Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Liana Agustiani
201030700202
02FKKP005
TANGERANG SELATAN
2021
Nama : Liana Agustiani
NIM : 201030700202
Kelas : FKKP005
A. Tujuan Prakrikum
B. Teori Dasar
Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodin sebagai pentiter
dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari sistem iodin-iodida di mana
sebagai indikator larutan kanji. Titrasi dilakukan dalam suasana netral sedikit asam (pH 5
- 8) (Mei Zega, 17: 2009).
Prinsip dasar dari iodometri adalah titrasi reduksi-oksidasi (redoks) berdasarkan pada
perpindahan elektron yang terjadi antar titran dengan analis. Jenis titrasi ini menggunakan
potensiometri untuk mendeteksi titik akhirnya. Dalam Farmakope Indonesia, titrasi iodimetri
digunakan untuk menetapkan kadar asam askorbat, natrium tiosulfat, metampiron (antalgin),
serta sediaan-sediaan injeksi.
Pada titrasi iodimetri digunakan larutan iodin sebagai larutan titer. Larutan iodin sukar
larut dalam air tetapi mudah larut dalam kalium iodida pekat. Larutan titer iodin dibuat
dengan melarutkan iodin ke dalam larutan KI pekat. Larutan ini dibakukan dengan arsen (III)
oksida atau larutan baku natrium tiosulfat (Mei Zega, 18: 2009).
Vitamin C atau L- asam askorbat merupakan senyawa bersifat asam dengan rumus
empiris C6H8O6 (berat molekul = 176,12 g/mol). Kegunaan Vitamin C adalah sebagai
antioksidan dan berfungsi penting dalam pembentukan kolagen, membantu penyerapan zat besi,
serta membantu memelihara pembuluh kapiler, tulang, dan gigi. Konsumsi dosis normal Vitamin
C 60 – 90 mg/hari. Vitamin C banyak terkandung pada buah dan sayuran segar. (Anggi
Pratama,1).
Iodimetri merupakan titrasi langsung dengan menggunakan baku iodin (I2) dan digunakan
untuk analisis kuantitatif senyawa - senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih
kecil daripada system iodium - iodida sebagaimana persamaan di atas atau dengan kata lain
digunakan untuk senyawa - senyawa yang bersifat reduktor yang cukup kuat seprti vitamin
C, tiosulfat, arsenit, sulfide, sulfit, stibium (III), timah (II), dan ferosianida. Daya
mereduksi dari berbagai macam zat ini tergantung pada konsentrasi ion hydrogen, dan
hanya dengan penyesuaian pH dengan tepat yang dapat menghasilkan reaksi dengan
iodium secara kuantitatif (Achmad Mursyidi, 250: 2007).
1. Oksigen error, terjadi jika dalam larutan asam, maka oksigen dari udara akan mengoksidasi
Iodida menjadi Iod (kesalahan makin besar dengan meningkatnya asam). Oksigen di udara dapat
menyebabkan hasl titrasi terlalu tinggi. Reaksi yang terjadi : O2 + 4I- + 4H+→2I2 + 2H2O
2. Pemberian kanji terlalu awal akan menyebabkan Iod menguraikan amilum dan hasil peruraian
mengganggu perubahan warna pada titik akhir titrasi.
3. Penambahan KI harus berlebih karena I2 yang terbentuk bersifat sukar larut dalam air tetapi
udah larut dalam KI.
4. Larutan thiosulfat dalam suasana yang sangat asam dapat menguraikan larutan thiosulfat
menjadi belerang dan bpada suasana basa (pH > 9) thiosulfat menjadi ion sulfat.
5. Pada pH lain muncul bahaya lain yaitu bereaksinya I2 yang terbentuk dengan air (hidrolisa)
dan hasil reaksinya berlanjut menjadi:
4 × (I2 + H2O→HOI + I- + H+) 4 HOI + S2O32- + H2O→2SO42- + 4I- + 6H+
6. Banyak reaksi analit dengan KI yang berjalan agak lambat. (Harjadi, 1993).
C. Prinsip Praktikum
1. Dapat mengetahui definisi titrasi iodimetri
2. Dan mengetahui prinsip dasar dari titrasi iodimetri
3. Mampu menentukan kadar vitamin C
4. Mampu melakukan pembekuan baku sekunder dengan baku primer
5. Serta mampu melakukan pembekuan baku sekunder suatu larutan
Perlakuan Hasil
Pengambilan larutan baku primer KIO3
sebanyak 10 mL lalu masukan kedalam
Erlenmeyer
b. Apabila penimbangan KIO3 yang diperoleh sebesar 0,1796 gram, hitunglah berapa
normalitas baku primer sebenarnya
Maka : N = gr x 1000
BE mL
N = 0,1796 x 1000
35,66 50
= 0,0050 x 20
N = 0,1 N
Perlakuan Hasil
Pengambilan larutan baku primer I2
sebanyak 10 mL
Perlakuan Hasil
Menuangkan larutan iodin 0,098 N sebagai
larutan standar kedalam buret sebanyak 40 mL
20 mL x 1000
= 69.039
20.000
V . N yodium = V . N Sampel
Maka :
V x N I2 = V x N Sampel
40 mL x 0,098 N = 20 mL x N Sampel
N Sampel = 40 mL x 0,098 N
20 mL
N Sampel = 0,196 N
1000
Maka :
= N Sampel x BE x 100 mL
1000
1000
= 2,487 mg
PERHITUNGAN KADAR
𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝el x 1000
20 mL x 1000
= 69.039
20.000
Table kadar
Kesimpulan
Dari kesimpulan praktikum kali, denagn menetapan kadar vitamin C dengan menggunakan titrasi
iodimetri maka didapatkan kadar dari vitamin C pertablet sebanyak 3,451 % b/b dengan berat
sampel sebanyak 2,487 mg dan volume titran yang digunakan sebanyak 40 mL
Daftar pustaka
Zega, Mei Kristian. Penetapan Kadar Tablet Antalgin secara Titrasi Iodimetri di PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan. http://repository.usu.ac.id. 2009. Diakses pada 18
April 2014. Pukul 11.15 WIB
Pratama, Anngi. Aplikasi LabVIEW sebagai Pengukur Kadar Vitamin C dalam
Larutan menggunakan Metode titrasi Iodimetri. http://eprints.undip.ac.id. Diakses pada 18
April 2014. Pukul 11.09 WIB.
Mursyidi, Achmad dan Abdul Rohman. 2007. Pengantar Kimia Farmasi Analisis Volumetri dan
Gravimetri. Yogyakarta: Gajah Mada University Press