Dan diantara para ulama pakar hadits yang telah diakui kemampuannya dan
sangat besar jasanya, ada satu nama yang sudah cukup dikenal oleh kita semua
yaitu Imam Muslim dengan kitab haditsnya yang terkenal yaitu Kitab Shahih
Muslim. Kitab Shahih Muslim dikatakan oleh Imam An Nawawi sebagai salah
satu kitab yang paling shahih -setelah Al Qur’an- yang pernah ada. Sampai-
sampai ketika seseorang menuliskan hadits yang ada di kitab tersebut, atau dengan
tanda pada akhir hadits berupa perkataan: “Hadits riwayat Muslim”, orang yang
membaca merasa tidak perlu mengecek kembali atau meragukan keshahihan
hadits tersebut. Subhanallah. Oleh karena itu, patutlah kita sebagai seorang
muslim untuk mengenal lebih dalam sosok mulia di balik kitab tersebut, yaitu
Imam Muslim, semoga Allah merahmati beliau.
Nama lengkap beliau adalah Abul Hasan Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin
Warad bin Kausyaz Al Qusyairi An Naisaburi. Al Qusyairi di sini merupakan
nisbah terhadap nasab (silsilah keturunan) dan An Naisaburi merupakan nisbah
terhadap tempat kelahiran beliau, yaitu kota Naisabur, bagian dari Persia yang
sekarang menjadi bagian dari negara Rusia. Tentang Al Qusyairi, seorang pakar
sejarah, ‘Izzuddin Ibnu Atsir, dalam kitab Al Lubab Fi Tahzibil Ansab (37/3)
berkata: “Al Qusyairi adalah nisbah terhadap keturunan Qusyair bin Ka’ab bin
Rabi’ah bin ‘Amir bin Sha’sha’ah, yang merupakan sebuah kabilah besar. Banyak
para ulama yang menisbatkan diri padanya”.
Para ahli sejarah Islam berbeda pendapat mengenai waktu lahir dan wafat Imam
Muslim. Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Taqribut Tahdzib (529), Ibnu Katsir
dalam Al Bidayah Wan Nihayah (35-34/11), Al Khazraji dalam Khulashoh
Tahdzibul Kamal mengatakan bahwa Imam Muslim dilahirkan pada tahun 204 H
dan wafat pada tahun 261 H. Namun pendapat yang paling kuat adalah bahwa
beliau dilahirkan pada tahun 206 H dan wafat pada tahun 261 H di Naisabur,
sehingga usia beliau pada saat wafat adalah 55 tahun. Hal ini sebagaimana
dikatakan oleh Abu Abdillah Al Hakim An Naisaburi dalam kitab Ulama Al
Amshar, juga disetujui An Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim (123/1).
Imam Muslim tumbuh sebagai remaja yang giat belajar agama. Bahkan saat
usianya masih sangat muda beliau sudah menekuni ilmu hadits. Dalam kitab Siyar
‘Alamin Nubala (558/12), pakar hadits dan sejarah, Adz Dzahabi, menuturkan
bahwa Imam Muslim mulai belajar hadits sejak tahun 218 H. Berarti usia beliau
ketika itu adalah 12 tahun. Beliau melanglang buana ke beberapa Negara dalam
rangka menuntut ilmu hadits dari mulai Irak, kemudian ke Hijaz, Syam, Mesir dan
negara lainnya. Dalam Tahdzibut Tahdzib diceritakan bahwa Imam Muslim paling
banyak mendapatkan ilmu tentang hadits dari 10 orang guru yaitu:
Sembilan dari sepuluh nama guru Imam Muslim tersebut, juga merupakan guru
Imam Al Bukhari dalam mengambil hadits, karena Muhammad bin Hatim tidak
termasuk. Perlu diketahui, Imam Muslim pun sempat berguru ilmu hadits kepada
Imam Al Bukhari. Ibnu Shalah dalam kitab Ulumul Hadits berkata: “Imam
Muslim memang belajar pada Imam Bukhari dan banyak mendapatkan faedah
ilmu darinya. Namun banyak guru dari Imam Muslim yang juga merupakan guru
dari Imam Bukhari”. Hal inilah yang menjadi salah satu sebab Imam Muslim
tidak meriwayatkan hadits dari Imam Al Bukhari.
Imam Al Bukhari adalah salah satu guru dari Imam Muslim yang paling
menonjol. Dari beliau, Imam Muslim mendapatkan banyak pengetahuan tentang
ilmu hadits serta metodologi dalam memeriksa kesahihan hadits. Al Hafidz Abu
Bakar Al Khatib Al Baghdadi dalam kitabnya Tarikh Al Baghdadi sampai
menceritakan: “Muslim telah mengikuti jejak Al Bukhari, mengembangkan
ilmunya dan mengikuti metodologinya. Ketika Al Bukhari datang ke Naisabur di
masa akhir hidupnya. Imam Muslim belajar dengan intens kepadanya dan selalu
membersamainya”. Hubungan beliau berdua pun dijelaskan oleh Al Hafidz Ibnu
Hajar dalam Syarah Nukhbatul Fikr, beliau berkata: “Para ulama bersepakat
bahwa Al Bukhari lebih utama dari Muslim, dan Al Bukhari lebih dikenal
kemampuannya dalam pembelaan hadits. Karena Muslim adalah murid dan hasil
didikan Al Bukhari. Muslim banyak mengambil ilmu dari Al Bukhari dan
mengikuti jejaknya, sampai-sampai Ad Daruquthni berkata: ‘Seandainya tidak ada
Al Bukhari, niscaya tidak ada Muslim’ ”.
Lalu apa yang menyebabkan Imam Muslim tidak meriwayatkan hadits dari Imam
Bukhari? Sehingga dalam Shahih Muslim tidak ada hadits yang sanadnya dimulai
dengan “ ‘An Al Bukhari…(Diriwayatkan dari Al Bukhari)”. Dijawab oleh Syaikh
Abdul Muhsin Al Abbad hafizhahullah, beliau menuturkan: “Walau Imam
Muslim merupakan murid dari Imam Al Bukhari dan Imam Muslim mendapatkan
banyak ilmu dari beliau, Imam Muslim tidak meriwayatkan satu pun hadits dari
Imam Al Bukhari. Wallahu Ta’ala A’lam, ini dikarenakan oleh dua hal:
Imam Muslim tidak memasukkan hadist2 dari Azd Dzahili, padahal Beliau adalah
gurunya. hal serupa juga beliau lakukan terhadap hari ini tampaknya bagi imam
muslim tak ada pilihan lain kecuali tidak memasukkan ke dalam kitab shahihnya
hadis-hadis yang diterima dari kedua gurunya itu. kendatipun demikian dirinya
tetap mengakui mereka sebagai gurunya. imam muslim yang dikenal sangat awam
dan wara dalam ilmu itu telah meriwayatkan puluhan ribu hadis menurut
Muhammad AJid al-hatif guru besar hadis pada universitas damaskus Syria, hadis
yang tercantum dalam karya besar imam muslim yaitu berjumlah 3030 hadits
tanpa pengulangan. bila dihitung dengan pengulangan katanya berjumlah sekitar
10000 hadits. Menurut imam al huli, ulama besar asal mesir, hadist yang terdapat
pada karya besar Imam muslim tersebut berjumlah 4000 hadits tanpa pengulangan
dan 7275 hadits dengan pengulangan. jumlah hadis yang beliau tulis dalam shahih
Muslim itu diambil dan disaring dari sekitar 300.000 hadits yang beliau ketahui.
untuk menyaring hadits-hadits tersebut membutuhkan waktu 15 tahun. mengenai
metode penyusunan hadits Imam muslim menerapkan prinsip-prinsip ilmu jarh
dan ta'dil yakni suatu ilmu yang digunakan untuk menilai Cacat tidaknya suatu
hadis juga menggunakan sighat at tahammul yaitu metode metode penerimaan
riwayat seperti haddasaani yang artinya menyampaikan kepada saya, haddasaana
menyampaikan kepada kami ataupun akhbarana mengabarkan kepada kami dan
qaala artinya ia berkata. imam muslim menjadi orang yang terbaik dalam masalah
ilmu hadits, yaitu sanad matan kritik dan seleksi nya setelah Imam Bukhari. di
dunia ini orang yang benar-benar ahli di bidang hadis hanya 4 orang salah satu
diantaranya adalah imam muslim begitulah komentar ulama besar abu Quraisy Al
hafiz. maksud ungkapan itu tak lain adalah ahli ahli hadits terkemuka yang hidup
di masa abu Quraisy, reputasinya meliputi gurunya Imam Bukhari dalam
khazanah ilmu ilmu Islam. khususnya dalam bidang ilmu hadis, nama imam
muslim mental setara dengan gurunya yaitu abu Abdullah Muhammad bin Ismail
Al Buchori atau lebih dikenal dengan nama Imam Bukhari. Sejarah islam sangat
berhutang kepadanya karena prestasinya di bidang ilmu hadis serta karya
ilmiahnya yang luar biasa sebagai rujukan ajaran Islam setelah Alquran. 2 kitab
hadits shahih Bukhari dan Muslim sangat berperan dalam standarisasi bagi akurasi
aqidah, Syariah, dan tasawuf dalam dunia islam. melalui karyanya yang sangat
berharga al-musnad as shahih atau Al jami' as shahih selain menempati urutan
kedua setelah shahih Bukhari kitab tersebut memenuhi khazanah Islam dan di
Indonesia, khususnya di pesantren-pesantren menjadi kurikulum wajib bagi para
santri dan mahasiswa.
pengembaraan atau rihlah dalam pencarian hadis merupakan kekuatan tersendiri
dan amat penting bagi perkembangan intelektualnya. dalam pengembaraan ini
yaitu tahun 220 hijriah imam muslim bertemu dengan gurunya di mana pertama
kali bertemu dengan qa’nabi dan yang lainnya ketika menuju kota Mekah dalam
rangka perjalanan haji perjalanan intelektual lebih serius barangkali dilakukan
tahun 230 Hijriyah dari satu wilayah ke wilayah lainnya misalnya menuju ke Irak,
Suriah, hijaz, dan Mesir. waktu yang cukup lama dihabiskan bersama gurunya Al
Buchori. kepada guru besarnya ini imam muslim menaruh hormat yang luar biasa
bahkan pernah beliau berkata kepada gurunya biarkan aku mencium kakimu, hai
imam mukhaddistin dan doctor hadist.
Imam Muslim Memang dikenal sebagai tokoh yang sangat ramah, sebagaimana
Al Bukhari yang memiliki kehalusan Budi bahasa yang juga memiliki reputasi
yang kemudian populer namanya sebagaimana disebut oleh az-zahabi dengan
sebutan dari Muhsin dai nehzhabur. maslamah bin qasim menegaskan muslim
adalah syakkat, agung merupakan salah seorang pemuka ataupun Imam. senada
pula, ungkapan ahli hadits dan suka besar imam nawawi para ulama sepakat atas
kebesarannya, keimanan. ketinggian martabat, dan kecerdasan dan
kepopulerannya dalam dunia hadits. kitab shahih Muslim, imam muslim memiliki
jumlah karya yang cukup penting dan cukup banyak. namun yang paling utama
adalah karyanya shahih Muslim dibanding kitab-kitab hadits shahih lainnya. kitab
shahih Muslim memiliki karakteristik tersendiri dimana imam muslim banyak
memberikan perhatian pada ekstraksi yang resmi. Beliau bahkan tidak
mencantumkan judul2 setiap akhir dari satu pokok bahasan. perhatiannya lebih
diarahkan pada mutaba’an dan syawahid, walaupun beliau memiliki nilai beda
dalam metode penyusunan kitab hadits. Imam Muslim sekali-kali tidak bermaksud
mengungkapkan fiqih hadis, namun mengemukakan ilmu ilmu yang bersanad,
karena beliau meriwayatkan setiap hadits di tempat yang paling layak dengan
menghimpun jalur-jalur sanadnya di tempat tersebut, sementara al-bukhari
memotong-motong suatu hadis di beberapa tempat pada setiap tempat beliau
sebutkan lagi saatnya sebagai murid yang salih menghormati gurunya itu sehingga
beliau menghindari orang-orang yang berselisih pendapat dengan al bukchari
kitab sahih muslim berada setingkat di bawah al-bukhari.
Berdasarkan hitungan Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al kitab shahih Muslim
memuat 3033 hadis metode perhitungan ini didasarkan pada sistem isnad,
sebagaimana dilakukan ahli hadis. namun beliau mendasarkan pada subjek subjek
jika didasarkan Isnad, jumlahnya bisa berlipat ganda. antara Al Bukhari dan imam
muslim sebagaimana dikatakan oleh profesor Mustafa Azmi dalam bukunya
hadis-hadis metodologi literatur mengambil keuntungan dari sahih bukhori,
kemudian menyusun karyanya sendiri yang tentu saja secara metodologis
dipengaruhi karya albukhari, antara Al Bukhari dan Muslim dalam hadits
memiliki kesetaraan dalam keshahihan hadits walaupun hadits Al Bukhari dinilai
memiliki keunggulan setingkat namun kedua kitab hadis tersebut mendapatkan
gelar sebagai assahihayn yang artinya 2 yang shahih.
sebenarnya para ulama berbeda pendapat mana yang lebih unggul antara shahih
Muslim dengan shahih Bukhari penerapan sehari-hari dari unggul sedangkan
sejumlah ulama Maroko yang lain lebih mengunggulkan shahih Muslim. hal ini
menunjukkan sebenarnya perbedaannya sangatlah sedikit, itupun terjadi adalah
pada sistematika penulisannya saja serta perbandingan antara tema dan isinya. al-
hafizh Ibnu Hajar mengulas kelebihan shahih Bukhari atas sahih muslim antara
lain karena al-bukhari menyarankan kepastian bertemunya dua perawi yang secara
struktural sebagai guru dan murid dalam hadits mu'an'an, agar dapat dihukumi
bahwa sanadnya bersambung. sementara imam muslim menganggap cukup
dengan kemungkinan bertemunya kedua rawi tersebut dengan tidak adanya tadlis.
al bukhari mentakhrij hadis yang diterima para perawi sakat, derajat utama dari
segi hafalan dan keteguhannya. walaupun juga mengeluarkan hadits dari rawit
derajat berikutnya dengan sangat selektif, sedangkan imam muslim lebih banyak
pada rawi derajat kedua dibanding Bukhari. samping itu kritik yang ditunjukkan
kan kepada perawi jalur muslim lebih banyak dibanding kepada al bukhari.
sementara pendapat yang berpihak pada keunggulan shahih Muslim beralasan
sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Hajar bahwa imam muslim lebih berhati-hati
dalam menyusun kata-kata dan reaksinya. karena menyusunnya di negeri sendiri
dengan berbagai sumber masa kehidupan guru-gurunya. beliau juga tidak
membuat kesimpulan dengan memberi judul bab, sebagaimana tyg bukhori
lakukan. dan sejumlah alasan lainnya namun tidak semua hadits Bukhari lebih
baik ketimbang dan sebaliknya hanya pada umumnya keshahihan hadits riwayat
al-bukhari itu lebih tinggi derajatnya daripada keshahihan hadits dalam shahih
Muslim. dan yang jelas kita berakhir dan yang kedua itu tidak ada kekurangannya
sedikitpun. dan anehnya para ulama berbeda pendapat bukan pada sisi
kekurangannya kitab tersebut tetapi mana yang lebih unggul dan kini artinya
kedua kitab itu memang kitab yang luar biasa tidak ada kekurangannya.
Banyak ulama besar yang merupakan murid dari Imam Muslim dalam ilmu hadits,
sebagaimana di ceritakan dalam Tahdzibut Tahdzib. Diantaranya adalah Abu
Hatim Ar Razi, Abul Fadhl Ahmad bin Salamah, Ibrahim bin Abi Thalib, Abu
‘Amr Al Khoffaf, Husain bin Muhammad Al Qabani, Abu ‘Amr Ahmad Ibnul
Mubarak Al Mustamli, Al Hafidz Shalih bin Muhammad, ‘Ali bin Hasan Al
Hilali, Muhammad bin Abdil Wahhab Al Faraa’, Ali Ibnul Husain Ibnul Junaid,
Ibnu Khuzaimah, dll.
Selain itu, sebagian ulama memasukkan Abu ‘Isa Muhammad At Tirmidzi dalam
jajaran murid Imam Muslim, karena terdapat sebuah hadits dalam Sunan At
Tirmidzi:
لمة عن أبيOOرو عن أبي سOOد بن عمOOة عن محمOOو معاويOOدثنا أبOOدثنا يحي بن يحي حOOاج حOOلم بن حجOOحدثنا مس
”” أحصوا هالل شعبان لرمضان: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم:هريرة رضي هللا عنه قال
Muslim bin Hajjaj menuturkan kepada kami: Yahya bin Yahya menuturkan
kepada kami: Abu Mu’awiyah menuturkan kepada kami: Dari Muhammad bin
‘Amr: Dari Abu Salamah: Dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu, ia berkata:
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Untuk menentukan datangnya
Ramadhan, hitunglah hilal bulan Sya’ban”.
Imam An Nawawi menceritakan dalam Tahdzibul Asma Wal Lughat bahwa Imam
Muslim memiliki banyak karya tulis, diantaranya:
Imam Muslim termasuk diantara para ulama yang menghidupi diri dengan
berdagang. Beliau adalah seorang pedagang pakaian yang sukses. Meski
demikian, beliau tetap dikenal sebagai sosok yang dermawan. Beliau juga
memiliki sawah-sawah di daerah Ustu yang menjadi sumber penghasilan
keduanya. Tentang mata pencaharian beliau diceritakan oleh Al Hakim
dalam Siyar ‘Alamin Nubala (570/12): “Tempat Imam Muslim berdagang
adalah Khan Mahmasy. Dan mata pencahariannya beliau di dapat dari usahanya
di Ustu[1]”. Dalam Tahdzibut Tahdzib hal ini pula diceritakan oleh Muhammad
bin Abdul Wahhab Al Farra: “Muslim Ibnul Hajjaj adalah salah satu ulama
besar…. Dan ia adalah seorang pedagang pakaian”. Dalam kitab Al ‘Ubar fi
Khabar min Ghabar (29/2) terdapat penjelasan: “Imam Muslim adalah seorang
pedagang. Dan ia terkenal sebagai dermawan di Naisabur. Ia memiliki banyak
budak dan harta”.
Jika kita memperhatikan nama-nama kitab yang ditulis oleh Imam Muslim,
hampir semuanya membahas seputar ilmu hadits dan cabang-cabangnya. Hal ini
juga ditemukan pada kebanyakan ulama ahli hadits yang lain di zaman tersebut.
Akibatnya, kita tidak dapat mengetahui dengan jelas mazhab fiqih mana yang
mereka adopsi. Padahal kita semua tahu bahwa Imam Muslim dan para ulama
hadits di zamannya juga sekaligus merupakan ulama besar dalam bidang fiqih,
sebagaimana Al Bukhari dan Imam Ahmad. Dan jika kita memperhatikan
kitab Shahih Muslim, bagaimana metode Imam Muslim membela hadits,
bagaimana penyusunan urutan pembahasan yang beliau buat, memberikan isyarat
bahwa beliau pun seorang ahli fiqih yang memahami perselisihan fiqih diantara
para ulama. Oleh karena itulah Al Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab At Taqrib (529)
mengatakan: “Muslim bin Hajjaj adalah ahli fiqih”.
Namun ada beberapa pendapat tentang mazhab fiqih Imam Muslim. Di antaranya
sebagaimana diutarakan Haji Khalifah dalam kitab Kasyfuz Zhunun (555/1) ketika
menyebut nama Imam Muslim: “Muslim Ibnul Hajjah Al Qusyairi An
Naisaburi Asy Syafi’i”. Shiddiq Hasan Khan juga mengamini hal tersebut dalam
kitabnya Al Hithah (198). Namun pendapat ini perlu diteliti ulang. Karena
terdapat beberapa indikasi yang dijadikan dasar oleh sebagian ulama untuk
mengatakan bahwa Imam Muslim bermazhab Hambali. Diantara, indikasi
tersebut misalnya Imam Muslim memiliki kitab yang berjudul Sualaat Ahmad bin
Hambal. Selain itu Imam Muslim pun berguru pada Imam Ahmad dan mengambil
hadits darinya. Diceritakan dalam Thabaqat Al Hanabilah (413/2) bahwa Imam
Muslim juga memuji Imam Ahmad dengan mengatakan: “Imam Ahmad adalah
salah satu ulama Huffadzul Atsar (punggawa ilmu hadits)”. Namun semua bukti
ini juga tidak menunjukkan dengan pasti bahwa beliau berpegang pada mahzab
Hambali.
Kedudukan Imam Muslim diantara pada ulama Islam tergambar dari banyaknya
pujian yang dilontarkan kepada beliau. Pujian datang dari guru-gurunya, orang-
orang terdekatnya, murid-muridnya juga para ulama yang hidup sesudahnya.
Dalam Tarikh Dimasyqi (89/58), diceritakan bahwa Muhammad bin Basyar, salah
satu guru Imam Muslim, berkata: “Ada empat orang yang hafalan hadits-nya
paling hebat di dunia ini: Abu Zur’ah dari Ray, Muslim Ibnul Hajjaj dari
Naisabur, Abdullah bin Abdirrahman Ad Darimi dari Samarkand, dan
Muhammad bin Ismail dari Bukhara”.
Ahmad bin Salamah dalam Tarikh Baghdad (102-103/13) berkata: “Aku melihat
Abu Zur’ah dan Abu Hatim Ar Razi mengutamakan pendapat Muslim dalam
mengenali keshahihan hadits dibanding para masyaikh lain di masa mereka
hidup”.
Diceritakan dalam Tarikh Dimasyqi (89/58), Ishaq bin Mansur Al Kausaz berkata
kepada Imam Muslim: “Kami tidak akan kehilangan kebaikan selama Allah masih
menghidupkan engkau di kalangan muslimin”.
Dalam Tadzkiratul Huffadz, Adz Dzahabi juga memuji Imam Muslim dengan
sebutan: “Muslim Ibnul Hajjaj Al Imam Al Hafidz Hujjatul Islam”.
Imam An Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim berkata: “Para ulama sepakat
tentang keagungan Imam Muslim, keimamannya, peran besarnya dalam ilmu
hadits, kepandaiannya dalam menyusun kitab ini, keutamaannya dan
kekuatan hujjah-nya”.
Diceritakan oleh Ibnu Shalah dalam kitab Shiyanatu Muslim (1216) bahwa
wafatnya Imam Muslim disebabkan hal yang tidak biasa, yaitu dikarenakan
kelelahan pikiran dalam menelaah ilmu. Kemudian disebutkan kisah wafatnya
dari riwayat Ahmad bin Salamah: “Abul Husain Muslim ketika itu mengadakan
majelis untuk mengulang hafalan hadits. Lalu disebutkan kepadanya sebuah hadits
yang ia tidak ketahui. Maka beliau pun pergi menuju rumahnya dan langsung
menyalakan lampu. Beliau berkata pada orang yang berada di dalam rumah:
‘Sungguh, jangan biarkan orang masuk ke rumah ini’. Kemudian ada yang berkata
kepadanya: ‘Maukah engkau kami hadiahkan sekeranjang kurma?’. Beliau
menjawab: ‘(Ya) Berikan kurma-kurma itu kepadaku’. Kurma pun diberikan. Saat
itu ia sedang mencari sebuah hadits. Beliau pun mengambil kurma satu persatu
lalu mengunyahnya. Pagi pun datang dan kurma telah habis, dan beliau
menemukan hadits yang dicari”. Al Hakim mengatakan bahwa terdapat
tambahan tsiqah pada riwayat ini yaitu: “Sejak itu Imam Muslim sakit kemudian
wafat”. Riwayat ini terdapat pada kitab Tarikh Baghdadi (103/13), Tarikh
Dimasyqi (94/58), dan Tahdzibul Kamal (506/27). Beliau wafat pada waktu di
hari Ahad, dan dimakamkan pada hari Senin, 5 Rajab 261 H.
[Disarikan dari kitab At Ta’rif Bil Imam Muslim Wa Kitabihi Ash Shahih karya
Syaikh Abdurrahman bin Shalih As Sudais, dan artikel dari Majalah Universitas
Islam Madinah yang berjudul Al Imam Muslim Wa Shahihuhu, Syaikh Abdul
Muhsin bin Hamd Al Abbad, dengan beberapa tambahan]
Artikel www.muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/3984-mengenal-imam-muslim.html