Anda di halaman 1dari 12

ANALISA KLOR AKTIF DENGAN

METODE IODOMETRI

Oleh

Dian Asvira Sambara’

202133031

POLITEKNIK INDUSTRI LOGAM MOROWALI

TAHUN 2022
Material Safety Data Sheet

1. Natrium Tiosulfat (Na2S2O3)


a. Risiko
R20 : berbahaya karena inhalasi
R36 : mengiritasi mata
R37 : mengganggu sistem pernafasan
R38 : mengiritasi kulit
b. Safety
S1 : Tutup rapat
S26 : apabila terjadi kontak dengan mata, cuci segera dengan banyak air dan hubungi dokter
(medical advice)
S22 : jangan menghirup debu
S24 : hindari kontak dengan kulit
S25 : hindari kontak dengan mata
S63 : apabila terjadi kecelakaan inhalasi, lepaskan ke udara segar dan kemudian istirahat

2. Kalium Dikromat (K2Cr2O7)


a. Risiko
R20 : berbahaya karena inhalasi
R36 : mengiritasi mata
R37 : mengganggu sistem pernafasan
b. Safety
S26 : apabila terjadi kontak dengan mata, cuci segera dengan banyak air dan hubungi
dokter (medical advice)
S22 : jangan menghirup debu
S25 : hindari kontak dengan mata

3. Asam Asetat (CH3COOH)


a. Risiko
R22 : berbahaya jika tertelan
R21 : berbahaya untuk inhalasi
R28: sangat toksik jika tertelan
R56 : toksis bagi organisme tanah
R58: dapat menyebabkan efek merugikan jangka panjang di lingkungan
b. Safety
S1 : Tutup rapat
S20 : dilarang (jangan) makan dan minum
S29 : jangan dibuang ke saluran air
S39 : gunakan proteksi mata/muka
S46 : jika tertelan, segera hubungi dokter
S56 : jangan dibuang ke saluran air atau lingkungan, buang ke suatu titik pengumpulan
limbah

4. Kalium Iodida (KI)


a. Risiko
R20 : berbahaya karena inhalasi
R22 : berbahaya jika tertelan
R36 /38: mengiritasi mata dan kulit
R37 : mengganggu sistem pernafasan
b. Safety
S1 : Tutup rapat
S24/25 : hindari kontak dengan kulit.dan mata
S26 : apabila terjadi kontak dengan mata, cuci segera dengan banyak air dan hubungi
dokter (medical advice)
S63 : apabila terjadi kecelakaan inhalasi, lepaskan ke udara segar dan kemudian istirahat

5. Asam sulfat (H2SO4)


a. Risiko
R20 : berbahaya karena inhalasi
R22 : berbahaya jika tertelan
R36 /38: mengiritasi mata dan kulit
R37 : mengganggu sistem pernafasan
b. Safety
S1 : Tutup rapat
S24/25 : hindari kontak dengan kulit.dan mata
S26 : apabila terjadi kontak dengan mata, cuci segera dengan banyak air dan hubungi
dokter (medical advice)
S63 : apabila terjadi kecelakaan inhalasi, lepaskan ke udara segar dan kemudian istirahat
A. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar klor aktif dalam sampel air
B. Prinsip Percobaan
Prinsip pada percobaan ini adalah penentuan kadar klor aktif dengan titrasi iodometri.
Prinsip analisa klor aktif melalui titrasi iodometri adalah membebaskan iodin dari kalium
iodida pada pH <8 (terbaik adalah pH <3 atau 4) menggunakan kanji sebagai indikator dan
natrium tiosulfat sebagai titran (Asnawi, 2020).

C. Metode Kerja
C.1 Alat
1. Buret 25 ml (2 buah)
2. Erlenmeyer 250 ml (4 buah)
3. Gelas kimia 100 ml (2 buah)
4. Gelas kimia 500 ml (1 buah)
5. Gelas kimia 1000 ml( 2 buah)
6. Labu ukur 100 ml (2 buah)
7. Labu ukur 250 ml (1 buah)
8. Pipet volume 25 ml (1 buah)
9. Pipet volume 5 ml (1 buah)
10.Spatula (2 buah)
11.Corong (1 buah)
12.Bulb (2 buah)
13.Batang pengaduk (1 buah)
14.Pipet tetes (3 buah)
15.Statif dan klem (2 pasang)
16.Neraca analitik (1 buah)

C.2 Bahan
1. Sampel air
2. Kaporit (Ca(OCl)2)
3. Natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,005 N
4. Asam asetat glasial (CH3COOH)
5. Larutan kalium iodide (KI) 20%
6. Larutan kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,01 N
7. Aquades
8. Kertas pH universal
9. Indikator kanji

C.3 Prosedur Kerja


C.3.1 Pembuatan larutan standar primer K2Cr2O3 0,01 N

Padatan K2Cr2O3

Ditimbang sebanyak 0,1471 g (hasil perhitungan) di gelas kimia 50


ml menggunakan neraca analitik
Dilarutkan dengan aquades
Dipindahkan pada labu ukur 100 ml
Ditambahkan aquades hingga batas tanda lalu dihomogenkan

Larutan K2Cr2O3 0,01


N
C.3.2 Pembuatan larutan Na2S2O3 0,005 N

Padatan Na2S2O3
Ditimbang sebanyak 0,0788 g (hasil perhitungan) di gelas kimia 50 ml
menggunakan neraca analitik
Dilarutkan dengan aquades
Dipindahkan pada labu ukur 250 ml
Ditambahkan aquades hingga batas tanda lalu dihomogenkan

Larutan Na2S2O3 0,005 N

C.3.3 Pembuatan larutan KI 20%

Padatan KI
Ditimbang sebanyak 10 g (hasil perhitungan) di gelas kimia 50 ml
menggunakan neraca analitik
Dilarutkan dengan aquades
Dipindahkan pada labu ukur 100 ml
Ditambahkan aquades hingga batas tanda lalu dihomogenkan

Larutan KI 20%
C.3.4 Standarisasi larutan Na2S2O3 0,005 N

Larutan K2Cr2O3 0,01 N

Dipipet sebanyak 25 ml ke dalam Erlenmeyer 250 ml


Ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat
Ditambahkan 5 ml larutan KI 20%
Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga titik akhir titrasi yang
ditandai dengan perubahan warna larutan dari coklat kemerahan
menjadi coklat kekuningan
Dicatat volume Na2S2O3 yang digunakan
Ditambahkan 3 tetes indikator kanji
Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga titik akhir titrasi yang
ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi biru muda jernih
Dilakukan titrasi sebanyak minimal 2 (dua) kali (duplo)
Dihitung normalitas Na2S2O3 dengan rumus:

Hasil
C.3.5 Pengujian kadar klor aktif

Sampel air keran

Ditambahkan 1 tetes kaporit ke dalam 1000 ml sampel air, lalu


dihomogenkan
Didiamkan selama 5 menit
Dipipet sebanyak 100 ml ke dalam Erlenmeyer 250 ml
Ditambahkan 5 ml asam asetat glasial, lalu diaduk hingga homogen
Dicek pH larutan hingga pH 3-4
Ditambahkan 1 g KI, diamati perubahan warna yang terjadi
Dititrasi masing-masing larutan menggunakan larutan Na2S2O3
0,005 N hingga warna larutan hampir hilang.
Ditambahkan indikator kanji kira-kira 3 tetes.
Dititrasi lagi dengan Na2S2O3 0,01N hingga warna biru hilang pada
titik akhir titrasi
Dicatat volume Na2S2O3 0,005 N yang digunakan
Dihitung kadar klor aktif

Hasil

D. Hasil dan Pembahasan


D.1 Hasil
D.1.1 Tabel
Perlakuan Sampel 1 Sampel 2 Blanko
Ditambahkan asam Warna bening Warna bening Warna bening
asetat glasial pH 3 pH 3 pH 3
Ditambah KI Bening ke keruh Bening ke keruh Warna bening
(+ indikator kanji)
V1 Na2S2O3 9,6 ml 9,9 ml
7,2ml
Ditambah larutan (+ larutan iodin)
Bening ke ungu Bening ke ungu
kanji 3,2 ml
V2 Na2S2O3 29,7 ml 29,9 ml 6,1 ml
V Total Na2S2O3 39,3ml 39,8 ml 13,3 ml
Hasil pada uji klorin padaalat clor tes kite yaitu 0,2 mg/L

D.1.2 Perhitungan
D.1.2.1 Perhitungan Klor Aktif (mg/L)
(A-B) × N × 354 , 53
Klor aktif (mg Cl2/L) =
V
A = Volume titran Na2S2O3 untuk sampel (ml)
B = Volume titran Na2S2O3 untuk blanko (ml)
N = Normalitas larutan titran Na2S2O3
V = Volume sampel (ml)
Diketahui :
A sampel 1 = 39,3 ml
A sampel 2 = 39,8 ml
A rata-rata = 39,55ml
B = 16,3 ml
N H2SO4 = 0,01 N
V sampel = 100 ml
Penyelesaian :
(A-B) × N × 354 , 53
klor aktif (mg Cl2/L) =
V
( 39,55-16,3 ) ×0,01 × 354 ,53
=
100
= 0,82 mg Cl2/L

D.1.3 Gambar

Gambar 1. Sampel air setelah ditambahkan indikator kanji dan setelah di titrasi (percobaan
belum berhasil)
Gambar 2. Pengujian nilai klorin pada alat clor tes

Gambar 3. Sampel air + kaporit + KI

Gambar 4. . Sampel air + kaporit + KI + Titrasi


D.2 Pembahasan
Klor adalah zat yang sering digunakan untuk desinfektan air, karena harganya yang murah dan
masih memiliki daya desinfektan setelah dibubuhkan. Klor aktif atau klor bebas berasal dari gas
klor Cl2, NaOCl, Ca(OCl)2 (kaporit) atau HOCl (asam hipoklorit). Breakpoint clorination adalah
jumlah klor yang dibutuhkan dan dianggap perlu untuk pembasmian kuman-kuman (Asnawi,
2021).
Klorin dalam bentuk produk kimia buatan menimbulkan dampak terhadap kesehatan, seperti
penipisan lapisan ozon dan pemanasan global. Selain berdampak pada kesehatan, senyawa klorin
juga menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik berupa produk maupun limbah yang
dihasilkan. Dampak negatif dari penggunaan klor yang berlebih bagi kesehatan kemungkinan lebih
besar untuk terkena kanker kandung kemih, dubur ataupun usus besar. Selain itu pada hasil studi
efek klorin pada binatang yaitu kemungkinan terjadinya kerusakan ginjal dan hati. Senyawa klorin
juga dapat disebabkan dari pembakaran sampah dan kebocoran klorin dalam proses industri
(Hasan, 2006). Analisa kadar klor aktif pada percobaan ini menggunakan prinsip titrasi iodometri.
Iodometri adalah analisa titrimetrik yang dilakukan secara tidak langsung untuk zat yang
bersifat oksidator, dimana zat ini akan mengoksidasi iodide yang ditambahkan dan akan
membentuk iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukan dengan menggunakan larutan baku
tiosulfat (Sudarsana, 2014).
Pertama-tama larutan titran harus distandarisasi terlebih dahulu. Standardisasi larutan
merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara
mentitrasi dengan larutan standar primer. Larutan standar primer adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi
(konsentrasi diketahui dari massa volume larutan). Larutan standar sekunder adalah larutan standar
yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif
rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standardisasi (Kenkel, 2003). Standarisasi pada
percobaan ini menggunakan larutan standar primer berupa K 2Cr2O7. Setelah standarisasi diperoleh
konsentrasi pasti dari larutan Na2S2O3 adalah sebesar 0,0036 N.
Sampel air yang digunakan ditambahkan kaporit karena klor yang terkandung di dalamnya
sangat sedikit sehingga sulit untuk diamati. Adapun reaksi yang terjadi adalah :
OCI⁻ + 2 KI + 2 HAs I2 + 2KAs + CI⁻ + 2H2O
Percobaan ini menggunakan larutan asam asetat glasial sebagai pemberi suasana asam pada
sampel dan KI sebagai senyawa pengganti, larutan kanji sebagai indikator. Larutan kanji digunakan
sebagai indikator karena dapat memberikan warna biru pada larutan yang mengandung klor aktif,
dan bahan titrasi berupa Na2S2O3 0,01 N (Putra, 2008). Fungsi penambahan asam asetat yaitu agar
iodium bereaksi dengan hidroksida dari asam asetat dan akan menjadi ion iodida (Ulfa, 2015),
kemudian penambahan amilum dipecah kembali oleh Na2S2O3 dengan reaksi sebagai berikut :
I2 + Kanji (biru)
I2 + Na2S2O3 Na2S4O6+ 2NaI
Berdasarkan reaksi yang terjadi, titrasi dapat digolongkan sebagai titrasi tidak langsung.
Titrasi tidak langsung adalah proses titrasi dimana larutan sampel direaksikan dulu dengan pereaksi
pada konsentrasi tertentu, setelah itu baru dilakukan titrasi (Rusgiyono, 2013). Pada percobaan ini,
sampel terlebih dahulu direaksikan dengan KI dan asam glasial asetat barulah dititrasi
menggunakan Na2S2O3.
Berdasarkan PERMENKES No.32 Tahun 2017 standar baku mutu kadar maksimun untuk
kolam renang untuk klor bebas adalah 1-1,5 mg/L untuk kolam beratap/tidak beratap, 2-3 mg/L
untuk kolam panas dalam ruangan, sedangkan untuk klor terikat 3 mg/L semua jenis kolam renang.
Berdasarkan hasil analisa diperoleh bahwa kadar klor aktif dalam sampel air yang diuji sebesar 3,7
mg Cl2/L sehingga tidak memenuhi standar.

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan diperoleh kadar klor aktif dalam sampel air sebesar
3,7 mg Cl2/L.
Daftar Pustaka

Asnawi, Isran dan Ika Fitriani Juli Palupi. Modul Praktikum Pengolahan Limbah. Morowali:
Politeknik Industri Logam Morowali. 2020.

Hasan, Achmad. Dampak Penggunaan Klorin. Jurnal Teknik Lingkungan P3TL-BPPT. Vol 7(1):
90-96. 2006.

Kenkel, John. Analytical Chemistry for Technicians. Washington: Lewis Publishers. 2003

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene
Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum.

Putra A.A.B, dkk. Kajian Kapasitas dan Efektivitas Resin Penukar Anion untuk Mengikat Klor dan
Aplikasinya pada Air. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana: Bali. 2008.

Rusgiyono, Agus, dkk. Pemetaan Produksi dan Komposisi Garam. Prosiding Seminar Nasional
Statistika Universitas Diponegoro. 2013. ISBN: 978-602-14387-0-1.

Sudarsana, I Dewa Agung K. dkk. Jurnal Chemistry Laboratory. Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali:
Denpasar. 2014.

Ulfa, M. Penetapan Kadar Klorin (Cl2) pada Beras Menggunakan Metode Iodometri. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta. 2015.

Anda mungkin juga menyukai