TITRASI REDUKSI
OKSIDASI (REDOKS)
IODOMETRI
SMKN 5 BANDUNG
IODOMETRI
Iodometri adalah titrasi yang didasarkan pada
jumlah I2 yang terbentuk dari reaksi zat
sampel dengan KI.
Titrasi tidak langsung, karena titrasi
menggunakan larutan Na2S2O3 sebagai titran
untuk menentukan kadar iodium yang
dibebaskan pada suatu reaksi redoks.
IODOMETRI
Reaksi oksidasi: Na2S2O3
2 S2O3 2- S4O6 2- + 2e
BE = 2 x Mr = Mr
2
Sifat S2O3 2-
Mengurai oleh adanya asam (H+)
S2O32- + 2H+ S(s) + H2O + SO2(g)
Oleh karena itu air yang digunakan sebagai
pelarut harus netral atau sedikit basa.
Penyebab asamnya air salah satunya karena
adanya SO2, oleh karena itu air yang
digunakan sebagai pelarut harus dididihkan
dulu untuk menghilangkan CO2 yang ada.
Sifat S2O3 2-
Mengurai oleh adanya bakteri Thiobacillus
thioparrus. Untuk mencegah adanya bakteri
maka ditambahkan CHCl3 (3 tetes/L) atau
HgI2 (10 mg/L), atau pH dinaikkan 9-10
dengan menambahkan Na2CO3 100 mg/L
Penyimpanan di dalam botol gelap agar
pertumbuhan bakteri berkurang, adanya
bakteri larutan tiosulfat akan terurai seperti
hal terurainya larutan tio oleh asam.
Iodium oksidator yang jauh lebih lemah
daripada KMnO4.
Zat-zat seperti Na2S2O3 , As2O3, Sb2S3, dapat
dititrasi langsung dengan iodium (I2) pada titrasi
iodimetri.
Iodium sedikit larut dalam air (0,00134 mol/L pada
suhu 25 oC), tetapi agak larut dalam larutan yang
mengandung ion iodida membentuk kompleks.
I2+ I- I3- ( K = 710 pada 25 oC)
Indikator
Indikator yang ditambahkan pada titrasi iodometri adalah
amylum 0,1%.
Penambahan amylum 2-3 tetes menjelang TE (kuning
jerami), agar iod-amylum yang terbentuk tidak terlalu
banyak, sehingga TA mudah diamati.
Penambahan amylum jauh sebelum TE, maka I2 masih
banyak sehingga jumlah iod-amylum banyak (ikatannya
kuat), akibatnya reaksi titrasi lambat, kemungkinan TA
jauh melewati TE dan volume Na2S2O3 lebih banyak dari
yang seharusnya.
Dalam proses tidak langsung, ada 2 hal yang
penting yg harus diperhatikan karena dapat
menjadi sumber kesalahan.
1. Iodium bersifat volatil ( I2 dpt berkurang atau
hilang).
2. Terjadi oksidasi oleh udara terhadap iodium
4I- + O + 4H+ 2 I + 2H O
2 2 2
Kekurangan penggunaan larutan kanji dalam
iodometri
a. kanji tidak larut dalam air dingin
b. suspensinya dalam air tidak stabil.
c. kanji dengan iodium membentuk kompleks
Iodium-amilum yang tidak larut dalam air. Dan
ini akan terjadi bila penambahan larutan kanji
dilakukan di awal titrasi (indikator harus
ditambahkan saat dekat titik ekivalen).
Titik ekivalen (TE) dalam Iodometri dapat ditentukan
dengan indikator larutan kanji (amilum). 1 tetes larutan I2
0,01 N dalam 100 mL aquades memberikan warna
kuning muda, namun demikian warna ini lebih sensitif
jika ditambah larutan kanji, karena kanji dengan iodium
dalam larutan KI bereaksi membentuk kompleks Iodium
yg berwarna biru, meskipun konsentrasi iodium sangat
kecil.
IODOMETRI (PROSES TAK LANGSUNG)
Pada titrasi iodometri digunakan ion iodida sebagai
reduktor. Terdapat banyak oksidator yang dapat
bereaksi sempurna dengan ion iodida, misalnya ion Fe
(III) dan ion Cu(II). Oksidator yang akan ditentukan
ditambahkan kalium iodida berlebih, kemudian iodium I2
yang dibebaskan dititrasi dengan larutan standar natrium
tiosulfat (Na2S2O3).
I2 + Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6
Misalnya CuSO4, Ion Cu(II) direduksi secara tidak
langsung oleh Na2S2O3 melalui pembentukan iodium,
hasil oksidasi ion iodida oleh oksidator tsb.
Perhitungan
I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6
2 S2O3 - S4O62- + 2 e
2
(Mr Na S O .5 H O = 248,17 )
2 2 3 2
Pembuatan larutan standar N2S2O3 0,1 N
Perhitungan
Mek Na2S2O3 = Mek K2Cr2O7
VxN=VxN
[Na2S2O3] = Vlabu/ Vpipet x mg K2Cr2O7
BE K2Cr2O7 x Vtitrasi
BE K2Cr2O7 = 1/6 Mr
Penetapan kadar Cu2+
Metode Haen
Reaksi Metode Haen
Cu2+ + 4I- 2 CuI2
2CuI2 I2 + 2 CuI
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-