Anda di halaman 1dari 86

PEMANTAUAN

UDARA EMISI DAN


EVALUASI HASIL

BY LIES SETYOWATI
POKOK BAHASAN

1. Pengukuran Emisi secara


Manual (penentuan jumlah
titik sampling di cerobong, dll)
2. Continuous Emission
Monitoring System (CEMS)
3. Regulasi terkait
KUALITAS UDARA
AMBIEN DAN
SUMBER EMISI
DALAM PEMANTAUAN KUALIATAS EMISI
SUMBER TIDAK BERGERAK, BAGAIMANA
MEKANISME SAMPLINGNYA ????

tyokwati
PENDAHULUAN
Pengendalian

Sumber Emisi Atmosfer Reseptor

-Data sekunder dan /atau primer

Pemantauan Kualitas
Udara

Pengawasan
-Inspeksi Lapangan Pengukuran langsung (sampling)
-Data sekunder dan /atau primer
5 tyokwati
SAMPLING udara

Mengumpulkan sejumlah volum (udara) dari suatu sumber


(stack/exhaust) atau dari udara ambien yang akan diteliti, dengan jumlah
pengambilan sekecil mungkin, tetapi masih mewakili dan masih
mempunyai sifat-sifat yang sama dengan keseluruhan sumber (atau
udara ambiennya).

tif !
a
p r e sent
Re

tyokwati
APA UDARA EMISI?
UDARA EMISI ADALAH LUARAN LANGSUNG DARI
KEGIATAN/PROSES BAIK BERSIFAT TERMAL ATAUPUN
LAINNYA, SEHINGGA MEMBERIKAN BEBAN BERUPA
PARTIKULAT ATAU GAS KE UDARA AMBIEN DI SEKITAR
AKTIVITAS TERSEBUT (1).
PEMANTAUAN UDARA EMISI ?

Pemantauan Udara Emisi adalah serangkaian kegiatan


atau prosedur yang ditujukan untuk mengambil sampel
udara, baik berupa area maupun cerobong sesuai dengan
suatu kaidah teknis tertentu untuk mendapatkan data
yang handal (1).
CATATAN PENTING !

• Kriteria gas buang merupakan salah satu indikasi utama yang


diperlukan dalam menilai efisiensi proses.
• Proses yang dijalankan sesuai spesifikasi teknis dan pada kondisi
beban operasi normal akan menjamin minimasi emisi partikulat
maupun gas pada emisinya.
• Unjuk kerja proses akan dinilai dari perbandingan antara hasil
pengukuran emisi dengan baku mutu untuk dilaporkan sesuai
ketentuan perundangan.
MIND MAP
IDENTIFIKASI PENCEMARAN UDARA
MEKANISME PEMANTAUAN EMISI SUMBER
TIDAK BERGERAK

PERENCANAAN

EVALUASI PERSIAPAN

PELAPORAN PELAKSANAAN

tyokwati
DALAM PEMANTAUAN EMISI SUMBER
BERGERAK, KAPAN SAMPLING?
• Ketika data tidak tersedia
• Ketika data tidak cukup
• Ketika data meragukan
• Ketika data diperlukan untuk mendokumentasikan
suatu kegiatan
• Ketika data diperlukan dalam penegakan hukum atau
perijinan
DASAR HUKUM
1. Peraturan Pemerintah Nomor 22/2021 Tentang Penyelengga-
raan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. PerMenLH No. 5 Tahun 2021 Tentang PBMA dan PBME.
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13
Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak.
4. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor : KEP 205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman
Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak
Bergerak.
5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2002
tentang Pedoman Umum Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup
Bagi Pejabat Pengawas.
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 2002
Tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Di
Provinsi/Kabupaten/Kota.
7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 129 Tahun
2003 tentang Baku Mutu Emisi Usaha Dan Atau Kegiatan Minyak
Dan Gas Bumi.
9. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 133 Tahun
2004 tentang Baku Mutu Emisi Bagi Kegiatan Pupuk.
10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2007
tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap.
- PP NO. 22 TAHUN 2021
- PERMENLHK NO. 5 TAHUN 2021
PERSYARATAN PERENCANAAN CEROBONG ASAP

1. Tinggi cerobong sebaiknya 2 – 2,5 kali tinggi bangunan sekitarnya sehingga


lingkungan sekitarnya tidak terkena turbulensi.
2. Kecepatan aliran gas dari cerobong sebaiknya lebih besar dari 20 m/detik
sehingga gas-gas yang keluar dari cerobong akan terhindar dari turbulensi.
3. Gas-gas dari cerobong dengan diameter lebih kecil dari 5 feet dan tinggi
kurang dari 200 feet akan mengakibatkan konsentrasi di bagian bawah akan
menjadi tinggi.
4. Konsentrasi maksimum bagian permukaan tanah dari cerobong gasgas (agar
terjadi difusi) biasanya terjadi pada jarak 5 - 10 kali tinggi cerobong
downwind.
PERSYARATAN PERENCANAAN CEROBONG ASAP (lanjutan)

5. Konsentrasi maksimum zat pencemar berkisar antara 0,001 - 1 % dari


konsentrasi zat pencemar dalam cerobong. 12 | Modul 10 – Identifikasi
dan Monitoring Emisi dari Fasilitas WtE.
6. Konsentrasi di permukaan dapat dikurangi dengan menggunakan
cerobong yang tinggi. Variasi konsentrasi pencemar pada permukaan
akan berbanding terbalik dengan kwadrat tinggi cerobong efektif.
7. Warna cerobong harus mencolok sehingga mudah terlihat.
8. Cerobong dilengkapi dengan pelat penahan angin yang melingkari
cerobong secara memanjang ke arah ujung atas.
PERSYARATAN PERENCANAAN CEROBONG ASAP (lanjutan)

9. Puncak cerobong sebaiknya terbuka, jika pihak industri menganggap perlu


untuk memberi penutup (biasanya cerobong kecil/rendah) maka penutup
berbentuk segitiga terbalik (terbuka keatas).
10. Setiap cerobong diberi nomor dan dicantumkan dalam denah industri.
KETENTUAN UMUM PERSYARATAN FASILITAS TITIK SAMPLING

• Aliran : Lokasi sampel yang ideal akan memiliki karakteristik aliran sedemikian
rupa sehingga gas mengalir dalam pola linier sejajar dengan sumbu cerobong atau
duct, memiliki profil kecepatan yang seragam dan tidak mengalir dalam pola
siklon atau berputar. Ketentuan tentang penentuan posisi ini diatur secara umum
dengan SNI atau berbasis hasil studi yang komprehensif yang disetujui.
• Posisi Titik Sampling : Dalam kondisi ideal, titik sampling terletak pada 8 kali
Diameter Dalam (8D) dari gangguan terakhir Hulu dan 2D dari gangguan terakhir
Hilir aliran. Yang dimaksud dengan gangguan adalah berupa belokan, cabang,
kontraksi maupun ekspansi saluran/duct. Penentuan titik sampling selain
ketentuan ideal ini dapat dihasilkan dari ketentuan umum pada bagian berikut atau
dari studi komprehensif yang disetujui.
KETENTUAN UMUM PERSYARATAN FASILITAS TITIK
SAMPLING (lanjutan)
• Diameter cerobong/duct : Diameter yang dimaksud adalah diameter dalam.
Dalam hal penampangnya selain lingkaran atau memiliki ukuran penampang yang
berbeda antara bagian Hulu dan Hilir Cerobong atau Ducting, maka dapat
dihitung sebagai diameter efektif.

• Ukuran Lubang Sampling : Lubang sampling memiliki ukuran minimum sebesar


3,5 inch (10-11 cm) - penampang lingkaran - yang didasarkan pada ukuran probe
alat sampling pengukuran total partikulat. Pada pengukuran PM10 dan PM2,5
diperlukan ukuran lubang sampling 6 inch (18-19 cm) - penampang lingkaran.
Ketentuan mengenai ukuran lubang sampling pada dimensi cerobong < 10 cm
akan diatur berdasarkan penetapan kriteria parameter yang wajib ukur, khususnya
Total Partikulat.
KETENTUAN UMUM PERSYARATAN FASILITAS TITIK
SAMPLING (lanjutan)
• Jumlah Lubang Sampling : Lubang sampling dipasang minimal satu untuk
penampang lingkaran dengan diameter hingga 30 cm, dua untuk diameter hingga
100 cm, dan empat untuk diameter lebih dari 100 cm. Pada penampang persegi
panjang mengikuti ketentuan khusus pada bagian berikut.

• Traverse Point : Traverse Point merupakan pendekatan penetapan jumlah titik


sampling untuk menentukan representasi laju alir udara/gas di dalam
cerobong/duct. Dalam sampling emisi, hasil penetapan laju alir menggunakan
Traverse point digunakan sebagai dasar untuk dalam mengukur isokineticity, yaitu
kesamaan profil aliran antara di dalam cerobong/stack dengan probe alat
sampling. Selain itu traverse point juga digunakan untuk melakukan
meningkatkan akurasi pengukuran pada kondisi posisi titik sampling yang tidak
ideal.
KETENTUAN UMUM PERSYARATAN FASILITAS TITIK
SAMPLING (lanjutan)
• Material Lubang Sampling : Lubang sampling dipasang menggunakan ekstensi
yang dilengkapi dengan Flange. Lubang sampling ini juga dipasang Railing
System untuk menempatkan alat ukur seperti tertera pada skema di bagian
berikut.

• Kelengkapan Fasilitas Titik Sampling : Titik sampling harus memiliki fasilitas


berupa akses petugas sampling dan alatnya, listrik, dan platform yang dilengkapi
dinding pengaman untuk kapasitas hingga beban 500 kg. Ketentuan mengenai
fasilitas ini dapat berupa instalasi permanen yang menyatu dengan struktur
cerobong atau terpisah sesuai dengan hasil studi terkait standar keamanan kerja
yang disetujui.
LOKASI SAMPLING EMISI
NO METODA DARI BELOKAN DARI ATAS JENIS
ALIRAN

1 USEPA STANDARD 8D 2D LAMINER

2 AUSTRALIAN STANDARD 5D LAMINER

3 JIS STANDARD 4D 2D LAMINER

4 KEPDAL 205 8D 2D LAMINER

36
PLATFORM
PLATFORM PADA SUMBER TIDAK BERGERAK

PLATFORM
POSISI PROBE PADA LUBANG SAMPLING
CEROBONG
PENENTUAN TITIK LINTAS

CEROBONG LINGKARAN CEROBONG PERSEGI


TABEL TITIK LINTAS
DIAMETER EKIVALEN
Untuk cerobong berpenampang empat persegi panjang:

Diameter dalam pada aliran atas lebih kecil dari pada diameter dalam
aliran bawah:
PLATFORM SAMPLING EMISI
CEROBONG

PLATFORM 360o

48
FASILITAS LUBANG SAMPLING EMISI CEROBONG

49
SAMPLING GAS PADA SISTEM TUBING
STACK TERLALU DEKAT DENGAN PROSES
DATA PEMANTAUAN REPRESENTATIF

- TITIK SAMPLING TEPAT


- JENIS PARAMETER YANG DIPANTAU SESUAI
DENGAN KETENTUAN PERATURAN YANG
BERLAKU

JENIS PARAMETER YANG DIUJI BISA DILIHAT DI TABEL 2,


3, 4 DAN 5.
TAMBAHAN UNTUK PEMANTAUAN
KUALITAS EMISI SUMBER TIDAK
BERGERAK
PEMERIKSAAN PERSYARATAN TEKNIS CEROBONG

a. Pemeriksaan tersedianya sarana pendukung sampling emisi


seperti lubang sampling, tangga, lantai kerja, pagar
pengaman dan sumber listrik pada cerobong.
b. Untuk cerobong yang berbentuk lingkaran, penentuan titik
lubang sampling adalah berada diantara minimal 8 x
diameter stack (ds) untuk down stream dan 2x diameter stack
(Ds) untuk upstream.
c. Diameter lubang pengambilan sampel sekurang-kurangnya 10
cm atau 4 inci.
h. Pada boiler dan genset yang berkapasitas kecil biasanya
memiliki cerobong yang bentuknya tidak sesuai peraturan
perundangundangan (bentuk leher angsa).

Disarankan kepada pihak perusahaan untuk memodifikasi


bentuk cerobong tersebut seperti gambar 2 berikut ini :
PEMBACAAN
OPASITAS

SEBAGAI ALAT BANTU PPLH


DALAM INSPEKSI LAPANGAN

67
PEMANTAUAN OPASITAS EMISI CEROBONG

68
PENGGUNAAN RINGLEMANN CHART
UNTUK
PEMANTAUAN OPASITAS EMISI
CEROBONG

69
PENGGUNAAN RINGLEMANN CHART UNTUK
PEMANTAUAN OPASITAS EMISI CEROBONG
PENGGUNAAN RINGLEMANN CHART UNTUK
PEMANTAUAN OPASITAS EMISI CEROBONG
METODE SISTEM PEMANTAUAN EMISI
SECARA KONTINYU (CONTINUOUS
EMISSION MONITORING/CEM)
a. Metode Ekstraksi
Gas buang diambil oleh probe sampel dari cerobong
dan sampel gas dikirim ke gas analyzer (yang berlokasi
di ruang kontrol) melalui pipa sampel gas yang
dilengkapi dengan heater untuk mencegah terjadinya
kondensasi (gambar 6).

b. Metode Insitu
Gas buang langsung diukur di cerobong dan keluarnya
sudah berupa sinyal analog yang akan dievaluator (yang
berlokasi di ruang kontrol) sehingga hasil akhirnya dapat
dibaca (gambar 7).
PEMANTAUAN
CEM MODEL
EKSTRAKSI
PEMANTAUAN
CEM MODEL
INSITU
DASAR HUKUM

PermenLHK No. P.15/MENLHK/SETJEN/


KUM.1/4/2019 tentang Baku Mutu Emisi
Pembangkit Listrik Tenaga Termal.

(disingkat menjadi “PermenLHK 15/2019”)


Pembangkit listrik tenaga termal yang diatur dalam PermenLHK 15/2019
mencakup:
1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), diatur lebih lanjut dalam Lampiran
I;
2. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), diatur lebih lanjut dalam Lampiran
II;
3. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU), diatur lebih lanjut dalam
Lampiran II;
4. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), diatur lebih lanjut dalam
Lampiran III;
5. Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) atau Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel Gas (PLTDG), diatur lebih lanjut dalam Lampiran IV;
6. ik Berbahan Bakar Campuran, diatur lebih lanjut dalam Lampiran VIII.
6. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), diatur lebih lanjut dalam
Lampiran V;
7. Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm), diatur lebih lanjut dalam
Lampiran VI;
8. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), diatur lebih lanjut dalam
Lampiran VII;
9. Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Campuran, diatur lebih lanjut dalam
Lampiran VIII.
Subjek yang wajib memasang CEMS berdasarkan PermenLH
21/2008 adalah berlaku pembangkit berbahan bakar fosil
dengan kapasitas di atas 25 MW atau kurang dari 25 MW
dengan kandungan Sulfur dalam bahan bakar lebih dari 2%.
Sebelumnya, pembangkit yang dibangun sebelum berlakunya
PermenLH 21/2008 hanya wajib memasang CEMS pada
cerobong dengan beban pencemaran tertinggi. Sementara
bagi pembangkit yang dibangun setelah berlakunya
PermenLH No. 21 Tahun 2008, CEMS dipasang pada seluruh
unit pembangkit yang termasuk kualifikasi di atas (> 25 MW
atau kandungan sulfur dalam bahan bakar >2%)
SUBSTANSI LAPORAN PEMANTAUAN EMISI SUMBER TIDAK
BERGERAK

a) data hasil pemantauan emisi rata-rata setiap jam;


b) data hasil pemantauan emisi rata-rata harian;
c) lama waktu dan besaran kadar parameter hasil
pengukuran;
d) informasi mengenai terjadinya hasil pengukuran yang
melebihi BME;
e) lama waktu CEMS yang tidak beroperasi;
f) ringkasan terhadap kondisi tidak normal; dan
g) pencatatan produksi harian.
Peraturan ini memberikan beberapa ketentuan peralihan bagi beberapa
kewajiban baru yang timbul dalam peraturan ini, yaitu:
1. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang telah
mengoperasikan PLTU Batubara sebelum berlakunya Permen ini wajib
memasang CEMS dan memenuhi ketentuan BME untuk parameter
merkuri (Hg) dan karbon dioksida (CO2), paling lambat 3 tahun sejak
Permen ini berlaku (Pasal 26 ayat (1));
2. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang mengoperasikan
pembangkit listrik termal wajib mengintegrasikan hasil pemantauan
secara elektronik melalui daring sistema pelaporan emisi secara terus-
menerus paling lambat 2 tahun sejak Permen ini berlaku (Pasal 26
ayat (2));
PUSTAKA

1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman,


dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, MODUL 10
PENGUJIAN EMISI, Bandung, 2018.
2. Keputusan Kepala Bapedal No. 205 Tahun 1996 tentang
Pemantauan Udara Sumber Tidak Bergerak.
3. PermenLHK No. 5 Tahun 2021 Tentang PBMA dan PBME.
…TERIMA
KASIH…..

Anda mungkin juga menyukai