Anda di halaman 1dari 28

REPORT

AIR POLLUTION EXPERIMENT


ANALISA OZON

Disusun Oleh : Kelompok 3


Elyana Agustini 09010522009
Yuyun Ainur Rosyidah 09010522017
Afizena Farel Bagas D. P 09020522019
Siti Azahro Firliana Hawa 09020522041
Syintia Vatma K.H. 09020522043
Zulfa Anza Nabilah 09020522045
Mohammad Afiffudin 09040522061

Asisten Praktikum :
M. Satria Aji Pamungkas
NIM 09010521015

Dosen Pengampu :
Ida Munfarida, M.Si., M.T.
NIP 198411302015032001
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2024
PERCOBAAN VI
ANALISA OZON
6.1 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini adalah :
1. Mahasiswa dapat melakukan pengambilan sampel menggunakan Impinger
untuk uji Gas Ozon.
2. Mahasiswa mampu menganalisa hasil Ozon dari udara.
6.2 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip percobaan pada praktikum ini adalah pengukuran
gas jenis Ozon di udara ambien menggunakan Impinger berdasarkan metode
absorpsi. Oksidan dari udara ambien yang telah diserap oleh larutan NBKI
(neutral buffer kalium iodide) dan bereaksi dengan ion iodida membebaskan
iod (I2) yang berwarna kuning muda. Konsentrasi larutan ditentukan secara
spektrofotometri pada panjang gelombang 352 nm.
6.3 Dasar Teori
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan.
Kualitas dari udara yang telah berubah komposisinya dari komposisi udara
alamiahnya adalah udara yang sudah tercemar sehingga tidak dapat
menyangga kehidupan. Udara merupakan komponen kehidupan yang sangat
penting untuk kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya
seperti tumbuhan dan hewan (Budi, 2023).
Dalam udara terdapat beberapa campuran macam-macam gas dan
debu seperti oksigen (O2), karbondioksida (CO2), ozon (O3),nitrogen (N2),
particulate matter (PM 10, PM2.5) dan sebagainya.Perbedaan udara dibagi
menjadi udara emisi dan udara ambien. Udara emisi adalah udara yang
berasal dari sumber emisi, sedangkan udara ambien adalah udara bebas yang
berada di atmosfer. Pengendalian udara emisi dan udara ambien dapat
dilakukan dengan cara memantau atau mengukur kualitas udara (Damayanti
& Handriyono, 2022).
Sumber pencemar udara sendiri berasal dari sumber pencemar
udara menetap seperti instalasi pembangkit tenaga listrik, asap dapur dan lain-
lain, ada yang berasal dari sumber pencemar udara yang tidak menetap seperti
motor, kereta api dan lain-lain, dan ada juga yang berasal dari sumber
pencemar campuran seperti bandara, terminal dan lain-lain (Hadi, 2021).
Adapun pencemaran udara terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain suhu udara, kelembaban, tekanan udara, angin, sinar matahari dan curah
hujan (Solihati et al., 2016).
Ozon merupakan molekul kimia yang terdiri dari 3 atom oksigen
yang saling melekat dan merupakan bahan yang berenergi. Bila ozon
berkontak dengan permukaan bahan maka ia dapat cepat mengeluarkan energi
kimia yang kuat. Bila hal ini terjadi pada jaringan biologi terutama saluran
nafas, energi ini akan menyebabkan kerusakan pada jaringan yang sensitif
tersebut baik pada saluran nafas bagian atas (trachea) maupun bagian bawah
(paru-paru). Karena bentuk molekul ozon adalah hasil dari energi solar
(matahari) dengan reaksi photokimia dari polutan, maka tidak mengherankan
bila konsentrasi ozon di udara meningkat pada saat matahari bersinar terik,
sehingga konsentrasi ozon mencapai puncaknya pada tengah hari. Standar
konsentrasi di udara telah ditentukan di Amerika yaitu 0,08 ppm akan
mengganggu kesehatan bila kondisi tersebut berlanjut sampai 8 jam (Renita,
2021).
Pengukuran ozon dapat menggunakan impinger. Impinger adalah
alat yang digunakan untuk menentukan kadar gas berbahaya seperti NO2,
SO2, O3, dan lain-lain. Prinsip kerja dari impinger ini adalah menarik udara
yang terkontaminasi ke dalam larutan penjerap di dalam impinger. Larutan
penjerap ini mengandung reagen yang akan bereaksi dengan gas kontaminan
di dalam gelembung udara. Apabila gelembung udara yang terbentuk kecil,
maka semakin baik reaksi yang terjadi, oleh karena itu pada dinding tabung
diberikan tonjolan kecil pemecah gelembung (Raihantami, 2023).
6.4 Alat dan Bahan
6.4.1 Alat
1. Impinger 1 set
2. Spektrofotometer 1 unit
3. Neraca analitik 1 unit
4. pH meter 1 buah
5. Spatula besi 1 buah
6. Cawan petri 1 buah
7. Batang pengaduk 1 buah
8. Pipet ukur 1 buah
9. pipet tetes 1 buah
10. Erlenmeyer 250 mL 4 buah
11. Kabel olor 1 buah
12. Beaker glass 4 buah
13. Gelas ukur 100 ml 1 buah
14. Tabung reaksi 6 buah
15. Labu ukur 100 mL 2 buah
16. Kuvet 7 buah
17. Klem dan Statif 1 buah
18. Buret 1 buah
6.4.2 Bahan
1. Aquades
2. Potassium iodida 13 gr
3. Dinatrium hidrogen fosfat (Na2HPO4) 7,1 gram
4. Potassium dihidrogen fosfat (KH2PO4) 6,8 gr
5. KOH 0,25 gr
6. Kristal I2 1,586 gr
7. Natrium tiosulfat 2,482 gr
8. HCL
9. Amilum 0,3 gr
6.5 Skema Kerja

Larutan Absorben

- `Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,


- Ditimbang potassium iodida seberat 5 gr menggunakan neraca
analitik,
- Dilarutkan potassium iodida seberat 5 gr dengan 100 ml aquades
dalam gelas beaker,
- Ditimbang dinatrium hidrogen fosfat (Na2HPO4) seberat 7,1 gram
dan potassium dihidrogen fosfat (KH2PO4) seberat 6,8 gr dengan
menggunakan neraca analitik,
- Dilarutkan dinatrium hidrogen fosfat (Na2HPO4) dan potassium
dihidrogen fosfat (KH2PO4) yang telah ditimbang dengan 250 ml
aquades dalam gelas beaker,
- Ditambahkan larutan potassium iodida sebagai larutan penyangga
hasil langkah (3) ke dalam campuran dinatrium hidrogen fosfat
(Na2HPO4) dan potassium dihidrogen fosfat (KH2PO4) sambil
diaduk hingga larutan homogen,
- Diencerkan larutan ini hingga volume 500 ml dengan aquades
dalam gelas beaker. Didiamkan larutan ini selama paling sedikit 1
hari,
- Setelah 1 hari, diatur pH larutan pada 6,8 ± 0,2 menggunakan
larutan Kalium hidroksida (KOH) 1% (dalam hal ini KOH
ditimbang 0,25 gram dan dilarutkan dalam 250 ml aquades).

Larutan Induk
Iod (I2) 0,05 N

- Ditimbang 8 gr potassium iodida dan 1,586 gr kristal I 2


menggunakan neraca analitik,
- Dimasukkan 8 gr potassium iodida dan 1,586 gr kristal I 2 ke dalam
erlenmeyer 250 ml,
- Dilarutkan dengan aquades hingga tanda batas 250 ml, kemudian
dihomogenkan,
- Ditutup larutan tersebut dengan plastik wrap dan disimpan pada
suhu ruang serta disimpan ditempat gelap paling sedikit 1 hari.
Larutan Standar
Iod (I2)

- Diambil dan dibuka larutan induk Iod (I2) 0,05 N yang telah
disimpan selama 1 hari ditempat gelap,
- Dipipet 5 ml larutan induk Iod 0,05 N ke dalam erlenmeyer,
- Diencerkan dengan aquades hingga 100 ml, kemudian
dihomogenkan.
- Dipipet 4 ml larutan hasil pengerjaan langkah (3) ke dalam
erlenmeyer, dan ditempatkan/dimasukkan larutan penyerap
(adsorben) hingga 100 ml.

Larutan Tiosulfat
0,1 N

- Ditimbang 2,482 gr natrium tiosulfat dengan menggunakan neraca


analitik,
- Dimasukkan natrium tiosulfat yang telah ditimbang ke dalam
erlenmeyer, kemudian dilarutkan dengan aquades hingga 100 ml.
Larutan ini adalah 0,1 N.

Standarisasi Larutan Iod


0,05 N

- Dipipet 25 ml larutan induk Iod 0,05 N ke dalam erlenmeyer,


- Ditambahkan 1 ml asam klorida (HCL) pekat ke dalam erlenmeyer
yang berisi 25 ml larutan induk Iod 0,05 N kemudian didiamkan di
dalam tempat gelap selama 10 menit,
- Ditimbang amilum 0,3 gram dengan menggunakan neraca analitik,
- Dilakukan titrasi dengan titran larutan standar natrium tiosulfat 0,1
N sampai larutan berubah warna menjadi kuning muda,
- Dihentikan titrasi ketika larutan berubah warna menjadi kuning
muda kemudian ditambahkan amilum 0,3 gr,
- Dilanjutkan titrasi dengan titran larutan standar natrium tiosulfat
0,1 N hingga warna larutan biru muda. Dicatat volume yang
digunakan untuk menitrasi larutan Iod 0,05 N,
N 1 xV 1
- Dihitung normalitas Iod (I2) menggunakan rumus N2 = .
V2
Uji
Ozon

- Disiapkan Impinger, Tabung Impinger yang berisi larutan penjerap


& Tabung Impinger yang berisi pendingin,
- Dicolokkan kabel Impinger ke stop kontak,
- Diletakkan kedua tabung kedalam impinger,
- Dihubungkan selang yang berada di tabung impinger dengan gas
input yang ada di impinger,
- Diatur flowrate pada Impinger hingga mencapai 0,5,
- Ditunggu sampai 1 jam, dan catat hasilnya,
- Dihitung jumlah (μg) oksidan (dihitung sebagai ozon) dalam 1 mL
Iarutan standar Iod menggunakan rumus O3 = 16 x N2.

Uji Spektrofotometer
(Kurva Kalibrasi)

- Disiapkan tabung reaksi dan kuvet,


- Dipipet 0 mL; 0,5 mL; 1,0 mL; 1,5 mL; 2,0 mL; dan 3,0 mL
standarisasi larutan Iod ke dalam tabung reaksi. Larutan ini
mengandung konsentrasi ozon,
- Ditambahkan larutan penjerap sampai larutan 10 mL dengan
bantuan gelas ukur dan pipet tetes ke dalam masing-masing tabung
reaksi yang berisi standarisasi larutan Iod. Lalu dihomogenkan,
- Diukur masing-masing standarisasi larutan Iod dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 352 nm,
- Dicatat absorban yang dihasilkan dari pembacaan spektrofotometer
pada masing-masing standarisasi larutan Iod,
- Dibuat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah oksidan (μg).
Uji Spektrofotometer
(Uji Sampel)

- Setelah 60 menit dari pengambilan contoh uji di halaman depan


gedung Laboratorium SAINTEK, dimasukan larutan contoh uji ke
dalam kuvet hingga tanda batas,
- Diukur intensitas warna yang terbentuk pada panjang gelombang
352 nm dengan spektrofotometer,
- Dicatat pembacaan spektrofotometer untuk sampel,
- Dibuat grafik kurva kalibrasi antara larutan standar dan sampel
contoh uji gas ozon yang telah dilakukan.
- Dihitung volume contoh uji udara yang diambil, dikoreksi pada
kondisi normal (25°C, 760 mmHg) dengan menggunakan rumus
F 1+ F 2 Pa 298
sebagai berikut V = xtx x . Juga dihitung
2 T a 760
konsentrasi oksidan dalam contoh uji dengan rumus sebagai
a
berikut : C = x 1000.
v

Hasil

6.6 Tabel Pengamatan


a. Larutan Absorben
No
Kegiatan Perlakuan Gambar
.

1. Menyiapkan alat dan Menyiapkan alat yaitu


bahan yang digunakan impinger, neraca analitik,
spektrofotometer, pipet
ukur, erlenmeyer, pH
meter, spatula, gelas ukur,
bola hisap, kuvet, labu
ukur dan bahan yang
digunakan antara lain
aquades, potassium
iodida, dinatrium
hidrogen fosfat,
potassium dihidrogen
fosfat, KOH, kristal,
natrium tiosulfat, HCL,
amilum,

2. Menimbang potassium Menimbang 5 gram


iodida potassium iodida
menggunakan neraca
analitik

3. Melarutkan potassium Melarutkan potassium


iodida iodida seberat 5 gr
dengan 100 ml aquades
dalam gelas beaker,

4. Menimbang dinatrium Menimbang dinatrium


hidrogen fosfat dan hidrogen fosfat
potassium dihidrogen (Na2HPO4) seberat 7,1
gram dan potassium
dihidrogen fosfat
(KH2PO4) seberat 6,8 gr
dengan menggunakan
neraca analitik,
5. Melarutkan dinatrium Melarutkan dinatrium
hidrogen dan Potassium hidrogen fosfat
dihidrogen (Na2HPO4) dan potassium
dihidrogen fosfat
(KH2PO4) yang telah
ditimbang dengan 250 ml
aquades dalam gelas
beaker,

6. Menambahkan larutan Menambahkan larutan


potassium iodida potassium iodida sebagai
larutan penyangga hasil
langkah (3) ke dalam
campuran dinatrium
hidrogen fosfat
(Na2HPO4) dan potassium
dihidrogen fosfat
(KH2PO4) sambil diaduk
hingga larutan homogen,

7. Mengencerkan Larutan Mengencerkan larutan ini


potassium iodida hingga volume 500 ml
dengan aquades dalam
gelas beaker. Didiamkan
larutan ini selama paling
sedikit 1 hari,
8. Mendiamkan selama 1 Mendiamkan selama 1
hari dan mengatur pH hari. Setelah 1 hari, diatur
setelah 1 hari didiamkan pH larutan pada 6,8 ± 0,2
menggunakan larutan
Kalium hidroksida
(KOH) 1% (dalam hal ini
KOH ditimbang 0,25
gram dan dilarutkan
dalam 250 ml aquades).

b. Larutan Induk Iod (I2) 0,05 N


No Kegiatan Perlakuan Gambar
.

1. Mengambil dan membuka Mengambil dan


larutan induk Iod (I2) membuka larutan induk
Iod (I2) 0,05 N yang telah
disimpan selama 1 hari
ditempat gelap,

2. Mengambil Larutan Induk Mengambil 5 ml larutan


Iod induk Iod 0,05 N ke
dalam erlenmeyer dengan
menggunakan pipet tetes,

3. Mengencerkan dengan Mengencerkan dengan


aquades aquades hingga 100 ml,
kemudian dihomogenkan,
4. Mengambil larutan Mengambil 4 ml larutan
hasil pengerjaan langkah
(3) ke dalam erlenmeyer,
dan
ditempatkan/dimasukkan
larutan penyerap
(adsorben) hingga 100
ml.

c. Larutan Tiosulfat 0,1 N

No. Kegiatan Perlakuan Gambar

1. Menimbang Natrium Menimbang 2,482 gr


Tiosulfat
natrium tiosulfat dengan
menggunakan neraca
analitik,

2. Memasukkan natrium Memasukkan natrium


tiosulfat
tiosulfat yang telah
ditimbang ke dalam
erlenmeyer, kemudian
dilarutkan dengan
aquades hingga 100 ml.
Larutan ini adalah 0,1 N.
d. Standarisasi Larutan Iod 0,05 N
No Kegiatan Perlakuan Gambar

1. Mengambil larutan induk Mengambil 25 ml larutan


Iod induk Iod 0,05 N ke
dalam erlenmeyer,

2. Menambahkan asam Menambahkan 1 ml asam


klorida klorida (HCL) pekat ke
dalam erlenmeyer yang
berisi 25 ml larutan
induk Iod 0,05 N
kemudian didiamkan di
dalam tempat gelap
selama 10 menit,

3. Menimbang Amilum Menimbang amilum 0,3


gram dengan
menggunakan neraca
analitik,

4. Melakukan titrasi Melakukan titrasi dengan


titran larutan standar
natrium tiosulfat 0,1 N
sampai larutan berubah
warna menjadi kuning
muda,Menghentikan
titrasi ketika larutan
berubah warna menjadi
kuning muda kemudian
ditambahkan amilum 0,3
gr,

5. Melanjutkan titrasi Melanjutkan titrasi


dengan titran larutan
standar natrium tiosulfat
0,1 N hingga warna
larutan biru muda.
Dicatat volume yang
digunakan untuk
menitrasi larutan Iod
0,05 N,

6. Menghitung Normalitas Menghitung normalitas


Iod(I2) Iod (I2) menggunakan
N 1 xV 1
rumus N2 =
V2

e. Uji Ozon
No Kegiatan Perlakuan Gambar
1. Menyiapkan Impinger Menyiapkan Impinger,
Tabung Impinger yang
berisi larutan penyerap &
Tabung Impinger yang
berisi
pendingin,Mencolokkan
kabel Impinger ke stop
kontak.Meletakkan
kedua tabung kedalam
impinger,

2. Menghubungkan Selang Menghubungkan selang


yang berada di tabung
impinger dengan gas
input yang ada di
impinger,

3. Mengatur Flowrate Mengatur flowrate pada


Impinger hingga
mencapai 0,5,

4. Menunggu selama 1 jam Menunggu sampai 1 jam,


dan catat hasilnya,

5. Menghitung jumlah Menghitung jumlah (μg)


Oksidan oksidan (dihitung sebagai
ozon) dalam 1 mL
Iarutan standar Iod
menggunakan rumus O3
= 16 x N2.
f. Uji Spektrofotometer (Kurva Kalibrasi)

No. Kegiatan Perlakuan Gambar

1. Menyiapkan alat Menyiapkan tabung


reaksi dan kuvet,

2. Mengambil standarisasi Mengambil 0 mL; 0,5


larutan
mL; 1,0 mL; 1,5 mL; 2,0
mL; dan 3,0 mL
standarisasi larutan Iod
ke dalam tabung reaksi.
Larutan ini mengandung
konsentrasi ozon,

3. Menambahkan larutan Menambahkan larutan


penjerap
penjerap sampai larutan
10 mL dengan bantuan
gelas ukur dan pipet tetes
ke dalam masing-masing
tabung reaksi yang berisi
standarisasi larutan Iod.
Lalu dihomogenkan,

4. Mengukur standarisasi Mengukur masing-


masing standarisasi
larutan Iod dengan
spektrofotometer pada
panjang gelombang 352
nm,
5. Mencatat Absorban Mencatat absorban yang
dihasilkan dari
pembacaan
spektrofotometer pada
masing-masing
standarisasi larutan Iod,

6. Membuat Kurva Kalibrasi Membuat kurva kalibrasi


antara serapan dengan
jumlah oksidan (μg).

g. Uji Spektrofotometer (Uji Sampel)

No. Kegiatan Perlakuan Gambar

1. Memasukkan Larutan Memasukan larutan yang


telah diuji selama 60
menit di halaman depan
gedung Laboratorium
SAINTEK, contoh uji ke
dalam kuvet hingga tanda
batas,

2. Mengukur Intensitas Mengukur intensitas


Warna
warna yang terbentuk
pada panjang gelombang
352 nm dengan
spektrofotometer,

3. Mencatat spektrofotometer Mencatat pembacaan


spektrofotometer untuk
sampel,
4. Membuat grafik Membuat grafik kurva
kalibrasi antara larutan
standar dan sampel
contoh uji gas ozon yang
telah dilakukan.

5. Menghitung volume Menghitung volume


contoh uji udara yang
diambil, dikoreksi pada
kondisi normal (25°C,
760 mmHg) dengan
menggunakan rumus
sebagai berikut V =
F 1+ F 2 Pa 298
xtx x .
2 T a 760
Didapatkan hasil V =
28,825 L. Juga dihitung
konsentrasi oksidan
dalam contoh uji dengan
rumus sebagai berikut : C
a
= x 1000. Didapatkan
v
nilai C = 7,061232
μg/Nm3.
6.7 Hasil dan Pembahasan
Praktikum Pencemaran Udara dilakukan pada hari Selasa, 19
Maret 2024 pada pukul 15.00 - 16.50 WIB bertempat di Laboratorium Water
Quality Lantai 3 Gedung Laboratorium SAINTEK UIN Sunan Ampel
Surabaya Kampus Gunung Anyar dan hari Rabu, 20 Maret 2024 pada pukul
10.00 - 13.00 WIB bertempat di Laboratorium Water Quality dan halaman
depan gedung Laboratorium SAINTEK UIN Sunan Ampel Surabaya Kampus
Gunung Anyar. Praktikum ini dilakukan dengan standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) laboratorium dengan memakai jas laboratorium,
sepatu tertutup dan masker.
Praktikum ini merupakan praktikum percobaan ke-4 dengan judul
“Analisis Ozon”. Tujuan percobaan analisa ozon adalah mahasiswa dapat
melakukan pengambilan sampel menggunakan Impinger untuk uji Gas Ozon
dan mahasiswa mampu menganalisa hasil ozon dari udara ambient. Prinsip
percobaan dalam uji gas ozon ini adalah pengukuran gas jenis Ozon di udara
ambien menggunakan Impinger berdasarkan metode absorpsi. Oksidan dari
udara ambien yang telah diserap oleh larutan NBKI (neutral buffer kalium
iodide) dan bereaksi dengan ion iodida membebaskan iod (I 2) yang berwarna
kuning muda. Konsentrasi larutan ditentukan secara spektrofotometri pada
panjang gelombang 352 nm. Hal ini sesuai dengan SNI 7119.8: 2017 tentang
pengukuran kadar ozon (O3) dengan metode neutral buffer kalium iodida
(NBKI) menggunakan spektrofotometer.
Udara merupakan unsur yang sangat penting bagi makhluk hidup.
Di udara terdapat berbagai campuran gas dan debu seperti oksigen (O 2),
karbon dioksida (CO2), ozon (O3), nitrogen (N2), partikel (PM10, PM2.5), dll.
Perbedaan antara udara dibagi menjadi udara buangan atmosfer dan udara
sekitar. Udara emisi adalah udara yang berasal dari sumber emisi, sedangkan
udara ambien adalah udara bebas di atmosfer. Pengendalian emisi ke atmosfer
dan udara ambien dapat dilakukan dengan memantau atau mengukur kualitas
udara (Damayanti & Handriyono, 2022). Untuk itu dapat dilakukan analisa
pengukuran kualitas udara ambien salah satunya dengan uji gas ozon.
Oksidan (O3), yang biasa disebut ozon, merupakan salah satu jenis
polutan berbahaya yang ditemukan di atmosfer dengan kemampuan oksidasi
yang kuat. Oleh karena itu, pencemaran yang disebabkan oleh ozon dapat
berdampak negatif terhadap kelangsungan organisme khususnya kesehatan
manusia (Kartikasari, D., 2020). O3 di permukaan bumi yang disebut juga
ozon permukaan (troposfer ozone) disebabkan oleh adanya prekursor yang
dihasilkan oleh aktivitas manusia, khususnya asap kendaraan bermotor.
Meningkatnya kadar ozon dapat berkontribusi terhadap penurunan kualitas
lingkungan, terutama dalam bentuk polusi udara. Polusi udara juga dapat
menimbulkan efek kabut asap yang mengurangi jarak pandang dan
mempengaruhi keselamatan lalu lintas (Jawwad & Oktaviani, 2023).
Langkah pertama dalam percobaan ini adalah menyiapkan alat dan
bahan. Adapun alat yang digunakan dalam praktikum uji gas ozon adalah
sebagai berikut impinger 1 set, spektrofotometer 1 unit, neraca analitik 1 unit,
pH meter 1 buah, spatula 1 buah, cawan petri 1 buah, batang pengaduk 1
buah, pipet ukur 1 buah, pipet tetes 1 buah, erlenmeyer 250 mL 4 buah, kabel
olor 1 buah, gelas beaker 250 ml 3 buah, gelas beaker 500 ml 1 buah, gelas
ukur 100 ml 1 buah, tabung reaksi 6 buah, kuvet 7 buah, klem dan statif 1
buah, serta buret 1 buah. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum
ini adalah sebagai berikut contoh uji sampel gas ozon; aquades; potassium
iodida 13 gr; dinatrium hidrogen fosfat (Na 2HPO4) 7,1 gr; potassium
dihidrogen fosfat (KH2PO4) 6,8 gr; KOH 0,25 gr; kristal I 2 1,586 gr; natrium
tiosulfat 2,482 gr; HCL; dan amilum 0,3 gr.
Pada percobaan uji gas ozon dibuat 4 macam larutan yang berbeda
yakni larutan absorben, larutan induk Iod (I2) 0,05 N, larutan standar Iod (I2),
dan larutan tiosulfat 0,1 N. Langkah selanjutnya adalah membuat larutan
absorben dan larutan induk Iod (I 2) 0,05 N satu hari sebelum praktikum
dilakukan.
Untuk larutan absorben dimulai dengan menimbang potassium
iodida seberat 5 gr menggunakan neraca analitik. Kemudian, melarutkan
potassium iodida seberat 5 gr dengan 100 ml aquades dalam gelas beaker.
Ditempat lain, ditimbang dinatrium hidrogen fosfat (Na 2HPO4) seberat 7,1
gram dan potassium dihidrogen fosfat (KH 2PO4) seberat 6,8 gr dengan
menggunakan neraca analitik. Dilanjutkan dengan melarutkan dinatrium
hidrogen fosfat (Na2HPO4) dan potassium dihidrogen fosfat (KH2PO4) yang
telah ditimbang dengan 250 ml aquades dalam gelas beaker. Selanjutnya,
menambahkan larutan potassium iodida sebagai larutan penyangga hasil
langkah (3) ke dalam campuran dinatrium hidrogen fosfat (Na 2HPO4) dan
potassium dihidrogen fosfat (KH2PO4) sambil diaduk hingga larutan
homogen. Diencerkan larutan ini hingga volume 500 ml dengan aquades
dalam gelas beaker. Didiamkan larutan ini selama paling sedikit 1 hari.
Kemudian membuat larutan induk Iod (I2) 0,05 N yaitu dengan,
Menimbang 8 gr potassium iodida dan 1,586 gr kristal I2 menggunakan
neraca analitik. Kemudian memasukkan 8 gr potassium iodida dan 1,586 gr
kristal I2 ke dalam erlenmeyer 250 ml. Lalu, melarutkan dengan aquades
hingga tanda batas 250 ml, kemudian dihomogenkan. Ditutup larutan tersebut
dengan plastik wrap dan disimpan pada suhu ruang serta disimpan di tempat
gelap paling sedikit 1 hari.
Setelah 1 hari, untuk larutan absorben diatur pH larutan pada 6,8 ±
0,2 menggunakan larutan Kalium hidroksida (KOH) 1% (dalam hal ini KOH
ditimbang 0,25 gram dan dilarutkan dalam 250 ml aquades). Langkah
selanjutnya, yaitu membuat larutan standar Iod (I 2). Larutan ini berasal dari
larutan induk Iod (I2) 0,05 N yang telah disimpan selama 1 hari di tempat
gelap. Lalu, dipipet 5 ml larutan induk Iod 0,05 N ke dalam erlenmeyer dan
kemudian diencerkan dengan aquades hingga 100 ml, kemudian
dihomogenkan. Selanjutnya, dipipet 4 ml larutan hasil pengerjaan langkah
sebelumnya ke dalam erlenmeyer, dan ditempatkan/dimasukkan larutan
penyerap (absorben) hingga 100 ml.
Langkah selanjutnya adalah membuat larutan tiosulfat 0,1 N yaitu
dengan menimbang 2,482 gr natrium tiosulfat dengan menggunakan neraca
analitik. Lalu, dimasukkan natrium tiosulfat yang telah ditimbang ke dalam
erlenmeyer, kemudian dilarutkan dengan aquades hingga 100 ml. Larutan ini
adalah 0,1 N.
Kemudian melakukan standarisasi larutan Iod 0,05 N. Standarisasi
ini dilakukan dengan mempipet 25 ml larutan induk Iod 0,05 N ke dalam
erlenmeyer. Kemudian, menambahkan 1 ml asam klorida (HCL) pekat ke
dalam erlenmeyer yang berisi 25 ml larutan induk Iod 0,05 N dan didiamkan
di dalam tempat gelap selama 10 menit. Lalu, menimbang amilum 0,3 gram
dengan menggunakan neraca analitik. Melakukan titrasi dengan titran yaitu
larutan standar natrium tiosulfat 0,1 N sampai larutan berubah warna menjadi
kuning muda. Dihentikan titrasi ketika larutan berubah warna menjadi kuning
muda, kemudian ditambahkan amilum 0,3 gr. Dilanjutkan titrasi dengan titran
larutan standar natrium tiosulfat 0,1 N hingga warna larutan biru muda.
Dicatat volume yang digunakan untuk mentitrasi larutan Iod 0,05 N. Lalu,
N 1 xV 1
dihitung normalitas Iod (I2) menggunakan rumus N2 = . Diperoleh
V2
hasil perhitungan sebagai berikut:
N 1 x V 1 0 ,1 x 0 ,5 0 , 05
N2 = = = = 0,0019
V2 26 26
Langkah selanjutnya adalah melakukan uji gas ozon. Langkah awal
yang dilakukan adalah menyiapkan alat impinger, tabung impinger yang
berisi larutan absorben/penyerap yang telah dibuat satu hari sebelumnya dan
tabung impinger yang berisi pendingin. Selanjutnya, Dicolokkan kabel
Impinger ke stop kontak, lalu diletakkan kedua tabung kedalam impinger.
Kemudian, dihubungkan selang yang berada di tabung impinger dengan gas
input yang ada di impinger. Diatur flowrate pada Impinger hingga mencapai
0,5. Ditunggu sampai 1 jam dan catat hasilnya.
Cara impinger adalah dengan menyambungkannya ke sumber
listrik dan memasukkan selang pengisap udara ke dalam frit bubbler impinger
yang merupakan bagian dari air sampler impinger. Tekan tombol daya untuk
menghidupkan mesin. Hasil pendeteksian partikel gas atau udara diuji di
laboratorium untuk mengetahui kandungan gas pada udara sampel
(Ramadhan, 2016 dalam Giantara dkk., 2021).
Selanjutnya, dihitung jumlah (μg) oksidan (dihitung sebagai ozon)
dalam 1 mL larutan standar Iod menggunakan rumus O3 =16 x N2. Diperoleh
hasil perhitungan sebagai berikut:
O3 =16 x N2 = 16 x 0,0019 = 0,0304
Langkah selanjutnya adalah melakukan uji spektrofotometer
larutan standar sebagai kurva kalibrasi. Disiapkan tabung reaksi dan kuvet.
Lalu, dipipet 0 mL; 0,5 mL; 1,0 mL; 1,5 mL; 2,0 mL; dan 3,0 mL standarisasi
larutan Iod ke dalam tabung reaksi. Larutan ini mengandung konsentrasi ozon
0,0304. Kemudian, ditambahkan larutan penjerap sampai larutan 10 mL
dengan bantuan gelas ukur dan pipet tetes ke dalam masing-masing tabung
reaksi yang berisi standarisasi larutan Iod. Lalu dihomogenkan. Diukur
masing-masing standarisasi larutan Iod dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 352 nm. Dicatat absorban yang dihasilkan dari
pembacaan spektrofotometer pada masing-masing standarisasi larutan Iod.
Dibuat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah oksidan (μg).
Selain melakukan uji spektrofotometer larutan standar, juga
melakukan uji spektrofotometer larutan contoh uji sampel gas ozon. Setelah
60 menit dari pengambilan contoh uji di halaman depan gedung Laboratorium
SAINTEK, dimasukan larutan contoh uji ke dalam kuvet hingga tanda batas.
Diukur intensitas warna yang terbentuk pada panjang gelombang 352 nm
dengan spektrofotometer. Dicatat pembacaan spektrofotometer untuk sampel,
lalu dibuat grafik kurva kalibrasi antara larutan standar dan sampel contoh uji
gas ozon yang telah dilakukan. Didapatkan hasil Spektrofotometri pada tabel
berikut ini:
Tabel 1. Hasil Spektrofotometer Larutan Standar Iod

Konsentrasi Larutan Standar Iod Absorbansi (A)

0 ml 0,051

0,5 ml 0,065

1 ml 0,07
1,5 ml 0,072

2 ml 0,091

3 ml 0,114
Sumber : (Hasil percobaan, 2024)
Dari hasil spektrofotometri pada tabel diatas diperoleh grafik kurva
kalibrasi sebagai berikut:

Dari hasil kurva diperoleh nilai x sebagai berikut:


y = 0,0113 x + 0,0377
0,040 = 0,0113 x + 0,0377
0,0113 x = 0,040 - 0,0377
0,0023
x =
0,0113
x =0,20354
Dihitung volume contoh uji udara yang diambil, dikoreksi pada
kondisi normal (25°C, 760 mmHg) dengan menggunakan rumus sebagai
F 1+ F 2 Pa 298
berikut V = xtx x . Diperoleh hasil perhitungan sebagai
2 T a 760
berikut:
F 1+ F 2 Pa 298
V= xtx x .
2 T a 760
L
0 ,5 +0 ,5 mmHg
V= menit 760 mmHg 298 K
x 60 menit x x
2 310 , 15 K 760 mmHg
1 760 298
= Lmenit x 60 menit x x
2 310 , 15 K 760
= 28,825 L
Juga dihitung konsentrasi oksidan dalam contoh uji dengan rumus
a
sebagai berikut : C = x 1000. Diperoleh hasil perhitungan C sebagai berikut:
v
a
C= x 1000
v
0,20354
C= x 1000
28,825
C = 7,061232 μg/Nm3
Setelah mendapatkan hasil konsentrasi oksidan dalam contoh uji
gas ozon yang dilakukan selama 1 jam, maka langkah selanjutnya
membandingkan konsentrasi oksidan fotokimia (Ox) sebagai ozon (O3)
dengan baku mutu udara ambien menurut PP No. 22 Tahun 2021.
Berdasarkan hasil perhitungan yang didapatkan, hasil konsentrasi oksidan
dalam contoh uji diperoleh sebesar 7,061232 μg/Nm3, yang memiliki arti
tidak melebihi kadar baku mutu yang telah ditetapkan oleh PP No. 22 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yaitu sebesar 150 μg/Nm3 untuk 1 jam pengukuran oksidan fotokimia
(Ox) sebagai ozon (O3).
Fluktuasi konsentrasi ozon mengikuti pola intensitas radiasi
matahari dan suhu permukaan. Hubungan antara kelembapan dan ozon
berbanding terbalik. Ketika intensitas radiasi matahari meningkat, konsentrasi
ozon juga meningkat. Peningkatan suhu juga sebanding dengan konsentrasi
ozon. Hal berikut ini berlaku: Semakin tinggi kelembapan, semakin rendah
konsentrasi ozon. Berdasarkan analisis koefisien determinasi (R 2), faktor
meteorologi yang mempunyai hubungan paling besar dengan konsentrasi
ozon adalah suhu permukaan (Hurun, 2023).

6.8 Kesimpulan
Dari praktikum analisa ozon dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat melakukan pengambilan sampel menggunakan Impinger
untuk uji Gas Ozon. Uji ozon menggunakan impinger dilakukan selama 1
jam dengan hasil dari laju aliran flow meter 1 dan 2 sebesar 0,05 L/menit.
Kemudian dihitung jumlah (μg) oksidan (dihitung sebagai ozon) dalam 1
mL Larutan standar Iod menggunakan rumus O 3 = 16 x N2 sehingga
hasilnya adalah sebesar 0,0304 μg.
2. Mahasiswa mampu menganalisa hasil Ozon dari udara ambient. Hasil
volume uji udara yaitu 28,825 L. Berdasarkan hasil perhitungan yang
didapatkan, hasil konsentrasi oksidan dalam contoh uji diperoleh sebesar
7,061232 μg/Nm3, yang memiliki arti tidak melebihi kadar baku mutu
yang telah ditetapkan oleh PP No. 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu
sebesar 150 μg/Nm3.

6.9 Daftar Pustaka


BUDI, H. (2023). ANALISIS UDARA AMBIEN POLUTAN CO
KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP TUTUPAN LAHAN
DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMPUNG.
Giantara, W., Tugiyono, T., Setiawan, A., & Susanto, G. N. (2021). The Air
Quality and Noise Study in Settlements and Metal Scrap Melting
Factory. Jurnal Ilmiah Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman
Hayati, 8(2), 1-7.
Hadi, B. S. (2021). Pemantauan Kualitas Udara Ambien Pm10 Dan Risiko
Kesehatan Terhadap Masyarakat Di Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
HURUN, I. (2023). ANALISIS EMISI GAS BUANG (SO2, NO2 dan O3)
PLTU JERANJANG (Doctoral dissertation, Universitas
Mataram).
Solihati, E. N., Alfiani, U., Maharani, E., Azhari, A. R., G.Y.A, C. O.,
Hapsari, T., Rizqyana, I. F., & Maharani, A. R. (2016).
Pemeriksaan Kualitas Udara. In Universitas Diponegoro
Semarang.
Damayanti, T. V., & Handriyono, R. E. (2022). Monitoring kualitas udara
ambien melalui stasiun pemantau kualitas udara Wonorejo,
Kebonsari dan Tandes Kota Surabaya. Environmental
Engineering Journal ITATS, 2(1), 11-18.
Jawwad, M. A. S., & Oktaviani, Z. (2023). Rencana Pengelolaan dan
Pemantauan Kualitas Udara Terhadap Rencana Kegiatan
Pembangunan Permukiman. Prosiding ESEC, 4(1), 154-159.
Kartikasari, D. (2020). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Level
Polusi Udara Dengan Metode Regresi Logistik Biner.
MATHunesa: Jurnal Ilmiah Matematika, 8(1), 55–59.
Renita, A. (2021). MODUL PRAKTIKUM PENCEMARAN UDARA
(Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
Raihantami, F. A. (2023). Analisis Kualitas Udara dalam Ruang (Studi
Kasus: Bengkel Mobil Non Resmi X Yogyakarta) (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Indonesia).
SNI 7119.7: 2017, Cara Uji Kadar Sulfur Dioksida (SO2) Dengan Metode
Pararosanilin Menggunakan Spektrofotometer.

Anda mungkin juga menyukai