1. Alat:
Buret dan statif 2. bahan:
Labu ukur 100 ml Larutan KIO3 sebagai lar baku
Pipet volumetric 10 ml Larutan Na2S2O3 ±0,1 N
Corong KI
Beaker glass HCℓ 4 N
Filler Larutan kanji
erlenmeyer Larutan H2SO4
Larutan pemutih (byclin)
Amonum molibdat (katalis)
aquades
3. Cara Kerja:
timbang KIO3 sebanyak 2,5 gr dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
Larutkan dengan air suling dan encerkan sampai tanda batas. Kocok dengan baik agar tercampur
sempurna.
b) Standarisasi Na2S2O3
Bilas dan isi buret dengan larutan Na2S2O3 0,1 N.
Ambil sebanyak 25 mL KIO3, masukkan dalam erlenmeyer ditambah 0,3 gr KI, tambah
2 mL H2SO4 2 N dan tambah 3 tetes ammonium molibdat 3%.
Iod yang dibebaskan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat sampai warna menjadi
kuning muda, kemudian ditambahkan kanji dan dititrasi terus sampai warna biru
hilang.
Baca dan catat angka pada buret saat awal dan akhir titrsi, tentukan dan catat volume
larutan natrium tiosulfat yang digunakan dalam titrasi.
Hitung konsentrasi larutan natium tiosulfaat. Ulangi titrasi sampai 3 kali menggunakan
volume larutan natrium tiosulafat yang sama.
Hitung konsentrasi lautan natrium tiosulfat rata-rata.
Dimisalkan pada proses standarisasi ini diperoleh volume rata-rata Na2S2O3= 17, 123 mL
c) Penentuan Kadar klorin dalam pemutih
Dari hasil penimbangan diperoleh massa pemutih adalah 55 gram dengan volum 50 mL sehingga
diperoleh berat jenis pemutih sebesar 1,1 gram/mL.
50 mL sampel diambil 2 mL (tidak berwarna) dan dimasukkan kedalam erlenmeyer lalu ditambah
aquades 75 mL agar tidak terlalu pekat .
Kemudian ditambah 0,3 gram KI berupa serbuk putih sehingga dihasilkan larutan berwarna coklat
kekuningan .
Selanjutnya ditambah lagi dengan 2 mL H2SO4 (tidak berwarna) dengan tujuan untuk menjadikan
suasana asam serta ditambahkan juga dengan 3 tetes amonium molibdat 3% (tidak berwarna)
sebagai katalis untuk mempercepat reaksi.
Dari penambahan-penambahan yang dilakukan ini diperoleh larutan berwarna coklat tua dan
terdapat endapan.
Kemudian sampel dititrasi dengan Na2S2O3 (tidak berwarna) sampai larutan berwarna kuning
muda dan endapan menghilang.
Setelah menjadi kuning muda larutan ditambah dengan 5 mL larutan kanji (tidak berwarna) maka
sampel berubah warna menjadi ungu/biru kehitaman.
Kemudian titrasi dilanjutkan lagi hingga warna ungu kehitaman tepat hilang. Hal ini menunjukkan
bahwa didalam larutan tidak terdapat lagi I2 melainkan telah menjadi I- .
Percobaan ini dilakukan sampai tiga kali sampai dengan diperoleh data volum rata-rata Na 2S
2O3 yang digunakan.
d) Data hasil percobaan
Dimisalkan pada tritrasi kadar klorin dalam cairan pemutih pakaian diperoleh data volume
Na2S2O3 yang digunakan adalah:
a) Vpercobaan 1= 16,6 mL
b) Vpercobaan 2 = 19,7 mL
c) Vpercobaan 3 = 17,7 mL.
a) Standarisasi Na2S2O3
Berdasarkan percobaan diperoleh volume rata-rata Na2S2O3= 17, 123 mL. sehingga
normalitas larutan baku Na2S2O3 dapat dihitung sebagai berikut:
N1.V1 = N2.V2
0,1N . 25 mL = N2 . 17,123 mL
N2 = 0,146 N
Penentuan kadar klorin dalam cairan pemutih
Berdasarkan data hasil percobaan dapat dilakukan perhitungannya sebagai berikut:
Cl2 + 2 I- → 2Cl- + I2
I2 + 2 S2O32- → S4O62- + 2I-
Pada percobaan pertama
Massa Sampel = V x ρ = 2 ml x 1,1 gr/ml = 2,2 gram
gek Na2S2O3 = gek Cl2
N. V = gek Cl2
0,146 N x 16,6 x 10-3 L = gek Cl2
2,4236 x 10-3 mol = gek Cl2
titrasi, titrat ditambah indikator amilum yang menyebabkan perubahan dari larutan yang tidak berwarna menjadi
biru.
sampel + I2 sampel(teroksidasi) + I-
Iodium merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat. Sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor kuat
yang dapat dititrasi.
iodium (I2) merupakan zat padat yang sukar larut dalam air, tapi mudah larut dalam KI. Sehingga larutan I 2
dibuat dengan KI sebagai pelarut. Larutan ini tidak stabil sehingga perlu distandarisasi berulang kali. Proses
standirisasi dilakukan dengan menggunakan larutan Na2S2O3
Ketidak stabilan ini disebabkan:
1) Penguapan iodium
2) Reaksi I2 dengan karet, gabus, atau bahan organik lain yang masuk bersama debu/asap
3) Oksidasi ?? oleh udara pada pH rendah, yang dipercepat oleh cahaya & panas. Oleh karena itu hendaknya
larutan disimpan dalam botol berwarna gelap dan sejuk dan terhindar dari kontak dengan bahan organik
maupun gas pereduksi seperti SO2 dan H2S
I2 merupakan oksidator lemah, sehingga reaksinya berlagsung kurang
sempurna. Karena itu dibuat kondisi yang menggeser kesetimbangan
ke arah hasil reaksi anatara lain dengan: mengatur pH (yakni antara
7-9) dan menambahkan bahan pengkompleksan seperti EDTA atau
P2O72-
Karena kemampuan mengoksidasi iod yang tidak besar, tidak banyak
zat yang dapat dititrasi dengan iodimetri. Titrasi ini dimanfaatkan
antarlain untuk menentukan bilangan iod minyak dan lemak, serta
penentuan kadar vitamin C
Perbedaan titrasi iodometri dan iodimetri
1) Alat:
Kaca arloji 2. bahan:
Erlenmeyer Sampel tablet vitamin C
Buret 50 mL Air suling
Corong I2 0,05 N
beaker gelas 400 & 800 mL Indikator kanji
Botol semprot Kertas saring
Pipet tetes
Statif dan klem
Alas titrat dan alas baca buret
3. Cara Kerja:
a) Ditimbang 3 tablet vitamin C, kemudian bobotnya dirata-rata (bobotnya ketiga tabletnya
dijumlah kemudian dibagi 3),
b) Tablet yang sudah dirata – ratakan dihaluskan (digerus),
c) Serbuk yang telah digerus kemudian dimasukkan ke tabung reaksi dan digunakan sebagai
sampel,
d) Ditimbang ± 0,1 gram vitamin C yang sudah dihaluskan menjadi serbuk tadi, lalu diencerkan
dengan ± 100 ml air, kemudian ditambahkan indikator kanji secukupnya,
e) Larutan kemudian dititrasi dengan I2 0,05 N hingga di perloleh titik akhir yang berwarna biru,
f) Serangkaian tahapan pekerjaan dilakukan minimal 2 kali
3. Data hasil percobaan
Berdasarakan data hasil percobaan diperoleh data:
Hasil penimbangan massa rata-rata tablet vit C= 500 mg
Dari hasil dua kali titrasi diperoleh volume titran (I2) yang digunakan
berturut-turut adalah:
V1 = 15,8 mL
V2 = 16 mL
4. perhitungan dan pembahasan
Dari data tersebut dapat dihitung kadar vitamin C dalam 0,1 gram serbuk sampel vitamin C
dengan rumus:
% vitC= di mana Be vit C = ½ Mr Vit C = 88
Maka:
Pada percobaan 1 %vit C = …..
Pada percobaan 2 % vit C= ……
Rata rata % vit C= …..
Massa vit C pada tiap tablet vit C dihitung dengan rumus:
mg vit C/tablet=
Maka:
Pada percobaan 1 mg vit/tablet = …..
Pada percobaan 2 mg vit/tablet = ……
Rata rata mg vit/tablet = …..
% kadar vit C tiap tablet=
=…….