Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KUNJUNGAN

UPT K2 JAWA TIMUR

Dosen Pengajar:
Winarko, SKM, M.Kes
Demes Nurmayanti, ST, M.Kes

Disusun Oleh:
Nur Fadhilla Aprili Yulianti (P27833321049)

PRODI SANITASI LINGKUNGAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
2022
Nama : Nur Fadhilla Aprili Yulianti
Kelas : D4-3B
NIM : P27833321049

RESUME MATA KULIAH K3

MONITORING LINGKUNGAN FAKTOR FISIKA

Faktor Fisika
Faktor Fisika adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja yang bersifat
fisika, disebabkan oleh penggunaan mesin, peralatan, bahan dan kondisi lingkungan di sekitar
Tempat Kerja yang dapat menyebabkan gangguan dan penyakit akibat kerja pada Tenaga
Kerja, meliputi Iklim Kerja, Kebisingan, Getaran, radiasi gelombang mikro, Radiasi Ultra
Ungu (Ultra Violet), radiasi Medan Magnet Statis, tekanan udara dan Pencahayaan.

PENGUKURAN PENCAHAYAAN (SNI No 16-7062-2019)

Persiapan Pengukuran SNI 16-7062-2019


a. Pastikan baterai alat lux meter memiliki daya yang cukup untuk melakukan pengukuran.
b. Pastikan lux meter berfungsi dengan baik.
c. Pastikan lux meter terkalibrasi oleh laboratorium kalibrasi yang terakreditasi.
d. Siapkan alat bantu ukur dimensi ruangan (meteran), formulir pengukuran dan denah tempat
kerja yang akan diukur.

Langkah – langkah pengukuran SNI 16-7062-2019

Pengukuran intensitas pencahayaan dilakukan sebagai berikut:


a) Hidupkan lux meter
b) Pastikan rentang skala pada lux meter sesuai dengan intensitas pencahayaan yang diukur
c) Buka penutup sensor
d) Lakukan pengecekan antara, pastikan pembacaan yang muncul di layar menunjukkan
angka nol saat ditutup rapat
e) Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik untuk pengukuran
intensitas pencahayaan umum atau pencahayaan setempat
f) Lakukan pengukuran dengan ketinggian sensor alat 0.8 m dari lantai untuk pengukuran
intensitas pencahayaan umum
g) Baca hasil pengukuran pada layar setelah menunggu beberapa saat sehingga di dapat nilai
angka yang stabil
h) Lakukan pengukuran pada titik yang sama sebanyak 3 kali
i) Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas pencahayaan umum
seperti pada lampiran C, dan untuk intensitas pencahayaan setempat seperti pada lampiran D
j) Matikan lux meter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas pencahayaan

Sikap pengambilan sample SNI 16-7062-2019

• Sensor diletakkan sejajar dengan permukaan yang akan diukur


• Petugas memposisikan diri sedemikian rupa agar tidak menghalangi cahaya yang jatuh ke
sensor lux meter
• Petugas tidak menggunakan pakaian yang dapat memantulkan cahaya yang dapat
mempengaruhi hasil pengukuran.
Penentuan Titik Pengukuran pencahayaan Umum SNI 16-7062-2019
• Luas ruangan kurang dari 50 m2
• Jumlah titik pengukuran dihitung dengan mempertimbangkan bahwa satu titik
pengukuran mewakili area maksimal 3 m2. Titik pengukuran merupakan titik temu
antara dua garis diagonal panjang dan lebar ruangan.
• Panjang x lebar ruangan = max 3 m2 (se “persegi” mungkin, as square as possible)
maksimal = 1,732m

Pencahayaan Umum SNI 16-7062-2019


• 2 Luas ruangan antara 50 m2 sampai 100 m2
• Jumlah titik pengukuran minimal 25 titik, titik pengukuran merupakan titik temu antara
dua garis diagonal panjang dan lebar ruangan.
• 3 Luas ruangan lebih dari 100 m2
• Jumlah titik pengukuran minimal 36 titik, titik pengukuran merupakan titik temu antara
dua garis diagonal panjang dan lebar ruangan.

Penerangan Umum SNI 16-7062-2004


• Ruang ukuran < 10 m2 perpotongan diagonal per 1 m2
• Ruang ukuran 10 - 100 m2 perpotongan diagonal per 3 m2
• Ruang ukuran > 100 m2 perpotongan diagonal per 6 m2

GETARAN (SNI 7186:2021)


Getaran : gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan
keseimbangannya
Percepatan : Laju perubahan Kecepatan
Frekuensi : Jumlah getaran per detik
Jenis Paparan Getaran
Whole Body Vibration (WBV) : Getaran yang mengenai seluruh tubuh, seperti pada
pengemudi alat berat, orang yang bekerja pada lantai yang bergetar (platform), dll
PENGUKURAN

ALAT UKUR :
1 Persiapan
2 Sampling
3 Pengolahan Data
: Pilih alat, Cek kelengkapan Kalibrasi, SOP, SNI, Form sampling : Penetapan titik ukur,
Pengukuran,
: Evaluasi, Rekomendasi
(SNI 7186:2021) Pengukuran dan Evaluasi Paparan Getaran Pada Seluruh Tubuh Pekerja
Prinsip Kerja Pengukuran Whole body Vibration
• Percepatan getaran diukur dengan alat vibration meter pada posisi kerja duduk selama rentang
waktu tertentu.
• Getaran diterima oleh transduser dan diubah menjadi sinyal listrik yang dikuatkan oleh
amplifier diteruskan pada layar.
• Getaran diukur berdasarkan arah sistem koordinat pada titik dimana getaran merambat ke
tubuh
Persyaratan pengukuran
a) Vibrasimeter dalam kondisi baik dan harus terkalibrasi oleh laboratorium kalibrasi
yang terakreditasi.
b) Pengukuran disesuaikan dengan posisi kerja pekerja yang terpapar getaran seluruh tubuh
yang terdiri dari posisi kerja duduk, berdiri atau berbaring.
c) Pengukuran dilakukan pada semua posisi kerja dan jenis pekerjaan yang memiliki paparan
getaran.
d) Penyesuaian arah sumbu x, y dan z untuk setiap posisi kerja yang diukur
Metode Pengukuran
• Alat ukur (peralatan)
Peralatan yang digunakan untuk mengukur pemaparan getaran seluruh tubuh adalah
vibrasimeter yang terdiri dari:
o Unit utama vibrasimeter (a)
o Kabel penghubung akselerometer dengan unit utama. (b)
o Akselerometer tergabung dengan adaptor berbentuk piringan (c)

Pelaksanaan pengukuran

a) Posisi subjek saat pengukuran


o Menduduki bantalan rangkaian akselerometer bila posisi kerja duduk,
o Menginjak bantalan rangkaian akselerometer bila
o posisi kerja berdiri
o Menindih rangkaian akselerometer dengan punggung bila posisi kerja berbaring.
• Akselerometer juga dapat diempatkan di bawah pelvis (bokong) atau di bawah kepala
b) Letakan vibrasimeter sedemikian rupa pada posisi yang aman dan tidak mengganggu
aktivitas pekerja. Apabila memungkinkan operator dapat mengoperasikan langsung alat
vibrasimeter tersebut selama pengukuran.
c) Aktifkan vibrasimeter dan lakukan pengukuran sesuai dengan durasi pengukuran.
• Lama pengukuran untuk getaran dengan sinyal acak stasioner adalah minimal 108 detik -
Pengukuran dilakukan minimal 2 kali untuk getaran yang konstan.
• Untuk getaran kejut, periode pengukuran paling sedikit 4 kali sesuai dengan siklus fluktuasi
getaran.
d) Pastikan vibrasimeter sudah berhenti mengukur, lalu ambil akselerometer dari posisi
pengukuran, setelah pengukuran selesai
e) Baca hasil pengukuran pada monitor unit utama atau unggah data ke komputer.
f) Catat hasil pengukuran dalam formulir (lampiran B). Untuk alat yang dapat menyimpan dan
mencetak data hasil pengukuran, maka hasil cetakan data dapat digunakan sebagai pelengkap
formulir.

Standar & Regulasi


• Permenaker 05 Tahun 2018 (Efek kesehatan)
• Paparan dengan nilai VDV
• Hasil pengukuran dibandingkan dengan mengacu pada nilai TLV ACGIH yaitu 17 m/dt 1,75
dan untuk Action Limit yaitu 8,5 m/dt1,75
• Reaksi Kenyamanan
berdasarkan pada persepsi pekerja, sehingga terjadi rentang standar (kisaran nilai) kenyamanan
yang bervariasi
• Persepsi
Untuk persepsi nilai getaran rata rata pada nilai getaran 0,015 m/detik2, tetapi pada umumnya
berada pada rentang 0,01 - 0,02 m/detik2
• Motion Sickness
Motion sickness dosis vibration dengan nilai getaran 1,5 m/detik1,5 Interpretasi
Paparan dalam waktu 8 jam :
• Interpretasi hasil pengukuran dimaksudkan untuk membandingkan nilai paparan getaran
seluruh tubuh dibandingkan dengan nilai ambang batas sesuai peraturan yang berlaku.
• Interpretasi hasil pengukuran dilakukan dengan memperhatikan hasil pengukuran paparan
getaran seluruh tubuh serta jumlah waktu paparan per hari kerja tersebut dalam 8 jam kerja.
• Hasil pengukuran diperoleh dari pengukuran yang telah dilakukan, lama waktu pekerja
terpapar dapat diperoleh berdasarkan informasi dari pekerja, pengawas atau manajemen
yang terkait.
• Perhitungan paparan dalam waktu 8 jam menggunakan formula sbb:
• Metode pengukuran iklim kerja SNI 7061:2019
• Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja SNI 7231:2009
Iklim kerja

Lingkup pengukuran
1. Mengukur suhu lingkungan kerja
a. Iklim kerja panas
Pengukuran dan evaluasi iklim kerja panas dengan parameter indeks suhu basah dan bola
(ISBB) à SNI 7061:2019
b. Iklim kerja dingin
Pengukuran dan evaluasi iklim kerja dingin dengan parameter temperatur ekuivalen
2. Parameter yang diukur meliputi:
a. Suhu udara
1) Suhu kering
2) Suhu basah
3) Suhu radian
b. Kelembapan
c. Kecepatan aliran udara (angin)
3. Kategori lingkungan kerja meliputi:
a. Lingkungan kerja indoor
Lingkungan kerja yang karena karakteristik bangunan atau lokasinya sehingga
tidak terpajan secara langsung oleh cahaya matahari
b. Lingkungan kerja outdoor
Lingkungan kerja yang karena karakteristik bangunan atau lokasinya sehingga terpajan secara
langsung oleh cahaya matahari

Tujuan pengukuran
Tujuan pengukuran iklim kerja (lingkungan kerja) meliputi:
1. Mengetahui temperatur/suhu lingkungan kerja
2. Mengetahui potensi risiko kesehatan pada pekerja akibat kondisi iklim kerja (pekerja
berisiko)
3. Mengetahui tingkat pemenuhan regulasi atau NAB
4. Evaluasi program pengendalian yang telah dilakukan
5. Masukan untuk pengembangan program perbaikan

Ruang Lingkup SNI 7061:2019


Metode pengukuran dan evaluasi iklim kerja panas dengan parameter indeks suhu basah dan
bola (ISBB)
Metode pengukuran dan evaluasi iklim kerja dingin dengan parameter temperatur ekuivalen
Pengukuran Iklim Kerja (SNI 7061:2019)
• Prinsip
• Pengukuran iklim kerja dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang dapat menghasilkan
indikator pengukuran yang mencakup suhu basah alami, suhu kering, suhu bola, kelembapan
dan kecepatan aliran udara.
• Hasil pengukuran suhu lingkungan kerja dinyatakan dalam ISBB untuk iklim kerja panas dan
ekuivalen suhu dingin untuk iklim kerja dingin.
• Peralatan
• Alat-alat yang dipakai harus terkalibrasi oleh laboratorium yang terakreditasi.
• Peralatan pengukuran iklim kerja terdiri atas alat ukur dan perlengkapan pengukuran

Alat Ukur
a) Alat Konvensional
alat ukur iklim kerja yang terdiri atas termometer suhu kering, suhu basah alami dan suhu bola,
yang pembacaannya dilakukan secara terpisah dan perhitungan iklim kerja ISBB dilakukan
dengan rumus yang terdapat pada dokumen ini.
b) Alat Digital

alat ukur yang memperagakan suatu pengukuran dalam bentuk angka sebagai pengganti jarum
penunjuk pada skala kontinyu dalam alat ukur analog

Prosedur
1. Penentuan titik pengukuran
Titik pengukuran iklim kerja ditentukan dengan memperhatikan:
a) Terdapat sumber panas atau dingin seperti mesin, proses, dan lain-lain.
b) Merupakan area yang terpajan panas seperti terpajan oleh matahari
c) Terdapat aktivitas kerja atau ada orang yang bekerja.
2. Persiapan
a) Persiapan formulir dan denah
• Operator/teknisi menyiapkan denah area kerja yang akan diukur guna menentukan titik
pengukuran yang tepat (contoh lampiran D)
• Menyiapkan formular pencatatan yang diperlukan (contoh lampiran
E dan F)
b) Persiapan alat ukur
• Operator/teknisi memastikan peralatan yang akan digunakan (konvensional/digital) lengkap
dan berfungsi dengan baik, dan sesuaikan pengaturan menu (setting) pengukuran pada alat
(digital)
• Pastikan sertifikat kalibrasi alat masih berlaku
• Mempersipakan alat ukur kecepatan angin
• Mempersiapkan perlengkapan pengukuran lainnya (tripod, baterai,
dll) 3. Pengukuran
a) Persyaratan
• Pengukuran dilaksanakan pada kondisi kerja normal.
• Kondisi lingkungan yang diukur tidak membahayakan bagi
operator/teknisi maupun alat seperti hujan, angin kencang, ombak,
proses produksi dan kondisi lingkungan yang berisiko lainnya.
• Pengukuran tidak boleh mengganggu aktivitas pekerjaan.
b) Langkah-langkah Pengukuran iklim kerja panas menggunakan alat digital
:
1) Letakkan alat pengukur iklim kerja pada titik pengukuran dengan mengatur ketinggian
sensor alat sesuai posisi kerja mayoritas pekerja (posisi berdiri sekitar 1,00 m dan posisi duduk
sekitar 0,60 m).
2) Aktifkan alat ukur dengan menekan tombol on dan biarkan selama minimal 10 menit untuk
penyesuaian terhadap suhu lingkungan kerja.
3) Mulai pengukuran iklim kerja dengan mengaktifkan perekaman selama
30 menit.
4) Untuk alat yang tidak dapat merekam maka pembacaan hasil pengukuran
dilakukan setiap 5 menit selama 30 menit.
5) Untuk lingkungan kerja yang dipengaruhi oleh matahari langsung maka
pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali (pagi, siang, sore) atau pengukuran dilakukan pada
kondisi iklim kerja yang paling dirasa panas oleh pekerja.
6) Nonaktifkan fungsi perekaman.
7) Apabila akan dilakukan pengukuran pada titik berikutnya, maka ulangi
mulai dari langkah kedua.
8) Lakukan unggah data apabila pengukuran telah selesai.

c) Langkah-langkah Pengukuran IKLIM KERJA DINGIN


1. Letakkan termometer suhu kering pada titik pengukuran dengan mengatur ketinggian
termometer sesuai posisi kerja mayoritas pekerja (posisi berdiri sekitar 1,00 m dan posisi duduk
sekitar 0,60 m).

2. Tempatkan alat ukur di titik pengukuran selama 20 menit untuk penyesuaian terhadap suhu
lingkungan kerja.

3. Lakukan pembacaan hasil pengukuran setiap 5 menit sebanyak 6 kali pembacaan dan catat
dalam formulir yang disediakan (lampiran F).

4. Apabila akan dilakukan pengukuran pada titik selanjutnya, maka ulangi mulai dari langkah
(1).

5. Lakukan pengukuran kecepatan angin atau aliran udara.

4. Pembacaan dan Perhitungan Hasil

Pembacaan dan Perhitungan Hasil Pengukuran


a.Iklim Kerja Panas (Alat Digital)
Hasil pengukuran dapat dibaca dengan mencetak data pengukuran yang terekam di dalam alat
ukur atau tercatat dalam formulir (lampiran E). Hasil pengukuran yang dicatat mencakup,
namun tidak terbatas pada :
b. Rata-rata indeks ISBB
c. Rata-rata kelembapan relatif
d. Rata-rata kecepatan angin
b. Iklim kerja dingin
▪ Hasil pengukuran ekuivalen suhu dingin dapat dibaca dengan mencetak data pengukuran yang
terekam di dalam alat ukur atau tercatat dalam formulir (lampiran F).
▪ Ekivalen suhu dingin merupakan kombinasi matriks antara suhu kering dan kecepatan angin.
▪ Pembacaan matriks ekivalen suhu dingin mengacu pada Peraturan Perundang- undangan yang
berlaku (lampiran C).

Data yang Diperlukan Untuk Evaluasi Iklim Kerja Panas


1. Hasil ukur ISBB adalah hasil ukur yang diperoleh dengan mengikuti prosedur pengukuran
di atas.

2. Informasi beban kerja. Beban kerja ditentukan berdasarkan laju metabolik dengan merujuk
pedoman teknis penerapan K3 lingkungan kerja peraturan perundang- undangan yang berlaku.
3. Pola kerja/pola pajanan, Pola kerja/pola pajanan merupakan pengaturan waktu kerja di
lingkungan kerja panas dengan waktu istirahat dalam setiap jamnya. Pola kerja/pola pajanan
dikategorikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Jenis pakaian, Jenis pakaian yang digunakan oleh pekerja Kebisingan


Tipe Kebisingan
• Constant (steady) noise : Kebisingan yang mempunyai sound level relatif konstan (fluktuasi
level relatif sangat kecil)
• Fluctuating noise (non-steady) noise : Kebisingan yang mempunyai sound pressure level
berfluktuasi bermakna
• Continuous noise : Kebisingan yang terjadi terus menerus dalam satuan waktu tertentu
• Intermitten noise : Kebisingan yang terjadi tidak continue/terputus-putus dalam satuan waktu
tertentu
• Impulsive noise : Kebisingan yang terjadi dengan kenaikan dan penurunan sound pressure
level
yang dalam waktu kurang dari 1 detik
• Random noise : Kebisingan terdiri dari multi level baik amplitudo maupun frekuensi yang
terjadi
tidak beraturan (acak) dalam satuan waktu tertentu
Kebisingan yang membahayakan, dapat mempengaruhi fungsi pendengaran terutama jenis:
• Continuous Noise di atas 85 dBA yang memajani pendengaran selama 8 jam kerja terus
menerus.
• Impulse Noise (Impact Noise) di atas 140 dBA yang memajani pendengaran meskipun sesaat.
Lingkup Pengukuran Kebisingan

1. Pengukuran bising lingkungan kerja (Intensitas bising)


a) Sumber bising
• Pengukuran di area sumber bising (mesin, proses kerja yang bising, dll)
• Titik pengukuran dilakukan pada jarak ± 1 meter atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan
b) Area kerja yang bising
• Pengukuran dilakukan pada area yang terpajan bising, yaitu area yang terjangkau oleh bising
• Lebih diutamakan area yang bising dan tempat dilakukannya aktivitas pekerja

2. Pekerja yang berisiko (dosis pajanan bising)


• Pekerja yang terpajan oleh bising atau melakukan pekerjaan yang mengeluarkan bising

3. Parameter Pengukuran bising lingkungan kerja (Intensitas bising)


a) SPL - Sound Pressure Level merupakan tingkat energi bising dalam satuan dB pada
pembobotan atau filter tertentu. Nilai yang ditampilkan adalah nilai maksimal dari periode
pengukuran.
b) LEQ - Tingkat suara terintegrasi/rata-rata yang terakumulasi dengan exchange rate 3 dB.
c) LAVG - Jenis pengukuran yang sama dengan LEQ, kecuali bila menggunakan exchange rate
4, 5 atau 6 dB.
a) TWA - Time Weighted Average. Tingkat rata-rata terakumulasi selama pengukuran yang
dihitung dengan waktu integrasi delapan jam.
a) LMAX – Nilai maksimum SPL.
b) LMIN – Nilai minimum SPL.
c) Frekuensi bising
f) Karakteristik lingkungan kerja
a) Reverberant field, kondisi lingkungan kerja yang tidak bebas dan memiliki beberapa media
pantul seperti dinding, dll
b) Free field (Area terbuka), kondisi lingkungan kerja yang bebas, terbuka dan tidak ada media
yang dapat memantulkan suara/bunyi.

Tujuan pengukuran kebisingan (lingkungan kerja) meliputi:


1. Mengetahui tingkat kebisingan di lingkungan kerja (mapping dan/atau kontur)
2. Mengetahui potensi risiko kesehatan pada pekerja akibat kondisi iklim kerja (pekerja
berisiko)
3. Mengetahui tingkat pemenuhan regulasi atau NAB
4. Evaluasi program pengendalian yang telah dilakukan
5. Masukan untuk pengembangan program perbaikan
Strategi pengukuran
1. Jumlah dan letak/lokasi titik pengukuran
• Jumlah titik pengukuran disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan kerja
• Titik pengukuran meliputi sumber dan area kerja yang terpapar
• Kriteria/pertimbangan penentuan titik pengukuran
• Terdapat sumber/proses yang mengeluarkan bising
• Area kerja yang terpapar oleh bising yang berasal dari sumber/proses lain

• Terdapat pekerja yang beraktivitas pada area atau lokasi tersebut 2. Waktu dan durasi
pengukuran (Lingkungan kerja)
• Waktu pengukuran disesuaikan dengan waktu kerja
• Durasi pengukuran
1. Sesuai dengan tujuan pengukuran :
1. Mapping / kontur à mengukur SPL setiap titik selama minimal 3 menit
2. Membandingkan tingkat kebisingan lingkungan dengan NAB:
1. Kebisingan bersifat kontinyu dan steady
2. Waktu paparan diketahui
3. Pengukuran dilakukan selama 15 menit
4. Menggunakan parameter LEQ, LAVG, atau TWA
3. Pengaturan alat (setting) yang digunakan umumnya adalah: (Untuk kebisingan yang
umumnya terdapat di industri)

• Range pengukuran : 70 – 140 dB


• Exchange rate : 3 dB
• Pembobotan frekuensi : Filter A
• Response : Slow (Impulse gunakan respon F / Fast)
Alat Ukur dan Hasil pengukuran
• Pengukuran lingkungan
• Menggunakan Sound level meter
• Octave band analyser untuk mengukur frekuensi
• Mengukur Intensitas bising (SPL)
• Output berupa noise mapping atau noise contour
• Pengukuran pada pekerja
• Menggunakan Noise dosimeter
• Mengukur dosis pajanan bising (Leq, TWA, Dosis)
• Output berupa dosis pajanan bising (persentase)

Metode pengukuran kebisingan (SNI 7231:2009)


• Prosedur pengukuran
a. Hidupkan alat ukur intensitas kebisingan.
b. Periksa kondisi baterei, pastikan bahwa keadaan power dalam kondisi baik.
c. Pastikan skala pembobotan à Gunakan Filter A
d. Sesuaikan pembobotan waktu respon alat ukur dengan karakteristik sumber bunyi yang
diukur (S untuk sumber bunyi relatif konstan atau F untuk sumber bunyi kejut).
e. Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga manusia yang ada di tempat kerja.
Hindari terjadinya refleksi bunyi dari tubuh atau penghalang sumber bunyi.
f. Arahkan mikrofon alat ukur dengan sumber bunyi sesuai dengan karakteristik mikrofon
1. mikrofon tegak lurus dengan sumber bunyi à area bebas
2. 70o untuk mikrofon mengukur inciden secara random
3. 80o untuk mikrofon yang bertekanan.
g. Pilih tingkat tekanan bunyi (SPL) atau tingkat tekanan bunyi sinambung setara (Leq)
Sesuaikan dengan tujuan pengukuran.
h. Catatlah hasil pengukuran intensitas kebisingan pada lembar data sampling (Lampiran A).

TEKNIK SAMPLING FAKTOR KIMIA


• Integrated Sampling – Pengukuran Tidak Langsung
Media sampel digunakan untuk mengukur kadar kontaminan melalui proses Analisa di
laboratorium untuk menentukan jumlah kontaminan di udara tempat kerja.
Integrated Sampling ada 2 yaitu :
a. Integrated Sampling-Personal Passive Sampling
b. Integrated Sampling-Personal Passive Sampling

PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA FAKTOR KIMIA


a. menghilangkan sumber potensi bahaya kimia dari Tempat Kerja;
b. mengganti bahan kimia dengan bahan kimia lain yang tidak mempunyai potensi bahaya
atau potensi bahaya yang lebih rendah;
c. memodifikasi proses kerja yang menimbulkan sumber potensi bahaya kimia;
d. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia;
e. menyediakan sistem ventilasi;
f. membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia melalui pengaturan waktu kerja;
g. merotasi Tenaga Kerja ke dalam proses pekerjaan yang tidak terdapat potensi bahaya
bahan kimia;
h. penyediaan lembar data keselamatan bahan dan label bahan kimia;
i. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
j. pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko.
C. Monitoring Lingkungan Faktor Fisika

Analisis gravimetri atau analisis kuantitatif berdasarkan berat adalah suatu proses
pengisolasian dan penimbangan suatu unsur atau senyawa tertentu dalam kondisi semurni
mungkin.
Acuan Standar Metode Pengukuran 1. SNI
2. ISO (Internasional Organization for Standardization)
3. OSHA (Occupational Safety and Health Administration)

4. ACGIH (American Conference of Government Industrial Hygienists) TEKNIK


PENGENDALIAN BAHAYA (Hazzard Control)

1. Elimination
Menghilangkan faktor bahaya di tempat kerja atau area kerja. Menghentikan proses pekerjaan
yang menimbulkan bahaya
2. Substitution / Reduction
Menurunkan tingkat bahaya di area kerja. Mengganti peralatan, metode kerja
3. Engineering Control / Rekayasa
Melakukan rekayasa atau modifikasi, untuk mengurangi paparan bahaya dari sumbernya.
Modifikasi Alat, Peralatan, menambahkan Exhaust / Ventilasi, memberikan sekat atau
pengaman, Fume Hood.
4. Administrative Control
Pengendalian Administrasi tidak menghilangkan bahaya, hanya mencegah personal terpapar
bahaya
Pembuatan SOP, Training Pekerja, Shift kerja, Pembuatan Tanda Bahaya
5. PPE (Personal Protective Equipment) / APD (Alat Pelindung Diri) Penggunaan alat
pelindung diri.
Menggunakan masker, respirator, earplug, coverall.
Saran Memilih Instrument
1. Instrument yang digunakan sudah sesuai standar ISO / OSHA / NIOSH / IEC / SNI
2. Mempunyai fitur yang memudahkan penggunaan pengukuran
3. Mempunyai logger yang dapat digunakan sebagai Analisa data.
4. Alat dapat di kalibrasi satu tahun sekali baik secara lokal maupun manufaktur sesuai standar
acuan ISO 17025.
5. Vendorpenjualmemberikan after sales service berupa garansi, training alat maupun refresh
training.
6. Vendorpenjualmemberikan jaminan ketersediaan spare part selama 5 tahun kedepan.
7. Vendor penjual mempunyai teknisi terlatih dan tersertifikasi dari manufaktur

Lingkup pengukuran

1. Mengukur suhu lingkungan kerja


a) Iklim kerja panas
Pengukuran dan evaluasi iklim kerja panas dengan parameter indeks suhu basah dan bola
(ISBB) à SNI 7061:2019
a) Iklim kerja dingin
Pengukuran dan evaluasi iklim kerja dingin dengan parameter temperatur ekuivalen.

2. Parameter yang diukur meliputi:


a) Suhu udara
1) Suhu kering
2) Suhu basah
3) Suhu radian
b) Kelembapan
c) Kecepatan aliran udara (angin)
3. Kategori lingkungan kerja meliputi:
a) Lingkungan kerja indoor
Lingkungan kerja yang karena karakteristik bangunan atau lokasinya sehingga tidak terpajan
secara langsung oleh cahaya matahari.
a) Lingkungan kerja outdoor
Lingkungan kerja yang karena karakteristik bangunan atau lokasinya sehingga terpajan secara
langsung oleh cahaya matahari.
Tujuan pengukuran iklim kerja (lingkungan kerja) meliputi:
1. Mengetahui temperatur/suhu lingkungan kerja
2. Mengetahui potensi risiko kesehatan pada pekerja akibat kondisi iklim kerja (pekerja
berisiko)
3. Mengetahui tingkat pemenuhan regulasi atau NAB
4. Evaluasi program pengendalian yang telah dilakukan
5. Masukan untuk pengembangan program perbaikan

Strategi pengukuran
1. Jumlah dan letak/lokasi titik pengukuran
• Jumlah titik pengukuran disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan kerja
• Titik pengukuran meliputi sumber dan area kerja yang terpapar
• Kriteria/pertimbangan penentuan titik pengukuran
• Terdapat sumber/proses yang mengeluarkan panas
• Terpapar oleh panas yang berasal dari sumber/proses lain
• Terdapat pekerja yang beraktivitas pada area atau lokasi tersebut

2. Waktu dan durasi pengukuran


• Waktu pengukuran disesuaikan dengan waktu kerja
• Durasi pengukuran
• Selama 60 menit untuk paparan terus-menerus (OSHA, 2017)
• Selama 60 – 120 menit total untuk pajanan terputus-putus atau sesuai
dengan waktu paparan (OSHA, 2017)
• Selama 30 menit (SNI 7061:2019)
• Selama 30 menit dengan pembacaan setiap 5 menit untuk alat konvensional (SNI 7061:2019)

3. Pengaturan alat (setting) yang digunakan, terutama logging rate pada alat digital
(mempunyai fungsi penyimpanan data)
• Pengaturan logging rate akan mempengaruhi jumlah data yang diperoleh
• Semakin banyak jumlah data yang diperoleh à semakin mampu memperlihatkan fluktuasi
atau perubahan iklim kerja dan semua parameter pengukuran selama periode pengukuran
• Logging rate umumnya adalah : 1 mnt, 2 mnt, 5 mnt, 10 mnt, 15 mnt, 30 mnt, dan 60 mnt.
Alat ukur iklim kerja harus mampu mengukur semua parameter yang dibutuhkan dalam
melakukan evaluasi iklim kerja, yaitu
a. Suhu udara : Alat ukur harus mempunyai 3 termometer untuk mengukur: • Suhu kering à
Termometer suhu kering (Ta)
• Suhu basah à Termometer suhu basah (Tnwb)
• Suhu radian à Termometer suhu radian (Tg)
b. Kelembapan à (hygrometer)
c.Kecepatan aliran udara (angin) à Anemometer

Langkah pengukuran
Secara umum langkah pengukuran terdiri atas:
1. Persiapan
a) Mempersiapkan titik pengukuran (sumber dan area kerja)
b) Mempersiapkan alat (kelengkapan, fungsi, kalibrasi, pengaturan, dll)
c) Mempersiapkan sarana pendukung (triport, meteran, form pencatatan, dll)

2. Pelaksanaan
a) Penempatan alat ukur pada titik pengukuran yang tepat, tidak mengganggu aktivitas kerja
dan alat
a) Melakukan pengukuran semua parameter
b) Melaksanakan pengukuran sesuai metode standar (ketinggian sensor, dll)
c) Mencatat informasi penting seperti kondisi selama pengukuran, gambaran aktivitas kerja,
jumlah pekerja, dll

3. Perhitungan data
a) Menghitung hasil pengukuran iklim kerja sesuai dengan tipe lingkungan kerja (indoor atau
outdoor)
b) Data penting yang umumnya diperhatikan meliputi: rata-rata, nilai minimal, nilai maksimal,
dan waktu terjadinya nilai maksimal.

4. Analisis
a) Melakukan analisis terhadap iklim kerja dan membandingkan dengan NAB
Standar dan Regulasi
• SNI 7061:2019 tentang Pengukuran dan evaluasi iklim kerja
• Nilai ambang batas : Permenaker 05 tahun 2018
• Iklim kerja panas
• Iklim kerja dingin Lingkup Pengukuran Kebisingan

1. Pengukuran bising lingkungan kerja (Intensitas bising) a) Sumber bising


• Pengukuran di area sumber bising (mesin, proses kerja yang bising, dll)
• Titik pengukuran dilakukan pada jarak ± 1 meter atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan
b) Area kerja yang bising
• Pengukuran dilakukan pada area yang terpajan bising, yaitu area yang terjangkau oleh bising
• Lebih diutamakan area yang bising dan tempat dilakukannya aktivitas pekerja

2. Pekerja yang berisiko (dosis pajanan bising)


• Pekerja yang terpajan oleh bising atau melakukan pekerjaan yang mengeluarkan bising

3. Parameter Pengukuran bising lingkungan kerja (Intensitas bising)


a. SPL - Sound Pressure Level merupakan tingkat energi bising dalam satuan dB pada
pembobotan atau filter tertentu. Nilai yang ditampilkan adalah nilai maksimal dari
periode pengukuran.
b. LEQ - Tingkat suara terintegrasi/rata-rata yang terakumulasi dengan exchange rate 3
dB.
c. LAVG - Jenis pengukuran yang sama dengan LEQ, kecuali bila menggunakan
exchange rate
d. 4, 5 atau 6 dB.
e. TWA - Time Weighted Average. Tingkat rata-rata terakumulasi selama pengukuran
yang
f. dihitung dengan waktu integrasi delapan jam.
g. LMAX – Nilai maksimum SPL.
h. LMIN – Nilai minimum SPL.
i. Frekuensi bising

4. Karakteristik lingkungan kerja


a. Reverberant field, kondisi lingkungan kerja yang tidak bebas dan memiliki beberapa
media pantul seperti dinding, dll
b. Free field (Area terbuka), kondisi lingkungan kerja yang bebas, terbuka dan tidak ada
media yang dapat memantulkan suara/bunyi.

Tujuan pengukuran kebisingan (lingkungan kerja) meliputi:


1. Mengetahui tingkat kebisingan di lingkungan kerja (mapping dan/atau kontur)
2. Mengetahui potensi risiko kesehatan pada pekerja akibat kondisi iklim kerja (pekerja
berisiko)
3. Mengetahui tingkat pemenuhan regulasi atau NAB
4. Evaluasi program pengendalian yang telah dilakukan
5. Masukan untuk pengembangan program perbaikan

Strategi pengukuran
1. Jumlah dan letak/lokasi titik pengukuran
• Jumlah titik pengukuran disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan kerja
• Titik pengukuran meliputi sumber dan area kerja yang terpapar
• Kriteria/pertimbangan penentuan titik pengukuran
• Terdapat sumber/proses yang mengeluarkan bising
• Area kerja yang terpapar oleh bising yang berasal dari sumber/proses lain
• Terdapat pekerja yang beraktivitas pada area atau lokasi tersebut
2. Waktu dan durasi pengukuran (Lingkungan kerja)
• Waktu pengukuran disesuaikan dengan waktu kerja
• Durasi pengukuran
• Sesuai dengan tujuan pengukuran
• Mapping / kontur à mengukur SPL setiap titik selama minimal 3
menit
• Membandingkan tingkat kebisingan lingkungan dengan NAB:

1. Kebisingan bersifat kontinyu dan steady


2. Waktu paparan diketahui
3. Pengukuran dilakukan selama 15 menit
4. Menggunakan parameter LEQ, LAVG, atau TWA
3. Pengaturan alat (setting) yang digunakan umumnya adalah: (Untuk kebisingan yang
umumnya terdapat di industri)
• Range pengukuran : 70 – 140 dB
• Exchange rate : 3 dB
• Pembobotan frekuensi : Filter A
• Response : Slow (Impulse gunakan respon F / Fast)

Alat Ukur dan Hasil pengukuran


Pengukuran lingkungan
• Menggunakan Sound level meter
• Octave band analyser untuk mengukur frekuensi
• Mengukur Intensitas bising (SPL)
• Output berupa noise mapping atau noise contour Pengukuran pada pekerja
• Menggunakan Noise dosimeter
• Mengukur dosis pajanan bising (Leq, TWA, Dosis)
• Output berupa dosis pajanan bising (persentase)

Alat Ukur Kebisingan Lingkungan


• Tipe Sound Level Meter
1. Class 1 Sound Level Meters: the most precise and most expensive sound level meter, meeting
IEC 61672-1 standard and having a type approval
2. Class 2 Sound Level Meter: a less accurate and less expensive sound level meter that meets
IEC 61672-1 standard
3. Low-cost sound meters which do not conform to IEC 61672, usually sold in markets
Langkah pengukuran

Secara umum langkah pengukuran terdiri atas:


1. Persiapan
a) Mempersiapkan titik pengukuran (sumber dan area kerja)
b) Mempersiapkan alat (kelengkapan, fungsi, kalibrasi, pengaturan, dll)
c) Mempersiapkan sarana pendukung (triport, meteran, form pencatatan, dll)
2. Pelaksanaan
a) Penempatan alat ukur pada titik pengukuran yang tepat, tidak mengganggu aktivitas kerja
dan alat
a) Melaksanakan pengukuran sesuai metode standar (ketinggian sensor, dll)
b) Mencatat informasi penting seperti kondisi selama pengukuran, gambaran aktivitas kerja,
jumlah pekerja, dll
3. Perhitungan data
a) Menghitung hasil pengukuran kebisingan sesuai dengan tujuan pengukuran dan
parameter yang digunakan
b) Data penting yang umumnya diperhatikan meliputi: rata-rata, nilai minimal, nilai
maksimal, dan waktu terjadinya nilai maksimal.
4. Analisis
a) Melakukan analisis terhadap hasil pengukuran kebisingan dan membandingkan dengan
NAB

Anda mungkin juga menyukai