Anda di halaman 1dari 43

3

IODOMETRI
Cara Brunsh
KELOMPOK 3
01 HELEN JULIANTI

02 HESTI RIZKIYANTI

03 NAYLA RACHMA MUTIA

05 NIDA NAFILAH RAMADHANI

05 SARI WULANDARI
Our Team Style
Place Your Picture Here Place Your Picture Here Place Your Picture Here

SMK Negeri 5 Evania Lestari, S.Si.


Lina Nur Amalina, S.Pd
Bandung

abcd@company.com abcd@company.com abcd@company.com


Facebook.com/abcd Facebook.com/abcd Facebook.com/abcd
Twiter.com/abcd Twiter.com/abcd Twiter.com/abcd

S c i e n c e Te c h n o l o g y E n g i n e e r i n g A r t s M a t h e m a t i c s
TEORI
DASAR
IODOMETRI
Suatu metode analisis kuantitatif berdasarkan reaksi
redoks larutan oksidator yang ditambahkan dengan KI berlebih dan
iodium yang dilepaskan (setara dengan jumlah oksidator) ditirasi
dengan larutan baku natrium tiosulfat.

Titrasi Tidak Langsung Titrasi Reduktometri


Sampel akan dioksidasi menjadi I2 Larutan Na2S2O3 yang digunakan
untuk selanjutnya di titrasi dengan merupakan REDUKTOR
larutan baku natrium tiosulfat

Sampel Bersifat Oksidator Pengaplikasian


Sampel direduksi dengan KI Penetapan kadar Cu2+, Fe3+,Cr2O72,-,
berlebih dan akan menghasilkan I2 AsO43-, Cl2, Br2, H2O2, ClO3-, BrO3-,
yang selanjutnya dititrasi dengan IO3-, 2HNO2, dan penentuan
larutan baku tiosulfat. konsentrasi Na2S2O3
MACAM TITRASI IODOMETRI
01 Metode Haen
Sampel Cu ditambahkan I- berlebih dalam suasana asam.
Sampel Cu akan membentuk endapan CuI dan akan
mengoksidasi I menjadi I2. Sisa I2 dititrasi oleh larutan
-

Na2S2O3 dengan indikator amilum. 

• Titik akhir lebih mudah diamati


• Tidak perlu penambahan KSCN
• Penggunaan KI lebih banyak

02 Metode Brunsh
Sampel Cu ditambahkan I- sedikit berlebih dan KSCN dalam
suasana asam. Sampel Cu akan membentuk endapan CuI dan
akan mengoksidasi I- menjadi I2. Sisa I2 dititrasi oleh larutan
Na2S2O3 dengan indikator amilum. 

• Titik akhir sukar diamati


• Perlu penambahan KSCN
• Penggunaan KI lebih sedikit
Sifat Fisik Na2S2O3
01 Wujud
Wujud padat berbentuk kristal tak berwarna dan tak berbau

Larut 02
Dalam air

03 Massa molar
248.18 g/mol 

Densitas 04
1.667 g/cm3
Sifat Kimia Na2S2O3
Mengandung bakteri
Hidroskopis Thiobacillus
thioparrus

Harmfull Reduktor kuat

Tidak stabil dalam Peka terhadap


suasana asam cahaya
Na2S2O3 Sebagai Larutan Baku Sekunder
Na2S2O3 mudah Terurai dengan Adanya Asam
Reaksi : S3O32- + 3H±
Untuk pelarut yang digunakan aquadest bebas CO2 dikarenakan CO2 yang terlarut dalam aquades akan
bereaksi dengan molekul H2O membentuk asam karbonat yang merupakan senyawa asam lemah.
Pembentukan asam karbonat dan penguraian larutan Na2S2O3 akan menyebabkan konsentrasi
berkurang dan menjadi tidak kuantitatif.

Na2S2O3 terurai dengan adanya bakteri Thiobacillus Thioparrus


Bakteri ini hidup dalam suasana asam dan sinar matahari sebagai sumber pertumbuhan
bakteri. Ciri-ciri bakteri ini medium hidupnya dan seumber nutrisinya S.
Untuk mencegahnya, setelah pelarutan dengan aquades bebas CO 2 harus dinetralkan dan
dibasakan dengan pelarut seperti Na2CO3 10mg/L, CHCl3 3 tetes/L, atau HgI2 10 ml/L.
Larutan Na2S2O3 harus dalam suasana pH netral sedikit basa dengan range pH 8-10.
Na2S2O3 Sebagai Larutan Baku Sekunder
Na2S2O3 Peka Terhadap Cahaya
Karena bakteri tiobacillus tiopharus merupakan bakteri aerob dimana cahaya sebagai sumber
energinya. Jika terdapat cahaya, bakteri akan berkembang dalam larutan kemudian
konsentrasi larutan berkurang karena S dari larutan akan dimakan oleh bakteri.
Maka larutan Na2S2O3 disimpan di dalam botol gelap.

Standarisasi Larutan Na2S2O3


Digunakan larutan baku primernya yaitu kalium dikromat (K 2Cr2O7), Cerium sulfat (CeSO4),
atau Kalium Iodidat (KIO4), KBrO3, CuSO4. Pada praktikum digunakan larutan K2Cr2O7 karena
bersifat oksidator kuat, memiliki tingkat kestabilan yang tinggi, mudah diperoleh, dan yang
terpenting larutan ini tak bereaksi dengan Cl -.
Fungsi Na2S2O3

Sebagai titran pada titrasi IODOMETRI

Sebagai ANTIDOT

Campuran Ekstraksi EMAS


Na2S2O3 & NaNO3
Digunakan keracunan sianida
Menetralkan air yang
mengandung klor
Sebagai ANTI-JAMUR
Zat Pengasam Standarisasi
Na2S2O3
HCl
  Jika digunakan asam klorida maka kromium (III) bereaksi membentuk senyawa
kompleks CrCl berwarna hijau jelas sehingga TA mudah untuk diamati. Namun
konsentrasi asam klorida pada saat titrasi tidak boleh lebih dari 4N, dimana KI
mudah teroksidasi oleh udara dalam suasana asam membentuk I 2

H2SO4
Jika digunakan asam sulfat maka kromium (III) bereaksi membentuk
senyawa kromium (III) sulfat (Cr(SO4)3) yang berwarna biru hijau sehingga
warna TA kurang tajam atau dapat menyebabkan kelabilan. Zat pengasam ini
tidak dibatasi besarnya konsentrasii, konsentrasi besarpun tidak akan
mengalami oksidasi karena asam sulfat sendiri bersifat oksidator kuat, tidak
seperti HCl.
Jika Standarisasi dilakukan pada
suasana basa
Ion dikromat akan bereaksi dengan hidroksida
1 membentuk senyawa ion kromat

Gas iodine (I2) akan membentuk hipoiodat,


2 menyebabkan kadar menjadi tidak seharusnya
Penggunaan KI Designed
Penggunaan KI harus bebas iodat (IO3-), dikarenakan iodat ini dapat mengoksidasi I- menjadi I2 (yang seharusnya tugas
dari sampel) dalam suasana asam, sehingga I2 yang terbentuk lebih banyak dari yang seharusnya akibatnya volume
Na2S2O3 yang diperlukan lebih banyak dan konsentrasi yang diperoleh lebih encer dari yang seharusnya (tidak kuantitatif)

Sifat fisika Sifat kimia

• Berwujud hablur padat • Reduktor kuat (biloks -1)


• Higroskopis
• Tifak berwarna dan tidak berbau
• Mudah teroksidasi oleh udara dalam suasana asam
• Mudah larut dalam air dan dapat melarutkan I2

Penggunaan KI pada standarisasi berlebih karena KI sebagai sumber I2 dan kelebihan I- yang
tidak teroksidasi berfungsi sebagai pelarut dari I2 yang terbentuk dan meyakinkan ion
dikromat tereduksi seluruhnya.
Pengecekan KI bebas Iodat
• Masukan sejumput KI, HCl 4N, dan amylum
• Berwarna biru = ada iodat
• Coklat / berwarna putih = tak ada iodat
Indikator Iodometri
I2 yang dihasilkan bersifat AUTOINDIKATOR
Karena
I2 yang berwarna coklat dapat tereduksi menjadi I- yang tidak berwarna

Tetapi pengamatan TA akan lebih mudah dengan penambahan larutan amilum


sebagai indikator,
karena
amilum akan membentuk kompleks dengan iodium yang berwarna biru sangat jelas
Amylum
AMILUM TERMASUK KARBOHIDRAT KOMPLEKS (POLISAKARIDA).
AMILUM TERDIRI ATAS :
• 20 % BAGIAN YANG LARUT DALAM AIR (AMILOSA)
• 80% BAGIAN YANG TIDAK LARUT DALAM AIR (AMILOPEKTIN)

Sifat fisik Sifat kimia


• Berwujud serbuk padat berwarna • Merupakan Indikator spefisik yang hanya bereaksi dengan I2 membentuk
putih dan tidak berbau Iod-amilum yang berwarna biru
• Amilum hanya sedikit sekali • Tidak stabil dalam penyimpanan yang terlalu lama karena adanya bakteri
larut dalam air dingin, namun yang dapat menguraikan amilum menjadi dekstrin2 nya
mudah larut dalam air panas • Iodium membentuk kompleks triiodida dengan iodida, dengan tetapan
• Densitas = 1.5 g/cm3 keseimbangan 710 pada 25oC
• Kepekatan amilum berkurang dengan naiknya suhu dan oleh beberapa
bahan organik (metil dan etil alkohol)
Penambahan Amylum
Menjelang TE
Bertujuan agar iod amylum yang terbentuk tidak terlalu
banyak dikarenakan iod amylum ini merupakan
kompleks dengan ikatan sangat kuat

Jika ditambahkan jauh sebelum TE


Maka akan jauh volume yang didapat karena Na2S2O3 tidak
dapat memutus ikatan iod-amylum ini akibatnya TA
menjadi lambat dan kemungkinan TA jauh melebihi TE
Sifat fisik I2
Tidak larut dalam KI,
Berwujud padat
Tidak berbau Larut dalam air
berbentuk kristal

Berwarna coklat TITIK LEBUR = 113.7 °C


TITIK DIDIH = 184.3 °C  
Sifat Kimia I2
Iodium membentuk kompleks
triiodida dengan iodida,
Sangat reaktif dengan tetapan keseimbangan Peka terhadap cahaya
710 pada 25oC

Oksidator Mudah menguap


I dalam berbagai Senyawa
I2 IO2- IO4-

Iodin Hipoiodit Iodat


Iodium Iodit Priodat

I- IO- IO3-
Senyawa iodin yang penting
KIO3 I- DALAM AgI -> I- DALAM
GARAM DAPUR LAPISAN
CHI3 / IODOFORM
FOTOGRAFI
->PELARUT ORGANIK
Sifat Fisik CuSO4.5H2O
01 Wujud

Berwujud padat berbentuk kristal berwarna biru

Bau 02
Tidak berbau

03 Larut

Tidak larut dalam HCl dan H2SO4 encer

Konduktor 04
Konduktor panas dan listrik yang baik
Sifat Kimia CuSO4.5H2O

Terhidrolisis dalam air


Tidak reaktif
menjadi
CuSO4.5H2O

Berhidrat
01 Dipilihnya larutan berhidrat karena memiliki sifat kimia yang berbeda dengan
anhidratnya, dimana Cu dengan mengandung hidrat memiliki potensial
reduksi standar yang tinggi daripada anhidratnya.

Tembaga (II)
02 Digunakan CuSO4.5H2O karena Cu ini memiliki warna yang memudahkan untuk
diamati , dalam air semua garam tembaga (II) berwarna biru oleh karena warna
ion kompleks koordinasi enam, [Cu(H2O)6]2+

Pelarutan

03 Pelarutannya pada tembaga (II) sulfat digunakan asam sulfat (H2SO4)


karena dilihat dari konduktivitasnya yang lebih besar dari CuSO4.5H2O, jika
memakai pelarut aquades tidak akan melarutkan dan hanya menghidrolisis
Cu, salah satunya yaitu asam sulfat.

04
Pelarut H2SO4
Asam sulfat memiliki konduktivitas yang tinggi dan merupakan asam kuat dan Simple Portfolio
oksidator kuat bertujuan pencegahan pada hidrolisis pereduksian pada Cu dan
menjernihkan larutan.
Presentation
Jika menggunakan Pelarut HCl
Maka akan mudah bereaksi membentuk ion
kompleks tembaga (II) klorida yang berwarna
hijau kebiruan oleh karena ion kompleks
koordinasi empat [cucl4]2+ dan warna larutan
akan membingungkan saat warna titik akhir.
KSCN
Penambahan regensia KSCN bertujuan untuk mencegak I2
terabsorpsi oleh endapan CuI karena memiliki ion senama iodide
sehingga dapat membentuk endapan yang lebih besar.
Kekurangan Kelebihan
Endapan CuSCN yang dihasilkan Penggunaan KI lebih sedikit
berwarna hitam membuat TA
sulit diamati
Tujuan Praktikum
1. Prinsipmembuat
Untuk pembuatan Na2S2O3
larutan Natrium Thiosulfat 0,1N sebanyak 1L
2. Untuk menentukan konsentrasi Natrium Thiosulfat dengan
standarisasi oleh Kalium Dikromat
3. Untuk menentukan kadar Cu dalam senyawa CuSO 4 . 5H2O

Prinsip pembuatan larutan Na2S2O3


Berdasarkan penimbangan sejumlah tertentu sampel
Na2S2O3 yang dilarutkan menggunakan air bebas CO2 dan

ditambahkan 2 gram Na2CO3 dalam labu ukur 1L. Kemudian


diamkan 1 hari dan disaring.
Prinsip
01 Standarisasi Na2S2O3

Berdasarkan reaksi redoks sejumlah mL K2Cr2O7 dengan larutan KI bebas iodat,

kemudian titrasi iod yang terbentuk dengan larutan Na 2S2O3 dalam suasana asam
(pH=3-4) sampai menjelang TE (kuning jerami), kemudian tambahkan indikator
amylum lalu lanjutkan titrasi hingga terjadi perubahan warna menjadi hijau dimana
mol ekivalen eq K2Cr2O7 = mol eg I2 = mol eq Na2S2O3

02 Penetapan kadar Cu2+

Berdasarkan reaksi redoks sejumlah mL sampel dengan larutan KI bebas iodat


tambahkan larutan KSCN 10%, kemudian titrasi I 2 yang terbentuk dengan Na2S2O3
Hingga menjelang TE (coklat pucat) tambahkan indikator amylum, lanjutkan titrasi
hingga TA (ungu kotor) Dimana mol eq CuSO4 = mol eq I2 = mol eq Na2S2O3
Persamaan Reaksi Stadarisasi

Your Text Here

01 You can simply impress your audience and add


a unique zing and appeal to your Presentations.

Your Text Here

02 You can simply impress your audience and add


a unique zing and appeal to your Presentations.

Your Text Here

03 You can simply impress your audience and add


a unique zing and appeal to your Presentations.

04
Your Text Here
You can simply impress your audience and add Simple Portfolio
a unique zing and appeal to your Presentations.

Presentation
Your Text Here

01 You can simply impress your audience and add


a unique zing and appeal to your Presentations.

Your Text Here

02 You can simply impress your audience and add


a unique zing and appeal to your Presentations.

Your Text Here

03 You can simply impress your audience and add


a unique zing and appeal to your Presentations.

04
Your Text Here
You can simply impress your audience and add Simple Portfolio
a unique zing and appeal to your Presentations.

Presentation
Persamaan Reaksi Penetapan
Tambahan
PROSEDUR
PERCOBAAN
Pembuatan larutan Na2S2O3
Timbang … gram Na2S2O3

Larutkan dengan aquades bebas CO2


masukkan ke dalam labu ukur 1 liter.
Tambahkan Na2CO3 2 gram, encerkan
sampai tanda batas

Diamkan selama 1 hari

Saring endapan
Pembuatan Larutan Amilum
Timbang 500 mg pati atau amylum

Larutkan dalam 100 mL aquades

Didihkan selama beberapa menit

Dinginkan

Saring dengan kertas saring


Standarisasi Na2S2O3
Timbang 2,5 gram K2Cr2O7

Larutkan dalam gelas ukur 500mL, pipet 25


mL + 1 gram KI bebas iodat + 4 mL HCl 4N
Diamkan 5 menit di kondisi gelap sambil di
kocok. Bilas tutup erlenmeyer tutup asah
Titrasi dengan Na2S2O3 hingga menjelang TE,
lalu tambahkan 3 tetes indikator amylum

Titrasi kembali hingga TA


Penetapan kadar

Timbang 10g sampel CuSO4 . 5H2O, larutkan dengan 20 mL H2SO4 4N.


Masukkan ke dalam labu ukur 250 mL, encerkan hingga tanda batas

Pipet 25 mL, tambahkan 0.2g KI, homogenkan. Tambahkan 5 mL


H2SO4 4N, Diamkan 1 menit sambil dikocok. Tambahkan 10 mL KSCN 10%

Titrasi sampel dengan Na2S2O3 hingga menjelang TE

Tambahkan 16 tetes indikator amylum

Titrasi kembali hingga TA


Perhitungan
01 Standarisasi Na2S2O3

02 Penetapan kadar Cu2+


Thank You
Any
Question??

Anda mungkin juga menyukai