Anda di halaman 1dari 7

Tanah adalah lapisan yang menyeliputi bumi antara litosfer (batuan yang membentuk kerak

bumi) and atmosfer. Tanah adalah tempat tumbuhnya tanaman dan mendukung hewan dan
manusia. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan tanaman dan organisme,
membentuk tubuh unik yang menyelaputi lapisan batuan. Proses pembentukan tanah dikenal
sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri
atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon. Setiap horizon dapat menceritakan
mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah
tersebut.
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak dipermukaan
sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yakni
bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan
selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk
asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya (Winarso, 2005).
Tanah merupakan elemen dasar yang tidak terpisahkan dalam dunia pertanian. Tanpa
adanya tanah mustahil kita bisa menanam padi, palawija, sayuran, dan buah-buahan
meskipun saat ini telah banyak dikembangkan sistem bercocok tanam tanpa tanah, misalnya
hidroponik, airoponik dan lain-lain, tetapi apabila usaha budidaya tanaman dalam skala luas
namun masih lebih ekonomis dan efisien menggunakan media tanah. Mengingat pentingnya
peranan tanah dalam usahatani, maka pengelolaan tanah untuk usahatani haruslah dilakukan
sebaik mungkin guna menjaga kesuburan tanahnya. Tanah yang memenuhi syarat agar
pertumbuhan tanaman bisa optimal tentulah harus memiliki kandungan unsur hara yang
cukup,mengandung banyak bahan organik yang menguntungkan.
Tanah yang semula subur dapat berkurang kualitasnya oleh beberapa faktor. Salah satu
diantaranya adalah dengan seringnya tanah tersebut dimanfaatkan tanpa mengalami proses
istirahat. Dengan seringnya kita memanfaatkan tanah, maka unsur hara yang terkandung di
dalamnyapun sedikit demi sedikit akan berkurang. Tanah yang subur dan mudah diolah
sangat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara.Unsur yang terpenting dalam
tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah kandungan c-
organik.Dimana kandungan c-organik merupakan unsur yang dapat menentukan tingkat
kesuburan tanah.
Kita membutuhkan tanah sebagai sumber kehidupan dan sebagai media tumbuhnya
tanaman.Sebagai media tumbuhnya media tanaman tanah harus dapat menyediakan unsur-
unsur yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh.Salah satu faktor yang harus ada adalah bahan
organik tanah.Bahan organik tanah merupakan timbunan binatang dan jasad renik yang
sebagian telah mengalami perombakan.Bahan organik ini biasanya berwarna cokelat dan
bersifat koloid yang dikenal dengan humus.
Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar
serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalaui
suatu kegiatan mikroorganisme di dalam tanah.Humus merupakan senyawa yang resisten
berwarna hitam / cokelat dan mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang tinggi.
Tanah yang mengandung banyak humus atau mengandung banyak bahan organik adalah
tanah-tanah lapisan atas atau tanah-tanah top soil.Bahan organik tanah berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman yaitu sebagai granulator yang berfungsi memperbaiki struktur tanah,
penyediaan unsur hara dan sebagainya. Nantinya akan mempengaruhi seberapa jauh tanaman
memberikan hasil produktifitas yang tinggi.
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara.Unsur yang terpenting dalam
tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah kandungan c-
organik.Dimana kandungan c-organik merupakan unsur yang dapat menentukan tingkat
kesuburan tanah.Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di
dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme,
bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Kandungan bahan organik tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain iklim, tipe
penggunaan lahan, relief, landform, aktivitas manusia.C/N adalah salah satu parameter yang
dapat digunakan untuk mencirikan kualitas bahan organik. Metode yang digunakan dalam
praktikum ini adalah metode Walkey and Black yang menggunakan tahapan antara arti nyata
kandungan bahan organik yang ditentukan oleh besarnya C-organik hasil titrasi yang
kemudian dikalikan dengan konstanta tertentu.
Mempelajari masalah bahan organik adalah untuk memperoleh informasi yang dapat
digunakan secara langsung maupun tidak langsung dalam memahami perilaku tanah.Hampir
semua makhluk hidup yang ditemui bergantung pada bahan organik untuk energi dan
makanannya. Bahan organik tanah berpengaruh penting dalam sifat fisika dan biologi tanah
sehingga akan berpengaruh pula pada pertumbuhan tanaman. Pengaruh langsung bahan
organik tanah yang sifatnya positif terhadap pertumbuhan tanaman terjadi melalui produk
pengurainya yang berupa asam-asam organik.Terkait dengan sifat biologi tanah, bahan
organik sangat nyata mempengaruhi kegiatan mikroflora dan mikrofauna tanah melalui
perannya sebagai penyedia C dan energi.Secara substansi bahan organik tersusun dari bahan
humus dan non humus.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka perlu diadakan percobaan untuk penetapan kadar
bahan organik tanah, sehingga dapat diketahui tingkat kesuburan tanah dan jenis verietas
tanaman yang bisa ditanami dalam areal tersebut.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka tujuan praktikum
penetapan kadarbahan organik tanah adalah untuk mengetahui kandungan bahan organik
tanah.Kegunaannya adalah sebagai bahan informasi untuk mengetahui kandungan bahan
organik dari tanah sehingga kita dapat mengetahui layak atau tidaknya tanah tersebut
dijadikan lahan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Bahan Organik dalam Tanah


Tanah sebagai media pertumbuhan tanaman berada dalam kondisi yang optimum jika
komposisinya terdiri dari : 25% udara, 25% air, 45% mineral dan 5% bahan organik. Atas
dasar perbandingan ini, nampak kebutuhan tanah terhadap bahan organik adalah paling
kecil.Namun demikian kehadiran bahan organik dalam tanah mutlak dibutuhkan karena
bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara
fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah (Lengkong dan Kawulusan, 2008).
Bahan organik adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang
sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi
maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia
heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya (Nabilussalam, 2011).
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan
dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang
terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologis, fisika,
dan kimia. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam
tanah, termasuk fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik
didalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Kadar C-organik tanah cukup
bervariasi, tanah mineral biasanya mengandung C-organik antara 1 hingga 9%, sedangkan
tanah gambut dan lapisan organik tanah hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C-organik
dan biasanya < 1% di tanah gurun pasir (Fadhilah, 2010).
Budidaya organik nyata meningkatkan kandungan karbon tanah. Karbon merupakan
komponen paling besar dalam bahan organik sehingga pemberian bahan organik akan
meningkatkan kandungan karbon tanah. Tingginya karbon tanah ini akan mempengaruhi sifat
tanah menjadi lebih baik, baik secara fisik, kimia dan biologi. Karbon merupakan sumber
makanan mikroorganisme tanah, sehingga keberadaan unsur ini dalam tanah akanmemacu
kegiatan mikroorganisme sehingga meningkatkan proses dekomposisi tanah dan juga reaksi-
reaksi yang memerlukan bantuan mikroorganisme, misalnya pelarutan P, fiksasi N dan
sebagainya (Utami dan Handayani, 2003).
Terdapat beberapa pengertian mengenai C-organik yakni merupakan bagian dari tanah
yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan
atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk,
karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. C-organik juga merupakan bahan
organik yang terkandung di dalam maupun pada permukaan tanah yang berasal dari senyawa
karbon di alam, dan semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk
serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di
dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus (Supryono dkk, 2009).
Adapun menurut Indranada (1994), sumber-sumber bahan organik adalah:
a. Sumber primer
Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang.ranting dan buah.
Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon
merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam
bentuk senyawa-senyawa polisakarida seperti selulosa, hemi-selulosa, pati dan bahan-bahan
pectin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi
dalam bahan organik karena merupakan unsur yang paling penting dalam mikroba yang
terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami
dekomposisi dan terangkul ke lapisan bawah (Sutanto, 2002).Sumber primer diperoleh dari
jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga, dan buah. Jaringan ini akan
mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasi dengan
tanah.

b. Sumber sekunder
Sumbernya adalah binatang. Dalam kegiatannya, binatang terlebih dahulu harus
menggunakan bahan organik tanaman, setelah itu barulah binatang menyumbang bahan
organiknya.
Kedua sumber bahan organik tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap tanah.
Hal ini dikarenakan perbedaan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Jaringan
binatang berbeda dengan jaringan tumbuhan, oleh sebab itu pada jaringan binatang umumnya
lebih cepat hancur dibandingkan dengan jaringan tumbuhan (Indranada, 1994).
Beberapa senyawa organik lebih tahan lapuk seperti lignin lemak dan beberapa senyawa
yang mengandung N melalui proses biokimia menghasilkan suatu kelompok senyawa yang
agak stabil, koloid amorf, dan berwarna gelap yang dikenal dengan humus(Indranada,
1994).Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik.Jaringan asli berupa tubuh
tumbuhan atau hewan baru yang belum lapuk.Terus menerus mengalami serangan jasad-jasad
mikro yang menggunakannya sebagai sumber energinya dan bahan bangunan tubuhnya.Hasil
pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh jasad mikro disebut humus (Balasubramian, 2005).
Senyawa organik yang mudah lapuk antara lain gula, pati, protein, hemiselulosa. Adapun
hasil dari perubahan bahan organik meliputi energi, air, C, N, S, P, K, Ca, Mg, dan lain-lain.
Kadar bahan organik dalam tanah dipengaruhi oleh kedalaman, iklim, drainase, dan
pengolahan dari bahan tersebut. Mengingat peranannya, bahan organik tanah perlu
dipertahankan melalui suatu pengelolaan yang baik (Indranada, 1994).
Karbon merupakan penyusun bahan organik, oleh karena itu peredarannya selama
pelapukan jaringan tanaman sangat penting.Sebagian besar energi yang diperlukan oleh flora
dan fauna tanah berasal dari oksidasi karbon, oleh sebab itu CO2 terus dibentuk.Berbagai
perubahan yang terjadi dan siklus yang menyertai reaksi karbon tersebut di dalam atau di luar
sistem tanah disebut peredaran karbon. Pembebasan CO2 antara lain melalui mekanisme
pelapukan bahan organi. Gas tersebut merupakan sumber CO2 tanah, disamping CO2yang
dikeluarkan

akar tumbuhan dan yang terbawa oleh air hujan.CO2yang dihasilkan tanah akhirnya akan
dibebaskan ke udara, kemudian dipakai lagi oleh tanaman (Yani, 2003).
Unsur karbon di dalam tanah berada dalam 4 wujud, yaitu wujud mineral karbonat, unsur
padat seperti arang, grafit dan batubara, wujud humus sebagai sisa-sisa tanaman dan hewan
serta mikroorganisme yang telah mengalami perubahan, namum relatif tahan terhadap
pelapukan dan wujud yang terakhir berupa sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah
mengalami dekomposisi di dalam tanah (Watoni dan Buchari, 2000).
Adapun sifat-sifat tanah yang menganudung organik, diantaranya : mempunyai bobot isi
(bulk density) yang rendah; mempunyai luas permukaan spesifik tinggi; mempunyai
kemampuan menyerap air yang tinggi (sampai 3 kali lipat dari bobot keringnya) ; bersifat
agak plastis tetapi tidak lekat ; mempunyai Kapasitas Tukar Kation (KTK) tinggi hingga 150-
200 me/100 g karena memiliki gugus fungsional yang banyak seperti Hidroksil (-OH),
Karboksil (-COOH), Fenolik dll ; bersifat amfotir (bertindak sebagai basa pada kondisi asam
dan bertindak sebagai asam pada kondisi alkalis) ; bersifat hesteriosis jika terjadi pembasahan
dan pengeringan ; memiliki titik muatan nol (pH) sangat rendah ; dan bermuatan variable
(Madjid, 2010).
Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan bahan-bahan mineral
yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari timbunan
mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk selama
jangka waktu tertentu.bahan organik dapat digunakan untuk menentukan sumber hara bagi
tanaman, selain itu dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah (Soetjipto, 1992).
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan
belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan
didalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik
merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia
akan terhenti (Doeswono,1983)
Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik kandungan
karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45%-60% dan konversi C-organik menjadi bahan
= % C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan
asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan
(vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih
penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan. Pengukuran kandung bahan
organik tanah dengan metode walkey and black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik
(Foth,1994).
Tanah Latosol disebut juga sebagai tanah Inceptisol. Tanah ini mempunyai lapisan solum
tanah yang tebal sampai sangat tebal, yaitu dari 130 cm sampai 5 meter bahkan lebih,
sedangkan batas antara horizon tidak begitu jelas. Warna dari tanah latosol adalah merah,
coklat sampai kekuning-kuningan.Kandungan bahan organiknya berkisar antara 3-9 %, tapi
biasanya sekitar 5% saja (Soepardi, 2005).
Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang
sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali.Bahan organik demikian
berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro.Sebagai akibatnya
bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui
penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang. Menurut Suryani A. (1996), proses
dekomposisi bahan organik memiliki urutan sebagai berikut:
.Tingkatan tanah berdasarkan kandungan bahan organik
Data primer hasil analisis tanah di dicocokan dengan standar sifat kimia tanah Hardjowigeno
(2003) yang disajikan pada Tabel 1.Data pertumbuhan sengon dan nilam dianalisis secara
deskriptif dengan menggunakan progam MS Excel.
Tabel. 1 Tingkat nilai sifat kimia tanah

Sifat kimia Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat


rendah tinggi
C-organik(%) <1 1-2 2,01-3 3,01-5 >5
N-total (%) < 0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 >0,75
C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25
P2O5 HCL (me/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60
P2O5 Bray 1 (ppm) <10 10-20 21-40 41-60 >60
K2O HCL 25% (me/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60
KTK (me/100 g) <5 5-16 17-24 25-40 >40
K (me/100g) <0,1 0,1-0,2 0,3-0,5 0,6-1,0 >1,0
Na (me/100g) <0,1 0,1-0,3 0,44-0,7 0,8-1,0 >1,0
Mg (me/100g) <0,4 0,4-1,0 1,1-2,0 2,1-8,0 >8,0
Ca (me/100g) <2 2-5 6-10 11-20 >20
KB (%) <20 20-35 36-50 51-70 >70
Kejenuhan Al <10 10-20 21-30 31-60 >60
Sangat Agak Agak
pH H2O Masam Netral
masam masam basa
Kuantitatif pH H2O <4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5
Sumber: Pusat Penelitian Tanah (1983) dalam Hardjowigeno (2003).

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo: Jakarta.


(http://fadhlipandy.blogspot.com/2015/02/laporan-praktikum-penetapan-
kadar-bahan.html)

Anda mungkin juga menyukai