Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan analisis terhadap kandungan iodat pada garam
beriodium perdagangan. Praktikum kali ini menggunakan sampel garam beriodium yang
dijual di pasaran dengan merek “Karapan Sapi”. Pada label pembungkus garam ini
dinyatakan bahwa kadar iodat (KIO3) minimal 30 ppm.
Untuk membuktikan kebenaran dari pernyataan tersebut maka dilakukan suatu
analisis. Dalam penentuan kadar iodat akan dilakukan dengan teknik titrasi iodometri
sehingga dalam hal ini akan diperlukan larutan penitrasi yang akan menitrasi iodat yang
terdapat dalam garam beriodium tersebut. Dalam titrasi iodometri ini, zat yang akan
digunakan sebagai titran adalah larutan Na2S2O3. Larutan Na2S2O3 merupakan larutan
standar sekunder sehingga perlu dilakukan standarisasi larutan tersebut sehingga
diperoleh konsentrasi larutan yang tepat yang nantinya digunakan lebih lanjut untuk
proses titrasi garam beriodium.
Penentuan kandungan iodat pada garam beriodium dengan teknik titrasi iodometri
dapat dilakukan dengan beberapa tahap, diantaranya yaitu:
= 0,1 M
Menghitung volume yang akan diambil
Berdasarkan data di atas, yaitu konsentrasi awal (M 1) = 0,1 M dan konsentrasi
akhir (M2) = 0,005 M, dan volume akhir (V2) = 100 mL, maka dapat dihitung
volume larutan Na2S2O3 0,1 M yang akan diambil (V1) dengan cara sebagai
berikut.
V1 x M1 = V2 x M2
Jadi, volume larutan Na2S2O3 0,1 M yang diambil adalah 5 mL. Selanjutnya
sebanyak 5 mL larutan Na2S2O3 0,1 M ini ditambahkan akuades sampai volume
akhir menjadi 100 mL.
Jadi, larutan kanji 1,5% yang diambil adalah 66,67 mL, selanjutnya
ditambahkan akuades sampai volumenya 100 mL.
Sehingga untuk membuat HCl 35% dari HCl 37% dapat dilakukan dengan
mengambil 9,5 mL HCl 37% kemudian ditambahkan akuades sampai volumenya
menjadi 10 mL.
b) Titrasi kedua
c) Titrasi ketiga
Dari perhitungan konsentasi larutan Na2S2O3 dari tiga kali titrasi yang dilakukan.
Perhitungan konsentrasi larutan Na2S2O3 yang sebenarnya sebagai berikut.
30 ppm KIO3 = =
Untuk menguji kandungan iodat dalam garam beriodium ini, maka dilakukan
titrasi iodometri. Langkah awal yang dilakukan, yaitu menimbang garam beriodium
sebanyak 25,00 gram. Garam tersebut selanjutnya dilarutkan ke dalam 100 mL
akuades dan diaduk sampai seluruh garam terlarut. Larutan yang terbentuk adalah
larutan bening tidak berwarna. Larutan garam tersebut ditambahkan 1 mL HCl 35%,
setelah ditambahkan HCl 35% larutan garam masih tetap bening tidak berwarna.
Kemudian larutan garam tersebut ditambahkan 0,1 gram KI. Setelah larutan garam
ditambahkan KI maka larutan garam berubah warna menjadi kuning. Warna kuning
ini menandakan bahwa dalam larutan tersebut telah terbentuk I2. Berikutnya larutan
yang berwarna kuning ini ditambahkan larutan indikator yaitu larutan kanji 1%
sebanyak 2 mL. Setelah ditambahkan larutan kanji 1%, larutan yang berwarna kuning
tersebut berubah warna menjadi biru pekat. Warna biru pekat terbentuk karena adanya
reaksi antara I2 dengan amilum. Larutan yang berwarna biru pekat ini selanjutnya
dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 dihentikan
bila warna biru pekat tersebut sudah hilang. Dari titrasi yang dilakukan didapatkan
data sebagai berikut.
a. Titrasi I
Perhitungan Konsentrasi IO3-
3,62 mL x M = 6 x 25 mL x M IO3-
Perhitungan Massa IO3-
Karena volume titrat yang digunakan 25 mL, ¼ kali dari volume awal yaitu
100 mL maka kadar iodat dalam garam tersebut menjadi 5,32 ppm x 4 =
21,28 ppm
b. Titrasi II
Perhitungan Konsentrasi IO3-
3,72 mL x M = 6 x 25 mL x M IO3-
Karena volume titrat yang digunakan 25 mL, ¼ kali dari volume awal yaitu
100 mL maka kadar iodat dalam garam tersebut menjadi 5,95 ppm x 4 = 23,8
ppm.
c. Titrasi III
Perhitungan Konsentrasi IO3-
3,56 mL x M = 6 x 25 mL x M IO3-
Perhitungan Massa IO3-
Karena volume titrat yang digunakan 25 mL, ¼ kali dari volume awal yaitu
100 mL maka kadar iodat dalam garam tersebut menjadi 5,53 ppm x 4 = 22,12
ppm.
Rata-rata konsentrasi iodium dalam bentuk Iodat pada sampel:
Jadi, kadar Iodium dalam sampel sebesar 22,4 ppm. Hasil ini berbeda dengan
yang tertera pada kemasan garam tersebut, dimana pada kemasan dikatakan
kandungan iodium sebesar 30 ppm. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh
kesalahan dalam mengamati saat sudah tercapai titik ekivalen pada titrasi sehinga
mempengaruhi hasil perhitungan kadar iodium pada garam.
II. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa kandungan iodium dalam bentuk iodat yang terkandung dalam garam iodium
perdagangan dapat ditentukan dengan menggunakan metode titrasi iodometri. Adapun
kandungan iodat dalam garam iodium perdagangan merek “Karapan Sapi” yaitu sebesar
22,4 ppm.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Berikan contoh penggunaan analisis iodometri yang lain!
Jawab:
Contoh lain dari penggunaan analisis iodometri adalah penentuan kadar tembaga
dalam suatu sampel. Reaksi yang terjadi dalam titrasi tersebut adalah reaksi antara Cu2+
(oksidator) dengan ion iodida yang menghasilkan endapan Cu 2I2 dan larutan I2. Berikut
merupakan persamaan reaksi yang terjadi.
Selanjutnya I2 yang terbentuk, akan direduksi oleh ion S 2O32- yang menghasilkan ion S4O62-
dan ion I- yang ditunjukkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut.
Untuk mengetahui apakah reaksi di atas sudah berlangsung dengan lengkap, maka
digunakan sebuah indikator, yaitu amilum. Dalam titrasi iodometri, bila oksidatornya telah
habis maka tetesan terakhir dari titran (Na2S2O3) akan menghilangkan warna biru dari
titratnya.
2. Dalam analisis ini digunakan mikro buret dan tidak digunakan buret biasa (dengan skala 0,1
mL). Mengapa demikian?
Jawab:
Pada penentuan kandungan iodat dalam garam perdagangan yang digunakan adalah
mikro buret bukan buret yang biasa. Hal ini disebabkan oleh tingkat ketelitian mikro buret
yang lebih tinggi daripada buret biasa. Dalam analisis ini, konsentrasi titrat (IO 3-) dalam
sampel garam perdagangan yang dianalisis sangat kecil, yaitu konsentrasinya dalam ppm
(kandungannya sangat kecil). Sehingga dalam analisis titrasi iodometri ini menggunakan
mikro buret dengan titran dalam konsentrasi kecil dan volume yang jumlahnya sedikit agar
memperoleh kesalahan titrasi yang kecil.
3. Bagaimana akurasi analisis titrimetri untuk penentuan iodium ini dibandingkan dengan
metode yang lain (misalnya spektrofotometri)?
Jawab:
Analisis titrimetri untuk penentuan iodium memiliki akurasi yang kecil dibandingkan
dengan analisis spektrofotometri. Hal ini dikarenakan dalam analisis ini, zat-zat yang
dianalisis dengan metode titrimetri memiliki konsentrasi yang kecil (dalam bagian per
juta/ppm). Sehingga dalam penggunaan metode titrimetri pada penentuan iodium ini dapat
menimbulkan beberapa kesalahan yang memengaruhi hasilnya. Adapun beberapa kesalahan
yang mungkin dilakukan sebagai berikut: (1) kesalahan penimbangan dalam pembuatan
larutan, (2) kesalahan pengamatan selama titrasi karena volume titran yang diperlukan untuk
mentitrasi sedikit, (3) penambahan amilum yang terlalu cepat dapat mengikat I2 dengan kuat,
sehingga I2 sukar lepas dari kompleksnya dan menyebabkan besarnya kesalahan titrasi.
Sedangkan dengan metode spektrofotometri akurasinya lebih besar karena dalam analisisnya
memiliki tingkat ketelitian yang besar sehingga dapat menghindari kesalahan yang
ditimbulkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu, Sodiq, Endang Budiasih, Hayuni Retno Widarti, dan Munzil. 2004. Common Text Book
Kimia Analitik I. Malang: IMSTEP
Sastrawidana, I D. K., I N. Selamat, dan I G. Lanang Wiratma. 2001. Buku Penuntun Belajar
Kimia Analitik Kualitatif. Singaraja: Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan
MIPA IKIP Negeri Singaraja
Selamat, I N., dan I G. Lanang Wiratama. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Analitik . Singaraja:
IKIP Negeri Singaraja
Vogel, A.I. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman
Media Pustaka