Anda di halaman 1dari 13

Kutub At-Tis’ah, Musnad As-Syafi’I, Al-Mustadrak ‘Ala As-Shahihain

Oleh:
Sholahuddin Ahmad Ishom
Muhamad Rifhan Hais
Gagasan-gagasan:
“Dalam Kitab-kitab Induk Hadis, terdapat banyak hal yang belum diketahui,
yang padahal di dalam Kitab-Kitab yang menjadi tersebut terdapat banyak sekali
pembahasan ilmiah dari kitab hadis, diantaranya metode penulisannya, metode
penelitiannya, objek-objek pembahasannya, dan lain sebagainya yang menarik untuk
dibahas dalam kajian ilmiah. Terlebih dalam Kutub At-Tis’ah, yang menjadi Kitab-
kitab rujukan bagi ulama dan para peneliti hadis, juga Musnad As-Syafi’i yang disusun
berdasarkan nama-nama sahabat yang meriwayatkan hadis, dengan redaksi shighat
tahammul wa al-ada’, dan sebagian besar hadis-hadis tersebut bersifat sima’i, dan
sistem penulisannya berbeda dangan musnad yang lain. dan juga Kitab karangan Imam
Al-Hakim An-Naisaburi yaitu Al-Mustadrak ‘Ala As Shohihain yang mencantumkan
hadis-hadis yang tidak dicantumkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, namun
memenuhi kriteria hadis sahih dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, karena Imam
Bukhari dan Imam Muslim menegaskan bahwa tidak semua kitab hadis sahih
terangkum dalam kitab sahihnya, sehingga Al-Hakim terdorong untuk menyusun kitab
berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah.”

Objek Pembahasan: Kutub At-Tis’ah, Musnad As-Syafi’i, Al-Mustadrak ‘Ala As


Shahihain.

Dalam Islam dikenal kitab induk hadis, yaitu kitab-kitab yang menjadi rujukan
umat Islam dalam mencari hadis-hadis Nabi yang dianggap memiliki validitas yang
diakui oleh para ulama. Disebut kitab induk karena kitab-kitab ini menjadi rujukan
dasar bagi umat islam dalam mencari hadis-hadis Nabi. Kitab-kitab ini disusun oleh
para penyusunnya melalui penelusurannya melalui penelusuran sendiri dari perawi
secara langsung, sehingga kontentikannya diakui oleh mayoritas ulama.

Kitab ini dikenal dengan nama kutub Al-Tis’ah atau kitab induk yang
jumlahnya sembilan. Namun demikian bukan berarti kitab hadis yang dapat dijadikan
acuan sebagai acuan hanya kitab sembilan tersebut. Pengelompokkan ini didasarkan
pada ketatnya kriteria yang dibuat para penyusunnya ketika menerima hadis dalam
kitabnya.

Kitab induk hadis adalah kitab – kitab yang didalamnya tertulis lengkap antara
sanad dan matannya. Sebenarnya jumlah kitab induk hadis itu banyak akan tetapi, yang
lebih sering dikenal dimasyarakat luas ada 6 macam (kutubus sittah).Kitab induk hadis
ada 2 macam yaitu: Al Ushul Al-Khamsah dan Al-Ushul Al-Sittah. Al Ushul Al-
Khamsah disebut juga Al-Kutub Al-Khamsah (kitab-kitab pokok hadis yang lima),
yaitu Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan
An-Nasa’i, Dan yang ke enam dalam perdebatan. Kemudian ada sebagian ulama yang
memasukkan kitab hadis keenam, sehingga penyebutannya menjadi Al-Ushul As-
Sittah. Namun para ulama mutaakhirin masih berbeda pendapatnya dalam menentukan
kitab yang ke enam. Abul Fadhli ibn Thahir yang mempelopori Sunan Ibn Majah
menjadi kitab pokok yang keenam ini, yang diikuti oleh Abdul Ghani Al-Maqdisi, Al-
Mizi, kemudian Al-Hafidz Ibnu Hajar dan Al-Khazra’i. Sebagian yang lain Razin dan
ibnu Al-Atsir memandang bahwa kitab Al-Muwathatha’ Imam Malik lebih pantas
menduduki pokok ke enam, bukan Sunan Ibnu Majah ini. Ada juga ulama lain yang
memasukkan Al-Sunan atau Al-Musnad susunan Al-Darimy sebagai kitab keenam,
juga kitab Al-Muntaqa susunan Al-Jarud.1

Kutub Al-Tis’ah

Dalam Bahasa Indonesia berarti 'sembilan Kitab', adalah sebutan yang


digunakan untuk merujuk kepada sembilan buah kitab induk hadis dalam Islam.
Kesembilan kitab ini merupakan kitab hadis yang disusun oleh para pengumpul hadis
yang kredibel. Kitab-kitab tersebut menjadi rujukan utama oleh umat muslim dalam
merujuk kepada perkataan Nabi Muhammad. Adapun nama-nama kitab tersebut yaitu:

1
Munzier Suparta,M.A.Ilmu Hadis. (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2002), hal 251-252.
1. Shahih Bukhari
2. Shahih Muslim
3. Sunan Abu Daud
4. Sunan Tirmidzi
5. Sunan Nasa'i
6. Sunan Ibnu Majah
7. Musnad Ahmad
8. Muwatto' Imam Malik
9. Sunan Ad-darimi2
Sama halnya dengan Kutub As-Sittah hanya saja ada penambahan tiga kitab
induk hadis yakni, Musnad Ahmad, Muwatto’ Imam Malik dan Sunan Ad-Darimi.

Musnad As-Syafi’i

Kitab Musnad adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat
yang meriwayatkan hadis. Biasanya dimulai dengan nama sahabat yang pertama kali
masuk Islam atau disesuaikan dengan urutan abjad.3 Namun demikian, definisi istilah
tersebut tidak berlaku terhadap karya imam Syafii ini. Karya tersebut lebih kepada
corak kitab fiqh sehingga penyusunannya berdasarkan bab-bab fiqh, tidak berdasarkan
abjad sahabat-sahabat Nabi. Jika dibandingkan dengan kitab musnad lainnya berbeda
sama sekali, dalam artian bahwa kitab-kitab lainnya disusun berdasarkan abjad sahabat,
terutama sahabat nabi yang pertama kali masuk Islam.

Musnad Syafi’i adalah kumpulan hadis-hadis yang diriwayatkan dari Imam


Syafi’i. Secara redaksi shighat tahammaul wa al-ada’, sebagian besar hadis-hadis
tersebut bersifat sima’i. Yakni hadis-hadis yang tercantum di dalamnya menggunakan
lafal seperti ‫اخبرنا‬/ ‫اخبرني‬, ‫حدثنا‬/‫حدثني‬, dan sedikit memakai shighat al-
ijazah seperti ‫انبأنا‬/‫انبـأني‬. Secara kualitas hadis, sebuah penelitian yang memfokuskan

2
3
Dzulmani, Mengenal Kitab-kitab Hadis (Yogyakarta:Pustaka Insan Madani. 2008), hlm. 11
pada bab jual beli berkesimpulan bahwa hadis-hadis tersebut berstatus sahih li
dzati jumlahnya delapan hadis, satu hadis berstatus sahih li ghairi dan satu hadis
berstatus dhaif. Sehingga apa yang pernah diucapkan oleh Syafii, “hadis sahih adalah
mazhabku” masih dipegang dalam penyusunan kitab tersebut.

Secara sumber refrensi, hadis-hadis yang termuat dalam kitab Musnad


Syafi’i bersumber kepada kitab lainnya yang fenomenal, al-umm. Meski al-
umm sendiri tidak hanya memuat kitab musnad saja. Ada beberapa karya Syafi’i yang
terlahir dari kitab al-umm, antara lain:

1. Al-Musnad
2. Khilafu Malik
3. Al-Radd ‘ala Muhammad bin Hasan
4. Al-Khilafu Ali wa Ibnu Mas’ud
5. Ikhtilaf al-hadits
6. Jami’ al-Ilm
Secara sanad, hadis-hadis dalam kitab musnad syafi’i mengutamakan jalur
periwayatan melalui Malik bin Anas. Hal tersebut tidak lain karena sikap
penghormatan Syafi’i terhadap guru hadis tersebut dimana karyanya juga sudah
dihafalkan di usia 12 tahun dan sebelum bertemu langsung dengan Imam Malik. Hal
tersebut dibuktikan oleh penulis dengan cross-reference bab wudlu, bab tersebut
memuat 79 hadis dan yang bersumber dari Imam Malik sebanyak 25 hadis.4 Sebagai
tambahan wawasan mengenai kitab Musnad al-Syafi’i, berikut ini beberapa contoh
redaksi hadis yang ada dalam kitab tersebut.

‫ أخبرنا اإلمام أبو عبد هللا محمد بن إدريس الشافعي رضي هللا عنه أخبرنا مالك بن أنس عن صفوان‬- 1
‫بن سليم عن سعيد بن سلمة رجل من آل بن األزرق أن المغيرة بن أبي بردة وهو من بني عبد الدار‬

4
Syuhudi Isma’il, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis:Telaah Kritis dan Tinjauan Dengan Pendekatan
Ilmu Sejarah (Jakarta:Bulan Bintang. 1995), hlm. 72
‫أخبره أنه سمع أبا هريرة رضي هللا عنه يقول سأل رجل رسول هللا صلى هللا عليه و سلم فقال ‪ :‬يا رسول‬
‫هللا انا نركب البحر ونحمل معنا القليل من الماء فإن توضأنا به عطشنا أفنتوضأ بماء البحر فقال رسول‬
‫هللا صلى هللا عليه و سلم هو الطهور ماؤه الحل ميتته‬

‫‪ - 2‬أنبأنا الثقة عن الوليد بن كثير عن محمد بن عباد بن جعفر عن عبد هللا بن عبد هللا بن عمر عن أبيه‬
‫‪ :‬أن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال إذا كان الماء قلتين لم يحمل نجسا أو خبثا‬

‫‪ - 3‬أخبرنا مالك عن أبي الزناد عن األعرج عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه‬
‫و سلم قال ‪ :‬إذا شرب الكلب من إناء أحدكم فليغسله سبع مرات‬

‫‪ - 4‬أخبرنا سفيان بن عيينة عن أبي الزناد عن األعرج عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن رسول هللا صلى‬
‫هللا عليه و سلم قال ‪ :‬إذا ولغ الكلب في إناء أحدكم فليغسله سبع مرات‬

‫‪ - 5‬أنبأنا بن عيينة عن أيوب بن أبي تميمة عن بن سيرين عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن رسول هللا‬
‫صلى هللا عليه و سلم قال ‪ :‬إذا ولغ الكلب في إناء أحدكم فليغسله سبع مرات أوالهن أو أخراهن بالتراب‬

‫‪Al-Mustadrak ‘Ala As Shohihain Karya Al-Hakim‬‬

‫‪Latar Belakang Penulisan Kitab‬‬

‫‪) adalah‬المستدرك على الصحيحين ‪Al-Mustadrak ala ash-Shahihain (Bahasa Arab:‬‬


‫‪kitab koleksi hadits yang disusun oleh Hakim al-Naisaburi (w. 405 H).5 Al Hakim tidak‬‬
‫‪secara eksplisit menyebutkan tentang latar belakang penulisan kitab al Mustadrak ala‬‬
‫‪Shahihain, yang mulai disusun pada tahun 373 H (ketika beliau berusia 52 tahun).‬‬
‫‪Namun secara implisit bisa terekam nahwa inisiatif penulisan tersebut berangkat dari‬‬

‫‪5‬‬
‫‪Wikipedia, Al-Mustadrak ala ash-Shahihain, https://id.wikipedia.org/w/index.php?search=Al-‬‬
‫‪Mustadrak+ala+ash-‬‬
‫‪Shahihain&title=Istimewa%3APencarian&profile=advanced&fulltext=1&advancedSearch-‬‬
‫‪current=%7B%22namespaces%22%3A%5B0%5D%7D&ns0=1, diakses 23 Desember 2018.‬‬
dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internalnya adalah ketika al Hakim
berasumsi bahwa masih banyak hadis shahih yang berserakan, baik yang belum dicatat
oleh para ulama maupun yang sudah tercantum dalam beberapa kitab hadis yang sudah
ada. Disamping penegasan dari pengarang kitab Shahihain yaitu Bukhari dan Muslim
bahwa tidak semua hadis shahih telah terangkum dalam kitab Shahih-nya. Dua hal
tersebut yang mendorong Al Hakim menyusun kitabnya berdasarkan kaedah ilmu
dalam menentukan keabsahan sanad dan matan.

Sementara faktor eksternalnya adalah, kitab al Mustadrak disusun karena


kondisi politik, intelektual dan ekonomi yang terjadi pada saat itu. Dari segi politik,
pada abad 4 H (disebut masa-masa disintegrasi), wilayah Islam terpecah ke dalam 3
kekuasaan besar yakni Bani Fatimiyah di Mesir, Bani Umayah di Cordiva, dan Bani
Abasiyah di Baghdad, ketiganya saling bermusuhan. Keadaan seperti tidak ini
menyebabkan para intelektual lelah untuk menghasilkan karya. Pada saat kitab al
Mustadrak ditulis, pada saat itu al Hakim berada dalam masa transisi Sinasti Samani
(yang bermadzhab Syiah) ke dinasti Ghaznawi (yang bermadzhab Sunni). Walaupun
secara garis besar pada abad ke 4 H ini dunia intelektual Islam mengalami kemerosotan
dibanding pada abad ke 3 H, namun hal ini membuat Al Hakim justru terpacu
semangatnya untuk menghasilkan karya.

1. Penamaan Kitab
Kitab karya Al Hakim dinamakan Al Mustadrak yang artinya ditambahkan
atau disusulkan atas Al Shahihain. Al Hakim menamakan demikian kerena
berpendapat bahwa hadis-hadis yang terdapat dalam kitabnya memenuhi kriteria
yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim, sedangkan hadis tersebut
belum tercantum dalam kitab Shahih Bukhari maupun Muslim. Dengan demikian
kandungan kitab Al Mustadrak dapat kita klasifikasikan menjadi 4 kemungkinan:
a. Hadis-hadis yang tercantum dalam Al-Mustadrak tidak ada
dalam Shahihain, baik lafal maupun makna, tetapi terdapat pada kitab lain.
b. Hadis-hadis yang terdapat dalam Al-Mustadrak lafalnya berbeda dengan
hadis yang ada dalam Shahihain tetapi maknanya sama.
c. Hadis-hadis dalam Al-Mustadrak melengkapi lafal hadis yang ada
dalam Shahihain.
d. Hadis-hadis yang tercantum dalam Al-Mustadrak menggunakan sanad yang
tidak ditemukan dalam Shahihain.
2. Sistematika Penulisan Kitab
Dalam kitab Al-Mustadrak ‘Ala Shahihain karya Imam Hafidz Abi Abdillah
Al-Hakim yang telah diterbitkan oleh Darul Haramain li At-Thaba'ah wa At-Tauzi’
terdiri dari lima juz. Di setiap juznya terdapat beberapa kitab atau bab. Jumlah hadis
yang terdapat dalam kitab ini adalah 8864. Seperti kitab hadis lainnya, kitab ini
disusun berdasarkan bab-bab fiqhiyah. Namun demikian, dalam kitab Al-Mustadrak
ini terdapat beberapa bab tau pembahasan di luar bab-bab fiqhiyah. Dimulai dari
Bab Iman di juz satu, kitab ini diakhiri dengan Bab Ahwal yang berada di juz 5.
Selain itu, Kitab Al-Mustadrak ‘ala Shahihain ini juga dilengkapi dengan fihris
athraf al-hadits. Fihris ini memudahkan pembaca untuk mencari hadis sesuai
dengan abjad awal hadis yang ingin dicarinya.6
3. Metode Penulisan Kitab
Kitab Al-Mustadrak ‘Ala Shahihain ini merupakan kitab yang berisikan hadis-
hadis yang perawinya memenuhi kriteria Syaikhani, Imam Bukhari dan Imam
Muslim. Imam Dzahabi berpendapat bahwa kitab ini banyak diisi oleh hadis-hadis
yang yang memenuhi kriteria Syaikhani (Bukhari-Muslim), memenuhi syarat
Bukhari saja, atau memenuhi syarat Muslim saja.7
Dalam menentukan atau menukil hadis-hadis yang kemudian dibukukan dalam
kitab Al-Mustadrak ‘ala Shahihain, Imam Al-Hakim Al-Naisaburi menggunakan

6
Al-Hakim Al-Naisaburi, Al-Mustadrak ‘ala shahihain, juz 1 hal, 9
7
Ibid juz 1-5.
ijtihadnya sendiri. Hal ini dapat terlihat dari pernyataan beliau yang tercantum
dalam kitab tersebut.
“Aku memohon perlindungan kepada Allah Swt dalam mentakhrij hadis-hadis
yang perawinya tsiqat”. Hal ini telah dilakukan oleh Syaikhani (Bukhari-
Muslim), atau salah satunya untuk berhujah dengan menggunakan para perawi
tersebut. Ini adalah syarat hadis shahih yang telah disepakati oleh ulama fiqh,
bahwa menambahkan sanad atau matan yang tsiqah dapat diterima.8
Secara garis besar, hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Al-mustadrak ini
dapat diklasifikasikan menjadi lima bagian:
a. Hadis yang memenuhi kriteria Bukhari dan Muslim
Hadis ini biasanya akan diberikan penjelas di akhir matan hadis dengan
kutipan, “hadza hadits shahih lam yakhruj fi shahihain.” (Hadis ini shahih,
akan tetapi tidak dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim). Contoh dari hadis
ini ialah:
‫حدثناه علي بن حمشاد العدل ثنا أبو المثنى ثنا مسدد ثنا أبو الوهاب ثنا محمد ابن‬
‫ (أكمل المؤمنين‬:‫عمرو عن أبي سلمة عن أبي هريرة أن النبن صلي هللا عليه وسلم‬
)‫إيمانل أحسنهم خلقا‬
‫هذا حديث صحيح لم يخرج في الصحيحين‬
Adapun redaksi lain yang digunakan Al-Hakim untuk mengindikasikan
hadis yang memenuhi syarat syaikhani adalah “hadza hadits shahih ‘ala
syarthi syaikhani wa lam yakhrujahu.9
b. Hadis yang memenuhi kriteria Bukhari saja
Al-Hakim Al-Naisaburi menjelaskan hadis yang memenuhi kriteria
Bukhari saja dengan ungkapan “hadza hadits shahih ‘ala syarthi bukhari
wa lam yakhrujahu”, (Hadis ini shahih berdasarkan kriteria Bukhari,

8
Ibid, hal. 40
9
Ibid, juz 2, hal. 5
tetapi Imam Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya). Contoh dari
hadis ini:
‫أخبرني الحسن بن حكيم الموزي ثنا أبو الموجه أنبأ عبد هللا أنبأ محمد بن معد‬
‫أبو معن ثنا زهرة بن معبد القرشي عن أبي صالح مولى عثمان قال الغفاري‬
‫سمعت غثمان بن عفان رضي هللا عنه في مسجد الخيف بمنى و حدثنا أنه سمع‬
‫ ((يوم في سبيل هللا خير من ألف يوم فيما‬:‫رسول هللا صلي هللا عليه وسلم يقول‬
))‫سواه فلينظر كل امرئ لنفسه‬
(‫)هذا حديث صحيح علي شرط البخارى و لم يخرجا‬
c. Hadis yang memenuhi kriteria Muslim saja
Hadis yang terdapat dalam kitab Al-Mustadrak ini juga mencantumkan
hadit shahih berdasarkan kriteria Imam Muslim saja. Redaksi yang
digunakan untuk mengindikasikan hadis ini ialah, “hadza hadits shahih
‘ala syarthi muslim wa lam yakhrujahu”, (hadis ini shahih berdasarkan
kriteria Imam Muslim, tetapi tidak diriwayatkan olehnya dan Bukhari).
Contoh dari hadis ini ialah:
‫حدثنا أبو بكر بن إسحاق ثنا أبو المثني معاذ بن المثني ثنا أبو الوليد الطيالسي ثنا‬
,‫ كنا يوم بدر كل ثالثة غلي بعير‬:‫حماد بن سلمة عن عاصم عن زر عن عبد هللا قال‬
:‫ قال‬,‫ و كان علي و أبو لبابة زميلي رسول هللا صلي هللا عليه و سلم و علي أله‬:‫قال‬
‫ ((ما أنتما بأقوى مني و ما أنا‬: ‫ اركب حتي نمشي فيقول‬: ‫و كان إذا كانت عقبة قلنا‬
))‫بأغنى عن ألجر منكم‬
‫هذا حديث صحيح علي شرط المسلم و لم يخرجاه‬
d. Hadis yang memenuhi kriteria Al-Hakim
Selain ketiga jenis hadis yang telah disebutkan sebelumnya, Al-Hakim
juga melengkapi kitabnya dengan hadis-hadis yang menurutnya shahih.
Redaksi yang mengindikasikan hal tersebut, “hadza hadits shahihul isnd
wa lam yakhrujahu” (hadis ini shahih sanadnya, tetapi tidak diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim”). Contoh dari hadis ini:
‫حدثنا أبو عمرو عثمان بن أحمد بن السماك ثنا عبد الرحمن بن محمد بن منصور‬
‫ثنا يحيى بن سعيد ثنا ابن أبي ذئب عن عثمان بن محمد األخنسى عن سعيد المقبرى‬
‫ ((من جعل قاضيا‬: ‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن رسول هللا عليه و سلم قال‬
))‫فكأنما ذبح بعير سكين‬
‫هذا حديث صحيح اإلسناد و لم يخرجا‬

e. Hadis yang tidak dinilai Al-Hakim


Menurut Al-San’ani sebagaimana yang dikutip dari buku Studi Kitab-
Kitab Hadis yang diedit oleh M. Fatih Suryadilaga mengatakan bahwa
hadis tersebut belum sempat diedit oleh Al-Hakim karena kematian
terlebih dahulu menjemputnya.10 Oleh karena itu, Al-Hakim belum
sempat mengemukakan komentarnya mengenai keseluruhan hadis yang
terdapat dalam kitab Al-Mustadrak ini. Untuk itu, ada kemungkinan
hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Al-Mustadrak karya Imam Al-
Hakim tidak semuanya shahih, karena masih ada hadis-hadis yang belum
diverifikasi lebih lanjut.

10
Nurun Najwa, al-Mustadrak ‘Ala Shahihaini al-Hakim, dalam M. Fatih Suryadilaga
(ed), StudiKitab Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2003), cet 1, hal. 253.
Manfaat

Adanya karya ilmiah ini tak lebih hanya sebuah sedikit pembahasan mengenai
kitab-kitab rujukan dalam studi ilmu hadis, yaitu kitab-kitab sembilan atau dikenal
dengan Kutub At-Tis’ah, dan juga Musnad As-Syafi’i, dan juga kitab Al-Mustadrak
‘Ala Shahihain karangan Imam Al-Hakim yang mencantumkan hadis hadis yang
memenuhi kriteria sahih menurut kitab Shahihain, karya Imam Bukhari dan Imam
Muslim, namun tidak tercantum dalam Shahihain.

Kesimpulan

Kitab induk hadis adalah kitab – kitab yang didalamnya tertulis lengkap antara
sanad dan matannya. Sebenarnya jumlah kitab induk hadis itu banyak akan tetapi, yang
lebih sering dikenal dimasyarakat luas ada 6 macam (kutub As Sittah). Dan ada juga
kutub At-Tis’ah,yang sama halnya seperti kutub As-Sittah akan tetapi ada penambahan
tiga buah kitab induk hadis. Kutub At-Tis’ah ialah kitab induk hadis yang terdiri dari
sembilan buah kitab induk hadis yaitu. Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu
Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa'I, Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad, Muwatto'
Imam Malik, serta yang terakhir ialah Sunan Ad-Darimi.

Musnad Syafii adalah kumpulan hadis-hadis yang diriwayatkan dari Imam


Syafii. Secara redaksi shighat tahammul wa al-ada’, sebagian besar hadis-hadis
tersebut bersifat sima’i, sistem penulisannya berbeda dangan musnad yang lain.

Mustadrak ala Sahihain adalah salah satu kitab hadis karya Imam Hafidz Abi
Abdillah Al-Hakim An-Naisaburi, yang mulai disusun pada tahun 373 H, ketika ia
berusia kurang lebih 52 tahun, yang berangkat dari asumsi Al-Hakim bahwa masih
banyak hadis sahih berserakan, baik yang belum dicatat oleh para ulama, maupun yang
tercantum dalam beberapa kitab hadis yang ada. Disamping itu Imam Bukhari dan
Imam Muslim menegaskan bahwa tidak semua kitab hadis sahih terangkum dalam
kitab sahihnya, sehingga mendorong Imam Hakim untuk menyusun kitab berdasarkan
kaidah-kaidah ilmiah dalam menentukan keabsahan sanad dan matan. Menurut Al
Hakim, di dalam kitab al mustadrak, jumlah hadis yang memenuhi kriteria sahihain
ada 985 hadis, 113 hadis yang memenuhi kriteria Bukhari, 571 hadis yang memenuhi
kriteria Muslim, 3447 hadis yang dinilai sahih al-isnad, sedeangkan yang lainnya
belum sempat mengemukakan komentarnya dalam Al Mustadrak, karena kematian
yang menjeputnya di tahun 405 H.
Daftar Pustaka

Al-Hakim Al-Naisaburi, Al-Mustadrak ‘ala shahihain, juz 1.


Dzulmani, Mengenal Kitab-kitab Hadis Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. 2008.
Munzier Suparta,M.A.Ilmu Hadis. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2002.
Nurul Mukhlisin, Aqidah dan Manhaj Imam al-Syafi’I, Abu Salmah. 2007.
Nurun Najwa, al-Mustadrak ‘Ala Shahihaini al-Hakim, dalam M. Fatih
Suryadilaga, Studi Kitab Hadis, Yogyakarta: Teras, 2003.
Syuhudi Isma’il, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan Dengan
Pendekatan Ilmu Sejarah, Jakarta:Bulan Bintang. 1995.
Wikipedia, Al-Mustadrak ala ash-Shahihain,
https://id.wikipedia.org/w/index.php?search=Al-Mustadrak+ala+ash-
Shahihain&title=Istimewa%3APencarian&profile=advanced&fulltext=1&adv
ancedSearch-current=%7B%22namespaces%22%3A%5B0%5D%7D&ns0=1,
diakses 23 Desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai