5.4 Prinsip
Oksidan dari udara ambient yang telah diserap oleh larutan penyerap NBKI dan bereaksi
dengan ion iodide membebaskan iod (I2) yang berwarna kuning muda. Konsentrasi larutan
ditentukan secara spektrofotometer pada panjang gelombang 352 nm.
5.5 Pereaksi
b. Pada tempat yang lain larutkan 35,82 g dinatrium hydrogen fosfat dodekahidrat
(Na2HPO4.12H2O) dan 13,6 kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) dengan 500 mL air
suling dalam gelas piala.
c. Tambahkan larutan kalium iodide sebagai larutan penyangga sambil diaduk sampai
homogen.
d. Encerkan ini sampai volume 1000 mL dalam labu ukur dan diamkan selama paling
sedikit 1 hari.
e. Kemudian atur pH pada 6,8 0,2 menggunakan larutan natrium hidroksida (NaOH)
1% (b/v) atau asam fosfat (H3PO4) 1% (b/v).
CATATAN : 35,82 g Na2HPO4.12H2O dapat diganti dengan 14,2 g dinatrium hidrogen fosfat (Na 2HPO4).
a. Masukkan berturut-turut 16 g KI dan 3,173 g kristal I2 ke dalam labu ukur 500 mL.
b. Larutkan dengan air suling dan tepatkan isi labu hingga tanda tera lalu homogenkan.
b. Pindahkan ke dalam labu ukur 1000 ml kemudian tapatkan dengan air suling dan
homogenkan.
5.6 Peralatan
a). Peralatan pengambilan contoh uji oksidan
b). Labu ukur 100 mL; 500 mL dan 1000 mL
c). Pipet volumetric 0,5 mL ; 1 mL ; 2 mL ; 25 mL dan 50 mL.
d). Gelas ukur 100 mL
e). Gelas piala 100 mL dan 1000 mL
f). Tabung uji 10 mL
g). Spektrofotometer
h). Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg.
i). Buret 50 mL
j). Labu erlenmeyer 250 mL.
k). Desikator
l). Oven
m). Thermometer dan
n). Barometer
CATATAN : Agar diperoleh konsentrasi oksidan yang optimal, maka pengambilan contoh uji harus
dilakukan pada saat siang hari dengan rentang waktu antara jam 11.00 sampai 15.00.
a. Larutkan 0,35 g kalium iodat yang telah dipanaskan pada suhu 180oC selama 2 jam
ke dalam labu ukur 100 mL dan tambahkan air suling sampai tanda tera.
e. Tambahkan 5 mL indicator kanji dan lanjutkan titrasi sampai titik akhir (warna biru
tepat hilang). Catat volum larutan penitar yang diperlukan.
Dengan pengertian :
N1 = Konsentrasi larutan natrium thiosulfat
B = Bobot KIO3 dalam 100 mL air suling (g)
Vb = Volume larutan KIO3 yang digunakan dalam titrasi (mL)
V1 = Volume larutan natrium thiosulfat hasil titrasi (mL)
35,67 = Bobot ekivalen KIO3
100 = Volume larutan KIO3 yang dibuat dalam labu ukur 100 mL
1000 = Konversi liter (L) ke mL
c. Titrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N sampai warna larutan kuning muda
kemudian tambahkan 3 tetes indicator kanji, lanjutkan titrasi sampai warna larutan
biru muda. Catat volume larutan penitar yang diperlukan.
N 1 x V1
N2 =
V2
Dengan pengertian :
N1 = Konsentrasi larutan natrium thiosulfat (N)
N2 = Konsentrasi larutan iod (N)
V1 = Volume larutan natrium thiosulfat hasil titrasi (mL)
V2 = Volume larutan iod yang di titrasi (mL)
5.10 Perhitungan
Jumlah (g) oksidan (dihitung sebagai ozon) dalam 1 mL larutan Iod yang digunakan
dalam pembuatan kurva kalibrasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
O3 = 16 x N2
Dengan pengertian :
Volume contoh uji udara yang diambil dikoreksi pada kondisi normal (25oC, 760
mmHg) dengan rumus sebagai berikut :
F1 F2 P 298
V = x t x a x
2 Ta 760
Dengan pengertian :
V = Volume udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal 25oC, 760 mmHg.
F1 = Laju alir awal (L/menit)
F2 = Laju alir akhir (L/menit)
t = waktu sampling (menit)
Pa = Tekanan baromater rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmHg)
Ta = Temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji (oK)
298 = Konversi temperatur pada kondisi normal (25oC) ke dalam Kelvin
760 = Tekanan udara standar (mmHg)
Dengan pengertian :
Koefisien korelasi (r) lebih besar atau sama dengan 0,998 (atau sesuai dengan
kemampuan laboratorium yang bersangkutan) dengan intersepsi lebih kecil atau sama
dengan batas deteksi.
CATATAN : Jaminan dan pengendalian mutu diberlakukan sesuai dengan kebijaksanaan laboratorium
yang bersangkutan.
5.12 Pelaporan