BAB I
I UMUM
1. LATAR BELAKANG
Dengan pertimbangan mengenai kondisi safety peralatan instalasi fire hydrant dan
kekhawatiran mengenai kondisi instalasi . Dan juga adanya kebutuhan untuk
melaksanakan program perawatan intalasi fire hydrant yang tepat, maka dilaksanakanlah
pemeriksaan dengan tujuan :
Dengan mengacu pada fakta-fakta diatas dan standar pipe code yang ada mengenai
Piping inspection, maka secara teknis dipandang perlu untuk melakukan Reliability
Analysis terhadap instalasi pipa fire hydrant tersebut.
Maksud dan tujuan Reliability terhadap instalasi fire hydrant tersebut adalah untuk
melakukan evaluasi terhadap kehandalan kondisi instalasi. Untuk itu perlu dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan antara lain
1. Pemeriksaan NDT ( penetran test ) dan leak test pada instalasi fire hydrant untuk
mengetahui atau meyakinkan bahwa instalsi yang dioperasikan dalam kondisi aman dan
keselamatan kerja yang memenuhi syarat telah diproteksi dengan safety device yang
berfungsi baik dan mempunyai perlengkapan pengukur (indikator-indikator) yang memenuhi
syarat
2. Pengukuran ketebalan pipa pada titik-titik yang berpotensi terjadi korosi terbesar,
dimana mewakili kondisi pipa instalasi secara keseluruhan termasuk
memperhitungkan hasil survey dengan menggunakan DM 4 DL.
Dari data hasil pemeriksaan tersebut diatas dan evaluasinya yang mengacu pada standar pipe
code yang ada, maka bisa diperoleh kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut :
1. Apakah instalasi fire hydrant tersebut terus bisa dioperasikan , sampai seberapa
lama dan handal untuk kondisi operasi dan lingkungan yang ada.
1. Apakah pipa tersebut memerlukan perbaikan untuk bisa terus beropersi secara
aman dan handal, adapun jenis perbaikan tersebut bisa meliputi ,
Misalnya :
BAB II
1. PENDEKATAN ENGINEERING
1. REFERENSI
1. API 570 piping inspection Code. Inspection, Repair, Alteration and Re pairing of
1. PELAKSANAAN
Prosedur pelaksanaan pekerjaan ini disusun untuk menjadi panduan dalam melaksanakan
pekerjaan pemeriksaan instalasi fire hydrant. Adapun teknik yang akan digunakan adalah
random-thickness measurement, leak test setiap valve serta keseluruhan instalasi baik dengan
metode NDT ataupun hydrotest.
Sementara itu untuk random-thickness measurement akan dipilih pada titik yang diduga
berpeluang mendapat serangan korosi terberat, yakni di titik down-stream pada shinker section
pipa dan setelah section valve. Pemilihan titik ini dilakukan dengan asumsi bahwa turbulensi
aliran yang bisa menyebabkan kerusakan permukaan internal dinding pipa besar peluangnya
untuk terjadi di titik tersebut.
Pengambilan data ketebalan dinding pipa dari pipa penyalur ini adalah untuk mengetahui
kondisi terakhir ( pada saat pengukuran ) dari jaringan pipa, dimana hasil dari
pengukuran akan dibandingkan dengan design ketebalan awal sehingga akan diketahui
laju korosi. Dari hasil tersebut kemudian diambil langkah-langkah yang perlu guna
perbaikan dan penyempurnaan jaringan pipa penyalur ini, sehingga dapat memenuhi
persyaratan keamanan, Keselamatan kerja serta lindungan lingkungan.
IV. METODOLOGI INSPEKSI
4.1 PENGAMATAN VISUAL
Pengamatan visual dari fakta instalasi dilakukan untuk mengetahui keadaan pipa, coating
,kondisi dari support dan perlengkapan peralatan.Hasil visual akan dievaluasi sesuai dengan
mode failure and deterioration serta didokumentasikan dalam bentuk table dan foto-foto.
Pengujian ini dilakukan uji pada body setiap valve dan daerah sambungan secara random
yang mengacu dari hasil visual.
Pengujian tersebut dapat memberikan gambaran kondisi valve serta sambungan terhadap
cacat dibawah permukaan.
Dari masing-masing titik uji diambil 4 posisi pengambilan data pada orientasi 0, 90,135 dan
180 derajat dan masing –masing posisi tersebut diambil 10 itik yang terjarak masing-masing
1 cm sehingga pada setiap titik lokasi pengukuran diperoleh 40 data hasil pengukuran.
Titik –titik yang dipilih adalah lokasi yang mempunyai karakteristik sebagai tempat dengan
peluang terbesar terjadinya korosi atau peluang defect tinggi, yaitu daerah low-sot, deadleg,
dan elbow sehingga hasil pengukuran di titik-titik tersebut dapat mewakili gambar kondisi
dilokasi yang tidak diukur. Data- data tersebut dapat memberikan gambar kondisi seluruh
pipa.
1. UJI KEBOCORAN
Pengujian ini dilakukan dengan cara memberikan tekanan pada instalasi fire hydrant dan
Untuk mencapai tujuan di atas dan dikaitkan dengan metodologi pengambilan sample beberapa
catatan berikut dibuat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
menindaklanjuti hasil-hasil dari pemeriksaan ini :
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik, jika metode yang sama akan digunakan
maka sebaiknya instalasi ini dilihat dulu dalam satu kesatuan dan ditinjau perbagian
seperti :
Data-data Penunjang
Data sheet ini dapat digunakan sebagai sumber informasi pertama karena akan memuat
data-data teknis pada saat design dan pemasangan seperti Pressure yang dipakai,
thickness yang digunakan, rating dari peralatan dan protection jenis coating.
1. As-built Data
Bahan-bahan ini akan bermanfaat sebagai petunjuk untuk memilih bagian-bagian yang harus
mendapat perhatian lebih dan / atau focus dan suatu program inspeksi.
3.Environmental Data
Data ini sangat bermanfaat untuk melihat pembagian klasifikasi area dimana tergantung
dari faktor resiko.
ORGANISASI PELAKSANA
Untuk mendapatkan hasil yang baik dengan efektifitas kerja yang memadai, maka pekerjaan
pemeriksaan ini akan dilaksanakan oleh team kerja yang terdiri atas personil dengan tugas masing-
masing yang jelas. Organisasi tersebut terdiri atas:
Koordinator Pekerjaan
Koordinator Pekerjaan akan memantau perkembangan pekerjaan dari kantor pusat, dan akan terjun ke
lapangan jika keadaan memerlukannya sesuai dengan permintaan dari Supervisor Lapangan. Sebagai
Koordinator Lapangan, tugas dan kewajibannya tidak terbatas pada satu pekerjaan, melainkan beberapa
proyek yang digarap oleh perusahaan sehingga fungsinya lebih cenderung kepada kebijaksanaan.
Supervisor Lapangan
Selama pekerjaan lapangan berlangsung, team pelaksana akan dipimpin oleh seorang Supervisor
Lapangan, yang bekerja juga sebagai Pimpinan Team. Dia berperan sebagai penerus kebijaksanaan
yang digariskan oleh Koordinator Pekerjaan dan mengatur tugas team, peralatan, logistik, dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan kelancaran pekerjaan lapangan. Supervisor Lapangan akan memberikan laporan
kegiatan harian kepada Koordinator Pekerjaan dan kepada wakil dari client di lapangan, serta
melaporkan berbagai kelainan tehnis yang ditemukan di lapangan untuk dianalisa oleh Koordinator
Pekerjaan dan dicarikan jalan keluarnya.
Petugas Ultrasonik
Ketebalan sisa pipa akan diukur dengan menggunakan tehnik ultrasonik DM 4 DL. Titik pengukuran akan
dilakukan disekeliling badan pipa pada setiap cm dan kearah memanjang setiap cm dengan total panjang
20 cm. Hal ini disesuaikan dengan rekomendasi yang ditetapkan sesuai dengan Standar di lapangan,
scanning ketebalan akan dilaksanakan oleh Petugas Ultrasonik dibantu oleh 1 orang pembantu untuk
pembersihan bidang yang akan diukur.
Petugas NDT
Peralatan NDT akan digunakan untuk mengetahui kondisi sambungan serta peralatan lain yang menjadi
target pengecekan. Seorang petugas NDT akan mengidentifikasi daerah target dan diikuti oleh team
untuk kepentingan lebih lanjut
Team Pendukung
Team pendukung pekerjaan ini adalah tenaga pembantu. Tugas mereka akan diatur oleh Supervisor
Lapangan sesuai dengan kebutuhan atau permintaan team inti.
STRATEGI PELAKSANAAN
Untuk memperoleh hasil kerja yang maksimal secara efektif, maka perlu diatur urutan pelaksanaan,
sistim pelaporan, dan tehnik pelaksanaannya.
Urutan Pekerjaan
Pekerjaan harus dilakukan dengan urutan yang benar agar hasil pemeriksaan yang satu dengan lainnya
bisa saling menunjang dan sinkron. Supaya bisa memperoleh hasil yang baik maka pekerjaan akan
diurutkan seperti berikut:
Guna tercapainya visi utama suatu instalasi tenaga listrik yaitu andal, aman dan
akrab lingkungan yang harus dimiliki oleh suatu instalasi pembangkitan, instalasi transmisi, instalasi
distribusi dan instalasi pemanfaatan tenaga listrik serta terpenuhinya aspek standarisasi
dalam instalasi ketenagalistrikan, maka dikeluarkanlah suatu peraturan kebijakan berupa regulasi-
regulasi di bidang ketenagalistrikan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Kebijakan ini secara garis
besar diwujudkan untuk memenuhi aspek-
aspek keselamatan ketenagalistrikan, keselamatan umum, keselamatan
lingkungan dan keselamatan instalasi bagi pengelola maupun pemilik instalasi ketenagalistrikan, se
hingga dapat diperoleh hasil akhir berupa instalasi tenaga listrik yang kompeten dan bersertifikat.
Didalam Undang-Undang nomor 30 tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan, pasal 44 ayat 4 dijelaskan
bahwa “Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki SERTIFIKAT LAIK OPERASI”
Bahkan didalam Undang-Undang Ketenagalistrikan terserbut dijelaskan juga ketentuan pidana bagi
pengoperasian instalasi tenaga listrik yang tidak memiliki SERTIFIKAT LAIK OPERASI, sebagaimana
dicantumkan didalam pasal 54, ayat 1 dijelaskan bahwa “ S etiap orang yang meng operas ik an ins talas i
tenag a lis trik tanpa S E R TIFIK A T LA IK OPE R A S I s ebag aimana dimaks ud dalam Pasal 44 ayat (4)
dipidana dengan pi dana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak R p.
500.000.000,00 (li ma ratus juta rupi ah)" .
Pelaksanaan Sertifikasi Laik Operasi ini dimaksudkan untuk mengupayakan pengakuan laik operasi dari
pemerintah yang terkait atas instalasi pembangkitan, instalasi transmisi, instalasi distribusi dan instalasi
pemanfaatan tenaga listrik hingga terpenuhinya visi dalam bidang ketenagalistrikan yang akhirnya dapat
dicapai suatu instalasi ketenagalistrikan yang andal, aman, akrab lingkungan dan bersertifikat.
Tata cara pelaksanaan dan penerbitan SERTIFIKAT LAIK OPERASI instalasi tenaga listrik ini dapat
dilihat didalam Peraturan Menteri ESDM nomor 0045 Tahun 2005, Peraturan Menteri ESDM nomor 046
Tahun 2006, Tentang instalasi ketenagalistrikan dan Keputusan Direktur Jenderal Listrik dan
Pemanfaatan Energi Nomor 200-12/44/600.4/2003 Tentang tata cara penerbitan Sertifikat Laik Operasi
intalasi tenaga listrik.
Dengan pertimbangan mengenai kondisi safety peralatan instalasi fire hydrant dan kekhawatiran
mengenai kondisi instalasi . Dan juga adanya kebutuhan untuk melaksanakan program perawatan
intalasi fire hydrant yang tepat, maka dilaksanakanlah pemeriksaan dengan tujuan :
Dengan mengacu pada fakta-fakta diatas dan standar pipe code yang ada mengenai Piping inspection,
maka secara teknis dipandang perlu untuk melakukan Reliability Analysis terhadap instalasi pipa fire
hydrant tersebut.
Maksud dan tujuan Reliability terhadap instalasi fire hydrant tersebut adalah untuk melakukan evaluasi
terhadap kehandalan kondisi instalasi. Untuk itu per lu dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan antara lain
1. Pemeriksaan NDT ( penetran test ) dan leak test pada instalasi fire hydrant untuk
mengetahui atau meyakinkan bahwa instalsi yang dioperasikan dalam kondisi aman dan
keselamatan kerja yang memenuhi syarat telah diproteksi dengan safety device yang
berfungsi baik dan mempunyai perlengkapan pengukur (indikator-indikator) yang memenuhi
syarat
2. Pengukuran ketebalan pipa pada titik-titik yang berpotensi terjadi korosi terbesar,
dimana mewakili kondisi pipa instalasi secara keseluruhan termasuk memperhitungkan hasil
survey dengan menggunakan DM 4 DL.
3. Pelaksanaan Risk Assessment yang mencakup identifikasi penyebab potensial
failure dan pengaruhnya terhadap kelangsungan operasi instalasi terhadap
lingkungan.
4. Pelaksanaan Remaining Life Assessment berdasarkan kondisi riil actual pipa,
parameter operasi dan lingkungan yang ada, dengan melakukan perhitungan
engineering untuk memperkirakan umur pakai dari pipa tersebut .
Dari data hasil pemeriksaan tersebut diatas dan evaluasinya yang mengacu pada standar pipe code yang
ada, maka bisa diperoleh kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut :
1. Apakah instalasi fire hydrant tersebut terus bisa dioperasikan , sampai seberapa
lama dan handal untuk kondisi operasi dan lingkungan yang ada.
2. Apakah pipa tersebut memerlukan perbaikan untuk bisa terus beropersi secara aman
dan handal, adapun jenis perbaikan tersebut bisa meliputi ,
Misalnya :
1. Sistem Coating atau Proteksi Cathodiknya.
2. Penggantian pipa secara partial.
3. Penggantian / perbaikan valve yang rusak
4. Supportnya dan sebagainya
PENDEKATAN ENGINEERING
1. REFERENSI
1. API 570 piping inspection Code. Inspection, Repair, Alteration and Repairing
of In – service piping system.
2. API – RP 574 Inspection of piping system components.
3. ASME B31G, Manual for Determining the Remaining Strength of
Corroded pipelines.
4. ASME B31.
5. NACE RP 0169, Control of External Corrosion Underground or
submerged Metallic Piping System.
6. NACE RP 0175, Control of internal Corrosion in Piping System.
7. Undang-undang No 1 tahun 1970
8. SK DIRJEN Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerja No Kepts.
40/1978
2. PELAKSANAAN
Prosedur pelaksanaan pekerjaan ini disusun untuk menjadi panduan dalam melaksanakan pekerjaan
pemeriksaan instalasi fire hydrant. Adapun teknik yang akan digunakan adalah random-thickness
measurement, leak test setiap valve serta keseluruhan instalasi baik dengan metode NDT ataupun
hydrotest.Sementara itu untuk random-thickness measurement akan dipilih pada titik yang diduga
berpeluang mendapat serangan korosi terberat, yakni di titik down-stream pada shinker section pipa dan
setelah section valve. Pemilihan titik ini dilakukan dengan asumsi bahwa turbulensi aliran yang bisa
menyebabkan kerusakan permukaan internal dinding pipa besar peluangnya untuk terjadi di titik
tersebut.Pengambilan data ketebalan dinding pipa dari pipa penyalur ini adalah untuk
mengetahui kondisi terakhir ( pada saat pengukuran ) dari jaringan pipa, dimana hasil dari
pengukuran akan dibandingkan dengan design ketebalan awal sehingga akan diketahui laju
korosi. Dari hasil tersebut kemudian diambil langkah-langkah yang perlu guna perbaikan dan
penyempurnaan jaringan pipa penyalur ini, sehingga dapat memenuhi persyaratan keamanan,
Keselamatan kerja serta lindungan lingkungan.
METODOLOGI INSPEKSI
1. PENGAMATAN VISUAL
Pengamatan visual dari fakta instalasi dilakukan untuk mengetahui keadaan pipa, coating ,kondisi dari
support dan perlengkapan peralatan.Hasil visual akan dievaluasi sesuai dengan mode failure and
deterioration serta didokumentasikan dalam bentuk table dan foto-foto.
Pengujian ini dilakukan uji pada body setiap valve dan daerah sambungan secara random yang mengacu
dari hasil visual. Pengujian tersebut dapat memberikan gambaran kondisi valve serta sambungan
terhadap cacat dibawah permukaan.
Pengukuran ketebalan dilakukan dengan pengukuran samping secara random/acak. Lokasi pengukuran
dibagi menjadi 4 (empat) section/bagian dan masiang-masing bagian diambil 3(tiga) titik pengujian
sehingga keseluruhannya menjadi 12 tiik Dari masing-masing titik uji diambil 4 posisi pengambilan data
pada orientasi 0, 90,135 dan 180 derajat dan masing –masing posisi tersebut diambil 10 itik yang terjarak
masing-masing 1 cm sehingga pada setiap titik lokasi pengukuran diperoleh 40 data hasil pengukuran.
Titik –titik yang dipilih adalah lokasi yang mempunyai karakteristik sebagai tempat dengan peluang
terbesar terjadinya korosi atau peluang defect tinggi, yaitu daerah low-sot, deadleg, dan elbow sehingga
hasil pengukuran di titik-titik tersebut dapat mewakili gambar kondisi dilokasi yang tidak diukur. Data-
data tersebut dapat memberikan gambar kondisi seluruh pipa.
4. UJI KEBOCORAN
Pengujian ini dilakukan dengan cara memberikan tekanan pada instalasi fire hydrant dan ditahan
secukupnya untuk melakukan analisa kebocoran pada keseluruhan instalasi
Untuk mencapai tujuan di atas dan dikaitkan dengan metodologi pengambilan sample beberapa catatan
berikut dibuat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan menindaklanjuti hasil-hasil
dari pemeriksaan ini :
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik, jika metode yang sama akan digunakan maka
sebaiknya instalasi ini dilihat dulu dalam satu kesatuan dan ditinjau perbagian seperti :
Bahan-bahan ini akan bermanfaat sebagai petunjuk untuk memilih bagian-bagian yang harus mendapat
perhatian lebih dan / atau focus dan suatu program inspeksi.
3. Environmental Data
Data ini sangat bermanfaat untuk melihat pembagian klasifikasi area dimana tergantung dari
faktor resiko.
4. Monitoring equipments/ tools
Mengenai keberadaan monitoring equipment/tools di dalam sistem instalasi ini seperti : fire
hydrant, smoke detector , alarm, hose dan sprinkle.
ORGANISASI PELAKSANA
Untuk mendapatkan hasil yang baik dengan efektifitas kerja yang memadai, maka pekerjaan
pemeriksaan ini akan dilaksanakan oleh team kerja yang terdiri atas personil dengan tugas masing-
masing yang jelas. Organisasi tersebut terdiri atas:
Koordinator Pekerjaan
Koordinator Pekerjaan akan memantau perkembangan pekerjaan dari kantor pusat, dan akan terjun ke
lapangan jika keadaan memerlukannya sesuai dengan permintaan dari Supervisor Lapangan. Sebagai
Koordinator Lapangan, tugas dan kewajibannya tidak terbatas pada satu pekerjaan, melainkan beberapa
proyek yang digarap oleh perusahaan sehingga fungsinya lebih cenderung kepada kebijaksanaan.
Supervisor Lapangan
Selama pekerjaan lapangan berlangsung, team pelaksana akan dipimpin oleh seorang Supervisor
Lapangan, yang bekerja juga sebagai Pimpinan Team. Dia berperan sebagai penerus kebijaksanaan
yang digariskan oleh Koordinator Pekerjaan dan mengatur tugas team, peralatan, logistik, dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan kelancaran pekerjaan lapangan. Supervisor Lapangan akan memberikan laporan
kegiatan harian kepada Koordinator Pekerjaan dan kepada wakil dari client di lapangan, serta
melaporkan berbagai kelainan tehnis yang ditemukan di lapangan untuk dianalisa oleh Koordinator
Pekerjaan dan dicarikan jalan keluarnya.
Petugas Ultrasonik
Ketebalan sisa pipa akan diukur dengan menggunakan tehnik ultrasonik DM 4 DL. Titik pengukuran akan
dilakukan disekeliling badan pipa pada setiap cm dan kearah memanjang setiap cm dengan total panjang
20 cm. Hal ini disesuaikan dengan rekomendasi yang ditetapkan sesuai dengan Standar di lapangan,
scanning ketebalan akan dilaksanakan oleh Petugas Ultrasonik dibantu oleh 1 orang pembantu untuk
pembersihan bidang yang akan diukur.
Petugas NDT
Peralatan NDT akan digunakan untuk mengetahui kondisi sambungan serta peralatan lain yang menjadi
target pengecekan. Seorang petugas NDT akan mengidentifikasi daerah target dan diikuti oleh team
untuk kepentingan lebih lanjut
Team Pendukung
Team pendukung pekerjaan ini adalah tenaga pembantu. Tugas mereka akan diatur oleh Supervisor
Lapangan sesuai dengan kebutuhan atau permintaan team inti.
STRATEGI PELAKSANAAN
Untuk memperoleh hasil kerja yang maksimal secara efektif, maka perlu diatur urutan pelaksanaan,
sistim pelaporan, dan tehnik pelaksanaannya.
Urutan Pekerjaan
Pekerjaan harus dilakukan dengan urutan yang benar agar hasil pemeriksaan yang satu dengan lainnya
bisa saling menunjang dan sinkron. Supaya bisa memperoleh hasil yang baik maka pekerjaan akan
diurutkan seperti berikut:
Pemerikasaan instalasi akan memastikan kelayakan dari sebuah instalasi penangkal petir yang
terpasang
Setiap instalasi Penangkal Petir sebaiknya diperiksa setiap setahun sekali yang dilakukan menjelang
musim penghujan (Internal Cek) , diharapkan selama musim penghujan instalasi yang telah terpasang
dapat berfungsi dengan baik sehingga bangunan akan aman dan terlindungi serta terhindar dari bahaya
sambaran petir.
Setiap instalasi Penangkal Petir sebaiknya diperiksa setiap setahun sekali secara mandiri oleh teknisi (
internal cek ) dan Pemeriksaan yang mendapatkan sertifikasi disnaker tiap dua tahun sekali
Kami sebagai Pihak Ketiga/Swasta menawarkan jasa akan keperluaan 2 hal tersebut :
Hasil pemeriksaan instalasi penangkal petir berisi data teknis kondisi fisik instalasi penyalur petir, serta
hasil spesifikasi teknisnya sesuai standar operasional dan ketentuan yang berlaku.
Rekomendasi perbaikan atau penggantian akan diberikan bila ditemukan kesalahan ataupun potensi
ketidaksesuaian , Untuk pelaksanaan perbaikan akan kembali menjadi kebijakan pihak pemilik akan
pelaksanaanya.
Sertifikasi Disnaker
Sertifikasi Legal Regulasi akan dilakukan pihak Disnaker dengan menyertakan hasil pelaporan
pemeriksaan dan dilengkapi dokumen dokumen pendukung , gambar situasi , detail instalasi dan surat
Permohonan Pengesahan .
Bila ada ketidak sesuaian maka pihak Instansi terkait ini akan meminta untuk melakukan perbaikan
terlebih dahulu .
Definisi.
Fire Fighting adalah merupakan suatu system proteksi gedung terhadap bahaya kebakaran yang metode proteksinya
menggunakan berbagai macam media, adapun Fire Fighting yang akan dibahas pada makalah ini adalah proteksi
dengan menggunakan media air yang ditekan ke pipa instalasi hydrant dan sprinkler dengan menggunakan pompa
hydrant. Dimulai dari ground tank dan rumah pompa sampai dengan ke titik sprinkler, landing valve Indoor Hydrant
Pengadaan, pemasangan dan penyetelan keseluruhan System Penanggulangan Kebakaran sedemikian rupa sehingga
semua peralaatan dan kelengkapannya dapat berfungsi secara efektif sesuai dengan standard memadamkan api.
Melengkapi pompa dengan priming water tank dan fuel tank lengkap dengan system pemipaannya.
Pemipaan dan Perangkat Operasionalnya (Valve, Flow Switch, dan perlengkapan lainnya).
STANDARD / REFERENSI
Semua peraturan dan standarisasi yang berlaku di Indonesia tanpa mengesampingkan standarisasi yang berlaku
Sistem kerja Instalasi Pemadam Kebakaran pada gedung dan kawasan biasanya menggunakan media air yang ada di
Ground Tank (berada di sebelah Ruang Pompa), yang dipompakan keseluruh instalasi hydrant dan sprinkler melalui
Jaringan instalasi hydrant dan sprinkler dipisahkan menjadi dua instalasi pemipaan khusus sesuai dengan fungsinya,
yaitu :
Berikut akan dijelaskan mengenai kedua sistem tersebut sehingga akan leb ih jelas dalam system pengoperasiannya.
Instalasi pemipaan hydrant adalah instalasi dimana di setiap lantai dari setiap gedung disediakan Hydrant Box
lengkap dengan perlengkapannya, yaitu landing Valve Ø 2 ½” 1 ½”, Fire hose & Nozzle, Hose rack.
Sistem kerja Fire hydrant yang terpasang menggunakan system air, (media yang digunakan adalah air). Instalasi
pada system ini air stand by , sehingga apabila akan difungsikan harus mengadakan air dari ruang pompa dimana
Sedangkan untuk system hydrant eksternal disediakan Hydrant Pillar dan Siamesse Connection yang tersebar di area
Hydrant difungsikan dengan cara memasang Hose dan Nozzle dan membuka Valve Pillar.
Adapun Siamese Connection disediakan dengan maksud apabila air yang digunakan habis, maka team pemadam
kebakaran dapat menyuntikkan air dari mobil ke instalasi hydrant yang ada atau karena pompa pemadam kebakaran
Instalasi sprinkler adalah instalasi dimana setiap lantai dari setiap gedung terdapat head sprinkler yang dilengkapi
Flow switch ini berfungsi sebagai detector. Bila head sprinkler pecah (break) mengakibatkan memancarnya air
melalui sprinkler, air yang mengalir melalui pipa akan menggerakkan flow switch untuk mengirim signal ke System
Sprinkler head akan bekerja (pecah) apabila terdapat konsentrasi panas melebihi 68ºC pada daerah dimana titik
sprinkler head tersebut terpasang, setelah sprinkler head pecah secara otomatis, media air yang tertahan oleh head
sprinkler akan dipancarkan melalui penampang head sprinkler untuk pemadaman api.
Pada Instalasi Sprinkler sebelum menuju ke mainline lantai juga biasanya terpasang Pressure Reducing Valve, yang
dimaksudkan untuk menurunkan tekanan yang tinggi menjadi tekanan kerja, (batas maksimum kemampuan head
Agar dapat mengoperasikan system dengan benar maka operator sangat dianjurkan untuk mengikuti langkah-
langkah berikut :
Fungsi Jockey Pump adalah untuk menjaga tekanan air didalam sistim instalasi tetap stabil, sehingga apabila terjadi
sedikit kebocoran pada pompa, valve dan perlengkapan lainnya dalam instalasi, maka Jockey Pump akan
Mengingat fungsi dari jockey pump sebagai pen-stabil tekanan dalam instalasi, maka sangat dianjurkan agar
Fungsi Electric Pump adalah untuk memompa air dari Fire Tank ke seluruh instalasi hydrant sprinkler jika terjadi
terjadi kebakaran dan terjadi pemadaman listrik yang mengakibatkan electric pump tidak dapat difungsikan. Pompa
Sistim Pompa kebakaran dianjurkan agar dioperasikan secara otomatis, sedangkan pengoperasian secara manual
sebaiknya hanya dilakukan pada saat darurat saja (emergency) atau pada saat system AUTO tidak berfungsi sehingga
Cara mengoperasikan dengan cara manual adalah dengan cara menekan tombol push button MANUAL atau tombol
ON pada panel control baik untuk electric pump, diesel pump maupun Jockey pump.
Untuk menjaga supaya setelah pompa pemadam kebakaran jalan, pompa dapat berjalan terus menerus melayani
hydrant pada pipa tekan dibuatkan pipa bypass yang dilengkapi dengan relief valve, sehingga bila tekanan air dalam
pipa mendekati 11 Kg/Cm2 relief valve akan terbuka (air dari relief valve akan dikembalikan ke pipa hisap atau tanki
bawah) dan pompa pemadam kebakaran tidak akan mati atau berhenti bekerja.
Pressure Relief Valve distel terbuka pada tekanan air 10.5 Kg/Cm2.
Pressure Tank digunakan dalam instalasi hydrant pump dimaksudkan untuk mejaga kestabilan tekanan dari pompa
hydrant, juga berfungsi untuk membuang udara yang terjebak dalam instalasi hydrant pump.
Alarm gong terdiri dari Valve dengan accessories pipa kapiler dan bell yang akan berfungsi dengan bantuan tekanan
Alarm gong lazim dipasang diruang pompa, biasanya pada riser (untuk type vertical). Bila ada yang terbuka dari dari
system instalasi baik hydrant (landing valve yang dibuka) ataupun sprinkler yang pecah yang mengakibatkan
terjadinya aliran pada pipa kapiler dari alarm tersebut yang lalu menggerakan bell dengan tenaga mekanis.
Perawatan
Untuk menjaga peralatan dan instalasi yang terpasang agar selalu dalam keadaan baik dan berfungsi, maka harus
Pada dasarnya perawatan pertigabulan ini sama dengan perawatan bulanan , hanya perlu ditekankan untuk
Hal yang perlu dilakukan tiap tahun adalah memeriksa sistim instalasi secara menyeluruh dengan jalan sebagai
berikut :
Fungsikan secara MANUAL/AUTO untuk membuang air yang ada pada jaringan instalasi sambil pompa tetap
hidup, buka melalui Pillar Hydrant, Hydrant Box, dan Drain pada masing-masing flow switch di tiap-tiap gedung.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus diambil dan dilakukan secara berurutan apablia ditemui masalah
dalam system :
Apabila sumber listrik sudah normal, motor distarter kembali, tetapi trip mendadak [thermal overload tripping]
Pompa hidup, tetapi tidak ada air yang keluar. Hal ini dapat disebabkan oleh;