•Ruang Lingkup
Standar ini untuk menentukan titik pengambilan contoh uji kualitas
udara ambien, meliputi:
Pemilihan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan
kualitas udara ambien.
Penempatan peralatan pengambil contoh uji pemantauan
kualitas udara ambien sesaat dan kontinyu
Prinsip Cara Penentuan Lokasi
Pengambilan Contoh Uji
Dalam penentuan lokasi pengambilan contoh uji, yang perlu diperhatikan adalah
bahwa data yang diperoleh harus dapat mewakili daerah yang sedang dipantau
dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Titik pemantauan kualitas udara ambien ditetapkan dengan mempertimbangkan :
a) faktor meteorologi (arah angin, kecepatan angin, kelembaban, tekanan
barometer, dan temperatur),
b) faktor geografi seperti topografi, dan
c) tata guna lahan.
Kriteria penentuan lokasi
pemantauan kualitas udara ambien
Area dengan konsentrasi pencemar tinggi. Satu atau lebih stasiun pemantau
mungkin dibutuhkan di sekitar daerah yang emisinya besar.
Area dengan kepadatan penduduk tinggi. Daerah-daerah dengan kepadatan
penduduk yang tinggi, terutama ketika terjadi pencemaran yang berat.
Di daerah sekitar lokasi penelitian yang diperuntukkan untuk kawasan studi
maka stasiun pengambil contoh uji perlu ditempatkan di sekeliling
daerah/kawasan.
Di daerah proyeksi. Untuk menentukan efek akibat perkembangan mendatang
dilingkungannya, stasiun perlu juga ditempatkan di daerah-daerah yang
diproyeksikan.
Mewakili seluruh wilayah studi. Informasi kualitas udara di seluruh wilayah studi
harus diperoleh agar kualitas udara diseluruh wilayah dapat dipantau (dievaluasi)
Persyaratan pemilihan lokasi
pengambilan contoh uji
•Petunjuk pemilihan titik sampling:
Hindari tempat yang dapat merubah konsentrasi akibat adanya absorpsi, atau
adsorpsi (seperti dekat dengan gedung-gedung atau pohon-pohonan).
Hindari tempat dimana pengganggu kimia terhadap
• bahan pencemar yang akan diukur dapat terjadi:
emisi dari kendaraan bermotor dapat mengotori pada saat mengukur
ozon,
amoniak dari pabrik refrigerant dapat mengotori pada saat mengukur
gas asam
Persyaratan pemilihan lokasi
pengambilan contoh uji
Hindari tempat dimana pengganggu fisika dapat menghasilkan suatu
hasil yang mengganggu pada saat mengukur debu (partikulat matter)
tidak boleh dekat dengan incinerator baik domestik maupun komersial,
gangguan listrik terhadap peralatan pengambil contoh uji dari jaringan
listrik tegangan tinggi
Letakkan peralatan di daerah dengan gedung/bangunan
kecepatan angin,
kelembaban, dan
temperatur.
tertinggi
Lokasi stasiun pemantau yang relatif jauh dari bangunan atau pohon
tertinggi
Ketentuan lokasi stasiun pemantau
yang relatif dekat bangunan atau pohon
tertinggi
Tinggi probe alat pemantau minimal 2,5 kali dari tinggi bangunan
atau pohon tertinggi dan membentuk sudut 30o terhadap terhadap
bangunan atau pohon tertinggi.
Minimal 2 meter lebih tinggi dari bangunan atau pohon tertinggi
di sekitarnya.
Tinggi lokasi stasiun pemantau kondisi meteorologis
minimal 10 meter dari permukaan tanah.
Lokasi peralatan pemantau meteorologis yang
relatif dekat bangunan atau pohon tertinggi
Keterangan:
a. tinggi shelter + 0, 5 m (minimal 3 m)
b. minimal 2,5 kali tinggi sampel inlet udara (min. 10 m)
Ketentuan lokasi stasiun pemantau yang relatif
jauh dari bangunan atau pohon tertinggi
(jarak stasiun ke bangunan atau pohon tertinggi
minimal 10 kali tinggi bangunan atau pohon
tertinggi)
Keterangan:
a. tinggi shelter + 0, 5 m (minimal 3 m);
b. minimal 2,5 kali tinggi sampel inlet udara (min.10 m);
h1 tinggi pohon;
h2 tinggi rumah atau bangunan.
Penentuan Lokasi Pengambilan
Contoh Uji Pemantauan Kualitas
Udara Ambient Roadside
SNI 19-7119.9-2005
Titik sampling road side
Stasiun pemantauan roadside adalah tipe stasiun hotspot yang
berlokasi di daerah yang sangat tajam konsentrasi polutannya
dibandingkan dari daerah lainnya. Lokasi seperti itu tidak dapat dipakai
sebagai stasiun background dari area perkotaan. Lokasi tersebut lebih
baik dipakai sebagai gambaran pengukuran dalam konteks panjang
jalan.
Stasiun yang cocok untuk perbandingan dengan jalan yang lain
harus ditempatkan pada sekitar 100 meter atau lebih di lokasi pusat
kota dan sekitar 1000 meter atau lebih di pinggir kota/daerah lainnya.
Lokasi/situasi seperti itu harus jauh dari persimpangan jalan (sedikitnya
25 meter), untuk menghindari pengaruh dari jalan lain yang hasil
pengukurannya tidak dapat digunakan sebagai pembanding.
Lokasi dari stasiun tersebut harus digambarkan secara jelas untuk
parameter-parameter di bawah ini, dan perbandingan hanya dapat
dilakukan pada stasiun-stasiun dengan nilai yang setara untuk setiap
parameternya.
a) Stasiun Kerbside:
Jarak dari tengah atau pinggir jalan harus diketahui.
Jarak antara bangunan pada masing-masing sisi jalan (bila ada), dan tinggi
dari bangunan harus diketahui.
Kepadatan lalu lintas harus diketahui (dihitung dengan hasil rata-rata harian
per- tahun atau Annual Average Daily Traffic (AADT), demikian juga kecepatan
dan komposisi kendaraan (misalnya; persentase kendaraan berat/truk).
b) Stasiun Roadside selain dari kerbside
Untuk jenis stasiun ini (misalnya; persimpangan jalan, pedestrian dekat
lalulintas), lingkungan sekitar bisa sangat berbeda sehingga
perbandingan langsung antara stasiun mungkin kurang berarti. Dalam
beberapa kasus, peta yang menunjukkan lokasi sekitarnya secara detail
dengan data aliran lalulintas yang dominan pada jalan tersebut harus
disiapkan
c) Klasifikasikan tipe jalan (lebar, sempit, canyon, toll atau yang lainnya,
seperti persimpangan jalan, halte, perparkiran dan lain-lain).
d) Ukur kepadatan lalu lintas dari jalan yang akan disampling.
e) Klasifikasikan kepadatan lalulintas (dalam 3 kelas: kurang dari 2000,
2000 – 10000, dan lebih dari 10000 kendaraan per hari).
f) Ukur kecepatan rata-rata kendaraan.
Persyaratan penempatan alat pengambilan
contoh uji
1. Pilih lokasi pengambilan contoh uji di stasiun roadside.
2. Tempatkan alat pengambil contoh uji yang alirannya bebas.
3. Tempatkan alat pengambil contoh uji pada lokasi yang tidak terpengaruh oleh peristiwa adsorpsi
maupun absorpsi.
4. Hindari tempat yang secara kimiawi dapat merubah polutan yang akan diukur (sungai yang
tercemar berat, pedagang-pedagang dipinggir jalan
5. Tempatkan alat pengambil contoh uji di tempat yang aman yang bebas dari pengganggu fisika.
sebagai contoh pada saat mengukur debu / partikulat dekat dengan incinerator baik domestik
maupun komersial, gangguan listrik terhadap peralatan pengambil contoh uji dari jaringan listrik
tegangan tinggi.
6. Hindari daerah yang rawan kerusuhan, bencana alam seperti banjir.
7. Perhatikan tipe jalan (lebar, sempit, canyon atau jalan tol, demikian juga persimpangan jalan,
perhentian kendaraan)
8. Hindari lokasi dengan arah angin dominan sepanjang jalan yang tidak akan membawa polutan
Langkah-langkah pengambilan contoh uji
1. Tempatkan peralatan pengambil contoh uji pada lokasi yang
mempunyai prasarana seperti listrik.
2. Tempatkan peralatan pengambil contoh uji di daerah terbuka
(gedung atau bangunan yang rendah dan saling berjauhan).
3. Penempatan peralatan berjarak 1 m sampai dengan 5 m dari
pinggir jalan yang akan diambil contoh uji dan pada ketinggian 1,5
m sampai dengan 3 m dari permukaan jalan.
4. Ukur kepadatan lalulintas dari jalan yang akan diambil contoh uji
kemudian dikategorikan kepadatan lalulintas (kurang 2000, 2000 -
10000 dan lebih dari 10000 kendaraan per hari).
Cara uji
kadar amon iak (NH3) dengan
metoda indofenol menggunakan
spektrofoto meter
SNI 19-7119.1-2005
Ruang lingkup
Standar ini digunakan untuk penentuan amoniak di udara ambien
menggunakan spektrofotometer dengan metoda indofenol.
CATATAN Prefilter sebelum digunakan dicuci terlebih dahulu dengan air suling
dan dikeringkan.
Perhitungan Volum contoh uji
udara yang diambil
Peralatan
1. peralatan pengambilan contoh uji 9. spektrofotometer;
amoniak seperti Gambar 2, (setiap unit 10. timbangan analitik dengan ketelitian 0,1
peralatan disambung dengan selang mg;
silikon dan tidak mengalami kebocoran);
11. buret 50 mL;
2. prefilter;
12. labu erlenmeyer 250 mL;
3. labu ukur 100 mL; dan 1000 mL;
13. kaca arloji;
4. pipet volumetrik 0,5 mL; 1 mL; 5 mL dan
20 mL; 14. desikator;
5. pipet mikro 1 mL; 15. oven;
6. gelas ukur 100 mL; 16. termometer;
7. gelas piala 100 mL; 500 mL; 1000 mL dan 17. barometer;
2000 mL; 18. penangas air.
8. tabung uji 25 mL;
UJI KADAR H2S UDARA
AMBIENDENGAN METODE
BIRU METILEN SECARA
SPEKTROFOTOMETER
SNI 7119-2:2017
Prinsip
Gas nitrogen dioksida dijerap dalam
larutan Griess-Saltzman sehingga
membentuk suatu senyawa azo dye
berwarna merah muda. Konsentrasi
larutan ditentukan segera (kurang dari 1
jam) secara spektrofotometri pada panjang
gelombang 550 nm
Larutan Penjerap
1. hablur asam sulfanilat (H2NC6H4SO3H);
2. larutan asam asetat glasial (CH3COOH pekat);
3. air bebas mineral;
4. natrium nitrit (NaNO2)
5. larutan induk N-(1-naftil)-etilendiamin dihidroklorida (NEDA,
C12H16Cl2N2);
1. larutkan 0,1 g NEDA dengan air bebas mineral ke dalam labu ukur
100 mL, kemudian encerkan dengan air bebas mineral sampai
tanda tera lalu homogenkan;
2. larutan tersebut dipindahkan ke dalam botol coklat dan simpan di
lemari pendingin.
SNI 19-7119.7-2005
Prinsip
Gas sulfur dioksida (SO2) diserap dalam larutan penjerap
tetrakloromerkurat membentuk senyawa kompleks
diklorosulfonatomerkurat. Dengan menambahkan larutan pararosanilin
dan formaldehida, kedalam senyawa diklorosulfonatomerkurat maka
terbentuk senyawa pararosanilin metil sulfonat yang berwarna ungu.
Konsentrasi larutan di ukur pada panjang gelombang 550 nm.
Larutan penjerap
tetrakloromerkurat (TCM) 0,04 M
1. Larutkan 10,86 g merkuri (II) klorida (HgCl2) dengan 800
mL air suling ke dalam gelas piala 1000 mL.
2. Tambahkan berturut-turut 5,96 g kalium klorida (KCl) dan
0,066 g EDTA[(HOCOCH2)2N(CH2)2N(CH2COONa)2. 2HO],
lalu aduk sampai homogen.
3. Pindahkan ke dalam labu ukur 1000 mL, encerkan dengan
air suling hingga tanda tera lalu homogenkan.
CATATAN Pembuatan larutan penjerap ini stabil sampai 6 bulan jika tidak terbentuk endapan.
Pengambilan contoh uji
selama 1 jam
1. Susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada gambar 2.
2. Masukkan larutan penjerap SO2 sebanyak 10 mL ke masing-masing botol
penjerap. Atur botol penjerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari
langsung.
3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,5 L/menit sampai 1
L/menit, setelah stabil catat laju alir awal F1 (L/menit).
4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dan catat temperatur dan
tekanan udara.
5. Setelah 1 jam, catat laju alir akhir F2 (L/menit) dan kemudian matikan pompa
penghisap.
6. Diamkan selama 20 menit setelah pengambilan contoh uji untuk
menghilangkan
CATATAN pengganggu.
Contoh uji dapat stabil selama 24 jam, jika
disimpan pada suhu 5°C dan terhindar dari sinar matahari.
Pengambilan contoh uji
selama 24 jam
1. Susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada gambar 3.
2. Masukkan larutan penjerap SO2 sebanyak 50 mL ke masing-masing botol
penjerap. Atur botol penjerap agar terlindung dari hujan dan sinar matahari
langsung.
3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur kecepatan alir 0,2 L/menit, setelah
stabil catat laju alir awal F1 (L/menit).
4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 24 jam dan catat temperatur dan
tekanan udara.
5. Setelah 24 jam, catat laju alir akhir F2 (L/menit) dan kemudian matikan pompa
penghisap.
6. Diamkan selama 20 menit setelah pengambilan contoh uji untuk menghilangkan
pengganggu.
Volume contoh uji udara
yang diambil
uji kadar oksidan dengan
metoda neutral buffer
kalium iodida (NBKI)
menggunakan
spektrofotometer
SNI 19-7119.8-2005
Prinsip
Oksidan dari udara ambien yang telah
dijerap oleh larutan NBKI dan bereaksi
dengan ion iodida membebaskan iod (I2)
yang berwarna kuning muda.
Konsentrasi larutan ditentukan secara
spektrofotometri pada panjang
gelombang 352 nm.
Larutan penjerap oksidan
1. Larutkan 10 g kalium iodida (KI) dalam 200 mL air suling.
2. Pada tempat yang lain larutkan 35,82 g dinatrium hidrogen fosfat
dodekahidrat (Na2HPO4.12H20) dan 13,6 g kalium dihidrogen fosfat
(KH2PO4) dengan 500 mL air suling dalam gelas piala.
3. Tambahkan larutan kalium iodida sebagai larutan penyangga sambil
diaduk sampai homogen.
4. Encerkan larutan ini sampai volum 1000 mL dalam labu ukur dan
diamkan selama paling sedikit 1 hari.
5. Kemudian atur pH pada 6,8 ± 0,2 menggunakan larutan natrium
hidroksida
CATATAN 35,82 g Na(NaOH)
HPO .12H1%
2 4 (b/v)
0 dapat
2 atau
diganti asam
dengan 14,2 fosfat (H PO ) 1% (b/v).
3 4
g dinatrium hidrogen fosfat (Na2HPO4).
Pengambilan contoh uji
1. Susun peralatan pengambilan contoh uji seperti pada gambar 1.
2. Masukkan larutan penjerap sebanyak 10 mL ke dalam botol penjerap. Atur atau
tempatkan botol penjerap sedemikian rupa sehingga terhalang dari hujan dan terik
matahari langsung.
3. Hidupkan pompa penghisap udara dan atur laju alir 0,5 L/menit sampai 3 L/menit,
setelah stabil catat sebagai laju alir awal (F1).
4. Lakukan pengambilan contoh uji selama 30 menit dan catat temperatur dan
tekanan udara.
5. Setelah 30 menit catat sebagai laju alir akhir (F2) dan kemudian matikan pompa
penghisap.
CATATAN Agar diperoleh konsentrasi oksidan yang optimal,
maka pengambilan contoh uji harus dilakukan pada saat siang
hari dengan rentang waktu antara jam 11.00 sampai 15.00
Volume contoh uji udara yang diambil
Jaminan mutu dan pengendalian
mutu
Jaminan mutu
1. Gunakan bahan kimia berkualitas (p.a.)
2. Gunakan alat gelas yang terkalibrasi dan bebas kontaminasi.
3. Gunakan alat ukur laju alir (flow meter), termometer,
barometer dan alat spektrofotometer yang terkalibrasi.
4. Hindari terjadinya penguapan yang berlebihan dari larutan
penjerap dalam botol penjerap, maka gunakan aluminium foil
atau boks pendingin sebagai pelindung terhadap matahari.
5. Hindari pengambilan contoh uji pada saat hujan.
Pengendalian mutu
1. Uji blanko
a) Uji blanko laboratorium
Menggunakan larutan penjerap sebagai contoh uji (blanko) dan dikerjakan
sesuai dengan penentuan contoh uji untuk mengetahui kontaminasi, baik
terhadap pereaksi yang digunakan maupun terhadap tahap-tahap selama
penentuan di laboratorium.
b) Uji blanko lapangan
Menggunakan larutan penjerap sebagai contoh uji (blanko) dan dikerjakan
sesuai dengan penentuan contoh uji untuk mengetahui kontaminasi, baik
terhadap pereaksi yang digunakan maupun terhadap tahap-tahap selama
penentuan di lapangan.
2. Linearitas kurva kalibrasi
Koefisien korelasi (r) lebih besar atau sama dengan 0,998 (atau sesuai
dengan kemampuan laboratorium yang bersangkutan) dengan
intersepsi lebih kecil atau sama dengan batas deteksi. Koefisien
korelasi (r) lebih besar atau sama dengan 0,998 (atau sesuai dengan
kemampuan laboratorium yang bersangkutan) dengan intersepsi
lebih kecil atau sama dengan batas deteksi.
CATATAN Jaminan dan pengendalian mutu diberlakukan sesuai dengan kebijaksanaan laboratorium yang
bersangkutan.
SNI 19-7119.3-2005
CATATAN 2
Aerosol cair, seperti minyak dan partikel sisa pembakaran yang tertinggal di filter dapat menyebabkan filter
yang digunakan menjadi basah dan menyebabkan filter rusak dan filtrasi tidak terjadi dengan baik.
CATATAN 3
Senyawa dari gas atau uap yang bersifat reaktif dan terserap pada filter akan tertimbang sebagai senyawa
partikulat.
CATATAN 4
Bila filter sudah penuh dengan debu (ditandai dengan turunnya laju alir atau lebih dari 50%) maka filter diganti
CATATAN 5
Kemungkinan terjadinya kegagalan voltase atau padamnya listrik pada saat pengambilan akan menyebabkan
kesalahan, maka diharapkan pencatatan kontinyu dari laju alir.
Persiapan contoh uji
1. Tandai filter untuk identifikasi.
2. Kondisikan filter pada desikator (kelembaban 50%)
atau di ruangan terkondisi (AC) dan biarkan selama
24 jam.
3. Timbang lembaran filter dengan timbangan analitik
(W1).
4. Filter dibungkus dalam kotak dengan lembaran
antara (glassine) dan bungkus dengan plastik
selama tranportasi ke lapangan.
Pengujian contoh uji
1. Kondisikan filter pada desikator (kelembaban 50%) atau di ruangan
terkondisi (AC) dan biarkan selama 24 jam.
2. Timbang filter sampai diperoleh berat tetap (W2).
Perhitungan
Jaminan mutu dan
pengendalian mutu
Jaminan mutu
1. Gunakan bahan kimia berkualitas murni (pa).
2. Gunakan alat gelas yang terkalibrasi dan bebas kontaminasi.
3. Gunakan alat ukur laju alir (flow meter), termometer, barometer
dan alat spektrofotometer yang terkalibrasi.
4. Hindari terjadinya penguapan yang berlebihan dari larutan penjerap
dalam botol penjerap, maka gunakan alumunium foil atau boks
pendingin sebagai pelindung terhadap matahari.
5. Hindari pengambilan contoh uji pada saat hujan.
Pengendalian mutu
Pengendalian mutu
dilakukan terhadap analisa
gravimetrik, dimana
penimbangan dilakukan
sebelum dan sesudah
pengambilan contoh uji
dengan hasil simpangan
masing-masing di bawah
5%.
Cara uji partikel Cara uji partikel
dengan ukuran ≤ dengan ukuran ≤
2,5 μm(PM2,5) 10 μm(PM10)
SNI 19-7119.4-2005
Ruang lingkup
Standar ini digunakan untuk penentuan timbal di udara ambien dengan
menggunakan spektrofotometer serapan atom.
Lingkup pengujian ini meliputi:
1. persiapan contoh uji untuk analisa Pb dengan cara destruksi basah
dari partikel tersuspensi total (TSP) yang diukur dengan alat High
Volume Air Sampler (HVAS);
2. pemeriksaan contoh uji Pb dari TSP dengan metoda
spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 283,3
nm;
3. cara perhitungan konsentrasi Pb di udara ambien.
Prinsip
Partikel di udara ditangkap dengan menggunakan alat HVAS dan media
penyaring atau filter. Timbal yang terkandung di dalam partikel
tersuspensi tersebut didekstruksi dengan menggunakan pelarut asam,
kemudian diukur dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
KEBAUAN LINGKUNGAN
Bau :
Suatu rangsangan dari zat dan/atau senyawa yang diterima oleh indera
penciuman.
Sumber Bau atau Odoran :
Setiap zat atau unsur tunggal, senyawa dan/atau campuran berbagai
macam senyawa yang dapat menimbulkan rangsangan bau pada
keadaan tertentu.
Kebauan Lingkungan :
Bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu yang dapat
mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Metode Pengukuran Kebauan
Lingkungan Secara Manual
• Amoniak (NH3); SNI 19-7119.1 : 2005 Udara Ambien – Bagian 1 : Cara Uji Kadar Amoniak (NH3) dengan Metoda Indofenol
Menggunakan Spektrofotometer.
• Hidrogen Sulfida (H2S); SNI 7119.11 : 2007 Udara Ambien – Bagian II : Cara Uji Kadar Hidrogen Sulfida (H2S) Udara Ambien
dengan Metode Biru Metilen Secara Spektrofotometri.
• Metil Merkaptan (CH3SH); hingga saat artikel ini ditulis, SNI untuk pengukurannya belum ada namun alternatifnya bisa
menggunakan American Standard Testing and Material (ASTM) D2913 – 20 Standard Test Method for Mercaptant Content
of The Atmosphere.
• Metil Sulfida (((CH3)2)S); hingga saat artikel ini ditulis, SNI untuk pengukurannya belum ada namun alternatifnya bisa
menggunakan American Standard Testing and Material (ASTM) D5504 – 12 Standard Test Method for Determination of
Sulfur Compounds In Natural Gas and Gaseous Fuels by Gas Chromatography and Chemiluminescence.
• Stirena (C6H8CHCH2); hingga saat artikel ini ditulis, SNI untuk pengukurannya belum ada namun alternatifnya bisa
menggunakan American Standard Testing and Material (ASTM) D5135 – 16e1 Standard Test Method for Analysis of Styrene
by Capillary Gas Chromatography.
Baku Mutu Kebauan Lingkungan
paling tidak harus mengacu pada Kepmen LH Nomor 50 Tahun 1996
tentang Baku Tingkat Kebauan.
FREKUENSI DAN PERIODE
PENGUKURAN
Dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia tidak ada persyaratan atau
ketentuan mengenai frekuensi pengukuran udara
ambien dan kebauan lingkungan industri namun pada
umumnya, frekuensi pengukuran mengacu pada
ketentuan hasil analisis mengenai dampak lingkungan
bagi usaha dan/atau kegiatan (AMDAL atau RKL-RPL)
yang pada prinsipnya ditentukan berdasarkan beberapa
faktor pertimbangan, paling tidak yaitu faktor jumlah
penduduk, tingkat pencemaran dan keragamannya
(arah dan kecepatan angin, kelembaban dan suhu
udara, dll) serta kebijakan yang berlaku.
Metil Merkaptan (CH3SH)
Metil Merkaptan atau Methyl Mercaptan merupakan senyawa karbon
di udara dengan rumus kimia CH3SH. Gas ini tidak berwarna namun
berbau menyengat dan mudah terbakar serta mudah terlarut dalam air,
larut dalam pelarut organik dan juga dikenal sebagai methanethiol. Gas
beracun ini sering digunakan dalam kegiatan pulp and paper. Selain itu,
senyawa ini juga menjadi campuran gas LPG dengan tujuan alarm dini
dan keamanan
Pengambilan contoh uji
1. tempatkan alat uji di posisi dan lokasi pengukuran menurut metoda
penentuan lokasi titik ambien sesuai SNI 19-7119.6;
2. tempatkan filter pada filter holder;
3. lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dengan menyambungkan
pencatat waktu ke motor untuk mendeteksi kehilangan waktu karena
gangguan listrik kemudian hidupkan alat uji dan pantau laju alir udara
setiap jam. Catat waktu, tanggal, temperatur, tekanan barometer, serta
laju alir, pastikan laju alir udara berada pada 0.2 L/menit;
4. pindahkan filter secara hati-hati, jaga agar tidak ada partikel yang terlepas,
lipat filter dengan posisi contoh uji berada di bagian dalam lipatan.
Simpan filter tersebut ke dalam wadah penyimpan filter dan beri identitas.
Metil Sulfida (((CH3)2)S)
1. tempatkan alat uji di posisi dan lokasi pengukuran menurut metoda
penentuan lokasi titik ambien sesuai SNI 19-7119.6;
2. tempatkan carcoal pada air sampler;
3. lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dengan
menyambungkan pencatat waktu ke motor untuk mendeteksi
kehilangan waktu karena gangguan listrik kemudian hidupkan alat uji
dan pantau laju alir udara setiap jam. Catat waktu, tanggal,
temperatur, tekanan barometer, serta laju alir, pastikan laju alir udara
berada pada 0.2 L/menit;
4. Simpan carcoal tersebut ke dalam wadah penyimpan dan beri
identitas.
Stirena (C6H8CHCH2)
• Stirena, juga dikenal dengan etenilbenzena, vinil
benzena dan feniletena adalah senyawa organik dengan rumus
molekul C6H5CH=CH2. Senyawa turunan benzena ini berbentuk cairan
seperti minyak tak berwarna yang mudah menguap dengan bau
manis, meskipun menjadi sedikit busuk pada konsentrasi tinggi.
Stirena adalah bahan dasar polistirena dan beberapa kopolimer.
Sekitar 25 juta ton (55 miliar pound) stirena diproduksi tahun 2010.
Pengambilan contoh uji
1. tempatkan alat uji di posisi dan lokasi pengukuran menurut
metoda penentuan lokasi titik ambien sesuai SNI 19-7119.6;
2. tempatkan carcoal pada air sampler;
3. lakukan pengambilan contoh uji selama 1 jam dengan
menyambungkan pencatat waktu ke motor untuk
mendeteksi kehilangan waktu karena gangguan listrik
kemudian hidupkan alat uji dan pantau laju alir udara setiap
jam. Catat waktu, tanggal, temperatur, tekanan barometer,
serta laju alir, pastikan laju alir udara berada pada 0.2
L/menit;
4. Simpan carcoal tersebut ke dalam wadah penyimpan dan
beri identitas.