PENYEHATAN UDARA
DISUSUN OLEH
ARIE IKHWAN SAPUTRA, S.SiT., MT.
A. Alat
1. Peralatan pengambilan contoh uji NO2, SO2, H2S, NH3, O3, dan TSP
2. Labu ukur 50 mL, 100 mL, 250 mL, 500 mL, dan 1000 mL
3. Pipet mikro atau buret mikro 0,1 mL, 0,2 mL, 1 mL
4. Gelas ukur 100 mL
5. Gelas piala 100 mL, 250 mL, 500 mL, 1000 mL, dan 2000 mL
6. Tabung uji 25 mL dan 10 mL
7. Spektrofotometer UV/VIS dilengkapi cuvet
8. Neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg
9. Oven
10. Botol pyrex berwarna gelap
11. Desikator
12. Alat destilasi
13. Kaca arloji
14. Pipet volumetrik 0,5 mL, 1 mL, 2 mL, 5 mL, 20 mL,25 mL, dan 50 mL
15. Termometer
16. Barometer
17. Pengaduk
18. Botol pereaksi
19. Absorber dari bahan gelas ukuran normal
20. Pompa udara untuk mengalirkan udara dengan kecepatan alir sampai dengan 0,2
liter/menit, ketelitian 0,01 liter/ menit.
21. Alat pengukur debit udara (0 - 5) liter/menit
22. Anemometer
23. Tabung kecil terbuat dari gelas berdiameter 20 mm
24. Tabung buret : 50 mL, 100 mL, dengan ketelitian 1 mL
25. Botol gelas : 1 liter, 500 mL, dan 250 mL
26. Prefilter.
27. Labu Erlenmeyer 250 mL
28. Penangas air
29. Low Volume Air Sampler atau High Volume Air Sampler
30. Filter fibre glass Ø 55 nm atau Ø 110 nm
B. Bahan
Cara Kerja
A. Penyiapan reagen yang diperlukan
1. Larutan asam klorida (HCl) (1 : 10).
Sebanyak 10 mL HCl pekat diencerkan dengan 100 mL air suling ke dalam gelas piala
250 mL.
2. Larutan induk natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N.
Sebanyak 24,82 g Na2S2O3.5H2O dilarutkan dengan air suling panas ke dalam gelas
piala 250 mL dan kemudian ditambahkan 0,1 g natrium karbonat (Na2CO3).
3. Larutan indikator kanji.
Ke dalam gelas piala 250 ml dimasukkan berturut–turut 0,4g kanji dan 0,002 g merkuri
(II) iodida (HgI2). Secara hati-hati larutan tersebut dilarutkan dengan air mendidih
sampai volume larutan mencapai 200 mL. Larutan tersebut dipanaskan sampai jernih,
lalu didinginkan dan dipindahkan ke dalam botol pereaksi.
B. Standarisasi larutan Na2S2O3 0,01 N
1. Kalium iodat (KIO3) dipanaskan pada suhu 180°C selama 2 jam dan didinginkan dalam
desikator.
2. Sebanyak 0,09 gr kalium iodat (KIO3) dilarutkan ke dalam labu ukur 250 mL dan air
suling ditambahkan sampai tanda tera, lalu dihomogenkan.
3. Sebanyak 25 mL larutan kalium iodat (KIO3) dipipetkan ke dalam labu erlenmeyer asah
250 Ml
4. Sebanyak 1 gr KI dan 10 mL HCl (1:10) ditambahkan ke dalam labu erlenmeyer tersebut.
5. Labu erlenmeyer ditutup dan ditunggu 5 menit, larutan dititrasi dalam erlenmeyer dengan
natrium tiosulfat 0,1 N sampai warna larutan kuning muda.
6. Sebanyak 5 mL indikator kanji ditambahkan, dan titrasi dilanjutkan sampai titik akhir
(warna biru tepat hilang),
7. volume larutan penitran dicatat yang diperlukan.
8. Normalitas larutan natrium tiosulfat dihitung.
Cara Kerja
A. Mencari faktor (f) larutan natrium tio sulfat 0,1 N
1. Larutan asam klorida (HCl) (1 : 10) Lihat pada parameter SO2 pada cara kerja 3.
2. Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3.5H2O) 0,1 N Lihat pada parameter SO2 pada cara
kerja
3. Larutan kanji (amilum) Lihat pada parameter SO2 pada cara kerja.
4. Sebanyak 0,89 g kalium iodat dilarutkan yang telah Di anaskan pada suhu 180°C selama
2 jam dengan air suling ke dalam labu ukur 250 mL, diencerkan hingga tanda tera,
kemudian dihomogenkan.
5. Sebanyak 25 mL larutan standar KIO3 dipipet dan imasukkan ke dalam labu erlenmeyer
bertutup, zair suling ditambahkan hingga 100 mL.
6. Sebanyak 2 gr KI dan 10 mL HCl (1:10) dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Larutan
dalam erlenmeyer dititrasi dengan larutan tio sampai warna larutan kuning muda.
7. eebanyak 5 mL indikator kanji, dan dilanjutkan titrasi sampai dengan titik akhir (warna
biru tepat hilang),
8. Sebanyak 5 mL indikator kanji ditambahkan, dan titrasi dilanjutkan sampai titik akhir
(warna biru tepat hilang), volume larutan penitran dicatat.
9. Volume larutan induk H2S yang harus dipipet dihitung untuk membuat larutan standar
H2S.
B. Pembuatan kurva kalibrasi
1. Larutan standar asam sulfida
Sejumlah tertentu dari hasil titrasi larutan induk H2S yaitu sebanyak 3,4 mL larutan
induk H2S dilarutkan dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL . Diencerkan dengan
air suling sampai tanda batas, lalu dihomogenkan.
2. Larutan kerja asam sulfida 0,5 μL/mL
Sebanyak 0,5 mL larutan standar H2S diambil dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100
mL, kemudian diencerkan dengan larutan penyerap.
3. Larutan ammonium fosfat
Sebanyak 400 g diamino fosfat dilarutkan dalam 1 liter aquadest.
4. Larutan ferri klorida (FeCl3.6H2O)
Sebanyak 100 gram ferri klorida dilarutkan dalam 1 Liter aquadest.
5. Sebanyak 5 buah tabung uji disiapkan. Sebanyak 25 mL larutan kerja H2S : 0 mL; 2 mL;
5 mL; 8 mL; 10 mL dipipetkan ke dalam labu ukur masing-masing.
6. Dalam masing-masing labu ukur ditambahkan berturut-turut secara berhati-hati : 2 mL
larutan ammonium fosfat, 1 mL larutan FeCl3. kemudian dihomogenkan secara
perlahanlahan.
7. Diencerkan dengan air suling sampai tanda tera, lalu dihomogenkan dan diamkan selama
30 menit
8. Masing-masing serapan larutan diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 670 nm.
9. Kurva kalibrasi dibuat antara serapan dengan jumlah H2S (μL).
C. Pengambilan contoh uji
1. Larutan penyerap H2S
Sebanyak 4,3 g CdSO4.8H2O dan 0,3 g NaOH ditimbang. Masing–masing dilarutkan
dengan aquadest secara terpisah, dan kemudian dijadikan satu. stractan 10 ditambahkan
dan ditambahkan dengan aquadest hingga 1 liter.
2. Tabung penyerap dibersihkan dengan aquadest kemudian dikeringkan.
3. Sebanyak 10 mL larutan penyerap H2S dimasukkan dan ditambahkan 5 mL etanol 95 %
ke dalam tabung penyerap.
4. Suhu dan laju aliran angin diukur setiap 15 menit.
5. Selama 1-2 jam kemudian akan diperoleh sampel uji berwarna biru kemerah–merahan.
6. Benda uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditutup
dengan aluminium foil.
D. Pengujian sampel
1. Larutan tes amino
Sebanyak 25 mL larutan bibit asam amino diencerkan dalam 1 liter sulfurik 1:1.
a. Larutan contoh dan larutan penyerap dimasukkan ke dalam tabung uji 25 mL.
b. Sebanyak 1-3 tetes larutan ferri klorida, 1,5 ml larutan tes amino, 1-3 tetes larutan
ammonium fosfat ditambahkan pada tabung uji 25 mL dan larutan penyerap
hingga 25 ml
c. Serapan contoh uji dibaca kemudian konsentrasi dihitung dengan menggunakan
kurva kalibrasi.
SUB 4: Pemeriksaan dan penentuan kadar gas amoniak (NH3)
Metode : indophenol blue
Prinsip
NH3 dengan reagen nessler akan menghasilkan larutan berwarna kuning sampai kuning coklat
dan warna ini diserap oleh spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm.
Cara Kerja
A. Pembuatan kurva kalibrasi
1. Larutan induk amoniak 1000 μg
Sebanyak 3,18 g NH4Cl (yang telah dikeringkan pada suhu 105°C selama 1 jam)
dilarutkan dengan air suling ke dalam labu ukur 1000 mL, kemudian diencerkan sampai
tanda batas, serta dihomogenkan, kemudian ditambahkan 1 tetes CHCl3 sebagai
pengawet.
2. Larutan standar amoniak 10 μg
Sebanyak 1 mL larutan induk amoniak dipipet ke dalam labu ukur 100 mL kemudian
diencerkan dengan larutan penyerap sampai tanda batas, kemudian dihomogenkan.
3. Larutan HCl 1,2 M
Sebanyak 10 mL HCl 12 M dimasukkan ke dalam gelas piala 100 mL dan ditambahkan
air suling sampai dengan 100 mL.
4. Larutan penyangga
Sebanyak 50 g Na3PO4.12H2O dan 74 mL larutan HCl 1,2 M diamsukkan ke dalam
piala gelas 2000 mL, kemudian diencerkan dengan air suling hingga 1000 mL dan
dihomogenkan.
5. Larutan fenol (C6H5OH) 45%v/v
Sebanyak 30 mL NaOH 6,75 M dan 30 mL larutan NaOCl 3,75 % dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 mL.
6. Larutan natrium nitroprusida (Na2Fe(CN)5NO. 2H2O) 2%
Sebanyak 2 g natrium nitroprusida dilarutkan ke dalam labu ukur 100 mL dengan air
suling dan diencerkan hingga tanda tera, kemudian dihomogenkan.
7. Larutan pereaksi fenol
Sebanyak 20 mL larutan induk fenol 45 % dan 1 mL larutan natrium nitroprusid 2%,
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, dan diencerkan larutan tersebut
dengan air suling sampai tanda batas, kemudian dihomogenkan.
8. Larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 3,7%
Sebanyak 37 mL NaOCl 5% dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml kemudian dilarutkan
dengan air suling dan ditepatkan hingga tanda batas, kemudian dihomogenkan.
Selanjutnya :
a. Sebanyak 6 buah tabung uji 25 ml disiapkan lalu dimasukkan ke dalam larutan
standar ammonia masing–masing : 0 mL; 0,2 mL; 0,4 mL; 0,6 mL; 1 mL; dan 1,5
mL, yang mengandung 0 μg NH3; 2 μg NH3; 4 μg NH3; 6 μg NH3; 10 μg NH3 dan
15 μg NH3. Selanjutnya ditambahkan larutan penyerap sampai volumenya 10 mL.
b. Ke dalam masing–masing tabung uji ditambahkan secara berturut-turut : 2 mL larutan
penyangga, 5 mL larutan pereaksi fenol dan 2,5 mL larutan pereaksi natrium
hipoklorit lalu dihomogenkan.
c. Serapan masing–masing larutan diukur pada panjang gelombang 630 nm.
d. Kurva kalibrasi dibuat antara serapan dengan jumlah NH3 (μg).
Cara Kerja
A. Standarisasi larutan natrium tiosulfat 0,1 N
1. Larutan asam klorida (HCl) (1:10) Lihat pada parameter SO2 pada cara kerja
2. Larutan natrium tio sulfat (Na2S2O3) 0,1 N. Lihat pada parameter SO2 pada cara kerja
3. Larutan indikator kanji. Lihat pada parameter SO2 pada cara kerja
Selanjutnya :
a. Sebanyak 0,35 g kalium iodat dilarutkan yang telah dipanaskan dalam labu ukur 100
mL dan air suling ditambahkan sampai tanda tera.
b. Sebanyak 25 mL larutan KIO3 dipipet ke dalam labu erlenmeyer.
c. Sebanyak 1 gr KI dan 10 mL HCl (1:10) ditambahkan ke dalam erlenmeyer tersebut.
d. Dititrasi dengan natrium tiosulfat sampai dengan warna larutan kuning muda.
e. Sebanyak 5 mL indikator kanji ditambahkan dan titrasi dilanjutkan sampai titik akhir
(warna biru tepat hilang).
f. Volume larutan penitran yang diperlukan dicatat.
B. Standarisasi larutan iod 0,05 N
1. Larutan induk iod (I2) 0,05 N
Sebanyak 16 g KI dan 3,173 g kristal I2 ke dalam labu ukur 500 mL dan dilarutkan
dengan air suling dan ditepatkan sampai tanda batas, lalu homogenkan. Disimpan pada
suhu ruang selama 1 hari. Dipindahkan ke dalam botol gelap dan disimpan di lemari
pendingin
Selanjutnya :
a. Sebanyak 25 mL larutan induk iod dipipet ke dalam labu erlenmeyer 100 mL.
b. Sebanyak 1 mL asam klorida pekat ditambahkan dan didiamkan di tempat gelap
selama10 menit.
c. Larutan natrium tiosulfat 0,1 N dititrasi sampai dengan warna larutan kuning muda
dan 3 tetes indikator kanji ditambahkan sampai warna larutan biru muda. Volume
larutan penitran dicatat.
Cara Kerja
1. Filter dikeringkan dalam oven pada suhu 110 °C selama 15 menit lalu selama 15
menit didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
2. Filter dipasang dalam HVS
3. Udara dihisap melalui HVS selama 24 jam.
4. Filter dikeluarkan dari HVS, kemudian dikeringkan dalamoven pada suhu 110°C
selama 15 menit, didinginkan dalam desikator 15 menit, lalu ditimbang.
SUB 7: Cara uji partikel tersuspensi total menggunakan peralatan high volume air sampler (HVAS)
dengan metoda gravimetri
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Standar ini digunakan untuk penentuan partikel tersuspensi total menggunakan alat High
Volume Air Sampler. Lingkup pengujian meliputi: a. Cara pengambilan contoh uji dalam jumlah volum
udara yang besar di atmosfer, dengan nilai rata-rata laju alir pompa vakum 1,13 sampai 1,70 m3 /menit.
Dengan laju alir ini maka diperoleh partikel tersuspensi kurang dari 100 µm (diameter ekivalen) yang
dapat dikumpulkan. Adapun untuk efisiensi partikel berukuran lebih besar dari 20 µm akan berkurang
sesuai dengan kenaikkan ukuran partikel, sudut dari angin, atap sampler, dan kenaikan kecepatan. b.
Penggunaan filter serat kaca dapat mengumpulkan partikel dengan kisaran diameter 100 µm sampai 0,1
µm (efisiensi 99,95% untuk ukuran partikel 0,3 µm). c. Jumlah minimum partikel yang terdeteksi oleh
metode ini adalah 3 mg (tingkat kepercayaan 95%). Pada saat alat dioperasikan dengan laju alir rata-rata
1,7 m3 /menit selama 24 jam, maka berat massa yang didapatkan antara 1 sampai 2 µg/m3 .
E. Peralatan
1. peralatan HVAS seperti pada gambar 1 dilengkapi dengan skala/meter;
2. timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
3. barometer yang mampu mengukur hingga 0,1 kPa (1 mmHg);
4. manometer diferensial yang mampu mengukur hingga 4 kPa (40 mmHg);
5. pencatat waktu yang mampu membaca selama 24 jam ± 2 menit;
6. pencatat laju alir mampu membaca laju alir dengan ketelitian 0,03 m3/menit (1,0
7. ft3/menit);
8. termometer; dan desikator
dengan pengertian:
Qs adalah laju alir volum dikoreksi pada kondisi standar (m3/menit);
Qo adalah laju alir volum uji (m3/menit);
Ts adalah temperatur standar, 298 K;
To adalah temperatur absolut (273 + t ukur )dimana Qo
oC ditentukan;
Ps adalah tekanan baromatik standar, 101.3 kPa (760 mmHg);
Po adalah tekanan baromatik dimana Qo ditentukan.
J. Volum udara yang diambil
dengan pengertian:
V adalah volum udara yang diambil (m3);
Qs1 adalah laju alir awal terkoreksi pada pengukuran pertama (m3/menit);
Qs2 adalah laju alir akhir terkoreksi pada pengukuran kedua (m3/menit);
T adalah durasi pengambilan contoh uji (menit).
K. Konsentrasi partikel tersuspensi total dalam udara ambien
Konsentrasi partikel tersuspensi total dalam contoh uji dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
dengan pengertian:
C adalah konsentrasi massa partikel tersuspensi (μg/Nm3);
W1 adalah berat filter awal (g);
W2 adalah berat filter akhir (g);
V adalah volum contoh uji udara, (m3);
106 adalah konversi g ke μg.
Ruang lingkup
Standar ini merupakan metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja dengan menggunakan
alat Sound Level Meter (SLM), memuat prosedur pelaksanaan pengukuran intensitas kebisingan yang
dilakukan di tempat kerja.
intensitas bunyi
energi bunyi rata-rata yang ditransmisikan melalui gelombang bunyi menuju arah perambatan dalam
media seperti udara, air dan benda lain
kebisingan
semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat
kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran
tempat kerja
setiap ruangan atau lapangan yang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja
bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber-sumber bahaya
decibel
satuan intensitas bunyi yang dihitung menurut skala logaritma
Peralatan
Sound level meter yang digunakan untuk mengukur tingkat intensitas kebisingan di tempat kerja
memiliki kelengkapan untuk mengukur tingkat tekanan SLM bunyi sinambung setara pada pembobotan
A secara langsung ataupun tidak langsung. Alat ukur tersebut sesuai dengan yang ditetapkan SNI 05-
2962-1992. Kelengkapan alat minimal memiliki : a. skala pembobotan A b. kecepatan respon pada
pembobotan waktu slow (S)
Prosedur pengukuran
1. Hidupkan alat ukur intensitas kebisingan.
2. Periksa kondisi baterei, pastikan bahwa keadaan power dalam kondisi baik.
3. Pastikan skala pembobotan.
4. Sesuaikan pembobotan waktu respon alat ukur dengan karakteristik sumber bunyi yang diukur
(S untuk sumber bunyi relatif konstan atau F untuk sumber bunyi kejut).
5. Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga manusia yang ada di tempat kerja. Hindari
terjadinya refleksi bunyi dari tubuh atau penghalang sumber bunyi.
6. Arahkan mikropon alat ukur dengan sumber bunyi sesuai dengan karakteristik mikropon
(mikropon tegak lurus dengan sumber bunyi, 70o – 80o dari sumber bunyi).
7. Pilih tingkat tekanan bunyi (SPL) atau tingkat tekanan bunyi sinambung setara (Leq) Sesuaikan
dengan tujuan pengukuran.
8. Catatlah hasil pengukuran intensitas kebisingan pada lembar data sampling. Lembar data
sampling minimum memuat ketentuan seperti berikut:
a. Nama perusahaan ;
b. Alamat perusahaan ;
c. Tanggal sampling ;
d. Likasi titik pengukuran ;
e. Rentang waktu pengukuran ;
f. Hasil pengukuran intensitas kebisingan ;
g. Tipe alat ukur ;
h. Tipe kalibrator ;
i. Penanggung jawab hasil pengukuran:
3. Pengukuran untuk mengetahui tingkat pemaparan bising terhadap tenaga kerja selama 8 jam
kerja (1 shift) secara akumulatif
a. Alat yang digunakan Noise Dosimeter yang terpasang pada baju tenaga kerja yang akan
diperiksa
b. Setiap tenaga kerja pindah lokasi diganti event baru
c. Dicatat lamanya tenaga kerja dilokasi tersebut/tiap lokasi yang ditempati
d. Tingkat pemaparan bising akumulatif selama 1 shift (8 jam kerja) dapat dihitung sebagai
berikut :
Dimana :
Cn = waktu pemaparan dilokasi n
Tn = waktu pemaparan yang diperkenankan di lokasi n
Jika hasilnya = 1 atau <1 dianggap aman, dibawah NAB
Jika hasilnya >1 dianggap tidak aman, diatas NAB
C. TEKNIK PENGUKURAN
1. Dalam pengukuran diperlukan 2 orang operator, satu untuk untuk membaca alat ukur dan
satu untuk memberi aba-aba membaca dan mencatat hasil pengukuran.
2. Pengukuran dilakukan pada skala A. Sebelum pengukuran dilakukan, kalibrasi alat
terlebih dahulu.
3. Pengukuran dilakukan dengan cara pengambilan sample serta dilakukan pada cuaca yang
cerah, tidak hujan, dan kecepatan angin tidak terlalu besar. Sebagai pengaman, pada
mikropon harus selalu dipasang pelindung angin (wind screen).
4. Apabila terjadi gangguan pada saat pengukuran maka harus diambil sample baru lagi
untuk mendapatkan validitas data.
5. Tulis hasil pengukuran pada format yang telah tersedia.
D. ALAT
Alat untuk mengukur tingkat kebisingan adalah sound level meter (SLM). SLM
memberikan respons kira-kira sama dengan respons telinga manusia dan memberikan
pengukuran objektif serta dapat diulang-ulang untuk setiap tingkat kebisingan. Pada
umumnya SLM mempunyai skala A, B, dan C. Untuk pengukuran tingkat kebisingan dipakai
skala A.
E. CARA PENGUKURAN
1. Pengukuran Kebisingan Lingkungan Dan Atau Di Tempat Kerja
Alat : Sound Level Meter
Merk/Type : Extech 407750/KIT
Fungsi : untuk mengukur kebisingan lingkungan dan atau di tempat
kerja
CARA KERJA ALAT :
a. Pasang baterai
b. Kalibrasi
1) Kalibrasi alat SLM menggunakan Sound Calibrator
2) Pasang baterai dalam sound calibrator
3) Sambungkan sound calibrator dengan alat SLM
4) Hidupkan alat SLM setelah itu hidupkan sound calibrator pada range 94 dB dan
114 dB
5) Lihat hasil pada layar SLM dan sesuaikan hasilnya dengan sound calibrator (94
dB atau 114 dB)
6) Jika hasilnya belum sesuai maka putarlah lubang “Cal” pada alat SLM sampai
hasilnya sesuai
7) Matikan alat
c. Pengukuran
1) Hidupkan alat dengan menekan tombol “on/off”
2) Pilih Frequency Weighting dengan menekan tombol A/C
Fungsi : mengubah signal yang terukur sesuai cara serupa seperti mekanisme
pendengaran manusia
a) Weighting Net Work “A”:
Respon manusia untuk tingkat suara yang rendah (Human response for low
levels), untuk pengukuran kebisingan lingkungan, tempat kerja, dll
b) Weighting Net Work C:
Respon manusia untuk tingkat suara yang tinggi ( Human response for high
sound levels ), untuk diagnosis kerusakan pada perangkat listrik, elektronik
dan mekanik
3) Pilih FAST atau SLOW dengan menekan tombol F/S
“FAST” (125 ms response) atau “SLOW” (1 second response).
“FAST” digunakan untuk bising yang impulsive, “SLOW” digunakan untuk
bising yang continue
4) Tekan tombol “REC” untuk merekam hasil pengukuran. Tekan tombol “REC”
lagi untuk melihat nilai “MAX” atau nilai tertinggi saat pengukuran dilakukan.
Tekan tombol “REC” lagi untuk melihat nilai “MIN” atau nilai terendah saat
pengukuran dilakukan.
Untuk menghentikan perekaman, tekan tomnol “REC” sampai indikator “REC” di
layar hilang. catatan : setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2
menit, dengan 6 kali pengamatan. Hasil pengukuran adalah nilai tertinggi yang
ditunjukkan pada monitor.
5) Catat hasil pengukuran
6) BA (Background Noise Absorber) Mode Jika menginginkan hasil yang akurat
bisa menggunakan BA Mode. BA Mode bisa “menghilangkan background noise.
Untuk mengoperasikan BA Mode sebagai berikut :
a) Tekan tombol MAXHLD (ikon MAX HOLD akan muncul di layar)
b) Tekan tombol BA (“F” akan muncul di layar)
c) Tekan tombol MAXHLD lagi (MAX HOLD akan muncul kembali di layar)
d) Di layar akan menunjukkan hasil background noise
e) Jika angka hail pengukuran berubah, maka itu adalah hasil pengukuran dari
alat. Tapi jika hasil pengukuran tidak berubah, berarti hasil kebisingan dari
mesin hampir sama atau lebih rendah dari background noise.
Sub: Pengukuran Pencahayaan
A. ALAT
Nama alat : Light Meter/Lux Meter
Merk/Type : Lutron LX-1102
Prinsip kerja : alat ini merupakan sebuah photo cell yang bila kena cahaya akan
menghasikan arus listrik. Makin kuat intensitas cahaya akan makin besar pula arus yang
dihasilkan. Besarnya intensitas cahaya dapat dilihat pada level meter.
Cara menggunakan alat pada prinsipnya adalah sebagai berikut :
1. Alat dihidupkan (On)
2. Photo cell menghadap sumber cahaya.
3. Baca hasil pada display (level meter)
a. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang dan lebar
ruangan adalah pada jarak 6 meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan
umum untuk ruangan dengan luas lebih dari 100 meter persegi seperti Gambar 3
D. PROSEDUR PENGUKURAN
1. Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondiisi tempat pekerjaan dilakukan.
2. Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi pekerjaan.
3. Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor.
4. Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran untuk
intensitas penerangan setempat atau umum.
5. Pengukuran dilakukan pada salah satu sudut ( X 1) dimana setiap photo cell menghadap
sumber cahaya, alat di pegang ± 85 cm dari lantai.
6. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga
didapat nilai angka yang stabil.
7. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas penerangan
setempat seperti pada Lampiran, dan untuk intensitas penerangan umum seperti pada
Lampiran.
8. Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas penerangan.
E. PERHITUNGAN
1. Penerangan Lokal
Hasil pengukuran berdasarkan tiap lokasi pengukuran yang diukur. Untuk emudahkan
dalam membaca hasil pengukuran, maka bisa menggunakan denah. Contoh denah dalam
lampiran.
2. Penerangan Umum
Besarnya intensitas penerangan umum :
3. Reflaktan
Pengukuran Reflektan :
a. Ukurlah intensitas penerangan yang jatuh pada dinding lantai, langit-langit,
meja mesin atau yang akan diukur dengan Lux meter menghadap sumber cahaya.
Misalnya A Lux.
b. Photo cell di balik, kemudian tarik pelan-pelan sampai jarum/angka pada display
tidak bergerak/konstan. Misalnya B Lux.
Reflektan dihitung dengan rumus :