Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS
TITRASI IODOMETRI

Nama : Siti Nur Haliza


NPM : 2206051065
Rekan kerja : Widya Cahyaningati, Nasywa
Hafiz, Ananda Risyad, Hikma Rahmadani
Kelompok : C2
Asisten Lab : Kak Hana
Tanggal Praktikum : Rabu, 24 Mei 2023

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2023
A. Judul Percobaan: Titrasi Iodometri

B. Tanggal Percobaan: Rabu, 24 Mei 2023

C. Tujuan Percobaan :

1. Dapat membuat larutan Na2S2O3 0,1 N dan membakukannya

2. Dapat menentukan kadar suatu zat dalam larutan

3. Dapat merancang prosedur penentuan suatu zat dengan titrasi iodometri

D. Teori Dasar

Reaksi titrasi redoks secara umum digambarkan sebagai berikut:

Red1 + e ⇔ oks1 (reduksi)

Oks2 ⇔ red2 + e (oksidasi)

Red1 + Oks2 ⇔ Oks1 + Red2 (redoks)

Reaksi ini menggambarkan perpindahan elektron yang menjadi dasar titrasi redoks. Pada
titrasi ini ekivalen suatu zat (oksidator/reduktor) setara dengan satu mol elektron. Selama titrasi
terjadi perubahan konsentrasi analit dapat diukur melalui potensial elektroda yang dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan Nernst. Kurva titrasi diperoleh dengan mengalurkan E vs
volume titran. Pada titik ekivalen potensial larutan ditentukan oleh sistim red 1 – oks1 dan sesudah
titik ekivalen oleh sistem red2 – oks2.

Titrasi ini berdasarkan pada sistem redoks. Reaksi yang

terjadi: I₃ ̄+ 2e ⇔3I ̄ E⁰= 0,54 V

Karena I₂ mudah larut dalam I ̄ maka dalam reaksi setengah selnya iod dituliskan
sebagai I₃ ̄. Iod atau ion tri iodide merupakan oksidator yang jauh lebih lemah daripada KMnO₄ ,
K₂Cr₂O₇, dan Ce(SO₄)₂. Dalam titrasi langsung dengan iod digunakan larutan iod dalam KI
sebagai oksidator, I₃. Semua reaksi yang melibatkan iod dituliskan sebagai I₃ ̄bukan sebagai I₂,
misalnya:

I₃ ̄+ 2S₂O₃² ̄ ⇔ 3I + S₄O₆²
Pada penyederhanaan sering ditulis dengan I₂:

I₂+ 2S₂O₃² ̄ ⇔ 2I + S₄O₆²

Titrasi dengan menggunakan ion iodide sebagai pereduksi kemungkinan karena sifat
reduksinya yang cukup kuat untuk mereduksi berbagai zat.

2I ̄ ⇔ I₂+ 2e

Dua sumber kesalahan yang penting dalam titrasi ini adalah hilangnya iod karena
mudah menguap dan larutan iodide dalam asam mudah dioksidasioleh oksigen dari udara.
Reaksinya

4I ̄+ O₂+ H⁺⇔2I₂+ 2H₂O

Dengan adanya iodida, penguapan cukup dikurangi melalui pembentuk anion tri-iodide.
Pada suhu ruang, hilangnya iod melalui penguapan darilarutan yang mengandung sekurang-
kurangnya 4% KI dapat diabaikanasalkan titrasinya tidak terlalu lama. Titrasi harus dilakukan
dalam larutanyang dingin dan dalam labu Erlenmeyer. Oksidasi atmosferik dapatdiabaikan
dalam larutan yang netral dan tanpa adanya katalis, tetapi lajuoksidasi bertambah cepat dengan
menurunnya pH. Reaksi dikatalis oleh ion logam tertentu (Cu² ⁺, NO ₃ ̄) dan cahaya kuat. Jauhkan
titrasi dari cahaya matahari langsung dan larutan yang mengandung iodide harus disimpan dalam
botol coklat.

Indikator

Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena warna I ₂yang dititrasi akan
lenyap bila titik akhir tercapai; warna mula-mula coklat agak tua, menjadi lebih muda, lalu
kuning, kuning muda, dan seterusnya,sampai akhirnya lenyap. Bila diamati dengan cermat
perubahan warnatersebut, maka titik akhir dapat ditentukan dengan cukup jelas. Konsentrasi
iod ~ 5 x 10⁶ ̄M masih dapat jelas dilihat mata dan memungkinkan penghentian titrasi dengan
kelebihan setetes iod 0,05 M. Namun akan lebih mudah dan tegas bila ditambahkan amilum ke
dalam larutan sebagai indikator. Amilum dengan I₂membentuk suatu kompleks berwarna biru
tua yang masih jelas sekalipun I₂ sedikit sekali. Pada titip akhit iodyang terikat itu pun hilang
bereaksi dengan titran sehingga warna biru lenyap mendadap mendadak dan perubahan
warnanya tampak sangat jelas.Penambahan amilum ini harus menunggu sampai mendekati
titik akhir titrasi
(bila iod sudah tinggal sedikit yang tampak dari warnanya yangkuning muda). Maksudnya ialah
agar amilum tidak membungkus iod dan menyebabkannya sukar kepas kembali. Hal itu akan
berakbat warna bitusulit sekali lenyap sehingga titik akhir tidak keliatan tajam. Bila iod masih
banyak, bahkan dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian ini menggangu perubahan
warna pada titik akhir.

E. Alat dan Bahan

1. Natrium tiosulfat 6. Buret

2. Larutan KMnO₄ 7. Pipet

3. Larutan CuSO₄ 8. Erlenmeyer

4. Aquades 9. Kertas

5. Labu ukur

F. MSDS (Material Safety Data Sheets)

Nama Bahan Titik leleh (°C) Titik didih(°C) Bahaya


Natrium tiosulfat 48.3 100 Iritasi, gangguan
Larutan KMnO₄ 240 100 saluran pencernaan
Larutan CuSO₄ 110 650 dan pernafasan

Cara penanganan:
1. Mata : Bilas dengan air selama kurang lebih 15 menit
2. Kulit : Bilas dengan air selama kurang lebih 15 menit, lepas pakaian yang
terkontaminasi
3. Terhirup : Hirup udara segar
4. Tertelan : Bilas mulut dengan air dingin, dimuntahkan atau tergantung anjuran medis
G. Langkah Kerja

1, Pembakuan larutan baku Na₂S₂O₃ 0.1 N

ditimbang 25 gram ditambah air suling sampai tepat tanda batas


Na₂S₂O₃.5H₂O dilarutkan dalam labu ukur 1 L

2. Pembakuan larutan Na₂S₂O₃ dengan KMnO₄ 0.1 M

dipipet 25 mL KMnO₄ (aq) ditambah 1 gram KI atau 10 mL KI 10% dari 1 mL H


diisi buret dengan 0.1 N ke dalam erlenemeyer 250 mL
Na₂S₂O₃

dititrasi I₂ (aq) yang terbentuk dengan natrium tiosulfat dari buret sampai berwarna kuning pucat
disimpan pada tempat gelap selama 5 menit
ditutup erlenmeyer dengan kertas

ditambah 1 mL indikator kanji dan titrasi sampai warna biru hilang


diulangi titrasi dan
tentukan kadar Na₂S₂O

3. Aplikasi
Cuci buret, erlenmeyer dan pipet yang akan dipakai buret dibilas dengan larutan yang akan diisikan ke d

diisi buret dengan


lartuan baku Na₂S₂O₃

Pipet 25 mL CuSO₄(aq) ke dalam erlenmeyer


ditambah
250aqades
mL pada larutan CuSO₄ sampa
ditambah 1 gram KI atau 10 mL KI 10%

dititrasi I₂ (aq) yang terbentuk dengan natrium tiosulfat dari buret sampai berwarna kuning pucat

ditutup erlenmeyer dengan kertas ditambah 1 mL indikator kanji

diulangi titrasi dan diitrasi sampai warna biru tepat hilang


tentukan kadar CuSO₄

H. Hasil Pengamatan
- Pembakuan Na2S2O4dengan KMnO4
Volume 1 = 26,5 ml
+ kanji = 29,9 ml
Volume 2 = 23,2 ml
+ kanji = 23,3 ml
- Pembakuan kadar Cu2+
Volume 1 = 14,1 ml
+ kanji = 17,1 ml
Volume 2 = 11,5 ml
+ kanji = 16,3 ml

I. Data Percobaan

J. Pembahasan
Berbagai macam agen pengoksidasi yang kuat dapat dianalisis dengan menambahkan
kalium iodida berlebih dan mentitrasi iodin yang dilepaskan. Kebanyakan agen pengoksidasi
membutuhkan larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, sehingga natrium tiosulfat biasanya
digunakan sebagai titran. Natrium tiosulfat umumnya dibeli dalam bentuk pentahidrat
Na2S2O3.5H2O, dan larutan-larutannya di-stadarisasi dengan menggunakan standar primer.
Namun, larutan-larutan ini tidak stabil dalam jangka waktu yang lama.
Reaksi oksidasi tiosulfat oleh iodin menghasilkan ion tetrationat, dan reaksi ini berlangsung
cepat tanpa adanya reaksi samping. Berat ekivalen Na2S2O3.5H2O adalah berat molekulnya, yaitu
248,17, karena setiap molekul kehilangan satu elektron. Jika pH larutan melebihi 9, tiosulfat akan
teroksidasi sebagian menjadi sulfat.
Larutan iodin 0,1 N memiliki warna yang cukup intens sehingga iodin dapat bertindak
sebagai indikator untuk dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens
ketika larut dalam pelarut seperti karbon tetraklorida dan kloroform, dan sifat ini kadang-kadang
digunakan untuk mendeteksi titik akhir dalam titrasi. Namun, larutan kanji (pati) lebih umum
digunakan karena warna biru gelap kompleks iodin-kanji yang terbentuk berperan sebagai tesyang
sangat sensitif terhadap iodin. Mekanisme pembentukan kompleks warna ini tidak diketahui
dengan pasti, tetapi diduga bahwa molekul-molekul iodin terperangkap di permukaan beta-amilosa,
suatu komponen kanji.
Pada percobaan pertama, dilakukan standardisasi Na2S2O3 dengan reaksi sebagai berikut:
KI + KMnO4 + H2O → I2 + MnO2 + KOH (Reaksi pada titran)
2S2O32-+ I2 → S4O82-+ 2I- (Penambahan Na2S2O3 sebagai titran)
Pada percobaan kedua, kadar Cu2+ ditentukan menggunakan larutan standar Na2S2O3
dengan reaksi sebagai berikut:
CuSO4 + KI → CuI + I2 + K2SO4 (Reaksi pada titran)
2S2O32-+ I2 → S4O82-+ 2I- (Penambahan Na2S2O3 sebagai titran)
L. Kesimpulan
1. Na2S2O3 digunakan sebagai standar sekunder.
2. KMnO4 merupakan standar primer, karena sudah distandardisasi dan normalitasnya telah
dikonfirmasi, KMnO4 dapat digunakan sebagai standar primer untuk menstandardisasi Na2S2O3.
3. Indikator kanji digunakan untuk mendeteksi keberadaan iodin.
4. Reaksi antara ion iodida dan ion tiosulfat adalah 2S2O32-+ I2 → S4O82-+ 2I-.
5. Iodometri adalah proses tak-langsung yang melibatkan iod, dimana ion iodida ditambahkan
dalam jumlah berlebihan pada suatu agen pengoksidasi, menghasilkan pelepasan iodin, yang
kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat.

Daftar Pustaka
Tim KBI Kimia Analisa. (2023). Penuntun Praktikum Kimia Analisa Kuantitaif. Depok:
Departemen Kimia FMIPA UI.
Skoog, Douglass A. dkk. (2014). Fundamentals of Analytical Chemistry (9th ed). USA:
Brook.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai