Anda di halaman 1dari 10

A.

Judul Percobaan
Penentuan tetapan kesetimbangan ion triodida

B. Tujuan Percobaan
Menentukan tetapan kesetimbangan reaksi pembentukan ion triodida

C. Landasan Teori
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode
pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah bahwa
pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro.
Seseorang tidak memerlukan alat khusus ataucanggih kecuali pemisahan. Prinsip
metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan antara dua
pelarut yang saling bercampur, Seperti benzen,karbon tetraklorida atau kloroform.
Batasannya adalah zat terlarut dapat diteransfer pada jumlah yang berbeda dalam
kedua fase terlarut. Teknik ini digunakan preparatif, pemurnian, memperkaya,
pemisahan serta analisis pada semua skala kerja (Khopkar, 2007: 85).
harga K sama dengan nisbah antara konsentrasi semua spesi produk
pangkat koefisien masing-masing dengan pereaksi pangkat koefisien masing-
masing pada saat reaksi setimbang. Dalam praktek, terkadang ini bisa
memerlukan waktu yang 1ndicato lama. Reaksi kesetimbangan dapat juga
dipelajari secara kinetika. Untuk beberapa alasan, cara ini bahkan lebih
menguntungkan. Meski secara termodinamika reaksi pembentukan suatu produk
industry merupakan eksotermis. Proses tetap dilakukan pada temperature tinggi
karena (pertimbangan) kinetika, walau hasilnya relative lebih sedikit. Waktu yang
diperlukan jauh lebih singkat. Konsep termodinamika hanya menyatakan bahwa
jika konsentrasi salah satu pereaksi ditambahkan maka kesetimbangan reaksi akan
bergeser kearah produk tetapi konsep kinetika menyatakan pereaksi mana yang
sebaiknya dilebihkan. Secara kinetika konvensional, tetapan (keadaan)
kesetimbangan biasanya ditentukan dengan menggunakan metode differensial
yakni dengan logika pada saat kesetimbangan laju reaksi maju sama dengan
reaksi balik, hal ini mudah diterima (Patiha, 2013: 23).
Kesetimbangan kimia menjelaskan keadaan dimana laju reaksi maju dan
laju reaksi balik sama besar, dimana konsentrasi reaktan dan produk tetap tidak
berubah seiring berjalannya waktu. Keadaan setimbang dinamik ini ditandai dari
hanya adanya satu konstanta kesetimbangan, bergantung dari jenis spesi yang
bereaksi, dan dapat dinyatakan dalam molaritas (untuk larutan) atau tekanan
parsial (untuk gas). Konstanta kesetimbangan memberi informasi tentang arah
akhir dari suatu reaksi reversible dan konsentrasi-konsentrasi dari campuran
kesetimbangan; atau lebih tepatnya jumlah relative reaktan dan produk. Perubahan
tekanan dan volume mungkin dapat memberikan pengaruh yang sama terhadap
system gas pada kesetimbangannya (Chang, 2004 : 66).
Salah satu fakta yang penting tentang reaksi kimia reversibel (dapat-balik).
Bilamana suatu reaksi kimia dimulai, hasil-hasil reaksi mulai menimbun, dan
seterusnya akan bereaksi satu sama lain memulai suatu reaksi yang kebalikannya.
Setelah beberapa lama, terjadilah kesetimbangan dinamis, yaitu jumlah molekul
(atau ion) dan setiap zat terurai, sama banyaknya dengan jumlah molekul yang
terbentuk dalam suatu satuan waktu. Dalam beberapa hal, kesetimbangan ini
terletak sama sekali berada di pihak pembentukan suatu atau beberapa zat, maka
reaksi itu tampak seakan-akan berlangsung sampai selesai (Svehla, 1990 ; 21).
Bila nilai tetapan kesetimbangan pada masing-masing persamaan
diketahui, maka reaksi pada kedaan setimbang untuk setiap konsentrasi larutan
akan memberikan konsentrasi terjerap yang tertentu. Tetapan yang ada masing-
masing persamaan dicari dengan cara membandingkan data kesetimbangan hasil
penelitian dengan hasil perhitungan tercapai (Hertina,dkk, 2009: 2).
Iod jauh lebih dapat larut dalam larutan kalium iodida dalam air daripada
dalam air; ini disebabkan oleh terbentuknya ion triiodida, I3-. Kesetimbangan
berikut berlangsung dalam suatu larutan seperti ini :
I2 + I- I3-
Jika larutan itu dititrasidengan larutan natrium tiosulfat, konsentrasi iod
total, sebagai I2 bebas dan I3- tak bebas, diperoleh, karena segera sesudah iod
dihilangkan akibat interaksi dengan triosulfat, sejumlah iod baru dibebaskan dari
tri-iodida agar kesetimbangan tidak terganggu. Namun jika larutan dikocok
dengan karbon tetra klorida, dalam mana iod saja yang dapat larut cukup banyak,
maka iod bebas dalam larutan air (Svehla, 1985; 142)
Jika larutan iodium di dalam KI pada suasana netral maupun asam dititrasi
maka :
I3- + 2S2O32- 3I- + S4O62-
Selama zat antara S2O3I- yang tidak berwarna adalh terbentuk sebagai :
S2O32- + I3- S2O3I- + 2I-
Yang mana berjalan terus menjadi :
2S2O3I- + I- S4O62- + I3-
Warna indikator muncul kembali pada :
S2O3I- + S2O32- S4O62- + I-
Reaksi berlangsung baik di bawah PH = 5,0 (Khopkar, 2007: 54).
Iodium, I2, sedikit larut di dalam air namun larut dalam air yang mengandung ion
I-, misalnya dalam larutan KI. I2 dan I- dalam larutan air akan membentuk ion tri-
iodida, I3- dan reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan.
[I2]H2O
=
[2]4
I2 lebih mudah larut dalam larutan KI, itulah sebabnya I2 yang terdistribusi
kedalam lapisan atas lebih banyak dibandingkan konsentrasi I2 pada tahap(1). I2
yang terdistribusi kelapisan atas, sebagian akan bereaksi dengan sebagian I- yang
berasal dari larutan KI membentuk I3-(Tim Dosen Kimia Fisik, 2017: 21).
Kalium iodida mengendapkan tembaga (II) iodida yang putih tetapi
larutannya berwarna coklat tua karena terbentuk ion-ion tri-iodidda (iod):
2Cu2++ 5I- 2CuI + I3-
Dengan menambahkan natrium tiosulfat berlebih kedalam larutan, ion tri-iodida
akan direduksi menjadi ion iodida yang tak berwarna dan warna putih dari
endapan menjadi terlihat. Reduksi dengan ion tiosulfat menghasilkan tetrasionat:
I3-+2S2O32- 3I- + 2S4O62-
Reaksi ini dipakai dalam analisis kuantitatif untuk menentukan tembaga secara
iodometri (Andaka, 2008: 130).
D. Alat Dan Bahan
1. Alat
a. Corong pisah 250 ml 1 buah
b. Statif dan klem @1 buah
c. Corong biasa 1 buah
d. Buret 50 ml 1 buah
e. Labu erlenmeyer 250 ml bertutup asa 2 buah
f. Gelas ukur 100 ml 1 buah
g. Pipet ukur 10 ml 1 buah
h. Ball pipet 1 buah
i. Botol semprot 1 buah
j. Batang pengaduk 1 buah
k. Pipet tetes 3 buah
l. Gelas kimia 250 mL 3 buah
m. Stopwatch 1 buah
n. Lap kasar 1 buah
o. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Larutan jenuh iod dalam kloroform ([I2]CHCl3)
b. Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,02 M
c. Aquadest (H2O)
d. Larutan kalium iodida (KI) 0,1 M
e. Tissu
f. lebel
E. Prosedur Kerja
1. sebanyak 10 ml larutan I2 dalam CHCl3 dipipet dan dimasukkan dalam corong
pisah.
2. Sebanyak 100 ml larutan KI 0,1 M ditambahkan dan dikocok selama 40
menit.
3. Larutan didiamkan sampai terbentuk dua lapisan, kemudian kedua lapisan
tersebut dipisahkan.
4. Sebanyak 5 ml lapisan bawah dan 5 ml lapisan atas dipipet, kemudian
dimasukkan dalam labu erlenmeyer bertutup asa.
5. Larutan dititrasi Na2S2O3 0,02 N dan dicatat volume masing-masing titrasi
volume titrasi.
6. Menghitung nilai K.

F. Hasil Pengamatan

No Aktivitas Hasil
1. 10 ml larutan I2 dalam CHCl3(ungu) Terbentuk dua lapisan
+ 100 ml larutan KI 0,1M
2. Campuran dikocok selama 40 Terbentuk dua lapisan
menit, lalu didiamkan Lapisan atas : merah kecoklatan
(I2 - H2O).
Lapisan Bawah : ungu (I3- CHCl3)
3. 5ml larutan lapisan atas dititrasi Merah kecoklatan menjadi bening
dengan Na2S2O3 0,02 M Volume = 8,6 ml
4. 5 ml larutan lapisan bawah dititrsi Ungu menjadi bening
dengan Na2S2O3 0,02 M Volume 19.9 ml

G. Analisis Data
Dik : V Na2S2O3 dalam H2O = 8,6 mL 8,6 x 10-3L
V Na2S2O3 dalam CHCl3 = 19,9 mL 19,9 x 10-3L
Kd = 102,36
[KI] = 0,1 M
Dit: K?
Peny :
2S2O32- + I2 S4O62- + 2I-
2mmol S2O32- 0,02 M = 1 mmol I2
1 mmol S2O32- 0,02 M = mmol I2
dalam hal ini:
1 mol Na2S2O3 0,02 M = 0,02 mmol S2O32-
hal ini berarti:
1 mL Na2S2O3 0,02 M = x 0,02 mmol I2
1 mL Na2S2O3 0,02 M = 0,01 mmol I2= 1 x10-2 mmol I2
= 1 x10-5 mol I2
1. Menghitung konsentrasi I2 dalam H2O[ I2 ]H2O
[ I2 ]CHCl3= Vol Na2S2O3 dalam CHCl3 x mol I2
V CHCl3

= 19,9 x 10-3L x 10-5 mol I2


5 x 10-3L
= 3,98 x 10-5 mol I2
[ I2 ]H2O = [ I2 ]CHCl3. KD
= 3,98 x 10-5 x 0,976 x 10-2
= 3,88 x 10-7M

KD = [ I2 ]H2O , dengan nilai Kd = 0,976 x 10-2

[ I2 ]CHCl3

2. Menghitung konsentrasi [ I2 ]H2O + [ I- ]H2O


[ I2 ]H2O + [ I3- ]H2O = b
b = Vol Na2S2O3 dalam H2O x mol I2
V CHCl3

= 8,6 x 10-3L x 10-5 mol I2


5 x 10-3L
= 1,72 x 10-5 M

Sehingga , [ I3- ]H2O = b x [ I2 ]H2O


= 1,72 x 10-5 M - 3,88 x 10-7M
= 1,72 x 10-5 M - 0,0388 x 10-5M
= 1,6812 x 10-5M
Maka, [ I- ]H2O = [ I ]mula-mula - [ I3- ] H2O
= 0,1 - 1,6812 x 10-5M
= 0,099 M
I2(aq) + I-(aq) I3-(aq)
Maka , K = [ I3- ]
[ I2- ] [ I3- ]

= 1,6812 x 10-5M
1,72 x 10-5 M x 0,099M

= 1,682M
0,1702M

= 9,87M-1

H. Pembahasan
Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi seluruh
zat tidak lagi mengalami perubahan, sebab zat - zat diruas kanan terbentuk dan
terurai lagi dengan kecepatan yang sama. Sedangkan yang dimaksud dengan
tetapan kesetimbangan adalah hasil kali konsentrasi setimbang zat diruas kanan
dibagi hasil kali konsentrasi setimbang zat diruas kiri., masing - masing
konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien reaksinya. Sehingga dengan tetapan
kesetimbangan ini dapat diketahui ketuntasan suatu reaksi serta arah suatu reaksi
(Tim Dosen Kimia Dasar,2015 : 6).
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan tetapan kesetimbangan ion
triodida, dengan prinsip dasar percobaan ini yaitu terdistribusinya zat terlarut
diantara 2 pelarut yang tidak saling bercampur. Percobaan ini larutan I2 jenuh
dalam CHCl3 direaksikan dengan KI,lalu mengocoknya. Digunakan larutan KI
untuk menyediakan ion iodida. I- hasil ionisasi dari KI yang nantinya akan
membentuk I3- hasil ionisasi dari KI yang nantinya akan membentuk I3-.kemudian
dikocok dalam corong pisah untuk mendistribusi iod kedalam pelarut kloroform
dan air (Svehla,1985: 142). Semakin lama pengocokan maka distribusi I2 dalam
kedua pelarutnya lebih sempurna. Sesekali kran corong pisah dibuka untuk
mengurangi tekanan dalam corong pisah yang berasal dari kloroform, adanya
tekanan terjadi karena kloroform merupakan senyawa yang mudah menguap
sehingga akan memberikan tekanan dari dalam corong saat pengocokan
dilakukan, selain itu juga saat reaksi I- dengan iod sehingga terjadi proses
tumbukan pengocokan, corong pisah didiamkan agar lapisan [I-]H2O dan
[I2]CHCl3 terbentuk sempurna. Terbentuknya dua lapisan tersebut terjadi karena
perbedaan sifat kepolaran antara dan kloroform. Dimana air bersifat polar dan
kloroform bersifat nonpolar. Lapisan air berada di bagian atas karena massa jenis
air lebih kecil daripada massa jenis kloroform (massa jenis air = 0,998 g/ml dan
massa jenis klorofom = 1,48 g/ml) (Soebagio, 2003).
Iod lebih banyak terdistribusi ke dalam kloroform daripada air karena iod
lebih mudah terdistribusi ke kloroform yang sifatnya nonpolar daripada air yang
sifatnya polar (Svehla, 1985: 139). Iod ketika bereaksi dengan kloroform akan
menghasilkan larutan berwarna ungu ([I2]CHCl3) sedangkan Iod ketika bereaksi
dengan air akan menghasilkan warna merah kecoklatan ([I-]H2O), dimana hal ini
telah sesuai dengan yang telah didapatkan dalam percobaan. Reaksinya adalah :
KI(aq) K+(aq) + I-(aq)
I-(aq) + I2(aq) I3-(aq) (Svehla,1985).
Kedua lapisan tersebut kemudian dipisahkan dan dititrasi melalui metode
titrasi iodometri yaitu titrasi redoks dengan larutan standar yang melibatkan I-
dengan menggunakan indikator untuk menandai titik akhir titrasinya. Dalam
percobaan ini, kedua lapisan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3, dengan
bantuan indikator amilum untuk menandai titik akhir titrasi yang ditandai larutan
menjadi bening. Titrasi ini merupakan titrasi tidak langsung karena iod yang
bereaksi dengan Na2S2O3berasal dari senyawa (KI) yang melepaskan senyawa
I2.terjadinya perubahan warna dari ungu atau merah kecoklatan menjadi bening
karena I2dalam kloroform dan air telah habis beraksi denganNa2S2O3sehingga
menghasilkan warna bening dari kloroform dan air. Reaksinya :
Pada lapisan atas (air)
I3-(aq) + 2S2O32-(aq) 3I-(aq) + S4O62-(aq)
Pada lapisan bawah (CHCl3)
I2(aq) + 2S2O32-(aq) 2I-(aq) + S4O62-(aq) (Svehla,1985).
Adapun tujuan titrasi ini dilakukan karena untuk mengetahui dan menentukan
konsentrasi dari [I2] dan [I3-] dalam kloroform dan air, sehingga tetapan
kesetimbangan ion triiodida dapat ditentukan. Titrasi ini dilakukan 1 kali agar
hasil yang diperoleh lebih akurat dan ada perbandingan volume. Harusnya
dilakukan 3 kali titrasi agar lebih akurat namun hasil yang diperoleh terlalu sedikit
untuk dilakukan 3 kali titrasi. Adapun volume natrium tiosulfat yang digunakan
untuk menitrasi lapisan atas sebanyak 8,6 ml dan lapisan bawah 19,9 mL,
sehingga dapat ditentukan tetapan kesetimbangannya berdasarkan hukum
kesetimbangan bahwa konsentrasi produk dibagi konsentrasi reaktan
dipangkatkan masing-masing koefisiennya, sehingga dari reaksinya dapat
dituliskan rumusnya:
K = [I3-]H2O
[I2]H2O x [I-]H2O
Dari rumus tersebut diperolehlah tetapan kesetimbangan ion triiodida sebesar K =
9,87M-1

I. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
tetapan kesetimbangan reaksi pembentukan ion triodida sebesar :
K = [I3-]H2O = 9,87M-1
[I2]H2O x [I-]H2O
2. Saran
Diharapkan untuk praktikan selanjutnya, pada saat pengocokan campuran,
benar-benar dikocok dengan kuat dan searah agar iod terdistribusi dengan
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Andaka, Ganjar. 2008 . Penentuan Kadar Tembaga Pada Limbah Cair Industri
Kerajinan Perak Dengan Presipitasi Engan Menggunakan NaOH.
Jurnal Teknologi 1(2) 127-134.

Chang, Raymond. 2004 . Kimia Dasar Dasar Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Hestina, Desi, dkk. 2009. Biosorpsi pb (II) pada Jamur Trichoderma Asperrezum
TNJ-63. Jurnal Rekaya Proses. Vol. 3. No. 1. Hal. 1-4.

Patiha. 2013. Penentuan Tetapan LajuReaksi Balik dan Tetapan Kesetimbangan


dengan pendekatan Reaksi Searah dan Hukum Laju Reaksi Maju.
Jurnal Penelitian Kimia. Vol. 9. No. 2. Hal. 22-32.

Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta:


PT. Kalman Media Pusaka.

Tim Dosen Kimia Fisik I, 2007. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Makassar :
Unuversitas Negeri Makassar.

Anda mungkin juga menyukai