KIMIA DASAR
DISUSUN OLEH :
NAMA : RIZQI OKTAVINA SUNARSO PUTRI
NIM : 14/17064/THP
KELAS : STPK
JURUSAN : TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
KELOMPOK : IV
ACARA : IODOMETRI
CO.ASS : INDES RIENERA NOVITASARI
b. Percobaan II
No. Va Vt Vt-Va Warna Awal Warna Akhir
1. 29,4 29,5 0,1 Biru Muda Jernih
2. 29,5 29,6 0,1 Biru Tua Jernih
3. 30,1 30,1 0,1 Biru Muda Jernih
2. Perhitungan
a. Volume Terpakai I = (Vt-Va)1+(Vt-Va)1
= (0,2) + (0,1)
= 0,3 ml
Volume Terpakai II = (Vt-Va)2+(Vt-Va)2
= (0,1) + (0,1)
= 0,2 ml
Volume Terpakai III = (Vt-Va)3+(Vt-Va)3
= (0,2) + (0,1)
= 0,3 ml
0,3+0,2+0,3
Volume Rata-rata =
3
= 0,26 ml.
b. Normalitas (N)
Grek I2 = Grek N2S2O3
Va Na = Vb Nb
5 ml x Na = 0,26 ml x 0,1 N
0,26 ml x 0,1 N
Na =
5 ml
Na = 0,0052 N
c. Gram I2
Gram I2 = BE x N xV
254 mg
= x 0,0052 mgrek/ml x 5 ml
2 mgrek
= 3,302 mg
d. Kadar (I2)
3,302 mg
Kadar (I2) = x100%
5 𝑚𝑙
= 66,04%
Jadi dalam 5 ml larutan iodium terdapat 3,302 mg I2 (66,04%).
VII. PEMBAHASAN
Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung
untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II. Zat–zat ini
akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodium. Iodium
yang terbentuk ditentukan dengan menggunakan larutan baku natrium
tiosulfat. Tujuan iodometri adalah untuk menentukan kadar larutan iodium
dengan larutan tiosulfat. Titik akhir titrasi iodometri ialah apabila warna
biru telah hilang (Ihatiefmahmudy, 2013).
Metode analisis dengan reaksi reduksi-oksidasi (redoks) adalah
analisis yang terdiri dari perubahan valensi dari bahan-bahan yang
bereaksi. Reaktan yang mengalami kehilangan elektron dalam reaksi
redoks adalah bahan pereduksi dan dapat diidentifikasi dari persamaan
untuk reaksi dimana atom reaktan dikonversi ke tingkat yang lebih tinggi
2I- ————-> I2 + 2e. Maka, bahan pengoksidasi adalah reaktan
yang menerima elektron dalam reaksi redoks. Iodimetri adalah oksidasi
kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan menggunakan iodium. Iodium
merupakan oksidator lemah. Sebaliknya natrium tiosulfat merupakan
reduktor (Anonima, 2011).
Pada Praktikum kali ini, percobaan dilakukan menggunakan
larutan Iodium yang direaksikan dengan larutan natrium thiosulfat.
Larutan iodium dibuat dengan cara mengencerkan iodium 5 ml dengan
aquades sebanyak 10 ml. larutan ini dikocok agar menjadi larutan
homogen atau tercampur rata. Lalu didapatkan larutan berwarna coklat.
Setelah itu larutan iodium dititrasi menggunakan larutan standard natrium
tiosulfat. Titrasi dilakukan hingga tiga kali. Namun dikarenakan terjadi
kebocoran pada buret, percobaan pertama dan kedua yang kami lakukan
mengalami kegagalan sehingga kami mendapatkan larutan yang berwarna
jernih, bukan kuning muda. Ini terjadi karena larutan natrium tiosulfat
yang tercampur kedalam erlenmeyer berlebihan yaitu sebanyak 0,2 ml.
Sedangkan pada percobaan kedua larutan yang kami dapat berwarna
kuning muda karena hanya dititrasi dengan natrium tiosulfat sebanyak 0,1
ml.
Setelah dititrasi ditambahkan indikator amilum sebanyak 0,1 ml.
pada larutan pertama dan ketiga, karena mengalami kegagalan pada titrasi
pertama maka kami hanya mendapatkan warna biru muda setelah
ditambahkan amilum. Sedangkan pada larutan kedua, didapatkan warna
biru tua yang sangat pekat. Penambahan amilum yang dilakukan saat
mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus
iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke
senyawa semula Pemberian amilum terlalu awal akan berakibat warna biru
sulit sekali lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam lagi. Bila iod
masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan hasil
penguraian ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir
(Ihatiefmahmudy, 2013).
Larutan dititrasi lagi menggunakan natrium tiosulfat. Hasilnya
adalah berupa larutan berwarna jernih. Setelah percobaan dilakukan, maka
data yang telah didapat kemudian dihitung. Volume natrium tiosulfat yang
terpakai dihitung dari volume natrium tiosulfat pada titrasi pertama dan
titrasi kedua sehingga didapatkan rata-rata volume terpakai sebanyak 0,26
ml. Setelah diketahui jumlah volume rata-rata, maka dapat dihitung
normalitas Iodin menggunakan rumus perbandingan antara grek iodin
dengan grek natrium tiosulfat. Hasilnya, normalitas dari iodin adalah
sebanyak 0,0052 N. Kemudian menghitung berat iodin menggunakan
rumus perkalian antara berat ekivalen (berat molekul dibagi valensi)
dengan normalitas dan volume iodin. Didapatkan berat iodin sebanyak
3,302 mg.
Untuk mengetahui kadar iodin dalam berat/volume, maka dihitung
dengan cara membagi berat iodin dengan volume iodin, dikali seratus
persen. Didapatlah hasil sebanyak 66,04%.
Jadi dalam 5 ml larutan iodium terdapat 3,302 mg I2.
IX. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil praktikan setelah melakukan
kegiatan praktikum Yodometri antara lain :
1. Iodometri adalah salah satu metode volumetri yang dilakukan dengan
cara titrasi.
2. Larutan standard yang digunakan dalam titrasi volumetri ini adalah
larutan natrium tiosulfat 0,1 N.
3. Larutan iodium yang dititrasi dengan natrium tiosulfat harus
mendapatkan larutan akhir berwarna kuning muda, bukan jernih agar
dapat bereaksi dengan amilum.
4. Penambahan amilum dilakukan pada saat mendekati titik akhir titrasi
agar amilum tidak membungkus iod. Karena menyebabkan amilum sukar
dititrasi ke senyawa semula.
5. Larutan iodium yang ditambahkan amilum sebanyak 1 ml akan berwarna
biru tua.
6. Warna biru tua akan lenyap seketika ketika dititrasi menggunakan
natrium tiosulfat sehingga harus penitrasian harus dilakukan sedikit demi
sedikit untuk mendapatkan hasil dengan ketelitian yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA