JUDUL:
Analisis Lingkungan Kerja (Iklim Kerja + Debu Halus + Ruang Asam) Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 70 Tahun 2016
TUJUAN (POINT: 5)
1. Memahami situasi di tempat kerja dengan menggunakan ISBB, pengukuran kecepatan aliran udara
dalam ruang asam, dan evaluasi partikel debu pernapasan PM10.
2. Mengetahui cara mengoperasikan alat ukur iklim kerja sesuai dengan instruksi kerja.
3. Mengetahui cara mengoperasikan alat anemometer sesuai dengan instruksi kerja.
4. Mengetahui cara mengoperasikan alat ukur PM 10 sesuai dengan instruksi kerja.
5. Menganalisis dan membandingkan data pengukuran dengan ketentuan atau peraturan yang sah.
6. Mengetahui beban kerja yang sesuai dengan kondisi lingkungan kerja pada tempat tertentu.
Cuaca kerja yang tidak nyaman dapat berdampak negatif pada pekerja. Hal ini dapat menyebabkan
penurunan kapasitas kerja, peningkatan risiko kecelakaan, peningkatan absensi, dan penurunan
produktivitas. Oleh karena itu, penting bagi pengusaha untuk memastikan bahwa lingkungan kerja mereka
sesuai dengan syarat yang ditentukan, termasuk pengaturan suhu, ventilasi yang memadai, perlindungan
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR
terhadap suhu radiasi, dan tindakan lain yang diperlukan untuk menjaga kenyamanan dan kesejahteraan
pekerja. Upaya ini dapat membantu meningkatkan produktivitas dan mengurangi risiko cedera atau masalah
kesehatan akibat cuaca kerja yang tidak nyaman.
Partikulat adalah salah satu zat pencemar udara yang termasuk dalam kategori zat pencemar utama,
yang berarti bahwa zat ini dilepaskan langsung ke atmosfer dari berbagai sumber pencemaran dan memiliki
ukuran partikel yang bervariasi. Partikulat, dengan ukuran kurang dari 10 mikron (dikenal sebagai PM10),
adalah partikel-partikel udara yang sangat kecil. Debu dengan ukuran antara 0,1 hingga 10 mikrometer dapat
menyebabkan risiko kesehatan jika terhirup oleh manusia, dan dapat mengganggu aktivitas manusia. Ketika
partikel-partikel debu ini masuk ke paru-paru, yang berbentuk padatan, mereka dapat menyebabkan iritasi
paru-paru. Partikel debu yang tersebar di udara dapat membentuk apa yang disebut sebagai aerosol.
Khususnya, aerosol baik yang berasal dari sumber primer maupun yang dihasilkan sebagai hasil reaksi
sekunder menjadi perhatian utama karena dampak yang mereka timbulkan. Secara umum, pencemar udara
di luar ruangan lebih sering berhubungan dengan emisi, sementara pencemaran di dalam ruangan lebih
sering dikaitkan dengan paparan.
Karena itu, diperlukan pemantauan jumlah partikel PM10 dalam udara dengan menganalisisnya
menggunakan alat instrumen Haz Dust selama periode 30 menit. Data yang diperoleh dari analisis ini
kemudian dapat dibandingkan dengan peraturan yang berlaku, termasuk salah satunya Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 70 Tahun 2016. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa Nilai Ambang Batas (NAB)
untuk partikel PM10 adalah sebesar 3 miligram per meter kubik (mg/m3).
Ruang asam laboratorium adalah sebuah perangkat yang berperan dalam mengendalikan beragam
jenis uap yang memiliki potensi bahaya. Biasanya, ruang asam laboratorium dilengkapi dengan ventilasi
exhaust dan pintu yang dapat diangkat. Fungsi utama dari ruang asam adalah untuk menarik atau menghisap
gas atau uap yang dapat membahayakan yang dihasilkan selama proses reaksi kimia. Dengan demikian,
kecepatan penghisap dalam ruang asam harus memenuhi standar yang telah ditetapkan. Kecepatan aliran
udara dalam ruang asam ini bisa diukur dengan menggunakan alat yang disebut anemometer. Dengan
menggunakan anemometer, kita dapat mengukur seberapa cepat udara dihisap dari ruang asam, yang diukur
dalam satuan meter per detik atau kaki per menit. Untuk memenuhi syarat minimum kecepatan penghisap
dalam ruang asam, sesuai dengan regulasi dalam ESCO GUIDE TO LABORATORY FUME HOOD,
kecepatan aliran udara ideal untuk ruang asam dengan pintu terbuka 50% adalah 0,79 meter per detik, untuk
pintu terbuka 25% adalah 1,31 meter per detik, dan untuk pintu terbuka 100% adalah 0,50 meter per detik.
● Pengukuran Respirable Dust Particle (PM 10) (mengacu SKC EPAM-5000 realtime method)
Partikel debu halus dihisap ke dalam sensor dan menghamburkan sinar infra merah. Jumlah
sinar yang diterima oleh detektor cahaya sebanding dengan konsentrasi aerosol. Konsentrasi debu
halus di udara dihitung secara instan dan ditampilkan pada display.
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR
● Pengukuran Iklim Kerja dengan Parameter Indeks Suhu Basah dan Bola (mengacu SNI
16-7061-2004
Alat diletakkan pada titik pengukuran sesuai dengan waktu yang ditentukan, suhu basah
alami, suhu kering dan suhu bola dibaca pada alat ukur, dan indeks suhu basah dan bola
diperhitungkan dengan rumus.
Preparasi contoh
1. Alat dinyalakan dan diletakkan di titik sampling yang datar pada ketinggian 1 – 1.5 meter
dari permukaan tanah
2. Dipasang tabung impactor sesuai ukuran partikel yang akan dianalisis (10 mikrometer).
Pengukuran
1. Dilakukan pengukuran sesuai IK alat selama 30 menit. Data debu halus dicatat setiap 1
menit.
2. Dicatat aktivitas signifikan di sekitar lokasi pengukuran debu dan dibuat denah lokasi titik
sampling.
Preparasi contoh
1. Alat anemometer dinyalakan, dibuka pintu ruang asam pada tinggi 50%.
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR
2. Alat anemometer ditempatkan pada bibir ruang asam dan diusahakan agar posisinya
stabil.
Pengukuran
Dilakukan pengukuran sesuai IK alat selama 3 menit. Data dicatat setiap 30 detik. Dilakukan
cara kerja yang sama pada ketinggian pintu ruang asam 25% dan 100%.
● Pengukuran Iklim Kerja dengan Parameter Indeks Suhu Basah dan Bola (mengacu SNI
16-7061-2004
Persiapan
1. Chamber termometer suhu basah diisi dengan air suling hingga ¾ bagian.
2. Tentukan lokasi titik pengukuran (minimal 2 titik pengukuran)
Preparasi contoh
1. Alat dinyalakan dan diletakkan di titik sampling pada ketinggian 1 – 1.5 meter dari
permukaan tanah.
2. Alat didiamkan selama 3 menit untuk pengkondisian sensor
Pengukuran
1. Dilakukan pengukuran sesuai IK alat selama 15 menit pada lokasi titik pengukuran.
2. Data suhu basah, suhu kering, dan suhu bola dicatat pada formulir sampling ISBB setiap
3 menit.
3. Dicatat aktivitas signifikan di sekitar lokasi pengukuran iklim kerja dan dibuat denah
lokasi titik sampling.
4. Ulangi langkah kerja untuk titik pengukuran kedua dst.
No Menit Ke- WET (ºC) GLOBE DRY (ºC) ISBB (ºC) Keterangan
(ºC)
Ruang Timbang
No Menit Ke- WET (ºC) GLOBE DRY (ºC) ISBB (ºC) Keterangan
(ºC)
No Posisi Tinggi Pintu Ruang Asam Laju Alir (m/s) Rata-Rata (m/s)
1 0,03
2 0,22
3 0,07 0,142
50%
4 0,24
5 0,20
6 0,09
1 0,40
2 0,46
3 0,47
25% 0,423
4 0,38
5 0.39
6 0,43
1 0,00
2 0,00
3 0,00
100% 0,00
4 0,00
5 0,00
6 0,00
Dasar Hukum (SNI/PP) Permenkes No. 70 Tahun 2016 Denah Titik Sampling:
27,56+27,56+27,49+27,49+27,49
𝑋= 5
= 27,52°C ISBB
= 30,52°C ISBB
Alokasi waktu kerja = 25% yaitu selama kurang lebih 2 jam dari total 8 jam kerja
Kategori beban kerja = Sedang
NAB°C ISBB untuk alokasi waktu kerja sebesar 25% dan beban kerja sedang adalah 31,5°C ISBB
23,44+22,84+22,58+23,35+22,42
𝑋 = 5
= 22,93°C ISBB
Alokasi waktu kerja = 25% yaitu selama kurang lebih 2 jam dari total 8 jam kerja
Kategori beban kerja = Sedang
NAB°C ISBB untuk alokasi waktu kerja sebesar 25% dan beban kerja sedang adalah 31,5°C ISBB\
Dampak dari Heat Stress meliputi dehidrasi, ruam panas yang terus-menerus dan gatal (Heat rash),
gangguan motorik akibat panas (Heat Fatigue), kejang otot yang disertai penurunan kadar natrium klorida
dalam darah hingga tingkat yang kritis (Heat cramps), dan kerusakan serius yang berkaitan dengan
kesalahan dalam pengaturan suhu tubuh (Heat stroke). Dampak-dampak tersebut dapat mengurangi kualitas
dan konsentrasi kerja pekerja, serta dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan mereka.
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR
Dalam analisis Respirable Dust Particle (PM10) yang dilakukan di Laboratorium AI-1, ditemukan
bahwa nilai PM10 adalah sekitar 0,06187 mg/m3. Hasil ini berada di bawah nilai ambang batas yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016, yang
menetapkan nilai ambang batas untuk Iklim Lingkungan Kerja Industri sebesar 3 mg/m3. Alat yang
digunakan untuk mengukur Respirable Dust Particle (PM10) adalah Haz Dust Sampler. Pengukuran
dilakukan selama 30 menit dengan pengamatan data yang dicatat setiap satu menit.
Dengan bantuan alat ini, kita dapat mengetahui jumlah partikel debu yang dihisap dalam jangka
waktu tertentu, serta mendapatkan informasi tentang jumlah partikel debu maksimum, minimum, dan
rata-rata. Jika jumlah partikel debu melampaui ambang batas yang telah ditentukan, maka partikel-partikel
tersebut dapat masuk ke dalam paru-paru atau sistem pernapasan dalam tubuh dan tidak dapat dikeluarkan
secara alami oleh mekanisme tubuh seperti silia dan lendir. Akibatnya, partikel-partikel tersebut dapat
tinggal di paru-paru secara permanen, yang pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan pada sistem
pernapasan dan kerusakan pada paru-paru.
Dalam analisis mengenai laju alir ruang asam yang dilakukan di Laboratorium AI-1, ditemukan
bahwa hasil laju alir untuk kondisi 50% pintu terbuka adalah sekitar 0.142 m/s, untuk kondisi 25% pintu
terbuka adalah sekitar 0.422%, dan untuk kondisi 100% pintu terbuka adalah 0 m/s. Hasil tersebut
dibandingkan dengan persyaratan yang tercantum dalam regulasi ESCO GUIDE TO LABORATORY
FUME HOOD, di mana laju alir ruang asam diukur selama 3 menit dengan pintu ruang asam dalam 3 posisi
ketinggian yang berbeda, dan kemudian hasilnya di rata-ratakan.
Berdasarkan perbandingan tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil laju alir ruang asam dalam
kondisi 50% pintu terbuka, 25% pintu terbuka, dan 100% pintu terbuka tidak memenuhi standar yang telah
ditetapkan. Hal ini mungkin terjadi karena daya hisap blower yang tidak berfungsi maksimal. Oleh karena
itu, diperlukan perawatan dan pemeriksaan berkala untuk memastikan bahwa daya hisap blower di dalam
ruang asam tetap optimal.
Ketidakoptimalan dalam daya hisap blower dapat mengakibatkan gangguan dalam fungsi utama
ruang asam, yaitu untuk menarik gas beracun dan berbahaya yang dihasilkan selama reaksi kimia.
Akibatnya, udara yang seharusnya tertahan di dalam ruang asam dan berisi gas beracun dan berbahaya,
bersama dengan partikel debu, dapat bocor keluar dan berpotensi mengganggu pernapasan pekerja di
laboratorium. Hal ini merupakan potensi risiko bagi keselamatan dan kesehatan pekerja yang bekerja di
laboratorium.
Hasilnya menunjukkan bahwa ISBB adalah sekitar 30,52°C untuk ruang kerja dan 25,93°C untuk ruang
timbang. Ternyata, nilai-nilai ini tidak melampaui nilai ambang batas yang telah diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016, di mana ambang batas untuk Iklim
Lingkungan Kerja Industri ditetapkan sekitar 31,5°C ISBB. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
nilai ISBB di Laboratorium Analisis Instrumen-1 memenuhi standar yang berlaku.
Dalam analisis Respirable Dust Particle (PM10), ditemukan bahwa nilai PM10 adalah sekitar
0,06187 mg/m3, yang berada di bawah nilai ambang batas yang ditentukan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016, yaitu sebesar 3 mg/m3. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa nilai PM10 di Laboratorium Analisis Instrumen-1 mematuhi standar yang berlaku.
Namun, dalam analisis laju alir ruang asam yang dilakukan di laboratorium tersebut, ditemukan hasil
laju alir yang berbeda. Untuk kondisi 50% pintu terbuka, laju alir adalah sekitar 0.142 m/s, untuk kondisi
25% pintu terbuka adalah sekitar 0.422%, dan untuk kondisi 100% pintu terbuka, laju alir adalah 0 m/s.
Hasil tersebut dibandingkan dengan regulasi ESCO GUIDE TO LABORATORY FUME HOOD, yang
menetapkan standar untuk laju alir ruang asam dalam kondisi 50% pintu terbuka sebesar minimum 0.79 m/s,
kondisi 25% pintu terbuka sebesar minimum 1.31 m/s, dan kondisi 100% pintu terbuka sebesar minimum
0,50 m/s. Berdasarkan perbandingan ini, dapat disimpulkan bahwa hasil laju alir ruang asam di laboratorium
tersebut tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN - SMAK BOGOR
TTD