Anda di halaman 1dari 19

PROSEDUR PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMERIKSAAN

INSTALASI FIRE HYDRANT

BAB I
I UMUM

1. LATAR BELAKANG

Dengan pertimbangan mengenai kondisi safety peralatan instalasi fire hydrant dan
kekhawatiran mengenai kondisi instalasi . Dan juga adanya kebutuhan untuk
melaksanakan program perawatan intalasi fire hydrant yang tepat, maka dilaksanakanlah
pemeriksaan dengan tujuan :

Dengan mengacu pada fakta-fakta diatas dan standar pipe code yang ada mengenai
Piping inspection, maka secara teknis dipandang perlu untuk melakukan Reliability
Analysis terhadap instalasi pipa fire hydrant tersebut.

1. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan Reliability terhadap instalasi fire hydrant tersebut adalah untuk
melakukan evaluasi terhadap kehandalan kondisi instalasi. Untuk itu perlu dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan antara lain
1. Pemeriksaan NDT ( penetran test ) dan leak test pada instalasi fire hydrant untuk
mengetahui atau meyakinkan bahwa instalsi yang dioperasikan dalam kondisi aman dan
keselamatan kerja yang memenuhi syarat telah diproteksi dengan safety device yang
berfungsi baik dan mempunyai perlengkapan pengukur (indikator-indikator) yang memenuhi
syarat
2. Pengukuran ketebalan pipa pada titik-titik yang berpotensi terjadi korosi terbesar,
dimana mewakili kondisi pipa instalasi secara keseluruhan termasuk
memperhitungkan hasil survey dengan menggunakan DM 4 DL.

1. Pelaksanaan Risk Assessment yang mencakup identifikasi penyebab potensial


failure dan pengaruhnya terhadap kelangsungan operasi instalasi terhadap
lingkungan.
2. Pelaksanaan Remaining Life Assessment berdasarkan kondisi riil actual pipa,
parameter operasi dan lingkungan yang ada, dengan melakukan perhitungan
engineering untuk memperkirakan umur pakai dari pipa tersebut .

Dari data hasil pemeriksaan tersebut diatas dan evaluasinya yang mengacu pada standar pipe
code yang ada, maka bisa diperoleh kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut :

1. Apakah instalasi fire hydrant tersebut terus bisa dioperasikan , sampai seberapa
lama dan handal untuk kondisi operasi dan lingkungan yang ada.

1. Apakah pipa tersebut memerlukan perbaikan untuk bisa terus beropersi secara
aman dan handal, adapun jenis perbaikan tersebut bisa meliputi ,

Misalnya :

1. Sistem Coating atau Proteksi Cathodiknya.


2. Penggantian pipa secara partial.
3. Penggantian / perbaikan valve yang rusak
4. Supportnya dan sebagainya

BAB II
1. PENDEKATAN ENGINEERING

1. REFERENSI
1. API 570 piping inspection Code. Inspection, Repair, Alteration and Re pairing of

In – service piping system.

1. API – RP 574 Inspection of piping system components.


2. ASME B31G, Manual for Determining the Remaining Stre ngth of Corroded
pipelines.
3. ASME B31.3
4. NACE RP 0169, Control of Exte rnal Corrosion Underground or submerged
Metallic Piping System.
5. NACE RP 0175, Control of internal Corrosion in Piping System.
6. Undang-undang No 1 tahun 1970
7. SK DIRJEN Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerja No Kepts. 40/1978

1. PELAKSANAAN

Prosedur pelaksanaan pekerjaan ini disusun untuk menjadi panduan dalam melaksanakan
pekerjaan pemeriksaan instalasi fire hydrant. Adapun teknik yang akan digunakan adalah
random-thickness measurement, leak test setiap valve serta keseluruhan instalasi baik dengan
metode NDT ataupun hydrotest.

Sementara itu untuk random-thickness measurement akan dipilih pada titik yang diduga
berpeluang mendapat serangan korosi terberat, yakni di titik down-stream pada shinker section
pipa dan setelah section valve. Pemilihan titik ini dilakukan dengan asumsi bahwa turbulensi
aliran yang bisa menyebabkan kerusakan permukaan internal dinding pipa besar peluangnya
untuk terjadi di titik tersebut.

Pengambilan data ketebalan dinding pipa dari pipa penyalur ini adalah untuk mengetahui
kondisi terakhir ( pada saat pengukuran ) dari jaringan pipa, dimana hasil dari
pengukuran akan dibandingkan dengan design ketebalan awal sehingga akan diketahui
laju korosi. Dari hasil tersebut kemudian diambil langkah-langkah yang perlu guna
perbaikan dan penyempurnaan jaringan pipa penyalur ini, sehingga dapat memenuhi
persyaratan keamanan, Keselamatan kerja serta lindungan lingkungan.
IV. METODOLOGI INSPEKSI
4.1 PENGAMATAN VISUAL

Pengamatan visual dari fakta instalasi dilakukan untuk mengetahui keadaan pipa, coating
,kondisi dari support dan perlengkapan peralatan.Hasil visual akan dievaluasi sesuai dengan
mode failure and deterioration serta didokumentasikan dalam bentuk table dan foto-foto.

4.2 UJI NDT ( Penetrant Test )

Pengujian ini dilakukan uji pada body setiap valve dan daerah sambungan secara random
yang mengacu dari hasil visual.

Pengujian tersebut dapat memberikan gambaran kondisi valve serta sambungan terhadap
cacat dibawah permukaan.

1. PENGUKURAN KETEBALAN PIPA

Pengukuran ketebalan dilakukan dengan pengukuran samping secara random/acak. Lokasi


pengukuran dibagi menjadi 4 (empat) section/bagian dan masiang-masing bagian diambil
3(tiga) titik pengujian sehingga keseluruhannya menjadi 12 tiik

Dari masing-masing titik uji diambil 4 posisi pengambilan data pada orientasi 0, 90,135 dan
180 derajat dan masing –masing posisi tersebut diambil 10 itik yang terjarak masing-masing
1 cm sehingga pada setiap titik lokasi pengukuran diperoleh 40 data hasil pengukuran.

Titik –titik yang dipilih adalah lokasi yang mempunyai karakteristik sebagai tempat dengan
peluang terbesar terjadinya korosi atau peluang defect tinggi, yaitu daerah low-sot, deadleg,
dan elbow sehingga hasil pengukuran di titik-titik tersebut dapat mewakili gambar kondisi
dilokasi yang tidak diukur. Data- data tersebut dapat memberikan gambar kondisi seluruh
pipa.

1. UJI KEBOCORAN
Pengujian ini dilakukan dengan cara memberikan tekanan pada instalasi fire hydrant dan

ditahan secukupnya untuk melakukan analisa kebocoran pada keseluruhan instalasi

V. KES IMPULAN DAN SAR AN

Untuk mencapai tujuan di atas dan dikaitkan dengan metodologi pengambilan sample beberapa
catatan berikut dibuat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
menindaklanjuti hasil-hasil dari pemeriksaan ini :

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik, jika metode yang sama akan digunakan
maka sebaiknya instalasi ini dilihat dulu dalam satu kesatuan dan ditinjau perbagian
seperti :

a. Penentuan berdasar kritikal area

b. Pengelompokan line number.

c. Pengelompokan valve dan peralatan penunjang lainnya

Data-data Penunjang

1.Instalasi fire hydrant Data Sheet

Data sheet ini dapat digunakan sebagai sumber informasi pertama karena akan memuat
data-data teknis pada saat design dan pemasangan seperti Pressure yang dipakai,
thickness yang digunakan, rating dari peralatan dan protection jenis coating.

1. As-built Data

Bahan-bahan ini akan bermanfaat sebagai petunjuk untuk memilih bagian-bagian yang harus
mendapat perhatian lebih dan / atau focus dan suatu program inspeksi.

3.Environmental Data

Data ini sangat bermanfaat untuk melihat pembagian klasifikasi area dimana tergantung
dari faktor resiko.

4.Monitoring equipments/ tools


Mengenai keberadaan monitoring equipment/tools di dalam sistem instalasi ini seperti :
fire hydrant, smoke detector , alarm, hose dan sprinkle.

ORGANISASI PELAKSANA

Untuk mendapatkan hasil yang baik dengan efektifitas kerja yang memadai, maka pekerjaan
pemeriksaan ini akan dilaksanakan oleh team kerja yang terdiri atas personil dengan tugas masing-
masing yang jelas. Organisasi tersebut terdiri atas:

Koordinator Pekerjaan

Koordinator Pekerjaan akan memantau perkembangan pekerjaan dari kantor pusat, dan akan terjun ke
lapangan jika keadaan memerlukannya sesuai dengan permintaan dari Supervisor Lapangan. Sebagai
Koordinator Lapangan, tugas dan kewajibannya tidak terbatas pada satu pekerjaan, melainkan beberapa
proyek yang digarap oleh perusahaan sehingga fungsinya lebih cenderung kepada kebijaksanaan.

Supervisor Lapangan

Selama pekerjaan lapangan berlangsung, team pelaksana akan dipimpin oleh seorang Supervisor
Lapangan, yang bekerja juga sebagai Pimpinan Team. Dia berperan sebagai penerus kebijaksanaan
yang digariskan oleh Koordinator Pekerjaan dan mengatur tugas team, peralatan, logistik, dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan kelancaran pekerjaan lapangan. Supervisor Lapangan akan memberikan laporan
kegiatan harian kepada Koordinator Pekerjaan dan kepada wakil dari client di lapangan, serta
melaporkan berbagai kelainan tehnis yang ditemukan di lapangan untuk dianalisa oleh Koordinator
Pekerjaan dan dicarikan jalan keluarnya.

Petugas Ultrasonik

Ketebalan sisa pipa akan diukur dengan menggunakan tehnik ultrasonik DM 4 DL. Titik pengukuran akan
dilakukan disekeliling badan pipa pada setiap cm dan kearah memanjang setiap cm dengan total panjang
20 cm. Hal ini disesuaikan dengan rekomendasi yang ditetapkan sesuai dengan Standar di lapangan,
scanning ketebalan akan dilaksanakan oleh Petugas Ultrasonik dibantu oleh 1 orang pembantu untuk
pembersihan bidang yang akan diukur.

Petugas NDT

Peralatan NDT akan digunakan untuk mengetahui kondisi sambungan serta peralatan lain yang menjadi
target pengecekan. Seorang petugas NDT akan mengidentifikasi daerah target dan diikuti oleh team
untuk kepentingan lebih lanjut
Team Pendukung

Team pendukung pekerjaan ini adalah tenaga pembantu. Tugas mereka akan diatur oleh Supervisor
Lapangan sesuai dengan kebutuhan atau permintaan team inti.

STRATEGI PELAKSANAAN

Untuk memperoleh hasil kerja yang maksimal secara efektif, maka perlu diatur urutan pelaksanaan,
sistim pelaporan, dan tehnik pelaksanaannya.

Urutan Pekerjaan

Pekerjaan harus dilakukan dengan urutan yang benar agar hasil pemeriksaan yang satu dengan lainnya
bisa saling menunjang dan sinkron. Supaya bisa memperoleh hasil yang baik maka pekerjaan akan
diurutkan seperti berikut:

1. Supervisor Lapangan bersama-sama dengan Petugas Lapangan akan melakukan


penelusuran jalur untuk menentukan dimana titik pengukuran ketebalan dan pemeriksaan NDT
akan dilakukan.
2. Akan dilakukan tindak lanjut pekerjaan apabila ditemukan kerusakan atau kebocoran.
3. Analisa engineering akan dilakukan berdasar dari data pemeriksaan tehnis.
4. Rekomendasi-rekomendasi untuk dijadikan acuan dan pertimbangan guna keamanan
dan keselamatan dalam pengopresian instalasi tersebut.
SERTIFIKAT LAIK OPERASI (SLO) INSTALASI TENAGA
LISTRIK

Guna tercapainya visi utama suatu instalasi tenaga listrik yaitu andal, aman dan
akrab lingkungan yang harus dimiliki oleh suatu instalasi pembangkitan, instalasi transmisi, instalasi
distribusi dan instalasi pemanfaatan tenaga listrik serta terpenuhinya aspek standarisasi
dalam instalasi ketenagalistrikan, maka dikeluarkanlah suatu peraturan kebijakan berupa regulasi-
regulasi di bidang ketenagalistrikan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Kebijakan ini secara garis
besar diwujudkan untuk memenuhi aspek-
aspek keselamatan ketenagalistrikan, keselamatan umum, keselamatan
lingkungan dan keselamatan instalasi bagi pengelola maupun pemilik instalasi ketenagalistrikan, se
hingga dapat diperoleh hasil akhir berupa instalasi tenaga listrik yang kompeten dan bersertifikat.

Didalam Undang-Undang nomor 30 tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan, pasal 44 ayat 4 dijelaskan
bahwa “Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki SERTIFIKAT LAIK OPERASI”

Bahkan didalam Undang-Undang Ketenagalistrikan terserbut dijelaskan juga ketentuan pidana bagi
pengoperasian instalasi tenaga listrik yang tidak memiliki SERTIFIKAT LAIK OPERASI, sebagaimana
dicantumkan didalam pasal 54, ayat 1 dijelaskan bahwa “ S etiap orang yang meng operas ik an ins talas i
tenag a lis trik tanpa S E R TIFIK A T LA IK OPE R A S I s ebag aimana dimaks ud dalam Pasal 44 ayat (4)
dipidana dengan pi dana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak R p.
500.000.000,00 (li ma ratus juta rupi ah)" .

Pelaksanaan Sertifikasi Laik Operasi ini dimaksudkan untuk mengupayakan pengakuan laik operasi dari
pemerintah yang terkait atas instalasi pembangkitan, instalasi transmisi, instalasi distribusi dan instalasi
pemanfaatan tenaga listrik hingga terpenuhinya visi dalam bidang ketenagalistrikan yang akhirnya dapat
dicapai suatu instalasi ketenagalistrikan yang andal, aman, akrab lingkungan dan bersertifikat.

Tata cara pelaksanaan dan penerbitan SERTIFIKAT LAIK OPERASI instalasi tenaga listrik ini dapat
dilihat didalam Peraturan Menteri ESDM nomor 0045 Tahun 2005, Peraturan Menteri ESDM nomor 046
Tahun 2006, Tentang instalasi ketenagalistrikan dan Keputusan Direktur Jenderal Listrik dan
Pemanfaatan Energi Nomor 200-12/44/600.4/2003 Tentang tata cara penerbitan Sertifikat Laik Operasi
intalasi tenaga listrik.

Mata Uji (Test Items) Sertifikasi Laik Operasi Instalasi


Ketenagalistrikan
Mata Uji (Test Items) Sertifikasi Laik Operasi Instalasi Pembangkitan Tenaga Listrik sesuai dengan
Peraturan Menteri ESDM No. 0045 Tahun 2005, Lampiran I secara garis besar meliputi:
1. Review Dokumen
2. Review Desain
3. Evaluasi Hasil Uji
4. Pemeriksaan dan Pengujian
Selengkapnya dapat dilihat pada Peraturan Menteri ESDM No. 0045 Tahun 2005.

Standard Pemeriksaan & Pengujian


Instalasi Fire Hydrant
 Latar Belakang

Dengan pertimbangan mengenai kondisi safety peralatan instalasi fire hydrant dan kekhawatiran
mengenai kondisi instalasi . Dan juga adanya kebutuhan untuk melaksanakan program perawatan
intalasi fire hydrant yang tepat, maka dilaksanakanlah pemeriksaan dengan tujuan :

Dengan mengacu pada fakta-fakta diatas dan standar pipe code yang ada mengenai Piping inspection,
maka secara teknis dipandang perlu untuk melakukan Reliability Analysis terhadap instalasi pipa fire
hydrant tersebut.

 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan Reliability terhadap instalasi fire hydrant tersebut adalah untuk melakukan evaluasi
terhadap kehandalan kondisi instalasi. Untuk itu per lu dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan antara lain

1. Pemeriksaan NDT ( penetran test ) dan leak test pada instalasi fire hydrant untuk
mengetahui atau meyakinkan bahwa instalsi yang dioperasikan dalam kondisi aman dan
keselamatan kerja yang memenuhi syarat telah diproteksi dengan safety device yang
berfungsi baik dan mempunyai perlengkapan pengukur (indikator-indikator) yang memenuhi
syarat
2. Pengukuran ketebalan pipa pada titik-titik yang berpotensi terjadi korosi terbesar,
dimana mewakili kondisi pipa instalasi secara keseluruhan termasuk memperhitungkan hasil
survey dengan menggunakan DM 4 DL.
3. Pelaksanaan Risk Assessment yang mencakup identifikasi penyebab potensial
failure dan pengaruhnya terhadap kelangsungan operasi instalasi terhadap
lingkungan.
4. Pelaksanaan Remaining Life Assessment berdasarkan kondisi riil actual pipa,
parameter operasi dan lingkungan yang ada, dengan melakukan perhitungan
engineering untuk memperkirakan umur pakai dari pipa tersebut .
Dari data hasil pemeriksaan tersebut diatas dan evaluasinya yang mengacu pada standar pipe code yang
ada, maka bisa diperoleh kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut :
1. Apakah instalasi fire hydrant tersebut terus bisa dioperasikan , sampai seberapa
lama dan handal untuk kondisi operasi dan lingkungan yang ada.
2. Apakah pipa tersebut memerlukan perbaikan untuk bisa terus beropersi secara aman
dan handal, adapun jenis perbaikan tersebut bisa meliputi ,
Misalnya :
1. Sistem Coating atau Proteksi Cathodiknya.
2. Penggantian pipa secara partial.
3. Penggantian / perbaikan valve yang rusak
4. Supportnya dan sebagainya

 PENDEKATAN ENGINEERING

1. REFERENSI

1. API 570 piping inspection Code. Inspection, Repair, Alteration and Repairing
of In – service piping system.
2. API – RP 574 Inspection of piping system components.
3. ASME B31G, Manual for Determining the Remaining Strength of
Corroded pipelines.
4. ASME B31.
5. NACE RP 0169, Control of External Corrosion Underground or
submerged Metallic Piping System.
6. NACE RP 0175, Control of internal Corrosion in Piping System.
7. Undang-undang No 1 tahun 1970
8. SK DIRJEN Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerja No Kepts.
40/1978
2. PELAKSANAAN
Prosedur pelaksanaan pekerjaan ini disusun untuk menjadi panduan dalam melaksanakan pekerjaan
pemeriksaan instalasi fire hydrant. Adapun teknik yang akan digunakan adalah random-thickness
measurement, leak test setiap valve serta keseluruhan instalasi baik dengan metode NDT ataupun
hydrotest.Sementara itu untuk random-thickness measurement akan dipilih pada titik yang diduga
berpeluang mendapat serangan korosi terberat, yakni di titik down-stream pada shinker section pipa dan
setelah section valve. Pemilihan titik ini dilakukan dengan asumsi bahwa turbulensi aliran yang bisa
menyebabkan kerusakan permukaan internal dinding pipa besar peluangnya untuk terjadi di titik
tersebut.Pengambilan data ketebalan dinding pipa dari pipa penyalur ini adalah untuk
mengetahui kondisi terakhir ( pada saat pengukuran ) dari jaringan pipa, dimana hasil dari
pengukuran akan dibandingkan dengan design ketebalan awal sehingga akan diketahui laju
korosi. Dari hasil tersebut kemudian diambil langkah-langkah yang perlu guna perbaikan dan
penyempurnaan jaringan pipa penyalur ini, sehingga dapat memenuhi persyaratan keamanan,
Keselamatan kerja serta lindungan lingkungan.

 METODOLOGI INSPEKSI
1. PENGAMATAN VISUAL
Pengamatan visual dari fakta instalasi dilakukan untuk mengetahui keadaan pipa, coating ,kondisi dari
support dan perlengkapan peralatan.Hasil visual akan dievaluasi sesuai dengan mode failure and
deterioration serta didokumentasikan dalam bentuk table dan foto-foto.

2. UJI NDT ( Penetrant Test )

Pengujian ini dilakukan uji pada body setiap valve dan daerah sambungan secara random yang mengacu
dari hasil visual. Pengujian tersebut dapat memberikan gambaran kondisi valve serta sambungan
terhadap cacat dibawah permukaan.

3. PENGUKURAN KETEBALAN PIPA

Pengukuran ketebalan dilakukan dengan pengukuran samping secara random/acak. Lokasi pengukuran
dibagi menjadi 4 (empat) section/bagian dan masiang-masing bagian diambil 3(tiga) titik pengujian
sehingga keseluruhannya menjadi 12 tiik Dari masing-masing titik uji diambil 4 posisi pengambilan data
pada orientasi 0, 90,135 dan 180 derajat dan masing –masing posisi tersebut diambil 10 itik yang terjarak
masing-masing 1 cm sehingga pada setiap titik lokasi pengukuran diperoleh 40 data hasil pengukuran.
Titik –titik yang dipilih adalah lokasi yang mempunyai karakteristik sebagai tempat dengan peluang
terbesar terjadinya korosi atau peluang defect tinggi, yaitu daerah low-sot, deadleg, dan elbow sehingga
hasil pengukuran di titik-titik tersebut dapat mewakili gambar kondisi dilokasi yang tidak diukur. Data-
data tersebut dapat memberikan gambar kondisi seluruh pipa.

4. UJI KEBOCORAN

Pengujian ini dilakukan dengan cara memberikan tekanan pada instalasi fire hydrant dan ditahan
secukupnya untuk melakukan analisa kebocoran pada keseluruhan instalasi

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Untuk mencapai tujuan di atas dan dikaitkan dengan metodologi pengambilan sample beberapa catatan
berikut dibuat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan menindaklanjuti hasil-hasil
dari pemeriksaan ini :

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik, jika metode yang sama akan digunakan maka
sebaiknya instalasi ini dilihat dulu dalam satu kesatuan dan ditinjau perbagian seperti :

1. Penentuan berdasar kritikal area


2. Pengelompokan line number.
3. Pengelompokan valve dan peralatan penunjang lainnya
Data-data Penunjang
1. Instalasi fire hydrant Data Sheet
Data sheet ini dapat digunakan sebagai sumber informasi pertama karena akan memuat data-
data teknis pada saat design dan pemasangan seperti Pressure yang dipakai, thickness yang
digunakan, rating dari peralatan dan protection jenis coating.
2. As-built Data

Bahan-bahan ini akan bermanfaat sebagai petunjuk untuk memilih bagian-bagian yang harus mendapat
perhatian lebih dan / atau focus dan suatu program inspeksi.
3. Environmental Data
Data ini sangat bermanfaat untuk melihat pembagian klasifikasi area dimana tergantung dari
faktor resiko.
4. Monitoring equipments/ tools
Mengenai keberadaan monitoring equipment/tools di dalam sistem instalasi ini seperti : fire
hydrant, smoke detector , alarm, hose dan sprinkle.

ORGANISASI PELAKSANA

Untuk mendapatkan hasil yang baik dengan efektifitas kerja yang memadai, maka pekerjaan
pemeriksaan ini akan dilaksanakan oleh team kerja yang terdiri atas personil dengan tugas masing-
masing yang jelas. Organisasi tersebut terdiri atas:

Koordinator Pekerjaan

Koordinator Pekerjaan akan memantau perkembangan pekerjaan dari kantor pusat, dan akan terjun ke
lapangan jika keadaan memerlukannya sesuai dengan permintaan dari Supervisor Lapangan. Sebagai
Koordinator Lapangan, tugas dan kewajibannya tidak terbatas pada satu pekerjaan, melainkan beberapa
proyek yang digarap oleh perusahaan sehingga fungsinya lebih cenderung kepada kebijaksanaan.

Supervisor Lapangan

Selama pekerjaan lapangan berlangsung, team pelaksana akan dipimpin oleh seorang Supervisor
Lapangan, yang bekerja juga sebagai Pimpinan Team. Dia berperan sebagai penerus kebijaksanaan
yang digariskan oleh Koordinator Pekerjaan dan mengatur tugas team, peralatan, logistik, dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan kelancaran pekerjaan lapangan. Supervisor Lapangan akan memberikan laporan
kegiatan harian kepada Koordinator Pekerjaan dan kepada wakil dari client di lapangan, serta
melaporkan berbagai kelainan tehnis yang ditemukan di lapangan untuk dianalisa oleh Koordinator
Pekerjaan dan dicarikan jalan keluarnya.

Petugas Ultrasonik

Ketebalan sisa pipa akan diukur dengan menggunakan tehnik ultrasonik DM 4 DL. Titik pengukuran akan
dilakukan disekeliling badan pipa pada setiap cm dan kearah memanjang setiap cm dengan total panjang
20 cm. Hal ini disesuaikan dengan rekomendasi yang ditetapkan sesuai dengan Standar di lapangan,
scanning ketebalan akan dilaksanakan oleh Petugas Ultrasonik dibantu oleh 1 orang pembantu untuk
pembersihan bidang yang akan diukur.
Petugas NDT

Peralatan NDT akan digunakan untuk mengetahui kondisi sambungan serta peralatan lain yang menjadi
target pengecekan. Seorang petugas NDT akan mengidentifikasi daerah target dan diikuti oleh team
untuk kepentingan lebih lanjut

Team Pendukung

Team pendukung pekerjaan ini adalah tenaga pembantu. Tugas mereka akan diatur oleh Supervisor
Lapangan sesuai dengan kebutuhan atau permintaan team inti.

STRATEGI PELAKSANAAN
Untuk memperoleh hasil kerja yang maksimal secara efektif, maka perlu diatur urutan pelaksanaan,
sistim pelaporan, dan tehnik pelaksanaannya.

Urutan Pekerjaan

Pekerjaan harus dilakukan dengan urutan yang benar agar hasil pemeriksaan yang satu dengan lainnya
bisa saling menunjang dan sinkron. Supaya bisa memperoleh hasil yang baik maka pekerjaan akan
diurutkan seperti berikut:

1. Supervisor Lapangan bersama-sama dengan Petugas Lapangan akan melakukan


penelusuran jalur untuk menentukan dimana titik pengukuran ketebalan dan pemeriksaan NDT
akan dilakukan.
2. Akan dilakukan tindak lanjut pekerjaan apabila ditemukan kerusakan atau kebocoran.
3. Analisa engineering akan dilakukan berdasar dari data pemeriksaan tehnis.
4. Rekomendasi-rekomendasi untuk dijadikan acuan dan pertimbangan guna keamanan
dan keselamatan dalam pengopresian instalasi tersebut.

Standard Pemeriksaan & Pengujian


Instalasi Penyalur Petir

Pemerikasaan instalasi akan memastikan kelayakan dari sebuah instalasi penangkal petir yang
terpasang

Setiap instalasi Penangkal Petir sebaiknya diperiksa setiap setahun sekali yang dilakukan menjelang
musim penghujan (Internal Cek) , diharapkan selama musim penghujan instalasi yang telah terpasang
dapat berfungsi dengan baik sehingga bangunan akan aman dan terlindungi serta terhindar dari bahaya
sambaran petir.
Setiap instalasi Penangkal Petir sebaiknya diperiksa setiap setahun sekali secara mandiri oleh teknisi (
internal cek ) dan Pemeriksaan yang mendapatkan sertifikasi disnaker tiap dua tahun sekali

Sebagaimana peraturan pemerintah RI NO. :PER. 02/MEN/1989 TENTANG PENGAWASAN


INSTALASI PENYALUR PETIR maka pemeriksaan berkala oleh instansi terkait dalam hal ini adalah
Disnaker/Perusahaan Jasa K3, hal ini dapat terwujud apabila pihak Swasta/Instansi sadar perlunya
keselamatan baik itu pada gedung dan isinya maupun keselamatan bagi karyawan yang ada disekitar
tempat kerja.

Kami sebagai Pihak Ketiga/Swasta menawarkan jasa akan keperluaan 2 hal tersebut :

1. Pemeriksaan berkala tahunan / Internal Cek


Bahwa pemerikasaan instalasi penyalur petir ini akan dilakukan dengan mengikuti standarisasi
teknis dan mengikuti aturan yang berlaku , Tujuan akhir dari Internal Cek adalah memberikan
kepastian akan kelayakan sebuah instalasi . sehingga dari pihak pemilik bangunan akan benar
benar yakin akan fungsi penyalur petir yang terpasang .
2. Pemeriksaan / Sertifikasi Disnaker dan Re-Sertifikasi Disnaker setiap 2 tahun sekali
Sedangkan Sertifikasi Disnaker dan Re-Sertifikasi Disnaker adalah menyertakan pihak Instansi
Terkait di daerah tersebut kali ini Disnaker Setempat . Di libatkannya dipak pemerintahan tidak
lain karena masih ada keterkaitan akan hasil uji kelayakan ini dengan berbagai kepentingan yang
lain ( ISO , Asuransi )
Beberapa dokumen harus di siapkan bila akan di lakukan ijin pengesahan Disnaker
diantaranya PERMOHONAN PENGESAHAN DISNAKER
Lingkup Kerja Pemeriksaan Instalasi
Pemeriksaan instalasi penangkal petir meliputi pemeriksaan yang terdiri dari serangkaian pengujian
terhadap sistem penyalur petir yang ada , mulai dari jenis dan fisik material , spesifikasi teknis material ,
serta teknis pemasangan.

Hasil pemeriksaan instalasi penangkal petir berisi data teknis kondisi fisik instalasi penyalur petir, serta
hasil spesifikasi teknisnya sesuai standar operasional dan ketentuan yang berlaku.

Rekomendasi perbaikan atau penggantian akan diberikan bila ditemukan kesalahan ataupun potensi
ketidaksesuaian , Untuk pelaksanaan perbaikan akan kembali menjadi kebijakan pihak pemilik akan
pelaksanaanya.

Proses Pemeriksaan Instalasi Meliputi :


 Pemeriksaan data teknis yang ada
 Pengamatan visual peralatan dan sistem instalasi penangkal petir (di lokasi).
 Pencatatan data lapangan ( di lokasi ).
 Perbandingan kesesuaian teknis dengan standar nasional.
 Melakukan evaluasi teknis dalam standarisasi yang dipakai
 Analisa kelayakan instalasi
 Laporan Hasil Pemeriksaan

Hasil Pelaporan Pemerikasaan Instalasi Penangkal Petir


Hasil laporan pemeriksaan akan disampaikan kepada pelanggan baik lesan atau tulisan . Bila ada
temuan kelemah menjadi dasar rekomendasi kami agar dilakukan perbaikan.
Perbaikan akan kekurangan dan kelemahan dari instalasi menjadi tanggung jawab penuh pihak
pengelola bila tidak di lakukan perbaikan ( Internal Cek ), Tetapi akan berbeda bila pemeriksaan berkala
2 tahunan , bila ditemukan ketidak sesuaian maka dari Pihak Dinas Tenaga Kerja setempat tidak
mensetujui kelayakan pakai dari fungsi keselamatan Penyalur Petir .

Sertifikasi Disnaker
Sertifikasi Legal Regulasi akan dilakukan pihak Disnaker dengan menyertakan hasil pelaporan
pemeriksaan dan dilengkapi dokumen dokumen pendukung , gambar situasi , detail instalasi dan surat
Permohonan Pengesahan .

Bila ada ketidak sesuaian maka pihak Instansi terkait ini akan meminta untuk melakukan perbaikan
terlebih dahulu .

Pihak kami akan memprakarsai seluruh proses Sertifikasi Disnaker ini ,

Definisi.

Fire Fighting adalah merupakan suatu system proteksi gedung terhadap bahaya kebakaran yang metode proteksinya

menggunakan berbagai macam media, adapun Fire Fighting yang akan dibahas pada makalah ini adalah proteksi

dengan menggunakan media air yang ditekan ke pipa instalasi hydrant dan sprinkler dengan menggunakan pompa

hydrant. Dimulai dari ground tank dan rumah pompa sampai dengan ke titik sprinkler, landing valve Indoor Hydrant

Box, dan Hydrant Pilar Kawasan.

Pengadaan, pemasangan dan penyetelan keseluruhan System Penanggulangan Kebakaran sedemikian rupa sehingga

semua peralaatan dan kelengkapannya dapat berfungsi secara efektif sesuai dengan standard memadamkan api.

Pengadaan dan Pemasangan

Peralatan Utama System Fire Hydrant meliputi :

Melengkapi pompa dengan priming water tank dan fuel tank lengkap dengan system pemipaannya.

Pemipaan dan Perangkat Operasionalnya (Valve, Flow Switch, dan perlengkapan lainnya).

STANDARD / REFERENSI

Semua peraturan dan standarisasi yang berlaku di Indonesia tanpa mengesampingkan standarisasi yang berlaku

secara internasional. Diantaranya :

SNI : Standard Nasional Indonesia


PERDA : Peraturan Daerah

NFPA : National Fire Protection Association.

PUIL : Peraturan Umum Instalasi Listrik

Peraturan Umum Plumbing Indonesia

American Standar Test of Material (ASTM)

American National Standard Institut (ANSI)

Departement Keselamatan Kerja dan DPK Indonesia

SISTEM FIRE FIGHTING

Sistem kerja Instalasi Pemadam Kebakaran pada gedung dan kawasan biasanya menggunakan media air yang ada di

Ground Tank (berada di sebelah Ruang Pompa), yang dipompakan keseluruh instalasi hydrant dan sprinkler melalui

pipa-pipa induk sesuai dengan pembagian zone masing-masing.

Jaringan instalasi hydrant dan sprinkler dipisahkan menjadi dua instalasi pemipaan khusus sesuai dengan fungsinya,

yaitu :

Berikut akan dijelaskan mengenai kedua sistem tersebut sehingga akan leb ih jelas dalam system pengoperasiannya.

Instalasi pemipaan hydrant adalah instalasi dimana di setiap lantai dari setiap gedung disediakan Hydrant Box

lengkap dengan perlengkapannya, yaitu landing Valve Ø 2 ½” 1 ½”, Fire hose & Nozzle, Hose rack.

Sistem kerja Fire hydrant yang terpasang menggunakan system air, (media yang digunakan adalah air). Instalasi

pada system ini air stand by , sehingga apabila akan difungsikan harus mengadakan air dari ruang pompa dimana

akan difungsikan dengan membuka Landing valve pada IHB tersebut.

Sedangkan untuk system hydrant eksternal disediakan Hydrant Pillar dan Siamesse Connection yang tersebar di area

site plant (kawasan).

Hydrant difungsikan dengan cara memasang Hose dan Nozzle dan membuka Valve Pillar.
Adapun Siamese Connection disediakan dengan maksud apabila air yang digunakan habis, maka team pemadam

kebakaran dapat menyuntikkan air dari mobil ke instalasi hydrant yang ada atau karena pompa pemadam kebakaran

tidak dapat di operasikan.

Instalasi sprinkler adalah instalasi dimana setiap lantai dari setiap gedung terdapat head sprinkler yang dilengkapi

Flow Switch pada pipa induknya

Flow switch ini berfungsi sebagai detector. Bila head sprinkler pecah (break) mengakibatkan memancarnya air

melalui sprinkler, air yang mengalir melalui pipa akan menggerakkan flow switch untuk mengirim signal ke System

Fire Alarm untuk menyalakan alarm bell.

Sprinkler head akan bekerja (pecah) apabila terdapat konsentrasi panas melebihi 68ºC pada daerah dimana titik

sprinkler head tersebut terpasang, setelah sprinkler head pecah secara otomatis, media air yang tertahan oleh head

sprinkler akan dipancarkan melalui penampang head sprinkler untuk pemadaman api.

Pada Instalasi Sprinkler sebelum menuju ke mainline lantai juga biasanya terpasang Pressure Reducing Valve, yang

dimaksudkan untuk menurunkan tekanan yang tinggi menjadi tekanan kerja, (batas maksimum kemampuan head

sprinkler menahan tekanan).

Agar dapat mengoperasikan system dengan benar maka operator sangat dianjurkan untuk mengikuti langkah-

langkah berikut :

Pengoperasian Pompa Kebakaran dianjurkan dilakukan secara Otomatis.

Fungsi Jockey Pump adalah untuk menjaga tekanan air didalam sistim instalasi tetap stabil, sehingga apabila terjadi

sedikit kebocoran pada pompa, valve dan perlengkapan lainnya dalam instalasi, maka Jockey Pump akan

mengembalikan pada tekanan yang di tentukan.

Mengingat fungsi dari jockey pump sebagai pen-stabil tekanan dalam instalasi, maka sangat dianjurkan agar

pengoperasiannya diatur secara otomatis.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

Fungsi Electric Pump adalah untuk memompa air dari Fire Tank ke seluruh instalasi hydrant sprinkler jika terjadi

kebakaran. Pompa electric harus dioperasikan secara otomatis.

Cara kerja Electric Pump adalah sebagai berikut :


Fungsi Diesel Pump adalah untuk memompa air dari dari Fire Tank ke seluruh instalasi hydrant dan sprinkler jika

terjadi kebakaran dan terjadi pemadaman listrik yang mengakibatkan electric pump tidak dapat difungsikan. Pompa

disesel harus dioperasikan secara otomatis.

Cara kerja diesel pump adalah sebagai berikut :

Pengoperasian Pompa Kebakaran secara Manual.

Sistim Pompa kebakaran dianjurkan agar dioperasikan secara otomatis, sedangkan pengoperasian secara manual

sebaiknya hanya dilakukan pada saat darurat saja (emergency) atau pada saat system AUTO tidak berfungsi sehingga

tidak dapat menghidupkan pompa.

Cara mengoperasikan dengan cara manual adalah dengan cara menekan tombol push button MANUAL atau tombol

ON pada panel control baik untuk electric pump, diesel pump maupun Jockey pump.

Untuk menjaga supaya setelah pompa pemadam kebakaran jalan, pompa dapat berjalan terus menerus melayani

hydrant pada pipa tekan dibuatkan pipa bypass yang dilengkapi dengan relief valve, sehingga bila tekanan air dalam

pipa mendekati 11 Kg/Cm2 relief valve akan terbuka (air dari relief valve akan dikembalikan ke pipa hisap atau tanki

bawah) dan pompa pemadam kebakaran tidak akan mati atau berhenti bekerja.

Pressure Relief Valve distel terbuka pada tekanan air 10.5 Kg/Cm2.

Pressure Tank digunakan dalam instalasi hydrant pump dimaksudkan untuk mejaga kestabilan tekanan dari pompa

hydrant, juga berfungsi untuk membuang udara yang terjebak dalam instalasi hydrant pump.

Alarm gong terdiri dari Valve dengan accessories pipa kapiler dan bell yang akan berfungsi dengan bantuan tekanan

air yang mengalir dalam instalasi hydrant sprinkler.

Alarm gong lazim dipasang diruang pompa, biasanya pada riser (untuk type vertical). Bila ada yang terbuka dari dari

system instalasi baik hydrant (landing valve yang dibuka) ataupun sprinkler yang pecah yang mengakibatkan

terjadinya aliran pada pipa kapiler dari alarm tersebut yang lalu menggerakan bell dengan tenaga mekanis.

Perawatan

Untuk menjaga peralatan dan instalasi yang terpasang agar selalu dalam keadaan baik dan berfungsi, maka harus

diadakan pemeriksaan dan perawatan secara periodic sesuai dengan peraturan.

Pemeriksaaan Secara Berkala/Periodik.


Perawatan pertiga bulan

Pada dasarnya perawatan pertigabulan ini sama dengan perawatan bulanan , hanya perlu ditekankan untuk

melakukan pengetesan, yaitu :

Hal yang perlu dilakukan tiap tahun adalah memeriksa sistim instalasi secara menyeluruh dengan jalan sebagai

berikut :

Fungsikan secara MANUAL/AUTO untuk membuang air yang ada pada jaringan instalasi sambil pompa tetap

hidup, buka melalui Pillar Hydrant, Hydrant Box, dan Drain pada masing-masing flow switch di tiap-tiap gedung.

Hal ini bertujuan untuk :

Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus diambil dan dilakukan secara berurutan apablia ditemui masalah

dalam system :

Motor tidak dapat dihidupkan, hal ini dapat disebabkan oleh :

Apabila sumber listrik sudah normal, motor distarter kembali, tetapi trip mendadak [thermal overload tripping]

Hal ini dapat disebabkab oleh :

Pompa berputar berlawanan arah jarum j am pada saat dimatikan.

Hal ini dapat disebabkan oleh;

Kapasitas pompa tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan oleh;

Pompa hidup, tetapi tidak ada air yang keluar. Hal ini dapat disebabkan oleh;

Anda mungkin juga menyukai