Anda di halaman 1dari 65

Mutu

Petugas Laboratorium
Pengambil Penguji Migas Laboratorium
Contoh (PPC) (LPM) Terakreditasi
KENDALI MUTU HASIL UJI

PREPARASI
SAMPLING PENGUKURAN OLAH DATA
SAMPLE

METODE
ALAT
SARANA & BAHAN HASIL BENAR
SDM XU
MANAJEMEN

3
PENENTUAN TITIK PENGAMBILAN CONTOH

Acuan : SNI 19-7119.6-2005

Meliputi :
1. Pemilihan lokasi pengambilan contoh uji
pemantauan kualitas udara ambien.
2. Penempatan peralatan pengambilan contoh uji
pemantauan kualitas udara ambien sesaat dan
kontinyu.
ISTILAH DAN DEFINISI

1. Probe
Sampling inlet/contoh uji masuk dari alat pengambilan
contoh.
2. Absorpsi
Penyerapan secara kimia oleh tumbuhan, bangunan dan
penghalang lainnya terhadap contoh uji.
3. Adsorpsi
Penyerapan secara fisika oleh tumbuhan, bangunan dan
penghalang lainnya terhadap contoh uji.
4. Lokasi pengambilan contoh uji
Daerah/area yang dipilih untuk menentukan titik
pengambilan contoh uji.
5. Titik pengambilan contoh uji
Tempat peralatan pengambil contoh uji diletakkan
untuk melaksanakan pengambilan contoh uji
6. Stasiun
Tempat peralatan pengambil contoh uji dengan
sistem otomatis.
CARA PENENTUAN

Prinsip :
Dalam penentuan lokasi pengambilan contoh uji,
yang perlu diperhatikan adalah bahwa data yang
diperoleh harus dapat mewakili daerah yang
sedang dipantau, yang telah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
LOKASI PENGAMBILAN CONTOH UJI

Titik pemantauan ditetapkan dengan


mempertimbangkan :
Sumber pencemar
Faktor meteorologi (arah dan kecepatan
angin)
Faktor geografi (topografi dan guna lahan)
Kriteria titik pemantauan :
1. Area dengan konsentrasi pencemar tinggi.
2. Area dengan kepadatan penduduk tinggi,
terutama ketika terjadi pencemaran yang berat.
3. Daerah sekitar lokasi penelitian yang
diperuntukkan untuk kawasan studi.
4. Di daerah proyeksi
5. Mewakili seluruh wilayah studi
PERSYARATAN PEMILIHAN LOKASI
Beberapa petunjuk yang dapat digunakan adalah :
1. Hindari tempat yang dapat merubah konsentrasi akibat
adanya absorpsi atau adsorpsi (pohon dan gedung)
2. Hindari tempat dimana penganggu kimia (kendaraan)
3. Hindari tempat dimana penganggu fisika (incenerator)
4. Letakkan peralatan di daerah dengan gedung/ bangunan
yang rendah dan saling berjauhan.
5. Apabila pemantauan bersifat kontinyu, maka pemilihan
lokasi harus mempertimbangkan perubahan kondisi
peruntukan pada masa datang.
CATATAN :
Pada arah angin dominan, lokasi pemantauan kualitas
udara ambien minimum dua lokasi dengan
mengutamakan daerah pemukiman atau tempat-
tempat spesifik.
Sedangkan pada arah angin lainnya minimum satu
titik.
Data arah angin dapat menggunakan data sekunder
dari stasiun meterologis terdekat atau data
pengukuran langsung di lapangan.
Arah angin dominan

Industri
PERSYARATAN PENEMPATAN PERALATAN

1. Letakkan peralatan pengambil contoh uji pada


daerah yang aman.
2. Penempatan di atap bangunan dapat lebih baik
untuk daerah dengan kepadatan
penduduk/bangunan menengah sampai tinggi.
3. Bila diletakkan diatap rumah pastikan tidak
terpengaruh oleh gas buang dari dapur, incenerator
atau sumber lainnya.
POSISI PROBE

1. Ditempatkan pada jarak sekurang-kurangnya 15


m dari jalan raya.
2. Ketinggian pengambilan secara kontinyu 3 – 6 m
sedang secara manual minimal 1,5 m dari
permukaan tanah.
3. Jarak sekurang-kurangnya 15 m dari titik sumber.
PEMANTAUAN UNTUK STASIUN TETAP

Untuk mendukung pemantauan kualitas


udara ambien, perlu dilakukan pemantauan
kondisi meteorologis yang meliputi arah
angin, kecepatan angin, kelembaban dan
temperatur.
Penetapan lokasi pemantauan meteorologis
sebagai berikut :
Rangkaian pengambil contoh udara ambient :

Pompa
Flow
Inpinger

Flow Pompa
Inpinger
PEMANTAUAN UNTUK TETAP
1. Ketentuan lokasi stasiun pemantau yang relatif dekat
dengan bangunan atau pohon tertinggi.
 Tinggi alat pemantauan minimal 2,5 kali dari tinggi
bangunan atau pohon tertinggi.
 Minimal 2 meter lebih tinggi dari bangunan atau pohon
tertinggi disekitarnya.
 Tinggi lokasi stasiun pemantau kondisi meteorologis
minimal 10 m dari permukaan tanah.
PEMANTAUAN UNTUK TETAP

2. Ketentuan pemantauan yang relatif jauh


dari bangunan atau pohon tertinggi.
 Tinggi alat pemantau minimal 2,5 kali
dari tinggi bangunan atau pohon
tertinggi.
 Tinggi lokasi stasiun pemantau kondisi
meteorologis minimal 10 m dari
permukaan tanah.
Tujuan pengukuran kualitas udara ambien
untuk mengetahui konsentrasi zat
pencemar yang ada di udara.
Konsentrasi zat pencemar di udara ambien
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain :
 Sumber pencemar
 Faktor Meteorologi
 Faktor topografi
METODE ANALISIS
 Metode dan Alat Sampling:
 Gravimetric ( Pb, Partikulat)
 Chemiluminesence ( ozon)
 Spektrofotometer( SO2 ,NO2 , Ozon)
 Gas Chromatograph ( HC)
 Hi-Vol Sampler ( partikulat )
PERSIAPAN PENGAMBILAN
CONTOH
1. Peralatan sampling emisi
2. Peralatan sampling udara ambien
3. Peralatan sampling udara dalam ruang (indoor)
4. Pengecekan kondisi peralatan dan masa kalibrasi alat
5. Peralatan penyimpanan dan pengawetan sampel
6. Peralatan K3 (safety)
7. Form sampling (sesuai dengan parameter)
8. Form bukti pengambilan sampel (Chain of Custody)
Peralatan Sampling Emisi, Ambien
dan Indoor
Peralatan Pembantu
Peralatan K3
Formulir atau Rekaman Sampling
CARA – CARA PERHITUNGAN
Satuan Konsentrasi untuk menyatakan konsentrasi
zat pencemar gas atau debu di udara ambien, dapat
digunakan satuan yang berdasarkan :
1. Satuan berdasarkan berat /volume (w/v), yaitu satuan
yang menyatakan berat zat pencemar per volume
udara ambien. Contohnya satuan : mg/m3 atau
mg/m3.
2. Satuan berdasarkan volume/volume (v/v), yaitu
satuan yang menyatakan volume zat pencemar per
volume gas. . Contohnya satuan : ppm atau ppb
Konversi Satuan
 Dari satuan ppm ke satuan mg/m3 :
mg/m3 = (( ppm/24,45 ) x BM x 103)
Dimana:
24,45 = konversi untuk 1 mol = 24,45 liter (25oC, 1 atm)
BM = berat molekul
10-3 = konversi dari ml ke liter

 Konsentrasi CO 10 ppm, berapa mg/m3


Konversi ppm to mg/m3

Contoh Soal 1.
Parameter Ozone (O3) di ambien setelah dilakukan
pengujian didapat konsenstrasi sebesar 0.12 ppm.
Hitung konsentrasi dalam μg/m3 pada suhu 25 oC dan
tekanan 1 atm.
Jawaban konversi (1)
Hitung konsentrasi sulfur dioksida (SO2)
dalam ppm di udara ambien jika diketahui
konsentrasi 365 μg/m3 pada suhu 25 oC dan
tekanan 1 atm.
Jawaban konversi (2)
Pemantauan Faktor Fisika di
Tempat Kerja
KEBISINGAN
Kebisingan adalah semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan atau alat-alat kerja yang ada pada
tingkatan tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran.
Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar
hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
1. Kebisingan standart tempat kerja
Adalah standar faktor tempat kerja yang dapat
diterima tenaga kerja tanda mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan
sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari
atau 40 jam.
Mengacu Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Nomor PER. 13/MEN/X/2011, Tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat
Kerja
2. Kebisingan Lingkungan
Bertujuan untuk menjamin kelestarian lingkungan
hidup agar dapat bermanfaat bagi kehidupan dan
makhluk hidup lainnya, setiap usaha atau kegiatan
perlu melakukan upaya pengendalian pencemaran
dan atau perusakan lingkungan.
Mengacu :
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup,
Nomor : KEP-48/MENLH/11/1996, tentang Baku
Tingkat Kebisingan
• Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
• Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang
dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat dB;
• Peralatan yang digunakan untuk mengukur
kebisingan adalah Sound Level Meter
Metode Pengukuran Kebisingan
1. Cara Sederhana
Dengan sebuah Sound Level Meter biasa diukur
tingkat tekanan bunyi dB (A) selama 10 menit untuk
tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5
detik.
2. Cara Langsung
Dengan sebuah Integrating Sound Level Meter yang
mempunyai fasilitas pengukuran LTM5 yaitu Leq
dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan
pengukuran selama 10 menit.
 Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang
waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4
waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam
hari paling sedikit 3 waktu pengukuran, sebagai
contoh :
 – L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 – 09.00
– L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 – 11.00
– L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 – 17.00
– L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 – 22.00
– L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 – 24.00
– L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 – 03.00
– L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 – 06.00
 KepMenLH No. 48 Tahun 1996
TERIMA KASIH
Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)

• ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim


kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu
udara kering, suhu basah alami dan suhu bola,

• Suhu kering (Dry Bulb Temperature) adalah suhu


yang ditunjukkan oleh termometer suhu kering.
• Iklim kerja (panas) adalah hasil perpaduan antara
suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan
panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari
tubuh tenaga kerja sebagai pekerjaannya.
• Suhu basah alami (natural wet bulb temperature) :
adalah suhu yang ditunjukkan oleh termometer bola
basah alami.
• Suhu bola (Globe Temperatur) adalah suhu yang
ditunjukkan oleh termometer bola.
• Suhu kering (dry bulb temperature) : suhu udara
yang diukur dengan termometer suhu kering

• Suhu bola (globe temperature) : suhu yang diukur


dengan menggunakan termometer suhu bola yang
sensornya dimasukkan dalam bola tembaga yang dicat
hitam, sebagai indikator tingkat radiasi
 Indeks suhu basah dan bola (wet bulb globe
temperature index) : parameter untuk menilai
tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan
antara suhu kering, suhu basah alami dan suhu bola
 Perhitungan ISBB
Ada 2 (dua) jenis rumus perhitungan ISBB, yaitu:
 Rumus untuk pengukuran dengan
memperhitungkan radiasi sinar matahari, yaitu
tempat kerja yang terkena radiasi sinar matahari
secara langsung:

 ISBB = 0,7 SBA + 0,2 SB + 0,1 SK


 Rumus untuk pengukuran tempat kerja tanpa
pengaruh radiasi sinar matahari:

 ISBB = 0,7 SBA + 0,3 SB


Keterangan gambar :
1. Termometer suhu kering
2. Termometer suhu basah alami
3. Termometer suhu bola
4. Erlenmeyer 125 ml (air suling)
5. Kain kasa
6. Bola tembaga
7. Statis
8. Tripod
SNI 16-7061-2004
Keterangan gambar :
1. Termometer suhu kering
2. Termometer suhu basah
alami
3. Termometer suhu bola
4. Erlenmeyer 125 ml (air
suling)
5. Kain kasa
6. Bola tembaga
7. Statis
8. Tripod
 Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas) dengan
Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) tidak
diperkenankan melebihi: a) Untuk beban kerja
ringan : 30,0 oC b) Untuk beban kerja sedang : 26,7
oC c) Untuk beban kerja berat : 25,0 oC
 CATATAN
 Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 – 200
kilo kalori/jam.
 Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih besar
200 – 350 kilo kalori/jam.
 Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih besar
dari 350–500 kilo kalori/jam.
SNI 16-7063-2004
 Cahaya
Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964
Syarat-Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan
dalam Tempat Kerja.
 Lux : satuan intensitas penerangan per meter persegi
yang dijatuhi arus cahaya 1 lumen
 Luxmeter : alat yang digunakan untuk mengukur
intensitas penerangan dalam satuan lux
 penerangan setempat : penerangan di tempat obyek
kerja, baik berupa meja kerja maupun peralatan
 penerangan umum : penerangan di seluruh area
tempat kerja
 Penentuan titik pengukuran
1. Penerangan setempat: obyek kerja, berupa meja
kerja maupun peralatan.
 a. Bila merupakan meja kerja, pengukuran dapat
dilakukan di atas meja yang ada.
 2. Penerangan umum: titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu
setinggi satu meter dari lantai.
•
 Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas
ruangan sebagai berikut:
 ¾ Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik
potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan
adalah pada jarak setiap 1(satu) meter.
 ¾ Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100
meter persegi: titik potong garis horizontal panjang
dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3
 (tiga) meter.
¾ Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik
potong horizontal panjang dan lebar ruangan adalah
pada jarak 6 meter.
Getaran
 Getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa
melalui keadaan seimbang terhadap suatu titik acuan;
 Getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan
oleh sarana dan peralatan kegiatan manusia;
 Getaran seismik adalah getaran tanah yang disebabkan
oleh peristiwa alam dan kegiatan manusia;
 Getaran kejut adalah getaran yang berlangsung secara
tiba-tiba dan sesaat;
 Baku tingkat getaran mekanik dan getaran kejut
adalah batas maksimal
 tingkat getaran mekanik yang diperbolehkan dari
usaha atau kegiatan pada media padat sehingga tidak
menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan
kesehatan serta keutuhan bangunan;
KepMenLH No. 49 Tahun 1996
 Pengaruh kerusakan struktur dan non-struktur :
 Kerusakan pada struktur, dapat membahayakan
stabilitas bangunan, atau roboh (misalnya patok
kolom bisa merobohkan bangunan)
 Kerusakan pada non struktur, tidak membahayakan
stabilitas bangunan, tetapi bisa membahayakan
penghuni (misal : robohnya dinding partisi)
Derajat Kerusakan :
 Rusak ringan adalah rusak yang tidak membahayakan
stabilitas bangunan dan dapat diperbaiki tanpa
mengurangi kekuatannya
 Rusak sedang adalah rusak yang dapat mengurangi
kekuatan struktur, untuk mengembalikan kepada
kondisi semula, harus disertai dengan tambahan
perkuatan
 Rusak berat adalah rusak yang membahayakan
bangunan dan dapat merobohkan bangunan
Kebauan
 Bau adalah suatu rangsangan dari zat yang diterima
oleh indera penciuman;
 Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam
kadar dan waktu tertentu yang dapat mengganggu
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan;
 Baku tingkat kebauan adalah batas maksimal bau
dalam udara yang diperbolehkan yang tidak
mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan;

KepMenLH No. 50 Tahun 1996

Anda mungkin juga menyukai