Anda di halaman 1dari 8

Pengantar sederhana, bisa dikatakan bahwa masing-

HADIS- SEBAGAI sesuatu yang masing merupakan wahyu dari Allah.4


dinisbatkan kepada Nabi saw, baik dalarn Hanya saja al-Qur'an, makna dan
bentuk perkataan (qawo, perbuatan yiq, redaksinya dari Allah, sedangkan hadis,
pengakuan (44,maupun sifat -pada maknanya dari Allah, sementara
dasarnya sama dengan Sunnah dan redaksinya dari Rasulullah saw Karena itu
Khabar.'. Ketiganya merupakan hadis merupakan sumber otoritatif dalam
sinonim.' Sebagai sumber otoritatif Islam, sama dengan al-Qur'an, sehingga
dalam ajaran Islam, Hadis mempunyai penolakan terhadap hadis akan
kedudukan yang sama dengan al-Qur'an, menyebabkan seorang Muslim menjadi
dilihat dari sisi bahwa masing-masing kafk5 Hanya saja untuk mengambil dan
merupakan wahyu dari Allah SWT. Yang mengikuti hadis, seseorang harus
diwahyukan kepada Rasulullah saw, melakukan pembuktian, bahwa
bedanya, al-Qur'an adalah wahyu yang Rasulullah saw. memang mengemukakan
dibacakan dan dinukilkan seperti apa perkataan, melakukan perbuatan, atau
adanya, dengan susunan kalimat yang mendiamkan perkataan atau perbuatan
merupakan mukjizat, sedangkan Hadis tersebut. Jika telah terbukti, bahwa
adalah wahyu yang diriwayatkan, tidak statusnya benar-benar merupakan hadis
dibacakan dan susunan kalirnatnya bukan Nabi saw, maka penggunaannya sebagai
m u k j i ~ a t . ~Dalam bahasa yang lebih dalail dalam persoalan hukum ataupun

Asy-Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani, Syakhshiyah al-lslamiyyah, Dar al'ummah, Beirut, cet. IV, 1997,Juz I
hal. 326;DR Mahmud at-Thahhan, TaysirMusthalahal-Hadits, Daral-Fikr, Beirut, tt., hal. 14;DR 'Umar Hasyim,
Qawa
'id Ushul al-Hadits, Dar al-Fikr, Beirut tt., ha1 23.
Asy-Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani, ibid, juz I, hal. 326;DR. 'Umar Hasyim, ibid, hal. 23
DR. Mahmudal-ajaj al-Khatib, Ushulal-Hadis:'Ulumuhu wa Musthalahuhu, Dar al-Fikr, Beirut 1989,hal. 35.
Kewahyuan Hadis adalah perkara yang qoth'i, sebagaimanayang yang dinyatakan dalam al-Qur'an, lihat
QS. Al-Anbiya (21):45;QS. Shaad (38);70;QS. Al-A'raf (7);203, QS. An-Najm (53):3-4.
Asy-Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani, ibid, juz I, hal. 179;DR. Muhammad Ajaj al-Khatib,
ibid, hal. 35-36Kewajiban mengambil dan mengikuti Hadis adalah perkara yangqath'i, sebagaimana yang
dinyatakan dalam al-Qur'an, lihat QS. Al-Hasyr (59):7;QS. An-Nisa (4):80;QS. An-Nur (24):63;QS. Al-Ahzab
(33):36.

TARJIH
JURNAZ. EDISI7, Januari 2004 83
Hafidz Abdurrahman, Konsep dan Aplikasi Hadis, Telaah Analitis...

akidah menjadi sah, demikian sebaliknya. Sirah Menjadi Bagian Dari Hadis.
Dari sinilah para ulama hadis menyusun Mengenai sirah Nabi, sebagaimana
disiplin ilmu yang kemudian dikenal yang telah dikemukakan di atas, pada
dengan ilmu musthalahah al-Hadis. dasarnya merupakan materin yang
Disiplin ilmu yang membahas ushul dan terkandung dalam hadis. Sirah Nabi ini
kaidah yang bisa digunakan untuk telah diriwayatkan oleh para sahabat,
mengetahui kondisi sanad (mata rantai tabi'in, dan orang-orang sesudah mereka
periwayatan) dan matan (redaksional), dari tentang kehidupan Nabi saw sejak
aspek akseptabilitas (al-qabul) dan non kelahiran masa perturnbuhan, dakwah
akseptabilitas (ar-r~dd-nya.~ beliau. Secara umum, sirah ini meliputi
Karena hadis mernuat materi yang seluruh informasi tentang Nabi saw dari
begitu luas, meliputi tafsir, legislasi beberapa riwayat yang diriwayatkan dari
(tqn") d m Jrrab, maka kajian terhadap berbagai hadis.
hadis Nabi, tidak hanya dirnonopoli oleh Pada saat ahli hadis mengurnpulkan
ulama' hadis, tetapi juga oleh ulama fiqih, apa yang hendak dikumpulkannya-
tafsir, sirah, dan bahkan ulama' tentu berdasarkan keilmuan yang di-
ushuluddin. Meski obyeknya sama, sama- milikinya-hadis-hadis tentang sejarah
sama hadis Nabi saw., namun demikian tersebut masih berserakan dan belum
masing-masing mempunyai pendekatan tersistematisir. Baru setelah hadis-hadis
dan kepentingan yang berbeda, sesuai disusun daiarn bab-bab, maka hadis-hadis
dengan tuntutan keilmuan yang yang berisi sirah Nabi juga dikumpulkan
digelutinya. Para ulama' hadis dan sirah, dalam bab-bab tersendhi. Bab tentang
misalnya, menekuni hadis aspek sirah Nabi ini akhirnya terpisah dari
penukilnya, yang dalam hal ini mereka hadis. Kemudian disusunlah kitab-kitab
mengandalkan aspek periwayatan dan khusus yang berkaitan dengan hadis,
isnad-nya. Sementara ulama tafsir, fiqih sementara pembahasan tentang sirah
dan ushuluddin, menekuni aspek &lalab mash disisipkan oleh para ahli hadis ke
nya. Dan karena kajian tentang &lalab itu dalam bab-bab yang berisi hadis tersebut
dihasihn setelah terbukti periwayatan Sebagai contoh, dalam kitab Sbabib al-
dan isnad-nya, maka ulama' yang terkahir Bukbariada kitab af-Magbaq'(lotab tentang
ini juga menekuni bidang yang juga peperangan Nabi). Di dalam Sbabib
ditekuni ulama' hadis dan sirah di atas? M u s h juga ada kitab al-fbad dan kitab
as-Sbar @tab tentang sirah).

DR. Mahmudal-Thahan, ibid, hal. 14.


Lihat Fathi Muhammad Salim, a/-lstidlalbiad-Dhanni fial-'Aqidah,Dar al-Bayariq, Beirut, cet.11, 1993, hal.
17.

84 TARJIH
JURNAI. EDISI7, Januari 2004
Hofidz Abdurrahman, Konsep dan Aplikasi Hadis, Telaah Analitis.. .

Setelah dipisah dari hadis, Hasyirn (w218 H.), serta Muhammad bin
kemudian banyak ulama' penyusun kitab Sa'ad (w 230 H).
yang secara khusus berisi sirah Nabi saw Dilihat dari isinya, sirah Nabi saw
Hanya saja kitab pertama tentang sirah merupakan perkara terpenting yang
yang sampai kepada kita adalah Kitab al- harus diperhatikan oleh kaum Muslimin.
Maghaxi karya Ibn Ishaq (w.153 H). Mengingat sirah tersebut berisi informasi
Pengarangnya dikenal luas sebagai mengenai perbuatan, perkataan, penga-
penulis tentang peper angan, sampai- kuan serta sifat-sifat Rasulullah saw.
sampai Imam as-Syafi'I berkomentar: Karena itu, sirah Nabi saw - sebagai
"Siapa saja yang ingin menguasai lautan materi hadis - merupakan sumber
peperangan, hendaklah merujuk kepada legislasi hukum, sebagaimana al-Qur'an.
Muhammad bin Ishaq". Pasca ibn Ishaq, Karena itu, sirah merupakan bagian dari
ada al-Waqidi (w. 209 H). Beliau adalah hadis. Demikian juga, semua riwayat yang
orang yang memiliki keluasan ilmu shahih dalam sirah Nabi saw -baik dari
tentang maslah peperangan, mendekati aspek riwayat maupun dirayah-nya-bisa
Ibn Ishaq. Beliau banyak mengetahui dianggap sebagai dalil syara'.
tentang tarikh dan hadis. Hanya saja, di Hanya saja, ada perbedaan antara
akhir usia beliau, dikatakanbahwa riwayat metode penyusunan sirah menurut ulama
beliau mengalami kontarninasi (ikbtalatb). klasik dengan ulama mutakhir. Metode
Karena itu, banyak ulama' hadis ulama klasik dalam penulisan sirah dan
kemudian melemahkannya. Imam tarikh berpijak pada periwayatan, dirnana
Bukhari memberi komentar tenag al- para sejarawan memulainya secara lisan,
Waqidi. "Dia adalah orang yang hadisnya dan generasi pertama yang menyaksikan
harus ditolak". Meskipun demikian, perbuatan Rasul atau mendengar ihwal
mereka tidak mencela kedalaman ilmunya beliau mulai meriwayatkannya kepada
tentang masalah peperangan, hingga yang lain, lalu diterima oleh generasi
Ahmad bin Hanbal pun berkomentar: sesudahnya. setelah itu, ada sebagian
"Sesungguhnya beliau adalah yang orang yang membatasi hadis-hadis yang
mengetahui betul ihwal peperangan". berserakan seperti yang terlihat dalam
Al-Waqidi telah menyusun sebuah kitab-kitab hadis sampai sekarang. Baru
kitab tentang peperangan yang dikutip pada abad ke-2 H, kita melihat sebagan
oleh Ibn Sa'ad dalam kitabnya, at- ulama' mulai mengumpulkan berbagai
Tbabaqatal-&bra ketika membahas sirah. informasi seputar sirah tersebut. Sebagian
At- Thabari juga mengutip dari al-Waqidi. digabungkan dengan yang lain.
Tokoh lain yang populer sebagai Penulisannya dilakukan dengan
penyusun sirah Nabi saw adalah Ibn menggunakan metode periwayatan,

TARJIHEDISI
JURNAL. 7, Januari 2004 85
.!Melad ue~ey6u!lenwes eped !qnuadIel
snJeq eurwed 6ueA le~eAs enp snJeq 'eAugnj '!edwes urnlaq qaJaw qelwn! undiysew '61JoqOqJaq ynlun leyedas
I!qelsnu ueese!qay w~nuew6ueA '~!qyeW u ! q IBME yep eyeJew Ies!was 6ueA 6ue~o4alo u q ~ e A e ~ ! ~ ! a'c
wemejnur de66ue!p ynlun dnyno wnleq ! J O ~ ~nles U !p ny !vedas
s!pe~l!pe! es!q ' ! d ~ a'elsnp
l ueynyeleur ~ q e d e qaJeur
s uqu!y6unwew yepg e66uiqesledwe8 nlens !p nwaveq
6u!les yep!l e u a l q 'l!leMelnur de66ue!p E~(us!PP~ !pe! es!q nuleveq 6u!les yep!$ uep epeq-epayeq 6ueA ledwel
!Jep luseJaq 6ueA 6ue~oew!l 'e6n! ue!y!wea .dnyno wnleq u!elBueA !6eq 'unweN uleMelnw de66ue!p dnyno
eAus!peq 'dules!ur 'q!(elu !qv u!q !IV lvedes 6ue~oeur!~.eAu~edurelundnele npF!pu! ueepaqed ue6uap !enses
epeq-Bpaqeq !u! !yseW .ue6uoqqey ueynye(ew lqedes eyeJew (!qelsnw 'ueese!qey UeylesepJeg '2
-yd!ymj uqnved!p yup!l nluel 'ueu!yeAey uey1!seq6uewlnqeslel 6ue~o ~edwe uep q!!'leqeped '(ueq!wa!uad)
yeI(!yzEj UqnveLuew q!sew eu!z s n s q uelep eAuue!sye~eyeueJey '!epeureu wnlaq de66u~!p6ue~oledure
'~Auueservdm0eur!l !JEP 6 m n y Qeloqy ~ 8 A u w l w n dy u e ~ ue~ndwnyes
o yep u!pqsrueq !mared ered 'L
:lny!Jeq !86eqes E!JegJy !qnUeUelll SnJBuJ!jEMBlnW S!pEq
'InSn Bweln 1nJnuayy.g 'leq 31zn! 'sj!yBnw-le y l e j '!beJl-(e 160~'leq'yeleys 091 yewppebnyy 'qeleqs uq( ,
8uad supsy y alepa 12pfi7 xpemaJnm Jnqasra:, q a ~ g urapp uqJnqasF 8uad
SJ!PEH . p a u f a w uap 'zqpJa7 : anp uapa!ay pSsqraa . u a g v a p uaSuaa
?Pa!uaur V S W ! S " p l F m!Pnuray -ya!!ny p8aqas uay!pa!rp ss!q yepp
xpamaJnur s ~ l p a;aJsnp ~ uaqnyalaur durmaeyrad q a u r 'yap? ey![-ada~xad~
~ v d aTFr@lsnu
s eyaraur Bduumum epad asrq &d 8mro qnst?urraJ und a q ~m p
8md +axad r@pm!as qalo q a d m q 'Y"?s F P f?liuqmPl W F P W ~ ~ ~ M F ~ F P
8UEd SFEq ya@pE;rPt?mmnmSpEH 8uad !saurxoju! ~ a 8 a q r a q sqnuaur
P a w Uap JgafiaJnN S P e H aygay uanqnqurad uaynyalaur ya1aJ
d u u n s d u a d ql .. p n ~ a y' v q s raqums
'WP uaye!!d !a8sqas uay!pa!!p as!q yap?
p8aqas mas !qeN yaqs ua~ud38uaur qaxaur q ~ q - q m qa88uqas 'adyMarad
rpr@~ Jnqzw msep ypa!uaur a%! Smd a z d q n q a d u a u r s d u a e!as aduuep!ay
q a p y~q a s drnadam? uqnqxaJ qzpJas umppaDuaur edmy 'aduumum ' w n u r
wuaJ ' ! q e ~ spay emqe8aqas 'umqny 'aure~n-p!JBBS apad yax!s uasgnuad
raqums p%qas .mas ! q a ~ yaqs splouaur apoJaurmSuap apaqraq ~ e bp1 s
ynmn urgsnm urnay r8aq uasalt! ape * ~ d u p a mm? p~ ~ a r a adn d
Smd yaqs m s p u a d my9 apad ye!!dxaq dapayxa~eyaraur uanyaa8uad mplaur
ue8uap 'axads 1 p p !eSaqas 'mas !qeN ' n ~ u a'~E~OJTJI
~ s n n y uap yaura18ued
yaqs dapeyxa:, q e 1 o u a d 'p!s pa smur m p aurpaxp esTq uap 'ylqas b d
'YT"S FynqJaJ ey!! amur r ~ ? sn ~ n d a sIsaurroj! ~8aqxaq
~ q u a as!q
p admy 8md 'yauuns u q e d uay!sayrjysaly8uaur asrq edu!~!~auad
j~
-nJaur w! ! q a ~p m ~~s a u r x o'qaqa~ a n d mp s p y e m l n a n d 'w! a u a z x
'spaq qmq-qmq apad nma madampad aspay dapayra~mynyaw Suad nradas
apoJaur ua8uap uayjadam!r!p 8uad srsxad -aduuay-radam~raur8ued 8uaro
r@nsWFI-WFI apad u ~ ~ ~ ~s n az y y l pm p +axad a m u q n q a d u a u r m8uap
Hofidz Abdurrohmon, Konsep don Aplikosi Hodis, Telooh Analitis...

- diriwayatkan oleh sejurnlah orang dari satu orang pada level manapun. (2) X x i ~
sejumlah orang- yang mereka mustahil hadis yang diriwayatkan oleh lebih dari
sepakat melakukan dusta, dari awal satu orang, tetapi kurang dari empat
hingga akhir. Contohnya, seperti hadits: orang, bisa diriwayatkan oleh dua atau
"Siapa saja yang mendustakan aku tiga orang, meski berada dalam satu level.
dengan sengaja, maka hendaknya dia (3) Maybt/r, hadis yang para perawinya
bersiap-siap mengambil tempat lebih dari tiga orang tetapi tidak sampai
duduknya dari neraka."' pada derajat mt/tawatir. Disebut ma.iybt/r
Sedangkan Mutawatir Ma'nawi karena kejelasan dan pen~ebarannya
adalah hadits yang para penukilnya telah menjadi buah bibir, baik memiliki sanad
sepakat terhadap suatu perkara dalam atau tidak sama sekali. Hadis yang terakhir
berbagai realitas yang berbeda. Misalnya, ini juga disebut mt/.stajdb. Hadis masyhur
hadits sholat sunnah Subuh dua rakaat." ini kadangkala masyhur di kalangan ahli
Hadits mutawatir ini-baik @dxirnaupun hadis, dan kadangkala masyhur di
ma'nawi- telah disepakati oleh jurnhur, kalangan orang awam. Hadis yang
baik fuqaha' maupun ahli kalam - pertama, misalnya hadis dari Anas:
Mu'tazilah dan Asyyariyah - bisa "Bahwa Nabi saw pernah (melakukan)
menghasilkan ilmu dbar~n'.Ilmu yang qunut selama satu bulan, berdo'a dengan
dimiliki manusia karena tidak bisa sangat bersemangat dan berapi-api".
menolaknya. Dikatakan sebagai ilmu Hadis yang kedt/a, d m contoh yang
d b a r ~ r ikarena ilmu tersebut tidak kedua seperti hadis:"Seorang muslim
memerlukan pertimbangan ketika adalah orang yang kaum Muslim selamat
hendak diyakini. dari lisan dan tangannya". Namun, tidak
Sedangkan hadis abad adalah hadis berarti hadis masyhur di kalangan orang
yang para perawinya belum sampai ke awam itu pasti sahih. Sebab, kadangkala
jenjang mutawatir, baik diriwayatkan oleh masyhur di kalangan awam, tetapi hadis
seorang ataupun empat orang. Hadis ini tersebut tidak memiliki dasar, dengan kata
bisa diklasifikasikan berdasarkan jumlah lain merupakan hadis palsu. Misalnya
perawinya, mejadi tiga: (1) Gbarib; hadis hadis: "Hari berpuasa kalian adalah hari
yang jumlah perawinya terdiri dari dari qurban kalian".

4. Sandaranakhir peringatannya hams berbentuk penginderaan, bisa rnendengar,rnelihatdan lain-lain.Lihat,


as-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, Op. Cit, hal. 336-339; Dr. 'Urnar Hasyirn, Op. Cit, hat. 143-62; Al-Arnidi, a/-
lhkam fi Ushulal-Ahkam,al-Maktab al-lslarni, Beirut, t.t, juz II, ha125.
HR. Muslim. Menurut al-Iraqi dari an-Nawawi, hadis ini telah diriwayatkan oleh 200 sahabat. Lihat, az-Zubaydi,
Luqath a/-Laali a/-MutanatsirahfiaCHadis a/-Mutawatirah, Dar al-Baz, Makkah, cet.1, 1985, hal. 261.
loAs-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, Op.Cit,hal. 337; al-Arnidi, Ibid, juz II, ha1.18, Ibn Qudarnah al-Maqdisi,

Rawadhah an-Nadzirin wa Junnat a/-Manadhir,Dar al-Kitab al-'Arabi, Beirut, cet. I, 1981,86.


Hofidz Abdurrohmon, Konsep don Aplikasi Hodis, Telooh Anolitis...

Khabar ahad, baik gharib, axiq Maka, mafhum mukhalafah -


ataupun masyhur, isnadnya pasti mem- (konotasi terba1ik)-nya menyatakan,
punyai akhir; ada yang berhenti pada bahwa apa yang dibawa oleh selain Rasul,
Nabi saw yang kemudian disebut hadis maka jangan kalian ambil. Karenanya
ma@'" atau berhenti pada sahabat, yang hadis yang disandarkan pada seseorang,
kernudian disebut hadis mawq4 l 2 atau selain Rasulullah saw. tidak bisa dijadikan
berhenti pada tabi'in, yang kemudian hujjah. Bahkan, ha1 itu tidak boleh
disebut hadis maqtbd 13. Narnun, hadis disandarkan kepada Rasulullah saw,
mauquf dan maqthu' itu tidak bisa karena tergolong ihtimal (masih
dianggap dijadikan sebagai dalil. Sebab spekulatif), bukan dxan (dugaan kuat).
Allah swt berfirman Semenma ibtimaltidak mempunyai nilai
sedikit pun.
Ini berbeda dengan hadis ma@'.
Hadis ini bisa dijadikan sebagai dalil, jika
'Apayang dibe~kanR a d h p a d a m maka terbukti sahib atau hasan, dan wajib
terimalah dia. Dan apa yang dilarangtya diaplikasikan. Mengenai statusnya
bagtmu maka tinggalkanbb" QS. Al-Hmyr menghasillran ilmu (keyakinan) atau tidak,
(59): 7). memangmasih diperselisihkan. Menurut .

'' Marfu'adalah hadis vang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. secara khusus, baik dalam bentuk
perkataan, perbuatan, t a q h acau sifatnya. Baiiyang menyandarkan kepada Nabi Muhammad saw. itu adalah
sahabat atau tabi'in ataupun generasi pasca mereka. Termasuk hadis marfd adalah perkataan sahabat;"Kami
telah mengerjakan atau menktakan seperti ketika Rasulullahsaw masih hidup", atauf "~eliauberada ditengah-
tengah kami." Atau:
"Kami tidak menganggap apa-apa ha1 itu. " Atau: "Mereka melaksanakan dan mengatakan, atau dikatakan
seperti ini ketika zaman hidupnya Rasulullah saw," Juga termasuk marfu' adalah perkataan sahabat: "Kami
diperintahkan melakukan ini." Atau "Kami dilarang melakukan ini", atau;"Termasuk sunah seperti ini" dianggap
bagian dari marfu'adalah perkataan sahabat: 'Kami pernah melaksanakan atau mengerjakan ha1 seperti ini."
Sekalipun tidakdisandarkan kepada Nabi saw, karenaha1itu menunjukkan adanya t a q k Juga bisa masuk kategori
marfu'perkataan Anas bin Malik: "Adalah pintu-pintu Nabi diketuk dengan kuku-kuku. "Juga kata-kataAnas yang
menyatakan:
"Bilal diperintahkan untuk beradzan dua kali, dan sekali iqamat." Begitu juga tergolong marfu'tafsir yang
disertai sebab-sebab turun ayat. Adapun selain tafsir sahabat, tidak dianggap bagian dari hadis. Ini karena para
sahabat banyak berijtihaddalam menafsirkanal-Qur'an dan mereka berbeda pendapat. Kits Juga bisa menemukan,
bahwa diantara para sahabat ada yang meriwayatkan lsrailiyatdari ahli kitab. Karena itu, penafsiran mereka tidak
dianggap sebagai hadis, lebih-lebihdigolongkan sebagai ma&: Lihat as-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, Op.Cit.,
ha1 338 - 339.
i2Mawquf adalah hadis yang diriwayatkan dari sahabat, baik dalam bentuk perkataan ataupun perbuatan
sahabat, yang memang secara mutlak dikhususkan untuk mereka. Isnad-nya kadangbersambung(multashil) dan
kadangtidak (munqathr). Hadis seperti ini oleh kebanyakanfuqaha dan ahli hadis disebut dengan atsar, Liahat as-
Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani, Op.cit., ha1339.
l 3 Hadis Maqthu' berbeda dengan munqathi' hadis yang isnadnya behenti pada tabi'in, baik perkataanataupun
perbuatan mereka. Lihat As-Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani, P.Cit., Hal. 339.

88 TARJM
JURNAL EDISI
7, Januari 2004
Hafidz Abdurrahman, KOlnsep dun Aplikasi Hadis, Telaah Analitis.. .

- Imam Ahmad, Dawud ad-Dzahiri, Ibn apakah dalalahnya qath'i atau dxan?
Hazm dan sejumlah ahli hadis, hadis Sementara Hadis Ahad, tidak boleh
seperti ini bisa menghasilkan ilmu. digunakan sebagai dalil akidah. l5 Di sisi
Alasannya, karena hadis tersebut tidak lain penggunaan hadis Ahad dalarn akidah
mungkin diaplikasikan, tanpa keyakinan. akan menjerumuskan kaum Muslim
Sementara mazhab Hanafi, as-Syafi'i dan dalam tindakan kafir-mengkafirkan
jumhur Maliki berpendapat, bahwa hadis sesama Muslim, karena faktor keyakinan
seperti ini hanya menghasilkan dxan, dan masing-masing yang dibangun berdasar-
tetap wajib diaplikasikan. Menurut kan spekulasi. Dari sinilah, baik al-
mereka, tidak ada keharusan untuk Ghazali maupun Hizbut-Tahir, udak
mengamalkan hadis tersebut dengan menganggap kaum ahli kalam sebagai
keyakinan, melainkan cukup dengan orang kafir. Sebab, mereka berpijak pada
dugaan kuat (dxan rajih). Meski berbeda dalil dxany, meski tetap harus dikatakan
tentang sesutu yang dihasilkan, apakah; bahwa mereka melakukan kekeliruan.
yakin atau dxan, namun masing-masing Sebaliknya, ahli flsafat harus dikafirkan,
sepakat bahwa hadis tersebut wajib karena telah menolak dalil-dalil qath'i
diaplikasikan. l4 yang harus diyakini.16
Dari uraian di atas, bisa
disirnpulkan bahwa Hadis Nabi saw, dari Status Hadis Dha'if
aspek tsubut (sumber)-nya, ada dua; ada Hadis dha'fadalah hadis yang tidak
yang yang qath 'i,seperti Hadis Mutawahr, memenuhi kriteria sifat-sifat hadis sahih
yang disepakau oleh jumhur sebagai dan haran. Hadis dha'fsama sekali tidak
hadis yang bisa m e n g h a s k ilmu dharun' bisa dijadikan sebagai hujjah. Merupakan
dan ada yang dxanni, seperti Hadis Ahad, anggapan yang keliru, bahwa jika hadis
yang diperselisihkan oleh para ulama7di dha'if telah datang dari jalur yang
atas; apakah menghasilkan ilmu atau bermacam-macam, dari sama-sama
tidak. Konsekuensi dari klasifikasi ini, dha'if, maka hadis dha'if bisa meningkat
maka Hadis M u t a w a t r d a t dari aspek derajatnya menjadi haan atau sahih. Sebab,
sumbernya-merupakan hadis qath'i jika kelemahan hadis tersebut disebabkan
yang bisa digunakan sebagai dalil akidah. oleh faktor kefasikan perawinya, atau
Tentu masih tetap harus memperhatikan, karena benar-benar dituduh berbohong,

l4 Lihat, Ibn Hazm, al-lhkam, Juz. I, ha1 97 dan seterusnya, 107-1'22,al-Ghazali, aCMustashfa, juz I, hal. 93-
99; al-Amidi, op.cit, juz 11, hal. 49-60.
Dalil-dalil mengenai larangan membangun akidah dengan dalil dzannytelahdinyatakan dalam al-Qur'an,
Lihat QS. An-Nisa (4): 157; QS. Yunus (10):36; QS al-An'am (6) 116; an-Najm (53):23 dan 28.
l6 al-Ghazali, al-lqtishadfial-l'tiqad, hal. 268-270; As-Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani, op.cit., ha1 121-126.

TARJIH
JURNAL EDISI7, Januari 2004 89
Hafidz Abdurrahman, Konsep dan Aplikasi Hadis, Telaah Analitis. ..

kemudian datang dari jalur lain berupa al-Khiyar, Said bin Usayb dan lain-lain. -
ha1 yang sama, maka justru akan Jika mereka berkata:"RasuluUh saw, telah
bertambah lemah selemah-lemahnya. bersabda".
Hanya saja, jika makna yang ada Dalam ha1 ini, pendapat yang
dalam hadis dhav tersebut dinyatakan populer menyatakan, bahwa satatus
dalam hadis sahih, maka yang dijadikan antara para tabi'in satu dengan yang lain
dalil adalah hadis yang sahih, sedangkan dianggap sama. Dengan kata lain, hadis
hadis dha'ifnya wajib ditinggalkan. Dari Mursal tersebut telah diriwayatkan oleh
sini, bisa disimpulkan bahwa tidak boleh para tabi'in dari Nabi tanpa menyebutkan
menggunakan hadis dha'if sama sekali, para sahabat, baik oleh tabi'in yunior
dengan cara apapun, sebagai dalil. Meski maupun senior.
dernikian, tetap harus diberi catatan, Ada perbedaan pendapat dikalang-
bahwa karena dha'if menurut satu ulama an ulama hadis, ushul serta para imam
hadis belum tentu menurut yang lain yang lain dalam mengambii hadis Mursal
statusnya juga sama, maka tidak boleh sebagai hzijah . Ada yang tidak membo-
tergesa-gesa menolak sebuah hadis. lehkan hadis Mursal dijadikan sebagai -

Semata-mata karena hadis tersebut telah hujah (dalil), karena dianggap sama
dibuktikan, bahwa sanad-nya lemah. Jika seperti hadis Munqathi", yang keab-
tindakan ini dilakukan, maka akan banyak sahannya telah ditolak. Ada pula diantara
hadis yang hilang, dan akibatnya banyak mereka yang menggunakannya sebagai
persoalan yang tidak menemukan pijakan dalil, karena adanya illat (alasan), yaitu
dalilnya. Andai dilakukan pembuktian, hilangnya seorang perawi yang tidak
kemudian terbukti bahwa sanad-nya diketahui; yang bisa jadi perwinya tidak
lemah, maka kelemahan hadis tersebut tszqoh. Inilah illat penolakan hadis Mur~al.
harus dinyatakan dengan catatan, Ini memamng bisa dikatakan sebagai ilht
Misalnya, "menurut si Fulan". (alasan) yang benar. Namun penolakan
Tentang hadis Mursal, yaitu hadis hadis Mursal dengan illat tersebut tidak
yang gugur pada level para sahbat, seperti bisa diberlakukan pada kasus hadis Mursal
keti-ka tabi'in berkata: "Bersabda Shahah. Sebab seorang perawi yang
Rasulullah saw. seperti ini", atau: dibuang adalah sahabat. Meski, perawi
"melakukan seperti ini",atau: "Seseorang tersebut tidak dikenal dari sisi pribadinya,
telah melakukan di hadapan Rasul seperti tetapi dia dikenal sebagai seorang sahabat.
ini." Hadis seperti ini bisa digambarkan, Sementara para sahabat telah disepakati
bahwa tabi'in telah berjumpa dengan keadilannya oleh para ulama. Narnun,
sekelompok sahabat dan mengikutijalsah dalam kasus hadis Mursalyang lain, selain
(forum), seperti 'Ubaydillah bin 'Ada bin Mursal Shahah, tidak bisa diterima. n

90 TARJM
JURNAL EDISI7, Januari 2004

Anda mungkin juga menyukai