Anda di halaman 1dari 106

LOKASI & TEKNIK SAMPLING

UDARA ambien dan kebauan


disampaikan oleh
SNI 19-7119.6-2005 Syaiful Anam
PENDAHULUAN
 Pengambilan contoh atau sampling gas merupakan tahap awal
dalam analisis kimia dan sangat menentukan hasil analisis.
 Pengambilan contoh udara lebih sulit dan mengandung banyak
ketidak-tentuan dibanding sampling terhadap contoh cairan maupun
padatan.
 Kesulitan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara daerah pernafasan, tempat-tempat khusus dan
ruang kerja secara umum
Teknik Sampling Udara
 Teknik sampling kualitas udara dilihat lokasi
pemantauannya terbagi dalam dua kategori.
 Teknik sampling udara ambien. Teknik sampling kualitas
udara ambien adalah sampling kualitas udara pada media
penerima polutan udara/emisi udara.
 Teknik sampling udara emisi, Sampling udara emisi adalah
teknik sampling udara pada sumbernya seperti cerobong
pabrik dan saluran knalpot kendaraan bermotor.
Klasifikasi Sampling Kualitas
Udara
Tempat pengambilan contoh
Ditentukan berdasarkan kebutuhan yakni:
 daerah pernafasan, bila diinginkan memonitor kesehatan
pekerja secara khusus.
 ruang secara umum, apabila diinginkan membandingkan
dengan NAB.
 tempat khusus, apabila diinginkan mencari sumber-sumber
pencemaran.
Hal penting dipertimbangkan
 Waktu pengambilan contoh. Proses berubah setiap saat atau
akibat perubahan intensitas pekerjaan. Juga pencemaran dapat
berubah drastis oleh adanya kerusakan peralatan.
 Jumlah sampling. Bergantung pada tempat yang akan dimonitor,
tingkat keyakinan dan beaya yang tersedia.
 Replikasi. Meskipun tak ada aturan, tetapi ulangan lebih banyak
diperlukan di-bandingkan dengan analisis air maupun mineral.
 Lama waktu sampling. Sangat bergantung pada teknik analisis
atau pengukuran yang dipakai dan persyaratan baku mutu.
Teknik Pengambilan Contoh
 a. Sampling Sesaat (grab sampling)
 adalah pengambilan contoh dalam waktu pendek atau kurang dari dua menit.
 untuk mengetahui konsentrasi kontaminan yang dapat berakibat akut terhadap pekerja.

 b. Sampling Kontinyu (continuous sampling)


 secara terus menerus untuk jangka waktu yang lama.
 untuk mengetahui rata-rata konsentrasi polutan dalam selang waktu tertentu, dan
penting untuk mengevaluasi efek jangka panjang atau kronis.
Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji
Pemantauan Kualitas Udara Ambien SNI 19-7119.6-
2005

•Ruang Lingkup
 Standar ini untuk menentukan titik pengambilan contoh uji kualitas
udara ambien, meliputi:
 Pemilihan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan
kualitas udara ambien.
 Penempatan peralatan pengambil contoh uji pemantauan
kualitas udara ambien sesaat dan kontinyu
Prinsip Cara Penentuan Lokasi
Pengambilan Contoh Uji
 Dalam penentuan lokasi pengambilan contoh uji, yang perlu diperhatikan adalah
bahwa data yang diperoleh harus dapat mewakili daerah yang sedang dipantau
dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
 Titik pemantauan kualitas udara ambien ditetapkan dengan mempertimbangkan :
 a) faktor meteorologi (arah angin, kecepatan angin, kelembaban, tekanan
barometer, dan temperatur),
 b) faktor geografi seperti topografi, dan
 c) tata guna lahan.
Kriteria penentuan lokasi
pemantauan kualitas udara ambien
 Area dengan konsentrasi pencemar tinggi. Satu atau lebih stasiun pemantau
mungkin dibutuhkan di sekitar daerah yang emisinya besar.
 Area dengan kepadatan penduduk tinggi. Daerah-daerah dengan kepadatan
penduduk yang tinggi, terutama ketika terjadi pencemaran yang berat.
 Di daerah sekitar lokasi penelitian yang diperuntukkan untuk kawasan studi
maka stasiun pengambil contoh uji perlu ditempatkan di sekeliling
daerah/kawasan.
 Di daerah proyeksi. Untuk menentukan efek akibat perkembangan mendatang
dilingkungannya, stasiun perlu juga ditempatkan di daerah-daerah yang
diproyeksikan.
 Mewakili seluruh wilayah studi. Informasi kualitas udara di seluruh wilayah studi
harus diperoleh agar kualitas udara diseluruh wilayah dapat dipantau (dievaluasi)
Persyaratan pemilihan lokasi
pengambilan contoh uji
•Petunjuk pemilihan titik sampling:
 Hindari tempat yang dapat merubah konsentrasi akibat adanya absorpsi, atau
adsorpsi (seperti dekat dengan gedung-gedung atau pohon-pohonan).
 Hindari tempat dimana pengganggu kimia terhadap
• bahan pencemar yang akan diukur dapat terjadi:
 emisi dari kendaraan bermotor dapat mengotori pada saat mengukur

ozon,
 amoniak dari pabrik refrigerant dapat mengotori pada saat mengukur

gas asam
Persyaratan pemilihan lokasi
pengambilan contoh uji
 Hindari tempat dimana pengganggu fisika dapat menghasilkan suatu
hasil yang mengganggu pada saat mengukur debu (partikulat matter)
tidak boleh dekat dengan incinerator baik domestik maupun komersial,
gangguan listrik terhadap peralatan pengambil contoh uji dari jaringan
listrik tegangan tinggi
 Letakkan peralatan di daerah dengan gedung/bangunan

• yang rendah dan saling berjauhan.


 Apabila pemantauan bersifat kontinyu, maka pemilihan lokasi harus
mempertimbangkan perubahan kondisi peruntukan pada masa datang.
Skema lokasi pemantauan
kualitas udara ambien
CATATAN
 Pada arah angin dominan, minimum dua lokasi
dengan mengutamakan daerah pemukiman atau
tempat-tempat spesifik.
 Pada arah angin lainnya minimum satu titik
 Data arah angin merupakan data sekunder
atau pengukuran langsung.
 Jarak lokasi pemantauan dari industri ditentukan
berdasarkan model simulasi, pengamatan lapangan,
pengukuran sesaat dan membuat isopleths (garis yang
menggambarkan konsentrasi yang sama dari penyebaran
polutan pada posisi penerima)
Persyaratan penempatan
peralatan pengambil contoh uji
 Letakkan peralatan pengambil contoh uji pada daerah yang
aman.
 Penempatan alat pengambil contoh uji di atap bangunan dapat lebih
baik untuk daerah dengan kepadatan penduduk/bangunan
menengah sampai tinggi.
 Letakkan di atap bangunan yang bersih dan tidak terpengaruh
oleh emisi gas buang dari dapur, incinerator atau sumber lokal
lainnya.
Penempatan Posisi Probe
 Pada kondisi pemantauan kualitas udara ambien, harus ditempatkan pada jarak
> 15 m dari jalan.
 Ketinggian probe stasiun tetap antara 3 sampai 6 m sedangkan
pengambilan contoh uji secara manual, ketinggian probe 1,5 m dari
permukaan tanah.
 Untuk pengambilan contoh uji partikulat dilakukan minimal 2 m di atas
permukaan tanah pada pinggir jalan.
 Probe harus berjarak > 15 m dari suatu sumber pengganggu untuk
stasiun pemantau
 Probe ditempatkan minimal 2 kali ketinggian gedung yang terdekat untuk
stasiun pemantau.
Pemantauan kondisi
meteorologis untuk stasiun
tetap
 Pemantauan kondisi meteorologis meliputi:
 arah angin,

 kecepatan angin,

 kelembaban, dan

 temperatur.

 Penetapan lokasi pemantauan meteorologis:


 Lokasi stasiun pemantau yang relatif dekat bangunan atau pohon

tertinggi
 Lokasi stasiun pemantau yang relatif jauh dari bangunan atau pohon

tertinggi
Ketentuan lokasi stasiun pemantau
yang relatif dekat bangunan atau pohon
tertinggi
 Tinggi probe alat pemantau minimal 2,5 kali dari tinggi bangunan
atau pohon tertinggi dan membentuk sudut 30o terhadap terhadap
bangunan atau pohon tertinggi.
 Minimal 2 meter lebih tinggi dari bangunan atau pohon tertinggi
di sekitarnya.
 Tinggi lokasi stasiun pemantau kondisi meteorologis
minimal 10 meter dari permukaan tanah.
Lokasi peralatan pemantau meteorologis yang
relatif dekat bangunan atau pohon tertinggi

Keterangan:
a. tinggi shelter + 0, 5 m (minimal 3 m)
b. minimal 2,5 kali tinggi sampel inlet udara (min. 10 m)
Ketentuan lokasi stasiun pemantau yang relatif
jauh dari bangunan atau pohon tertinggi
(jarak stasiun ke bangunan atau pohon tertinggi
minimal 10 kali tinggi bangunan atau pohon
tertinggi)

 Tinggi probe alat pemantau minimal 2,5 kali dari tinggi


bangunan atau pohon tertinggi.
 Tinggi lokasi untuk penempatan stasiun pemantau kondisi
meteorologis minimal 10 meter dari permukaan tanah.
Lokasi peralatan pemantau
meteorologis

Keterangan:
a. tinggi shelter + 0, 5 m (minimal 3 m);
b. minimal 2,5 kali tinggi sampel inlet udara (min.10 m);
h1 tinggi pohon;
h2 tinggi rumah atau bangunan.
Penentuan Lokasi Pengambilan
Contoh Uji Pemantauan Kualitas
Udara Ambient Roadside

SNI 19-7119.9-2005
Titik sampling road side
Stasiun pemantauan roadside adalah tipe stasiun hotspot yang
berlokasi di daerah yang sangat tajam konsentrasi polutannya
dibandingkan dari daerah lainnya. Lokasi seperti itu tidak dapat dipakai
sebagai stasiun background dari area perkotaan. Lokasi tersebut lebih
baik dipakai sebagai gambaran pengukuran dalam konteks panjang
jalan.
Stasiun yang cocok untuk perbandingan dengan jalan yang lain
harus ditempatkan pada sekitar 100 meter atau lebih di lokasi pusat
kota dan sekitar 1000 meter atau lebih di pinggir kota/daerah lainnya.
Lokasi/situasi seperti itu harus jauh dari persimpangan jalan (sedikitnya
25 meter), untuk menghindari pengaruh dari jalan lain yang hasil
pengukurannya tidak dapat digunakan sebagai pembanding.
Lokasi dari stasiun tersebut harus digambarkan secara jelas untuk
parameter-parameter di bawah ini, dan perbandingan hanya dapat
dilakukan pada stasiun-stasiun dengan nilai yang setara untuk setiap
parameternya.
a) Stasiun Kerbside:
 Jarak dari tengah atau pinggir jalan harus diketahui.
 Jarak antara bangunan pada masing-masing sisi jalan (bila ada), dan tinggi
dari bangunan harus diketahui.
 Kepadatan lalu lintas harus diketahui (dihitung dengan hasil rata-rata harian
per- tahun atau Annual Average Daily Traffic (AADT), demikian juga kecepatan
dan komposisi kendaraan (misalnya; persentase kendaraan berat/truk).
b) Stasiun Roadside selain dari kerbside
Untuk jenis stasiun ini (misalnya; persimpangan jalan, pedestrian dekat
lalulintas), lingkungan sekitar bisa sangat berbeda sehingga
perbandingan langsung antara stasiun mungkin kurang berarti. Dalam
beberapa kasus, peta yang menunjukkan lokasi sekitarnya secara detail
dengan data aliran lalulintas yang dominan pada jalan tersebut harus
disiapkan
c) Klasifikasikan tipe jalan (lebar, sempit, canyon, toll atau yang lainnya,
seperti persimpangan jalan, halte, perparkiran dan lain-lain).
d) Ukur kepadatan lalu lintas dari jalan yang akan disampling.
e) Klasifikasikan kepadatan lalulintas (dalam 3 kelas: kurang dari 2000,
2000 – 10000, dan lebih dari 10000 kendaraan per hari).
f) Ukur kecepatan rata-rata kendaraan.
Persyaratan penempatan alat pengambilan
contoh uji
1. Pilih lokasi pengambilan contoh uji di stasiun roadside.
2. Tempatkan alat pengambil contoh uji yang alirannya bebas.
3. Tempatkan alat pengambil contoh uji pada lokasi yang tidak terpengaruh oleh peristiwa adsorpsi
maupun absorpsi.
4. Hindari tempat yang secara kimiawi dapat merubah polutan yang akan diukur (sungai yang
tercemar berat, pedagang-pedagang dipinggir jalan
5. Tempatkan alat pengambil contoh uji di tempat yang aman yang bebas dari pengganggu fisika.
sebagai contoh pada saat mengukur debu / partikulat dekat dengan incinerator baik domestik
maupun komersial, gangguan listrik terhadap peralatan pengambil contoh uji dari jaringan listrik
tegangan tinggi.
6. Hindari daerah yang rawan kerusuhan, bencana alam seperti banjir.
7. Perhatikan tipe jalan (lebar, sempit, canyon atau jalan tol, demikian juga persimpangan jalan,
perhentian kendaraan)
8. Hindari lokasi dengan arah angin dominan sepanjang jalan yang tidak akan membawa polutan
Langkah-langkah pengambilan contoh uji
1. Tempatkan peralatan pengambil contoh uji pada lokasi yang
mempunyai prasarana seperti listrik.
2. Tempatkan peralatan pengambil contoh uji di daerah terbuka
(gedung atau bangunan yang rendah dan saling berjauhan).
3. Penempatan peralatan berjarak 1 m sampai dengan 5 m dari
pinggir jalan yang akan diambil contoh uji dan pada ketinggian 1,5
m sampai dengan 3 m dari permukaan jalan.
4. Ukur kepadatan lalulintas dari jalan yang akan diambil contoh uji
kemudian dikategorikan kepadatan lalulintas (kurang 2000, 2000 -
10000 dan lebih dari 10000 kendaraan per hari).
Cara uji
kadar amon iak (NH3) dengan
metoda indofenol menggunakan
spektrofoto meter

SNI 19-7119.1-2005
Ruang lingkup
Standar ini digunakan untuk penentuan amoniak di udara ambien
menggunakan spektrofotometer dengan metoda indofenol.

Lingkup pengujian meliputi:


a) Cara pengambilan contoh uji gas amoniak dengan menggunakan larutan
penjerap.
b) Cara perhitungan volum contoh uji gas yang dijerap.
c) Cara penentuan gas amoniak di udara ambien menggunakan metoda
indofenol secara spektrofo tometri pada panjang gelombang 630 nm dengan
kisaran konsentrasi 20 μg/Nm3 sampai 700 μg/Nm3 (0,025 ppm sampai 1
ppm).
Prinsip
Amoniak dari udara ambien yang telah dijerap
oleh larutan penjerap asam sulfat, akan membentuk
amonium sulfat. Kemudian direaksikan dengan fenol
dan natrium hipoklorit dalam suasana basa, akan
membentuk senyawa komplek indofenol yang
berwarna biru. Intensitas warna biru yang terbentuk
diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 630 nm.
Larutan penjerap
1. masukkan 3 mL H2SO4 97% ke dalam labu ukur 1000 mL yang
telah berisi kurang lebih 200 mL air suling dingin yang diletakkan
dalam penangas air es;
2. larutan diencerkan hingga 1000 mL lalu homogenkan (hati-hati
reaksi eksotermis ).
Pengambilan contoh uji
Untuk pelaksanaan pengambilan contoh uji diperlukan peralatan seperti
pada gambar 1 dengan tahapan pengerjaan:
1. Susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada gambar 2;
2. Masukkan larutan penjerap sebanyak 10 mL ke dalam botol penjerap. Tempatkan botol
penjerap sedemikian rupa sehingga terlindungi dari hujan dan sinar matahari secara
langsung;
3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur laju alir 1 L/menit sampai 2 L/menit,
setelah stabil catat laju alir awal (F 1);
4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur dan tekanan udara;
5. Setelah 1 jam catat laju alir akhir (F2) dan kemudian matikan pompa penghisap.

CATATAN Prefilter sebelum digunakan dicuci terlebih dahulu dengan air suling
dan dikeringkan.
Perhitungan Volum contoh uji
udara yang diambil
Peralatan
1. peralatan pengambilan contoh uji 9. spektrofotometer;
amoniak seperti Gambar 2, (setiap unit 10. timbangan analitik dengan ketelitian 0,1
peralatan disambung dengan selang mg;
silikon dan tidak mengalami kebocoran);
11. buret 50 mL;
2. prefilter;
12. labu erlenmeyer 250 mL;
3. labu ukur 100 mL; dan 1000 mL;
13. kaca arloji;
4. pipet volumetrik 0,5 mL; 1 mL; 5 mL dan
20 mL; 14. desikator;
5. pipet mikro 1 mL; 15. oven;
6. gelas ukur 100 mL; 16. termometer;
7. gelas piala 100 mL; 500 mL; 1000 mL dan 17. barometer;
2000 mL; 18. penangas air.
8. tabung uji 25 mL;
UJI KADAR H2S UDARA
AMBIENDENGAN METODE
BIRU METILEN SECARA
SPEKTROFOTOMETER

SNI 7119.11 : 2007


Prinsip
• Hidrogen sulfida dari udara ambien dijerap dengan
larutan penjerap kadmium sulfat saat pengambilan
contoh uji di lapanganDireaksikan dengan p-amino dimetil
anilin dan besi(III) klorida dalam suasana asam kuat
membentuk senyawa biru metilenIntensitas warna biru
yang terbentuk diukur dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 670 nm
Larutan penjerap
• Larutkan masing-masing secara terpisah 4,3 gram CdSO4.8H2O dan
1,8 gram NaOH dalam 250 mL air suling ke dalam gelas piala 1000 mL,
kemudian tambahkan 10 gram arabinogalaktan;
• Encerkan larutan dengan air suling hingga 1000 mL lalu aduk hingga
homogen
Pengambilan Contoh
1. Susun peralatan pengambilan contoh uji seperti gambar 2
2. Masukkan 10 mL larutan penjerap ke botol penjerap.Tempatkan
botol penjerap sedemikian rupa sehingga terlindungi dari hujan
dan sinar matahari langsungHidupkan pompa penghisap udara
dan atur laju alir agar tidak melebihi 1,5 /menit (Catat nilai F1)
3. Pengambilan contoh uji maksimum selama 2 jam Catat rata-rata
temperatur dan tekanan udara (catat nilai F2)
Perhitungan Volum contoh uji
udara yang diambil
Cara uji kadar nitrogen dioksida
(NO2) dengan metode Griess-
Saltzman menggunakan
spektrofotometer

SNI 7119-2:2017
Prinsip
Gas nitrogen dioksida dijerap dalam
larutan Griess-Saltzman sehingga
membentuk suatu senyawa azo dye
berwarna merah muda. Konsentrasi
larutan ditentukan segera (kurang dari 1
jam) secara spektrofotometri pada panjang
gelombang 550 nm
Larutan Penjerap
1. hablur asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H);
2. larutan asam asetat glasial (CH3COOH pekat);
3. air bebas mineral;
4. natrium nitrit (NaNO2)
5. larutan induk N-(1-naftil)-etilendiamin dihidroklorida (NEDA,
C12H16Cl2N2);
1. larutkan 0,1 g NEDA dengan air bebas mineral ke dalam labu ukur
100 mL, kemudian encerkan dengan air bebas mineral sampai
tanda tera lalu homogenkan;
2. larutan tersebut dipindahkan ke dalam botol coklat dan simpan di
lemari pendingin.

CATATAN Larutan ini stabil selama 1 bulan yang disimpan dalam


lemari pendingin.
6. aseton (C3H6O);
7. larutan penjerap Griess – Saltzman;
1. larutkan 5 g asam sulfanilat anhidrat (H2NC6H4SO3H) atau 5,5 g asam
sulfanilatmonohidrat dalam gelas piala 1.000 mL dengan 140 mL asam
asetat glasial, aduk secara hati-hati dengan stirrer sambil ditambahkan
dengan air bebas mineral hingga kurang lebih 800 mL;
2. pindahkan larutan tersebut ke dalam labu ukur 1.000 mL;
3. tambahkan 20 mL larutan induk NEDA, dan 10 mL aseton, tambahkan air
bebas mineral hingga tanda tera, lalu homogenkan.
CATATAN Pembuatan larutan penjerap ini tidak boleh terlalu lama kontak
dengan udara. Masukkan larutan penjerap tersebut ke dalam botol
berwarna gelap dan simpan dalam lemari pendingin. Larutan ini stabil
selama 2 bulan
Pengambilan contoh uji
1. susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada Gambar 2
atau Gambar 3 dan tempatkan pada posisi dan lokasi pengukuran
menurut metode penentuan lokasi pengambilan contoh uji
pemantauan kualitas udara ambien sesuai SNI 19-7119.6;
2. masukkan larutan penjerap Griess-Saltzman sebanyak 10 mL ke
dalam botol penjerap; atur botol penjerap agar terlindung dari
hujan dan sinar matahari langsung;
3. hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,4
L/menit, setelah stabil catat laju alir awal dan pantau laju alir
udara sekurang-kurangnya 15 menit sekali;
4. lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat
temperatur dan tekanan udara;
5. setelah 1 jam matikan pompa penghisap;
6. tepatkan volume larutan yang berada di botol penjerap
sampai volume tertentu (Vl)
7. lakukan analisis di lapangan segera setelah pengambilan
contoh uji (maksimum 1 jam setelah pengambilan contoh
uji).
Cara uji kadar sulfur
dioksida (SO2) dengan metoda
pararosanilin
menggunakan spektrofotometer

SNI 19-7119.7-2005
Prinsip
Gas sulfur dioksida (SO2) diserap dalam larutan penjerap
tetrakloromerkurat membentuk senyawa kompleks
diklorosulfonatomerkurat. Dengan menambahkan larutan pararosanilin
dan formaldehida, kedalam senyawa diklorosulfonatomerkurat maka
terbentuk senyawa pararosanilin metil sulfonat yang berwarna ungu.
Konsentrasi larutan di ukur pada panjang gelombang 550 nm.
Larutan penjerap
tetrakloromerkurat (TCM) 0,04 M
1. Larutkan 10,86 g merkuri (II) klorida (HgCl2) dengan 800
mL air suling ke dalam gelas piala 1000 mL.
2. Tambahkan berturut-turut 5,96 g kalium klorida (KCl) dan
0,066 g EDTA[(HOCOCH2)2N(CH2)2N(CH2COONa)2. 2HO],
lalu aduk sampai homogen.
3. Pindahkan ke dalam labu ukur 1000 mL, encerkan dengan
air suling hingga tanda tera lalu homogenkan.
CATATAN Pembuatan larutan penjerap ini stabil sampai 6 bulan jika tidak terbentuk endapan.
Pengambilan contoh uji
selama 1 jam
1. Susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada gambar 2.
2. Masukkan larutan penjerap SO2 sebanyak 10 mL ke masing-masing botol
penjerap. Atur botol penjerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari
langsung.
3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,5 L/menit sampai 1
L/menit, setelah stabil catat laju alir awal F1 (L/menit).
4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur dan
tekanan udara.
5. Setelah 1 jam, catat laju alir akhir F2 (L/menit) dan kemudian matikan pompa
penghisap.
6. Diamkan selama 20 menit setelah pengambilan contoh uji untuk
menghilangkan
CATATAN pengganggu.
Contoh uji dapat stabil selama 24 jam, jika
disimpan pada suhu 5°C dan terhindar dari sinar matahari.
Pengambilan contoh uji
selama 24 jam
1. Susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada gambar 3.
2. Masukkan larutan penjerap SO2 sebanyak 50 mL ke masing-masing botol
penjerap. Atur botol penjerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari
langsung.
3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,2 L/menit, setelah
stabil catat laju alir awal F1 (L/menit).
4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 24 jam dan catat temperatur dan
tekanan udara.
5. Setelah 24 jam, catat laju alir akhir F2 (L/menit) dan kemudian matikan pompa
penghisap.
6. Diamkan selama 20 menit setelah pengambilan contoh uji untuk menghilangkan
pengganggu.
Volume contoh uji udara
yang diambil
uji kadar oksidan dengan
metoda neutral buffer
kalium iodida (NBKI)
menggunakan
spektrofotometer

SNI 19-7119.8-2005
Prinsip
Oksidan dari udara ambien yang telah
dijerap oleh larutan NBKI dan bereaksi
dengan ion iodida membebaskan iod (I2)
yang berwarna kuning muda.
Konsentrasi larutan ditentukan secara
spektrofotometri pada panjang
gelombang 352 nm.
Larutan penjerap oksidan
1. Larutkan 10 g kalium iodida (KI) dalam 200 mL air suling.
2. Pada tempat yang lain larutkan 35,82 g dinatrium hidrogen fosfat
dodekahidrat (Na2HPO4.12H20) dan 13,6 g kalium dihidrogen fosfat
(KH2PO4) dengan 500 mL air suling dalam gelas piala.
3. Tambahkan larutan kalium iodida sebagai larutan penyangga sambil
diaduk sampai homogen.
4. Encerkan larutan ini sampai volum 1000 mL dalam labu ukur dan
diamkan selama paling sedikit 1 hari.
5. Kemudian atur pH pada 6,8 ± 0,2 menggunakan larutan natrium
hidroksida
CATATAN 35,82 g Na(NaOH)
HPO .12H1%
2 4 (b/v)
0 dapat
2 atau
diganti asam
dengan 14,2 fosfat (H PO ) 1% (b/v).
3 4
g dinatrium hidrogen fosfat (Na2HPO4).
Pengambilan contoh uji
1. Susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada gambar 1.
2. Masukkan larutan penjerap sebanyak 10 mL ke dalam botol penjerap. Atur atau
tempatkan botol penjerap sedemikian rupa sehingga terhalang dari hujan dan terik
matahari langsung.
3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur laju alir 0,5 L/menit sampai 3 L/menit,
setelah stabil catat sebagai laju alir awal (F1).
4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 30 menit dan catat temperatur dan
tekanan udara.
5. Setelah 30 menit catat sebagai laju alir akhir (F2) dan kemudian matikan pompa
penghisap.
CATATAN Agar diperoleh konsentrasi oksidan yang optimal,
maka pengambilan contoh uji harus dilakukan pada saat siang
hari dengan rentang waktu antara jam 11.00 sampai 15.00
Volume contoh uji udara yang diambil
Jaminan mutu dan pengendalian
mutu
Jaminan mutu
1. Gunakan bahan kimia berkualitas (p.a.)
2. Gunakan alat gelas yang terkalibrasi dan bebas kontaminasi.
3. Gunakan alat ukur laju alir (flow meter), termometer,
barometer dan alat spektrofotometer yang terkalibrasi.
4. Hindari terjadinya penguapan yang berlebihan dari larutan
penjerap dalam botol penjerap, maka gunakan aluminium foil
atau boks pendingin sebagai pelindung terhadap matahari.
5. Hindari pengambilan contoh uji pada saat hujan.
Pengendalian mutu
1. Uji blanko
a) Uji blanko laboratorium
Menggunakan larutan penjerap sebagai contoh uji (blanko) dan dikerjakan
sesuai dengan penentuan contoh uji untuk mengetahui kontaminasi, baik
terhadap pereaksi yang digunakan maupun terhadap tahap-tahap selama
penentuan di laboratorium.
b) Uji blanko lapangan
Menggunakan larutan penjerap sebagai contoh uji (blanko) dan dikerjakan
sesuai dengan penentuan contoh uji untuk mengetahui kontaminasi, baik
terhadap pereaksi yang digunakan maupun terhadap tahap-tahap selama
penentuan di lapangan.
2. Linearitas kurva kalibrasi
Koefisien korelasi (r) lebih besar atau sama dengan 0,998 (atau sesuai
dengan kemampuan laboratorium yang bersangkutan) dengan
intersepsi lebih kecil atau sama dengan batas deteksi. Koefisien
korelasi (r) lebih besar atau sama dengan 0,998 (atau sesuai dengan
kemampuan laboratorium yang bersangkutan) dengan intersepsi
lebih kecil atau sama dengan batas deteksi.

CATATAN Jaminan dan pengendalian mutu diberlakukan sesuai dengan kebijaksanaan laboratorium yang
bersangkutan.
SNI 19-7119.3-2005

Cara uji partikel tersuspensi total


menggunakan peralatan high volume air
sampler (HVAS) dengan metoda
gravimetri
Ruang lingkup
Lingkup pengujian meliputi:
Cara pengambilan contoh uji dalam jumlah volum udara yang besar di atmosfer,
dengan nilai rata-rata laju alir pompa vakum 1,13 - 1,70 m 3/menit. Dengan laju alir
ini maka diperoleh partikel tersuspensi kurang dari 100 µm (diameter ekivalen)
yang dapat dikumpulkan. Adapun untuk efisiensi partikel berukuran lebih besar dari
20 µm akan berkurang sesuai dengan kenaikkan ukuran partikel, sudut dari angin,
atap sampler, dan kenaikan kecepatan.
Penggunaan filter serat kaca dapat mengumpulkan partikel dengan kisaran
diameter 100 µm - 0,1 µm (efisiensi 99,95% untuk ukuran partikel 0,3 µm).
Jumlah minimum partikel yang terdeteksi oleh metode ini adalah 3 mg (tingkat
kepercayaan 95%). Pada saat alat dioperasikan dengan laju alir rata-rata 1,7
m3/menit selama 24 jam, maka berat massa yang didapatkan antara 1 sampai 2
µg/m3.
Prinsip
Udara dihisap melalui filter di dalam
shelter dengan menggunakan pompa
vakum laju alir tinggi sehingga partikel
terkumpul di permukaan filter. Jumlah
partikel yang terakumulasi dalam filter
selama periode waktu tertentu
dianalisa secara gravimetri. Laju alir di
pantau saat periode pengujian.
Hasilnya ditampilkan dalam bentuk
satuan massa partikulat yang
terkumpul per satuan volum contoh
uji udara yang diambil sebagai µg/m3.
Bahan
Secara umum pemilihan filter bergantung terhadap tujuan pengujian.
Hal yang penting untuk diperhatikan adalah penentuan seleksi dan
pemakaian karakteristik filter. Adapun beberapa macam filter yang
umum digunakan adalah sebagai berikut:
a) Filter serat kaca;
b) Filter fiber silika; dan
c) Filter selulosa.
CATATAN Filter serat kaca dapat dipilih untuk contoh uji dengan kelembaban tinggi. Filter serat kaca dipilih
karena dapat mengumpulkan partikel dengan kisaran diameter 0,1 µm – 100 µm. Adapun efisiensi pengumpulan
berkisar 99,95% untuk ukuran partikel 0,3 µm.
Peralatan
1. peralatan HVAS seperti pada gambar 1 dilengkapi dengan skala/meter;
2. timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
3. barometer yang mampu mengukur hingga 0,1 kPa (1 mmHg);
4. manometer diferensial yang mampu mengukur hingga 4 kPa (40 mmHg);
5. pencatat waktu yang mampu membaca selama 24 jam ± 2 menit;
6. pencatat laju alir mampu membaca laju alir dengan ketelitian 0,03
m3/menit (1,0 ft3/menit);
7. termometer; dan desikator
CATATAN Penimbangan dilakukan pada ruangan dengan
temperatur 15oC – 27oC dengan kelembaban relatif antara 0% -
50%.
Pengambilan contoh uji
1. Tempatkan filter pada filter holder.
2. Tempatkan alat uji di posisi dan lokasi pengukuran menurut metoda penentuan lokasi titik
ambien.
3. Nyalakan alat uji dan catat waktu serta tanggal, baca indikator laju alir dan catat pula laju
alirnya (Q1) untuk diteruskan pembacaan hasil dari kalibrasinya. Catat pula temperatur dan
tekanan baromatik. Sambungkan pencatat waktu ke motor untuk mendeteksi kehilangan
waktu karena gangguan listrik. pantau laju alir.
5. Lakukan pengambilan contoh uji selama 24 jam. Selama periode pengambilan, baca laju alir,
temperatur, tekanan barometer minimal 2 kali, dikumpulkan hingga seluruh data terkumpul
pada akhir pengukuran. Jika hanya pembacaan awal dan akhir dibuat, asumsikan bahwa
perubahan pembacaan linear setiap waktu. Catat semua pembacaan seperti baca laju alir
(Q2), temperatur, dikumpulkan hingga seluruh data terkumpul pada akhir pengukuran.
6. Pindahkan filter secara hati-hati, jaga agar tidak ada partikel yang terlepas, lipat filter dengan
partikulat tertangkap di dalamnya. Tempatkan lipatan filter dalam alumunium foil dan tandai
untuk identifikasi
CATATAN 1
Obyek seperti serangga yang tertangkap dalam filter akan menambah berat. Pisahkan dengan menggunakan
pinset

CATATAN 2
Aerosol cair, seperti minyak dan partikel sisa pembakaran yang tertinggal di filter dapat menyebabkan filter
yang digunakan menjadi basah dan menyebabkan filter rusak dan filtrasi tidak terjadi dengan baik.

CATATAN 3
Senyawa dari gas atau uap yang bersifat reaktif dan terserap pada filter akan tertimbang sebagai senyawa
partikulat.

CATATAN 4
Bila filter sudah penuh dengan debu (ditandai dengan turunnya laju alir atau lebih dari 50%) maka filter diganti

CATATAN 5
Kemungkinan terjadinya kegagalan voltase atau padamnya listrik pada saat pengambilan akan menyebabkan
kesalahan, maka diharapkan pencatatan kontinyu dari laju alir.
Persiapan contoh uji
1. Tandai filter untuk identifikasi.
2. Kondisikan filter pada desikator (kelembaban 50%)
atau di ruangan terkondisi (AC) dan biarkan selama
24 jam.
3. Timbang lembaran filter dengan timbangan analitik
(W1).
4. Filter dibungkus dalam kotak dengan lembaran
antara (glassine) dan bungkus dengan plastik
selama tranportasi ke lapangan.
Pengujian contoh uji
1. Kondisikan filter pada desikator (kelembaban 50%) atau di ruangan
terkondisi (AC) dan biarkan selama 24 jam.
2. Timbang filter sampai diperoleh berat tetap (W2).
Perhitungan
Jaminan mutu dan
pengendalian mutu
Jaminan mutu
1. Gunakan bahan kimia berkualitas murni (pa).
2. Gunakan alat gelas yang terkalibrasi dan bebas kontaminasi.
3. Gunakan alat ukur laju alir (flow meter), termometer, barometer
dan alat spektrofotometer yang terkalibrasi.
4. Hindari terjadinya penguapan yang berlebihan dari larutan penjerap
dalam botol penjerap, maka gunakan alumunium foil atau boks
pendingin sebagai pelindung terhadap matahari.
5. Hindari pengambilan contoh uji pada saat hujan.
Pengendalian mutu
Pengendalian mutu
dilakukan terhadap analisa
gravimetrik, dimana
penimbangan dilakukan
sebelum dan sesudah
pengambilan contoh uji
dengan hasil simpangan
masing-masing di bawah
5%.
Cara uji partikel Cara uji partikel
dengan ukuran ≤ dengan ukuran ≤
2,5 μm(PM2,5) 10 μm(PM10)

SNI 7119.14:2016 SNI 7119.15:2016

menggunakan peralatan High Volume Air


Sampler (HVAS) dengan metode gravimetri
Ruang lingkup
Standar ini digunakan untuk penentuan partikel dengan ukuran ≤ 2,5
μm (PM2,5) dalam udara ambien di lingkungan hidup
Standar ini digunakan untuk penentuan partikel dengan ukuran ≤10
μm (PM10) dalam udara ambien di lingkungan hidup,
menggunakan alat High Volume Air Sampler (HVAS) dengan nilai rata-
rata laju alir 1,1 m3/menit sampai dengan 1,7 m3/menit selama 24
jam pada konsentrasi minimum 5 μg/Nm3.
Acuan normatif
ASTM D 4096-91(2003),Test Method for determination of total
suspended particulate matter in the atmosphere (High-Volume
Sampler Method).
SNI 19-7119.6, Udara ambien – Bagian 6: Penentuan lokasi
pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien.
Prinsip
Udara diambil melalui inlet selektif PM2,5 / PM20 dan
dilewatkan pada filter dengan ukuran 20,3 cm ⨯ 25,4 cm (8
in ⨯ 10 in) dan efisiensi penyaringan minimum 98,5 % setara
dengan porositas 0,3 μm pada kecepatan aliran 1,1
m3/menit sampai dengan 1,7 m3/menit selama 24 jam ± 1
jam. Jumlah partikel yang terakumulasi dalam filter dianalisa
secara gravimetri. Hasilnya ditampilkan dalam bentuk satuan
massa partikulat yang terkumpul per satuan volume contoh
uji udara yang diambil sebagai µg/Nm3.
Bahan
Filter Wadah penyimpan filter (filter
Secara umum pemilihan filter bergantung terhadap jacket)
kondisi lingkungan pengambilan contoh uji. Hal yang
penting untuk diperhatikan adalah penentuan Wadah penyimpan filter pada
seleksi dan pemakaian karakteristik filter. Adapun
beberapa macam filter yang umum digunakan umumnya terbuat dari kertas,
adalah sebagai berikut: penggunaan wadah plastik dapat
1. filter serat kaca (fiber glass);
menyebabkan pengaruh
2. filter serat kuarsa;
3. filter politetrafluoroetilena (PTFE) yang dilapisi
elektrostatis yang dapat menarik
serat kaca (fiber glass); dan filter membran partikel contoh uji menempel di
PTFE.
wadah.
CATATAN Contoh uji dengan partikel yang
mengandung banyak bahan organik gunakan filter
PTFE.
Alat
Persiapan filter
1. beri identitas pada filter;
2. simpan filter padaruangan yang sudah dikondisikan dengan temperatur 15 °C
sampai dengan 35 °C dan kelembaban relatif < 50 % serta biarkan selama 24 jam;
3. timbang lembaran filter dengan timbangan analitik (W1);

• CATATAN Bila digunakan desikator, maka penimbangan filter dilakukan hingga


didapatkan berat konstan, yaitu selisih penimbangan terakhir dan sebelumnya 4 %
atau 0,5 mg

4. simpan filter ke dalam wadah dengan lembaran antara (glassine) kemudian


bungkus dengan plastik selama tranportasi ke lapangan
Pengambilan contoh uji
1. tempatkan alat uji di posisi dan lokasi pengukuran menurut metoda penentuan
lokasi titik ambien sesuai SNI 19-7119.6;
2. tempatkan filter pada filter holder;
3. pasang inlet selektif PM2.5 / PM10;
4. lakukan pengambilan contoh uji selama 24 jam ± 1 jam dengan menyambungkan
pencatat waktu ke motor untuk mendeteksi kehilangan waktu karena gangguan
listrik kemudian hidupkan alat uji dan pantau laju alir udara setiap jam. Catat
waktu, tanggal, temperatur, tekanan barometer, serta laju alir, pastikan laju alir
udara berada pada rentang 1,1 m3/menit sampai dengan 1,7 m3/menit;
5. pindahkan filter secara hati-hati, jaga agar tidak ada partikel yang terlepas, lipat
filter dengan posisi contoh uji berada di bagian dalam lipatan. Simpan filter
tersebut ke dalam wadah penyimpan filter dan beri identitas.
• CATATAN 1
Bila filter sudah penuh dengan partikel, ditandai dengan turunnya laju alir < 1,1
m3/menit, ganti filter dan pengambilan contoh uji segera dilanjutkan.
• CATATAN 2
Aerosol cair, seperti minyak dan partikel sisa pembakaran yang tertinggal di filter
dapat menyebabkan filter yang digunakan menjadi basah dan rusak serta filtrasi
tidak terjadi dengan baik. Jika hal tersebut terjadi, segera ganti filter, filter lama
tetap diperlakukan sebagai contoh uji.
• CATATAN 3
Kemungkinan terjadinya kegagalan voltase atau padamnya listrik pada saat
pengambilan akan menyebabkan kesalahan, maka pencatatan laju alir dilakukan
secara berkala.
• CATATAN 4
Benda selain partikel seperti serangga yang tertangkap dalam filter akan
menambah berat. Pisahkan dengan menggunakan pinset.
Penimbangan contoh uji
1. simpan filter pada ruangan yang sudah dikondisikan dengan
temperatur 15 °C sampai dengan 35 °C dan kelembaban relatif < 50
% serta biarkan selama 24 jam;
2. timbang filter dan catat massanya (W2).

CATATAN Bila digunakan desikator, maka penimbangan filter dilakukan


hingga didapatkan berat konstan, yaitu selisih penimbangan terakhir
dan sebelumnya 4 % atau 0,5 mg.
Koreksi laju alir pada kondisi standar
Volume udara yang diambil
Konsentrasi PM2.5 / PM10
dalam udara ambien
Pengendalian mutu
1. Gunakan filter sesuai persyaratan.
2. Gunakan manometer atau pencatat laju alir,
termometer, barometer, dan neraca analitik yang
terkalibrasi.
3. Bila menggunakan genset sebagai sumber daya,
posisi genset ditempatkan minimum 20 m dengan
posisi down wind.
4. Pastikan HVAS yang digunakan layak pakai.
Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda
dekstruksi basah menggunakan
spektrofotometer serapan atom

SNI 19-7119.4-2005
Ruang lingkup
Standar ini digunakan untuk penentuan timbal di udara ambien dengan
menggunakan spektrofotometer serapan atom.
Lingkup pengujian ini meliputi:
1. persiapan contoh uji untuk analisa Pb dengan cara destruksi basah
dari partikel tersuspensi total (TSP) yang diukur dengan alat High
Volume Air Sampler (HVAS);
2. pemeriksaan contoh uji Pb dari TSP dengan metoda
spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 283,3
nm;
3. cara perhitungan konsentrasi Pb di udara ambien.
Prinsip
Partikel di udara ditangkap dengan menggunakan alat HVAS dan media
penyaring atau filter. Timbal yang terkandung di dalam partikel
tersuspensi tersebut didekstruksi dengan menggunakan pelarut asam,
kemudian diukur dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
KEBAUAN LINGKUNGAN
Bau :
Suatu rangsangan dari zat dan/atau senyawa yang diterima oleh indera
penciuman.
Sumber Bau atau Odoran :
Setiap zat atau unsur tunggal, senyawa dan/atau campuran berbagai
macam senyawa yang dapat menimbulkan rangsangan bau pada
keadaan tertentu.
Kebauan Lingkungan :
Bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu yang dapat
mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Metode Pengukuran Kebauan
Lingkungan Secara Manual
• Amoniak (NH3); SNI 19-7119.1 : 2005 Udara Ambien – Bagian 1 : Cara Uji Kadar Amoniak (NH3) dengan Metoda Indofenol
Menggunakan Spektrofotometer.

• Hidrogen Sulfida (H2S); SNI 7119.11 : 2007 Udara Ambien – Bagian II : Cara Uji Kadar Hidrogen Sulfida (H2S) Udara Ambien
dengan Metode Biru Metilen Secara Spektrofotometri.

• Metil Merkaptan (CH3SH); hingga saat artikel ini ditulis, SNI untuk pengukurannya belum ada namun alternatifnya bisa
menggunakan American Standard Testing and Material (ASTM) D2913 – 20 Standard Test Method for Mercaptant Content
of The Atmosphere.

• Metil Sulfida (((CH3)2)S); hingga saat artikel ini ditulis, SNI untuk pengukurannya belum ada namun alternatifnya bisa
menggunakan American Standard Testing and Material (ASTM) D5504 – 12 Standard Test Method for Determination of
Sulfur Compounds In Natural Gas and Gaseous Fuels by Gas Chromatography and Chemiluminescence.

• Stirena (C6H8CHCH2); hingga saat artikel ini ditulis, SNI untuk pengukurannya belum ada namun alternatifnya bisa
menggunakan American Standard Testing and Material (ASTM) D5135 – 16e1 Standard Test Method for Analysis of Styrene
by Capillary Gas Chromatography.
Baku Mutu Kebauan Lingkungan
paling tidak harus mengacu pada Kepmen LH Nomor 50 Tahun 1996
tentang Baku Tingkat Kebauan.
FREKUENSI DAN PERIODE
PENGUKURAN
Dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia tidak ada persyaratan atau
ketentuan mengenai frekuensi pengukuran udara
ambien dan kebauan lingkungan industri namun pada
umumnya, frekuensi pengukuran mengacu pada
ketentuan hasil analisis mengenai dampak lingkungan
bagi usaha dan/atau kegiatan (AMDAL atau RKL-RPL)
yang pada prinsipnya ditentukan berdasarkan beberapa
faktor pertimbangan, paling tidak yaitu faktor jumlah
penduduk, tingkat pencemaran dan keragamannya
(arah dan kecepatan angin, kelembaban dan suhu
udara, dll) serta kebijakan yang berlaku.
Metil Merkaptan (CH3SH)
Metil Merkaptan atau Methyl Mercaptan merupakan senyawa karbon
di udara dengan rumus kimia CH3SH. Gas ini tidak berwarna namun
berbau menyengat dan mudah terbakar serta mudah terlarut dalam air,
larut dalam pelarut organik dan juga dikenal sebagai methanethiol. Gas
beracun ini sering digunakan dalam kegiatan pulp and paper. Selain itu,
senyawa ini juga menjadi campuran gas LPG dengan tujuan alarm dini
dan keamanan
Pengambilan contoh uji
1. tempatkan alat uji di posisi dan lokasi pengukuran menurut metoda
penentuan lokasi titik ambien sesuai SNI 19-7119.6;
2. tempatkan filter pada filter holder;
3. lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dengan menyambungkan
pencatat waktu ke motor untuk mendeteksi kehilangan waktu karena
gangguan listrik kemudian hidupkan alat uji dan pantau laju alir udara
setiap jam. Catat waktu, tanggal, temperatur, tekanan barometer, serta
laju alir, pastikan laju alir udara berada pada 0.2 L/menit;
4. pindahkan filter secara hati-hati, jaga agar tidak ada partikel yang terlepas,
lipat filter dengan posisi contoh uji berada di bagian dalam lipatan.
Simpan filter tersebut ke dalam wadah penyimpan filter dan beri identitas.
Metil Sulfida (((CH3)2)S)
1. tempatkan alat uji di posisi dan lokasi pengukuran menurut metoda
penentuan lokasi titik ambien sesuai SNI 19-7119.6;
2. tempatkan carcoal pada air sampler;
3. lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dengan
menyambungkan pencatat waktu ke motor untuk mendeteksi
kehilangan waktu karena gangguan listrik kemudian hidupkan alat uji
dan pantau laju alir udara setiap jam. Catat waktu, tanggal,
temperatur, tekanan barometer, serta laju alir, pastikan laju alir udara
berada pada 0.2 L/menit;
4. Simpan carcoal tersebut ke dalam wadah penyimpan dan beri
identitas.
Stirena (C6H8CHCH2)
• Stirena, juga dikenal dengan etenilbenzena, vinil
benzena dan feniletena adalah senyawa organik dengan rumus
molekul C6H5CH=CH2. Senyawa turunan benzena ini berbentuk cairan
seperti minyak tak berwarna yang mudah menguap dengan bau
manis, meskipun menjadi sedikit busuk pada konsentrasi tinggi.
Stirena adalah bahan dasar polistirena dan beberapa kopolimer.
Sekitar 25 juta ton (55 miliar pound) stirena diproduksi tahun 2010.
Pengambilan contoh uji
1. tempatkan alat uji di posisi dan lokasi pengukuran menurut
metoda penentuan lokasi titik ambien sesuai SNI 19-7119.6;
2. tempatkan carcoal pada air sampler;
3. lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dengan
menyambungkan pencatat waktu ke motor untuk
mendeteksi kehilangan waktu karena gangguan listrik
kemudian hidupkan alat uji dan pantau laju alir udara setiap
jam. Catat waktu, tanggal, temperatur, tekanan barometer,
serta laju alir, pastikan laju alir udara berada pada 0.2
L/menit;
4. Simpan carcoal tersebut ke dalam wadah penyimpan dan
beri identitas.

Anda mungkin juga menyukai