Anda di halaman 1dari 28

BAHAN BAKAR PELUMAS

DAMPAK EMISI BAHAN BAKAR FOSIL


DAN BIOFUEL PADA LINGKUNGAN DAN MITIGASINYA

KELOMPOK 10

MUH MEKAHWAELI K PUTRA 210203500009


MUHAMMAD FAHMI USMAN 210203502002
MUHAMMAD HIDAYAT 210203502005
MUHAMMAD FAKHRI B 210203502011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan berupa sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca peraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagi penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan Makala ini.

2
DAFTAR ISI

Sampul…………………………………………………………………………….1

Kata Pengantar………………………………………………………………...…2

Daftar Isi………………………………………………………………………….3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang…………………………………………………………………4

1.2 Tujuan ……………………………………………………………………...…5

1.3 Manfaat……………………………………………………………………..…5

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian emisi…………………………………………………………….…6

2.2 Emisi gas buang pada bahan bakar fosil………………………………………6

2.3 Kandungan emisi gas buang………………………………………………..…6

2.4 Emisi gas buang pada bahan bakar biofuel……………………………..……17

2.5 pemanasan global……………………………………………………….……22

2.6 Dampak pemanasan global………………………………………………..…23

2.7 upaya pencegahan dalam mengurangi dampak dari emisi bahan bakar fosil dan
biofuel…………………………………………………………………………25

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..27

3.2 Saran…………………………………………………………………………27

Daftar Pustaka………………………………….………………………………28

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bahan bakar fosil adalah sumber daya alam yang mengandung hidrokarbon dan
biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan, ataupun gas yang
dihasilkan dari bahan organik tentu dari pengunaan kedua bahan bakar tersebut
menghasilkan gas buang dari gas buang inilah yang akan mengeluarkan polusi
yang berakibat pencemaran terhadap lingkungan.
Emisi atau gas buang adalah hasil gas pembakaran bahan bakar yang berasal
dari fosil seperti minyak, gas alam ataupun batu bara dan biofuel yang terbuang ke
udara. Emisi juga merupakan zat-zat pembuangan yang beracun dan dapat
membahayakan mahluk hidup serta mencemari lingkungan. Emisi bahan bakar
fosil dan biofuel merupakan sumber utama dari pencemaran lingkungan yang
berdampak buruk bagi kehidupan manusia contohnya hujan asam yang
disebabkan dari bahan bakar fosil yaitu belerang (sulfur) serta nitrogen yang
bercampur dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah
larut sehingga jatuh bersama air hujan dan terbentuklah hujan asam, hujan asam
tersebut akan meningkatkan kadar keasaman air dan tanah permukaan yang
terbukti berbahaya bagi kehidupan tanaman.
Emisi gas buang merupakan polutan yang berasal dari pembakaran bahan bakar
fosil yang memiliki kandungan berbahaya, menurut awal syahrini kandungan
emisi gas buang meliputi Karbon monoksida (CO) karbon monoksida sendiri
merupakan senyawa gas yang tidak berwarna, tidak berbau yang dihasilkan dari
pembakaran tidak sempurna. Sulfur Dioksida (SO2) Sulfur Dioksida adalah salah
satu gas yang memiliki ciri-ciri mudah terlarut didalam air, berbau tetapi tidak
berwarna. Nitrogen Dioksida (NOx) Nitrogen Dioksida merupakan emisi yang
sebahagian besar berasal dari aktivitas manusia yaitu pembakara bahan bakar fosil
(batu bara, gas dan ,minyak) terutama bensin yang digunakan untuk bahan bakar
kendaraan. Karbon Dioksida (CO2) Emisi karbon adalah gas yang dikeluarkan
dari hasil pembakaran senyawa yang mengandung karbon seperti CO2, solar,
Liguefied Petroleum Gas (LPG), dan bahan bakar lainnya.

4
Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperature rata-rata
atmosfer, laut dan daratan bumi Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya
temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Pada saat ini,
bumi menghadapi pemanasan yang cepat, yang oleh para ilmuan dianggap
disebabkan aktifitas manusia. Penyebab utama pemanasan ini adalah
pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak bumi, gas alam dan batubara
yang melepas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya yang dikenal
sebagai gas rumah kaca ke atmosfer.
Pemanasan global juga sangat berdampak pada lingkungan yang seperti
diketahui bahwa pemanasan global telah menjadi isu internasional.
Beberapa dampak dari pemanasan global diantaranya adalah sebagai
berikut : suhu global cenderung meningkat, perubahan iklim dan peningkatan
permukaan laut.

1.2 TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan makalah ini selain untuk melengkapi salah satu tugas
mata kuliah Bahan Bakar Pelumas, juga untuk :
1. Mengetahui jenis-jenis emisi yang dihasilkan pada bahan bakar fosil dan
biofuel.
2. Mengetahui dampak akibat dari emisi yang dihasilkan bahan bakar fosil dan
biofuel terhadap lingkungan dan mitigasinya.
3. Mengetahui upaya atau strategi yang dilakukan untuk mengurangi dampak
dari emisi bahan bakar fosil dan biofuel.

1.3 MANFAAT
2. Melatih kami agar dapat menyusun makalah dengan baik dan benar.
3. Menambah pengetahuan serta wawasan kita terhadap dampak Emisi Bahan
Bakar Fosil Dan Biofuel Terhadap Lingkungan Dan Mitigasinnya

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN EMISI


Defenisi emisi atau gas buang adalah hasil gas pembakaran bahan bakar yang
berasal dari fosil seperti minyak, gas alam ataupun batu bara yang terbuang ke
udara. Emisi juga merupakan zat-zat pembuangan yang beracun dan dapat
membahayakan mahluk hidup serta mencemari lingkungan.

2.2 EMISI GAS BUANG PADA BAHAN BAKAR FOSIL


Gas buang merupakan polutan yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil
pada kendaraan bermotor. Gas buang mengandung polutan yang berbahaya bagi
manusia dan lingkungan, emisi gas buang dapat diukur dengan alat ukur emisi
untuk mengetahui beberapa kandungan yang terkandung pada gas buang tersebut,
yang menyebabkan kandungan nialai gas buang menjadi tinggi karena berberapa
factor yaitu jenis kendaraan, bahan bakar yang digunakan, umur kendaraan dan
kondisi pada mesin kendaraan.
2.2 Kandungan Emisi Gas Buang
Menurut Awal Syahrini (2006) kandungan emisi gas buang meliputi
A. Karbon Dioksida (CO2)
B. Karbon Monoksida (CO)
C. Sulfur Dioksida (SO2)
D. Nitrogen Dioksida (NOx)

Berikut adalah penjelasan secara detail dari emisi yang dihasilkan dari gas buang
bahan bakar fosil dari pengertian, proses, penyebab, hingga dampak dari emisi
tersebut:

A. Gas Karbon Dioksida (CO2)


1. Pengertian Gas Karbon Dioksida (CO2)
Menurut Cambridge dictionary, emisi adalah sejumlah gas, panas, cahaya, dan
lain-lain yang dikirimkan keluar. Emisi karbon menjadi contributor bersama

6
dengan emisi gas rumah kaca. Emisi karbon adalah gas yang dikeluarkan dari
hasil pembakaran senyawa yang mengandung karbon seperti CO2, solar,
Liguefied Petroleum Gas (LPG), dan bahan bakar lainnya. Secara sederhana emisi
karbon adalah pelepasan karbon ke atmosfer. Dalam hal ini emisi karbon menjadi
contributor perubahan iklim bersama dengan emisi gas rumah kaca. Emisi gas
yang berlebihan dapat menyebabkan pemanasan global, sehingga suhu bumi
meningkat secara sigjnifikan (Kristina 2021).
Gas karbon dioksida adalah suatu gas inert dan gas ikutan yang keluar bersama
gas alam ( gas bumi ) yang timbul dari kegiatan ekspoitas migas, juga sebagai gas
inert dari kegiatan panas bumi, selain itu gas CO2 adalah merupakan gas polutan
dari emisi pembakaran bahan bakar baik industry maupun kendaraan bermotor.
Merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Selain itu gas CO2
merupakan penyumbang utama pemanasan global. Setiap pembakaran dari bahan
bakar menghasilkan gas CO2. Dengan reaksi pembakaran sebagai berikut :

O2 CO2 + H2O

2. Dampak Emisi Karbon Doksida (CO2)


Emisi karbon dapat menyebabkan dampak besar seperti perubahan iklim yang
tak menentu yang dapat mengakibatkan banjir, kelaparan, hingga ketidakstabilan
ekonomi. Selain itu jika dibiarkan secara terus menerus, emisi karbon juga bisa
mengakibatkan suhu udara meningkat dan menyebabkan pemanasan global
(global warming).
Sebuah studi global tentang emisi karbon yang diterbitkan dalam journal
sustainability mengungkapkan, peningkatan emisi karbon telah menyebabkan
kekhawatiran yang signifikan di antara negara-negara seperti China, Amerika
Serikat, Rusia, India, Uni Eropa, dan Jepang sebagai emisi karbon terkemuka
didunia.
Emisi karbon berdampak terhadap perubahan iklim global. Beberapa studi
penelitian emisi karbon telah menarik peneliti karena iklim global berubah dengan
cepat. Para peneliti berhasil mengungkap bahwa emisi antropogenik dari satu
triliun ton karbon cenderung menyebabkan peningkatan suhu global sebesar dua
derajat Celsius.

7
B. GAS KARBON MONOKSIDA (CO)
1. Pengertian karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida merupakan senyawa gas yang tidak berwarna, tidak berbau
yang dihasilakan dari pembakaran tidak sempurna bahan yang mengandung zat
arang atau bahan organik, baik dari kegiatan industri ataupun lingkungan. CO
terdiri dari satu atom korbon yang berikatan dengan satu atom oksigen.
Gas CO berbentuk cairan pada suhu dibawah -129 derajat celcius. Sebagian
besar gas CO berasal dari pembakaran bahan bakar fosil berupa gas buang.
Paparan CO dikota besar padat lalu lintas kadar CO lebih tinggi dibandingkan
dipedesaan. Karena dikota besar banyak menghasilkan gas CO, sehingga kadar
CO relatife tinggi.
Karbon monoksida pada kasus kematian bersumber dari knalpot mobil,
pemanasan tidak sempurna, kebakaran, pembakaran yang tidak sempurna dari
bongkahan arang. Kadar CO diperkotaan bermacam-macam tergantung dari
kepadatan kendaraan yang mengunakan bahan bakar bensin pada pagi dan malam
hari. Kadar CO dipengaruhi cuaca, topografi, jalan dan bagunan sekitar. Karbon
monoksida dari udara ambient dalam bentuk kadar karboksi hemoglobin (HbCO)
dalam darah yang terbentuk dengan waktu 4-12 jam untuk tercapainya
keseimbangan antar kadar CO diudara dan HbCO dalam darah. Kadar CO rata-
rata 8 jam pemajanan didalam lingkungan.
Emisi karbon monoksida (CO) dalam asap kendaraan merupakan sumber
utama polusi karbon monoksida di perkotaan. Pembakaran dengan mengunakan
bahan bakar fosil seperti Bahan Bakar Minyak (BBM), minyak tanah, gas dapat
menghasilkan karbon monoksida. Pada daerah yang macet tingkat pencemarannya
cukup tinggi terhadap kasus kematian. Asap rokok juga mengadung CO, tetapi
pada seseorang yang tidak meroko biasanya terbentuk karboksi haemoglobin tidak
lebih dari 1% dan pada perokok yang berat biasannya lebih tinggi yaitu 5-10%.

2. Penyabab Gas Karbon Monoksida (CO)


Penyebab utama timbulnya karbon monoksida (CO) pada mobil adalah apabila
unsur oksigen (udara) tidak terjadi pembakaran sempurna sehingga karbon
didalam bahan bakar tidak terbakar seluruhnya. Hal ini diakibatkan karena adanya

8
pencampuran udara bahan bakar dengan udara yang kurang sempurna, sehingga
menyebabkan campuran sulit terbakar seluruhnya atau waktu pembakaran yang
terlalu cepat.
Transportasi menghasilkan CO paling banyak diantara sumber CO lainnya,
terutama dari kendaraan-kendaraan yang mengunakan bahan bakar bensin.
Sumber CO yang lain adalah pembakaran hasil-hasil pertanian seperti sampah,
sisa kayu dihutan, dan sisa tanaman di perkebunan. Berikut adalah table dari
sumber pencemaran gas CO dari transportasi:

Tabel
Sumber Pencemaran Gas CO dari Transportasi

Sumber pencemar % bagian %total


Transportasi 63,8%
- Mobil bensin 59,0%
- Mobil diesel 0,2%
- Pesawat terbang 2,4%
- Kereta api 0,1%
- Kapal laut 0,1%
- Sepeda 1,8%
motor,dll
Pembakaran stationer 1,9%
- Batu bara 0,8%
- Minyak 0,1%
- Gas alam 0,0%
- Kayu 1,0%
Proses industri 9,6%
Pembakaran limbah 7.8%
padat
Sumber lain-lain 16,9%
- Kebakaran 7,2%
hutan

9
- Pembakaran 1,2%
batu bara sisa
- Pembakaran 8,3%
limbah
pertanian 0,2%
- Pembakaran
lain-lainnya
total 100% 100%

3. Proses Gas Karbon Monoksida (CO)


Proses pembakaran, suhu suatu ruang akan naik secara derastis. Pada proses
pembakaran tekanan yang baik adalah dari 40-60 bari dan pada temperatur 2000-
2500 derajat celcius. Secara kimia proses pembakaran yang terjadi antara bahan
bakar yang beruapa senyawa karbon dapat dijelaskan sebagai berikut:
CO (s) + O2 (g) + panas
Atom karbon (C) yang dioksidasi dengan gas oksigen (O2) akan menghasilkan
gas karbon dioksida (CO2) dan panas yang dikeluarkan sebagai hasil pembakaran.
Gas karbon dioksida yang dihasilkan merupakan bentuk pembakaran yang
sempurna dan gas ini pun tidak beracun sehinggan aman bagi lingkungan.
Sedangkan apabila pembakaran terjadi pada jumlah udara yang tidak cukup, relsi
yang terjadi adalah:
2C (s) + O2 (g) 2CO (g) + 247 Kj
Dari rekaksi antara 2 karbon yang berekasi dengan gas oksigen pada pembakaran
yang tidak sempurna akan menghasilkan gas karbon monoksida yang akan
menjadi polusi bagi lingkungan yang menyebabkan keracunan.

4. Dampak Karbon Monoksida (CO) terhadap lingkungan


a. Ekosistem dan Lingkungan
Tumbuhan makin sedikit, dan gas CO2 makin banyak. CO2 tersebut akan
naik ke atmosfer dan menghalangi pemancaran panas dari bumi sehingga
panas dipantulkan Kembali kebumi. Akibatnya bumi menjadi sangat panas,
dan inilah disebut efek rumah kaca (global warming). Di udara, karbon

10
monoksida (CO) terdapat dalam jumlah yang samgat sedikit, hanya sekitar 0,1
ppm. Di perkotaan dengan lalu lintas yang padat pada konsentrasi gas CO
dalam jumblah banyak (konstrasi tinggi) dapat menyebabkan ganguan pada
ekosistem dan lingkungan sekitar kita.
b. Tumbuhan
Kadar karbon monoksida pada tumbuhan dengan kadar 100ppm pengaruhnya
tidak ada untuk tumbuhan yang tinggi. Kadar karbon monoksida 200ppm
dengan waktu kontak 24jam dapat mempengaruhi kemampuan unsur nitrogen
dari atmosfer diubah menjadi ammonium (fiksasi nitrogen) oleh bakteri bebas
terutama yeng terdapat pada akar tumbuahan.
c. Material
Dampak pencemaran udara oleh karbon monoksida pada material adalah
menghitamnya banda-benda pada daerah yang tercemar oleh karbon
monoksida.
d. Hewan
Pada hewan kadar karbon monoksida yang berlebihan dapat menyebabkan
kematian. Hal ini sama dengan dampak karbon monoksida pada manusia.

C. SULFUR DIOKSIDA (SO2)


1. Karakteristik
Sulfur dioksida adalah salah satu gas oksida sulfur (SOx). Gas ini mudah
terlarut dalam air, berbau tetapi tidak berwarna. SO2 dan gas-gas oksida sulfur
lainnya terbentuk saat terjadi pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung
sulfur. Sulfur terdapat dalam semua material mentah yang belum diolah seperti
minyak mentah, batu bara, dan biji-biji yang mengandung metal seperti
aluminium, tembaga, seng, timbal dan besi. Didaerah perkotaan, yang menjadi
sumber sulfur utama adalah kegiatan pembangkit tenaga listrik, terutama yang
mengunakan batu bara ataupun minyak diesel sebagai bahan bakarnya, gas buang
dari kendaraan yang mengunakan diesel dan industri-industri yang mengunakan
bahan bakar batu bara dan minyak mentah.
2. Peroses

11
Pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur akan menghasilkan kedua
bentuk sulfur oksida, tetapi jumblah masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah
oksigen yang tersedia. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah
SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total Sox. Mekanisme
pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut:
S + O2 ------------------ SO2
2SO2 + O2 -------------- 2SO3
Setelah berada di atmosfer SO2 akan diubah menjadi SO3 kemudian menjadi
H2SO4 oleh peroses-proses fotolitik dan katalitik. Jumblah SO2 yang teroksidasi
menjadi SO3 dipengaruhi oleh beberapa factor termasuk jumlah air yang tersedia,
intensitas, waktu dan distribusi spektrum sinar matahari. Pada malam hari atau
kondisi lembab atau selama hujan SO2 di udara diaborsi oleh droplet air akalin
dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk membentuk sulfat didalam droplet.
SOx menimbulkan gangguan system pernafasan, jika kadar 400-500 ppm
menimbulkan bau, konsetrasi gas SO2 diudara akan mulai baunya oleh indra
manusia tercium bila konsentrasinya antara 0,3-1 ppm.
3. Sumber
Sumber utama pencemaran gas SO2 adalah pembakaran bahan bakar fosil batu
bara, minyak bakar, gas alam. Sumber SOx yang lain dari proses-proses industri
seperti industri permurnian petroleum, industry asam sulfat dan indutri peleburan
baja. Teransportasi terutama kendaraan bermotor juga memberikan kontribusi
sebagai penyebab pencemaran SOx. Pencemaran oleh sulfur dioksida disebabkan
oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida
(SO2) dan sulfur trioksida (SO3), keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur
dioksida mempunyai karakteristik yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara,
sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif.
4. Dampak Pencemaran Sulfur Dioksida (SO2) Terhadap Lingkungan
1. Lingkungan
Tingginya kadar SO2 diudara merupakan salah satu penyebab terjadinya
hujan asam. Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) sebagai bahan
bakar fosil serta nitrogen diudara yang bereaksi dengan air untuk membentuk
asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh Bersama air

12
hujan. Air hujan yang asam tersebut akan jatuh Bersama air hujan. Air hujan
yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air
permuakaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman.
Selain menyebab hujan asam, SO2 juga dapat mengurangi jarak pandang
karena gas maupun partikel SO2 mampu menyerap cahaya sehingga
menimbulkan kabut.
2. Tanaman
Adanya gas SO pada konsentrasi tinggi dapat membunuh jaringan pada daun.
Pinggiran daun dan daerah diantara tulang-tulang daun rusak. SO2
menyebabkan terjadinya klorosis. Kerusakan tanaman ini akan diperparah
dengan kenaikan kelembapan udara. SO2 diudara akan berubah menjadi asam
sulfat. Oleh karena itu, didaerah dengan adanya pencemaran oleh SO2 yang
cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol asam sulfat. Kadar SO2 yang
tinggi dihutan menyebabkan noda putih atau coklat pada permukaan daun,
jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
kematian tumbuhan.
3. Hewan
The National Academy Of Sciences (1978) juga menyimpulkan pengaruh pH
terhadap ikan. Di Norwegia prisipitasi asam juga mempunyai pengaruh
terhadap perikanan komersial. Penurunan penangkapan ikan salmon disungai-
sungai selama seratus tahun yang lalu, disebabkan oleh penurunan pH yang
tetap. Dengan penurunannya pH terjadi serangkaian perubahan kimiawi yang
menyebabkan penurunan laju daur zat makanan dalam system perairan.
Dengan demikian, terdapat penurunan jumlah bahan organic dalam suatu
daerah dan suatu pengeseran keadaan oligotropik didanau. Perubahan
ekologis mengikuti pengaruh umum zat toksik terhadap ekosistem. Berbagai
penyakit akan terjadi pada hewan karena kulit terkena air dengan keasaman
tinggi. Hal ini akan menyebakan kepunahan spesies.
4. Material
Kerusakan oleh pencemaran SO2 juga dialami juga oleh bangunan yang
bahan-bahannya seperti batu kapur, batu pualam, dolomit. Efek dari
kerusakan ini akan tampak pada bentuknya, integritas sturktur, dan umur dari

13
Gedung tersebut. Hal serius juga dapat terjadi pada bangunan tua serta
monumen termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat merusak batuan
sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan
yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan
merusak batuan.

D. NITROGEN DIOKSIDA (NOx)


1. Karakteristik
Oksida nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat diatmosfer
yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Nitrogen
monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya
nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. Nitrogen
monoksida terdapat diudara dalam jumblah lebih besar daripada NO2.
Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen diudara
sehingga membentuk NO yang bereaksi dengan banyak oksigen untuk
membentuk NO yang bereaksi dengan banyak oksigen untuk membentuk NO2.
Persamaan reaksinya sebagai berikut:
N2 + O2 2NO
2NO + O2 2NO2
Udara terdiri dari 80% volume nitrogen dan 20% volume oksigen. Pada suhu
kamar, nitrogen dan oksigen akan bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang
lebih tinggi (diatas 1210 derajat celcius) keduanya dapat bereaksi mambentuk NO
dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan pencemaran udara. Pada proses
pembakaran ,suhu yang digunakan mencapai 1210 – 1765 derajat celcius. Jadi
reaksi pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses pembakaran.
2. Sumber
Sumber utama dari Nitrigen Dioksida adalah dari aktivitas manusia yaitu
pembakaran bahan bakar fosil (batu bara, gas dan minyak) terutama bensin yang
digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor. Sumber lain NO2 dihasilkan
dari proses pembuatan asam nitrat, industri pengolahan makanan, pengelasan,
pengunaan bahan peledak, industry pengolahan komersial, penyulingan bensin
dan logam.

14
Tabel
Pencemaran NO di Udara

SumberPencemaran %Bagian %Total


Transportasi 39.3%
- Mobil bensin 32,0%
- Mobil diesel 2,9%
- Pesawat terbang 0,0%
- Kereta api 1,9%
- Kapal laut 1,0%
- Sepeda motor 1,5%
Pembakaran stationer
- Batu bara 19,4%
- Minyak 4,8%
- Gas alam (LPG & 23,3%
krosin)
- Kayu 1,0%
Proses industri 1,0%
Pembuangan limbah 2,9%
padat
Lain-lain: 8,3%
- Kebakaran hutan 5,8%
- Pembakaran batu 1,0%
bara sisa
- Pembakaran limbah 1,5%
pertanian
- Pembakaran lain- 0,0%
lain

total 100,0% 100,0%

15
3. Dampak Pencemaran Nitrogen Dioksida terhadap lingkungan
1. Dampak Terhadap lingkungan
Gas nitrogen dioksida ada dua macam, yakni gas oksida (NO) dan gas
nitrogen dioksida (NO2) kedua gas tersebut memiliki sifat yang berbeda dan
keduanya sangat berbahaya terhadap lingkungan dan Kesehatan mahluk
hidup. Gas NO yang mencemari udara secara visual sehingga sulit diamati hal
ini disebabkan karena gas tersebut tidak berwarna dan tidak berbau.
Sedangkan gas NO2 bila mencemari uadara dilingkungan mudah untuk
diamati dari baunya yang sangat menyengat dan berwarna coklat kemerahan,
jika gas NO berada dalam konsentrasi tinggi akan sangat berbahayab dan
dapat menyebabkan gangguan system saraf yang mengakibatkan kejang-
kejang. Bila keracunan terus berlanjut akan dapat menyebabkan kelumpuhan
terhadap manusia. Gas NO akan menjadi lebih berbahaya apabila gas tersebut
teroksidasi oleh oksigen sehingga menjadi gas NO2 (Smith, 2015).
Pencemaran udara oleh gas NO2 dapat menyebakan timbulnya Peroxy Acetil
Nitrates ini menyebabkan iritasi pada mata yang menyebabkan mata terasa
pedih dan berair. Campuran. PAN bersama senyawa kimia lainnya yang ada
diudara sehingga dapat menyebabkan terjadinya kabut fotokimia atau Photo
Chemistry Smog yang akan berdampak terhadap lingkungan dan bersifat
karsiogenik. Salah satu dampak terhadap lingkungan dijalan raya yaitu akibat
timbulnya asap tebal yang akan mengakibatkan berkurangnya jarak pandang
sehingga bisa menyebabkan kecelakaan (Seaton, 2015).
Photo chemistry smog atau asap kabut fotokimia merupakan campuran
kompleks dari berbagai macam pencemar yang terbentuk karena reaksi-reaksi
kimia yang terjadi dengan sinar matahari, asap kabut fotokimia disebabkan
oleh beberapa senyawa polutan dari berbagi sumber yang merupakan
saktivitas manusia sehari-hari (Smith 2015).
2. Hewan

16
Nitrogen dioksida pada hewan hampir menyerupai dampak yang terjadi pada
manusia. Senyawqa ini dapat menyebabkan gangguan saraf pada hewan pada
konsentrasi tinggi.
3. Tumbuhan
Beberapa polutan skunder bersifat merusak tanaman. Percobaan dengan
fumigasi pada tanaman dengan NO2 menunjukan adanya bintik-bintik pada
daun jika konsentrasi digunakan 1ppm, sedangkan konstrasi yang lebih tinggi
3,5ppm atau lebih akan terjadi nekrosis atau kerusakan tanaman. Daun tidak
dapat berfungsi sempurna sebagai tempat terbentuknya karbohidrat melalui
proses fotosintetis.

2.3 EMISI GAS BUANG PADA BAHAN BAKAR BIOFUEL


 Emisi Pada Biodiesel
Biodiesel dikenal sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan karena bersifat
dapat diperbaharui dan menghasilkan emisi gas buang relatif lebih bersih
dibandingkan dengan bahan bakar diesel konvensional yaitu minyak solar. Selain
itu, biodiesel dikenal ramah lingkungan karena gas buang hasil pembakarannya
yang dilepaskan ke atmosphir akan diserap kembali oleh tumbuhan untuk
keperluan proses fotosintesis. Biodiesel akan dengan mengurangi emisi gas buang
tanpa mengorbankan unjuk kerja dan efisiensi dari mesin.
Hambatan terbesar adalah mengenai aplikasi biodiesel adalah harganya yang
masih mahal. Untuk penekanan harga biodiesel, pendekatan yang dilakukan
adalah mengunakan bahan baku berkualitas rendah dalam proses pembuatanya,
misalnya CPO yang berkualitas rendah, minyak goreng bekas dari pabrik
pengolahan makanan, restaurant dsb. Dan limbah dari pengolahan minyak goreng.
Selain itu juga dapat digunakan minyak nabati dan lainnya seperti minyak kelapa
dan minyak jarak.

Gas buang pada biodiesel

Pengunaan biodiesel tidak mengurangi emisi NOx. Nitrogen Oksida pada gas
buang mesin merupakan hasil pembakaran nitrogen. Hal ini terjadi dikarenakan
biodiesel terbuat dari minyak tumbuhan yang banyak mengandung unsur nitrat,

17
semakin banyak penambahan biodiesel yang digunakan dalam campuran bahan
bakar mesin maka konsentrasi NOx yang dihasilkan akan semakin tinggi.
Biodiesel ini juga mengandung emisi SO2 ( sulfur dioksida ), CO ( karbon
dioksida ), CO2 ( karbon monoksida ). Tetapi kandungan tersebut tidak sebesar
kandungan yang dihasilkan dari bahan bakar fosil.

Walaupun pengunaan biodiesel 100% dapat mengurangi pembentukan gas


buang, pengunaannya tidak disarankan karena dapat merusak saluran bahan bakar
dan komponen mesin yang terbuat dari karet alami seperti seal.

1. Grafik hasil pengukuran konsetrasi gas buang CO2

Secara teoritis penggunaan biodiesel sebagai campuran bahan bakar mesin


akan mengurangi timbulnya emisi CO2, bahkan penggunaan 100% biodiesel dapat
mengurangi hingga 100%. Dari gambar 7 terlihat bahwa konsentrasi gas buang
CO2 dengan menggunakan campuran solar dengan biodiesel CPO lebih rendah
dibandingkan dengan campuran biodiesel minyak kelapa. Konsentrasi CO2
minimum didapat pada campuran B30 CPO yaitu 0,667%, sedangkan konsentrasi
CO2 maksimum terdapat pada campuran B10 minyak kelapa yaitu sebesar 2,467%.
Ini artinya penggunaan bahan bakar dengan campuran solar dengan biodiesel CPO
lebih ramah lingkungan daripada biodiesel minyak jarak dan minyak kelapa.
2. Grafik hasil pengukuran konsentrasi gas buang SO2

18
Penggunaan biodiesel sebagai campuran bahan bakar mesin akan
mengurangi timbulnya emisi SO2, Karena biodiesel yang berasal dari minyak
tumbuhan hampir bebas kandungan sulfur sehingga dengan penambahan biodiesel
ke dalam bahan bakar akan dapat mengurangi kandungan sulfur dalam bahan
bakar itu sendiri akibatnya nilai emisi SO2 dari hasil pembakaran bahan bakar
mesin akan berkurang juga. Pada gambar 8 terlihat bahwa nilai konsentrasi gas
buang maksimum untuk campuran solar dengan biodiesel adalah 45,333 ppm pada
B10 minyak kelapa, sedangkan konsentrasi SO2 minimum adalah 4,333 ppm. Jadi
terdapat perbedaan konsentrasi gas buang SO2 sebesar 41 ppm. Hal ini
menunjukkan bahwa pemakaian biodiesel CPO masih lebih baik dan ramah
lingkungan daripada biodiesel minyak kelapa. Secara umum, penggunaan
campuran solar-biodiesel sebagai bahan bakar masih layak dan aman untuk
digunakan karena nilai emisi SO2 campuran solarbiodiesel tersebut masih berada
dibawah standar emisi SO2 maksimal yang dibolehkan yaitu 46 ppm.
3. Grafik hasil pengukuran konsentrasi gas buang NOx

Jika kita bandingkan antara solar murni dengan campuran solar-biodiesel,


terlihat dari grafik bahwa konsentrasi NOx yang dihasilkan pada saat
menggunakan campuran solar-biodiesel cenderung bertambah naik seiring dengan
bertambahnya biodiesel tersebut. Secara teori, penggunaan biodiesel sebagai

19
bahan bakar tidak akan mengurangi emisi NOx pada gas buang mesin tapi justru
menaikkan konsentrasinya. Hal ini terjadi dikarenakan biodiesel terbuat dari
minyak tumbuhan yang banyak mengandung unsur nitrat. Semakin banyak
penambahan biodiesel yang digunakan dalam campuran bahan bakar mesin maka
nilai emisi NOx yang dihasilkan akan semakin tinggi.Dari gambar 9 terlihat
bahwa konsentrasi NOx minimum untuk campuran biodiesel sebesar 36,333 ppm,
yaitu pada B40 CPO, sedangkan konsentrasi NOx maksimum sebesar 283,333 ppm
pada campuran B60 minyak kelapa. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa
semakin banyak penambahan biodiesel yang digunakan dalam campuran bahan
bakar maka konsentrasi NOx yang dihasilkan akan semakin tinggi.
4. Grafik hasil pengukuran konsentrasi gas buang CO

Gambar 10 di atas menunjukkan pengaruh variasi bahan bakar terhadap


konsentrasi CO dalam gas buang mesin sebagai hasil proses pembakaran bahan
bakar di ruang bakar. Menurut teori CO solar murni lebih besar dari CO biodiesel.
Konsentrasi CO berasal dari pembakaran yang tidak sempurna bahan bakar pada
ruang bakar. Penggunaan biodiesel yang berbeda juga mempengaruhi konsentrasi
CO pada buangan mesin. CO mengalami penurunan pada rasio eqivalen udara-
bahan bakar selama suplai oksigen tersedia. Namun pada grafik biodiesel CPO,
konsentrasi CO mengalami kenaikan seiring dengan penambahan campuran
biodiesel. Hasil ini sangat berbeda dengan referensi yang ada bahwa penggunaan
biodiesel akan menurunkan emisi CO. Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan
oleh jumlah oksigen yang tersedia dalam ruang bakar sedikit jumlahnya, lebih
sedikit dari jumlah bahan bakar yang akan dibakar. Kekurangan oksigen ini
mungkin timbul karena adanya kebocoran pada mesin akibat usia mesin yang

20
sudah tua dan jarang di maintenance. Penggunaan komposisi biodiesel yang
berbeda juga mempengaruhi konsentrasi CO pada buangan mesin. Sedangkan
pada grafik biodiesel minyak kelapa, penggunaan B10 sampai B50 terlihat
mengalami penurunan, sedangkan pada B60 terjadi kenaikan konsentrasi CO
dimana diakibatkan oleh kondisi mesin sehingga untuk mencapai putaran konstan
tidak mampu lagi. Pada penggunaan B10 dan B20 CPO tidak menghasilkan gas
buang CO sama sekali, sedangkan campuran biodiesel yang menghasilkan
konsentrasi CO tertinggi terdapat pada B10 minyak kelapa.
5. Grafik hasil pengukuran konsentrasi gas buang HC

konsentrasi HC vs variasi bahan bakar


400
konsentrasi HC(ppm)

302.667
300
229.667
219.333

200 161 minyak kelapa


126.667
CPO
100 71.667 68.667 61 31
22
Minyak Jarak
14 64.667 80.667
8.333 17.667 14
0
SOLAR B10 B20 B30 B40 B50 B60
variasi bahan bakar

Secara teori konsentrasi HC solar lebih besar dari konsentrasi HC biodiesel


yang dipengaruhi oleh rasio eqivalen udara-bahan bakar. Pada beban tinggi, HC
meningkat karena konsumsi bahan bakar banyak. Batas maksimum konsentrasi
HC yang diizinkan sebesar 240 ppm. Dari gambar 11 terlihat bahwa konsentrasi
HC menurun seiring dengan penambahan campuran biodiesel minyak kelapa,
namun grafik untuk biodiesel CPO mengalami fluktuasi, hal ini disebabkan oleh
pengaruh adanya deposit pada dinding silinder yang terbentuk akibat ikut
terbakarnya oli pelumas saat proses pembakaran. Mengingat usia mesin pengujian
yaitu mesin Diesel Chang Chai SX 175 yang cukup tua (oli mesin dan saringan
bahan bakar sudah kotor), maka dapat dikatakan deposit yang terbentuk di dinding
silinder sudah sangat tebal. Ditambah lagi kemampuan biodiesel untuk melarutkan
kotoran sangat tinggi (saringan bahan bakar akan cepat kotor dan kotoran ikut
masuk ke dalam ruang bakar), maka dipastikan ketebalan deposit dinding silinder
akan bertambah dengan bertambahnya komposisi biodiesel yang digunakan dalam
campuran bahan bakar. Namun secara keseluruhan, konsentrasi HC pada
penggunaan biodiesel CPO tetap lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan

21
biodiesel minyak kelapa dan minyak jarak. Konsentrasi HC minimum terdapat
pada penggunaan campuran B20 CPO, yaitu 8,333 ppm. Sedangkan konsentrasi
HC maksimum terdapat pada campuran B10 minyak jarak.

2.4Pemanasan Global

Setiap tanggal 22 April, masyarakat dunia khususnya masyarakat peduli


lingkungan memperingatinya sebagai Hari Bumi. Peringatan yang pertama
kali dilakukan pada 22 April 1970 di Amerika Serikat atas prakarsa seorang
senator yang bernama Geylord Nelson itu, bagi pejuang lingkungan
hidup merupakan momen untuk mendesak masuknya isu lingkungan hidup
dalam agenda tetap nasional dan mengingatkan manusia akan pentingnya
kelestarian lingkungan hidup. Isu dunia tentang lingkungan yang terhangat saat
ini adalah masalah pemanasan global (global warming) dan akibat-
akibatnya bagi kehidupan manusia
Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata
atmosfer, laut dan daratan bumi. Pada saat ini, bumi menghadapi
pemanasan yang cepat, yang oleh para ilmuan dianggap disebabkan
aktifitas manusia. Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan
bakar fosil, seperti minyak bumi, gas alam dan batubara yang melepas
karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah
kaca ke atmosfer. Diperkirakan, setiap tahun dilepaskan 18,35 miliar ton
karbon dioksida atau 18.350.000.000.000 kg karbon dioksida (CO2).Ketika
atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, maka semakin
menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang
dipancarkan ke bumi, inilah yang disebut dengan efek rumah kaca.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) atau "Panel Antar
Pemerintah Tentang Perubahan Iklim" adalah suatu panel ilmiah yang terdiri
dari para ilmuwan dari seluruh dunia. IPCC didirikan pada tahun 1988 oleh
dua organisasi PBB, World Meteorological Organization (WMO) dan

22
United Nations Environment Programme(UNEP) untuk mengevaluasi
risiko perubahan iklim akibat aktivitas manusia, dengan meneliti semua aspek
berdasarkan pada literatur teknis/ilmiah yang telah dikaji dan
dipublikasikan. Panel ini terbuka untuk semua anggota WMO dan UNEP.
Laporan-laporan dari IPCC sering dikutip dalam setiap perdebatan yang
berhubungan dengan perubahan iklim. Badan-badan nasional dan internasional
yang terkait dengan perubahan iklim menganggap panel iklim PBB ini sebagai
layak dipercaya.
Menurut IPCC suhu rata-rata global pada permukaan bumi
akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 hingga
2100 . Sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad
ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas
rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca.
Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan
ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-
negara G8.

2.5 Dampak Pemanasan Global


Seperti diketahui bahwa pemanasan global telah menjadi isu
internasional. Beberapa dampak dari pemanasan global diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. suhu global cenderung meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan
lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama
di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan
mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa
tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa
bagian Afrikamungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang
menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita
jika kumpulan salju (snowpac ) musim dingin, yang berfungsi sebagai
reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam.

23
Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami seranga serangga dan penyakit
yang lebih hebat.
b. Perubahan iklim
Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global akan
terjadi perubahan iklim (climate change), daerah bagian utara dari belahan
Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-
daerah lain di bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan
daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan
utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan,
mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis,
bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat
mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada
musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang
menguap dari lautan.. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah
kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasipada atmosfer.
Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang
lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke
angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan. Kelembapan
yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1
persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. Curah hujan di seluruh
dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini.
Badai akan menjadi lebih sering, selain itu, air akan lebih cepat menguap
dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari
sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola
yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari
penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang
terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola
cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.
c. Peningkatan permukaan laut
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan
menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi

24
permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub,
terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut.
Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10
inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan
lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan
di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6
persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh dan banyak pulau-
pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika
tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat
di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar
untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin
mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai. Bahkan sedikit
kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai.
Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari
rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk,
tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka
laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.

2.6 UPAYA PENCEGAHAN DALAM MENGURANGI DAMPAK DARI


EMISI BAHAN BAKAR FOSIL DAN BIOFUEL
Upaya dalam menghadapi terjadinya pencemaran udara akibat bahan bakar
fosil dan Biofuel yang mencakup upaya-upaya pengendalian baik langsung
maupun tidak langsung, akan dapat menurunkan tangkat emisi dari bahan bakar
fosil dan biofuel secara efektif. Upaya-upaya tersebut antara lain adalah sebagai
berikut :

1. Mengurangi jumlah mobil lalu Lalang. Misalnya dengan jalan kaki, naik
sepeda, kendaraan umum, atau naik satu kendaraan pribadi bersama teman-
teman (car pooling).
2. Selalu merawat mobil dengan seksama agar tidak boros bahan bakar dan
asapnya tidak mengotori udara.

25
3. Meminimalkan pemakaian AC. Pilihlah AC non-CFC dan hemat energi.
4. Memilih bensin yang bebas timbal (unleaded fuel).
5. Mewajibkan uji emisi pada setiap kendaraan dan pemasangan catalytic
converter pada kendaraan yang mengahsilkan gas buang melebihi ambang
batas.
6. Pemasangan alat penyaring emisi (filter) pada berbagi cerebong, yang
umumnya digunakan pada industri yang mengunakan bahan bakar fosil.
7. Penciptaan dan pengalakan pengunaan alat-alat yang ramah lingkungan.
8. Penghematan pengunaan energi dibidang industri, pembangkit listrik
berbahan bakar fosil, bangunan komersial, transportasi dan rumah tangga.
9. Pengalakan pengunaan bahan bakar gas sebagai pengangti bahan bakar
kayu dan fosil.
10. Pengalakan bahan bakar ramah lingkungan.
11. Pengalakan kendaraan bermotor berbahan bakar gas, tenaga surya, fuell
cell, dan hybrid.
12. Pengalakan pembagunan TPA sanitary landfill dalam usaha pengurangan
emisi gas metan dan karbon.

3. Menjaga keberadaan daerah terbuka hijau dalam upaya mempertahankan


keberadaan daerah resapan air meupun penyerap karbon.
1. Mencegah terjadinya penebangan hutan secara liar.
2. Mencegah konversi ruang terbuka hijau menjadi daerah terbangun.
3. Mencegah perusakan hutan mangrove
4. Meningkatkan keberadaan hutan kota/kabupaten serta lahan terbuka
lainnya.
5. Mencegah pembangunan didaerah resapan air.
6. Memperbanyak tanaman untuk menyerap gas rumah kaca yang berlebih.
7. Menjaga, mengelola dan melestarikan hutan, karena hutan sangat potensial
menyerap gas rumah kaca.

26
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

emisi atau gas buang adalah hasil gas pembakaran bahan bakar yang berasal
dari fosil seperti minyak, gas alam ataupun batu bara yang terbuang ke udara.
Emisi juga merupakan zat-zat pembuangan yang beracun dan dapat
membahayakan mahluk hidup serta mencemari lingkungan.
Gas buang merupakan polutan yang berasal dari pembakaran bahan bakar
fosil pada kendaraan bermotor. Gas buang mengandung polutan yang berbahaya
bagi manusia dan lingkungan, emisi gas buang dapat diukur dengan alat ukur
emisi untuk mengetahui beberapa kandungan yang terkandung pada gas buang
tersebut, yang menyebabkan kandungan nialai gas buang menjadi tinggi karena
berberapa factor yaitu jenis kendaraan, bahan bakar yang digunakan, umur
kendaraan dan kondisi pada mesin kendaraan.
Pengunaan biodiesel tidak mengurangi emisi NOx. Nitrogen Oksida pada
gas buang mesin merupakan hasil pembakaran nitrogen. Hal ini terjadi
dikarenakan biodiesel terbuat dari minyak tumbuhan yang banyak mengandung
unsur nitrat, semakin banyak penambahan biodiesel yang digunakan dalam
campuran bahan bakar mesin maka konsentrasi NOx yang dihasilkan akan
semakin tinggi. Biodiesel ini juga mengandung emisi SO2 ( sulfur dioksida ), CO
( karbon dioksida ), CO2 ( karbon monoksida ). Tetapi kandungan tersebut tidak
sebesar kandungan yang dihasilkan dari bahan bakar fosil.
Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata
atmosfer, laut dan daratan bumi. Pada saat ini, bumi menghadapi
pemanasan yang cepat, yang oleh para ilmuan dianggap disebabkan

27
aktifitas manusia. Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan
bakar fosil, seperti minyak bumi, gas alam dan batubara yang melepas
karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah
kaca ke atmosfer yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut, suhu global
cenderung meningkat, dan perubahan iklim

DAFTAR PUSTAKA

http://ejurnal.ppsdmmigas.esdm.go.id/sp/index.php/swarapatra/article/view/
60/49

https://tractionenergy.asia/id/emisi-gas-rumah-kaca-dari-produksi-biodiesel-
lebih-rendah-dari-bahan-bakar-fosil-atau-sebaliknya/

https://eprints.umm.ac.id/47933/3/BAB%20II.pdf /
https://eprints.umm.ac.id/47566/3/BAB%20II.pdf

http://lib.unnes.ac.id/26521/4/10._BAB_II.pdf

http://prosiding.bkstm.org/prosiding/2008/I1-021.pdf

28

Anda mungkin juga menyukai