud memetik sunannya dari 500.000 hadits. Maka jumlah hadits yang dipetik
dari himpunan itu sebanyak 48.000 hadits, kesemuanya dalam bidang hukum. Abu
daud adalah imam hadits yang ahli dalam fiqh sesudah al-bukhari, karenanyalah
kitabnya melengkapi segala bab fiqh dan melengkapi hadits-hadits yang
dipergunakan oleh para ulama-ulama fiqh dan dijadikan dasar hukum.
Derajat hadits-hadits sunan abu daud :
Menurut pendapat ibnu shalah , segala hadits yang disebut oleh abu daud secara
mutlak sedang hadits itu tidak ada didalam al-bukhari dan muslim dan tidak di
nashkan keshahihannya oleh seorang tokoh hadits , maka hadits itu hasan menurut
abu daud. Dalam pada itu abu daud mengambil hadits yang dla’if apabila tidak
diperoleh hadits yang shahih.

7) sunan at-turmudzy
Kitab ini terkenal dengan nama: jami’ut turmudz. Kadang-kadang dikatakan pula
as-sunnan.
At-turmudzy menyusun kitab jami’nya menurut bab fiqih dan diisikan dengan
hadits-hadits yang shahih, yang hasan, yang dla’if dengan diterangkan derajat
masing-masingnya dam sebab-sebab kedla’ifannya, sebagaimana at-turmudzy
menyebut madzab-madzab sahabat, tabiin dan fuqaha. At-turmudzymeringkaskan
jalan jalan hadits dengan menyebut sebuah sanad saja dan mengisyaratkan kepada
lainnya. Diakhir kitab diterangkan iilat-illat hadits.
Dengan demikian kitab ini mengandung faedah fiqih dan faedah-faedah hadits.
Ibnu shalah berkata: “kitab abu isa at-turmudzy adalahdasar untuk mengetahui
hadits hasan. Dan at-turmudzilah orang-orang yang mula-mula mengumandangkan
istilah hadits hasan dan banyak menyebutnya didalam jami’nya.
Menurut ibnu rajjab hadits-hadits at-turmudzy ada yang shahih, ada yang
hasan,ada yang gharib, yang sebgagiannya munkar walaupun kerap kali diterangkan
yang demikian.
Perbandingan antara jami’at at-turmudzy, sunan abu daud dan an-nasaiy:
Diterangkan oleh ibnu abu ja’far ibnu zubair, bahwa keistimewaan sunan abu daud,
adlah dalam bidang mengumpulkan hadits-haditis hukum , yang tidak dapat
dikumpul oleh orang lain. Keistimewaan sunan at-turmudzy adalah dalam
mengemukakan masalah yang berhubungab dengan hadits. Dan an-nasai menempuh
jalan yang lebih sukar daripada jalan-jalan itu dan lebih bernilai.
Adz-dzahaby berkata : martabat jamiat at-turmudzy lebih rendah dari sunan
abu daud dan sunan an-nasai, karena at-turmudzy meriwayatkan hadits-hadits dari al
mashlub al-kalby dan yang sepertinya.
Al-hazimy menerangkan bahwasan nya abu daud dan an-nasai tidak melampaui
tabaqhot ketiga dan abu isa at-turmudzy tudak melampaui tabaqhot yang keempat.
Namun demikian aoabila at-turmudzy meriwayatkan hadits dhaif, atau diriwayatkan
oleh orang-orang tabaqhot yang keempat, niscaya diterangkan kelemahannya .
hadits itu diriwayatkan adalah untuk syawahid dan muta’baah.oleh karena ituat-
turmudzy mengambil hadits-hadits dari tabaqhat keempat, maka syarat at-turmudzy
terletak dibawah syarat abu daud.

8) sunan ibnu majah.


Ulama mutaqqadimin dan kebanyakan ahli tahqiq dari golongan mutaahirin
berpendapat bahwa induk kitab hadits hanya lima yaitu: shahih al-bukhari, shahih
muslim, sunan an-nasaiy, sunan abu daud dan sunan turmudzy. Sebagian mutaahirin
menetapkan bahwa kitab induk enam,dengan menambah sunan ibnu majah pada
yang lima itu, lantaran mereka berpendapat,bahwa kitab sunan ibnu majah besar
manfaatnya dalam bidang fiqih.
Yang mula-mula menambah kitab induk menjadi enam, ialah ibnu thahir al-
maqdisy (507 H). Dalam athraf kitab enam.kemudian diikuti oleh abdul ghani al-
maqdisy dalam kitab al-ikhmal fi asmair rijal.
Oleh karena ibnu majah mengeluarkan pula hadits dari orang yang tertuduh
dusta dari orang-orang yang mencuri hadits, atau berkatalah sebagian ulama:
“seyogyanya dijadikan kitab yang keenam,kitab ad-darimy, karena didalam kitab
itu sedikit saja orang-orang yang lemah dan jarang kita temukan hadits hadits yang
munkar.”
Sebagian ulama menetapkan, bahwa kitab yang enam, ialah: muwaththa.
Diantara yang menetapkan demikian, ialah razien ash-sharghastiy (535 H), didalam
kitab tajhridush shahih, dan ibnul atsir dalam kitab jamiul ushul.

Anda mungkin juga menyukai