Anda di halaman 1dari 12

JURNAL

PRAKTIKUM ANALISIS BIOMEDIK DAN FORENSIK


“Analisis Iodin dalam Urin untuk Deteksi Gangguan Tiroid”

ASRI SAVITRI
260110160112
Kelas C 2016
Rabu, 13.00-16.00

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
“Analisis Iodin dalam Urin untuk Deteksi Gangguan Tiroid”

I. Tujuan
1.1 Menentukan kadar iodin dalam urin dengan menggunakan metode
Ammonium Persulfate Digestion on Microplate (APDM).

II. Prinsip
2.1 Hukum Lambert Beer
Bila suatu cahaya monokromatis dilewatkan melalui suatu media yang
transparan, maka intensitas cahaya yang ditransmisikan sebanding
dengan tebal dan kepekaan media larutan yang digunakan berdasarkan
persamaan berikut A = log I/Io atau A = a.b.c
Dimana: A = absorbansi
a = koefisien serapan molar
b = tebal media cuplikan yang dilewati sinar
c = konsentrasi unsur dalam larutan cuplikan
Io = intensitas sinar mula-mula
I = intensitas sinar yang diteruskan
(Yanlinastuti dan Syamsul, 2016)
2.2 Reaksi Reduksi Oksidasi
Reduksi didefinisikan sebagai penangkapan elektron dan pelepasan
oksigen dari senyawa (Reger, 2009). Oksidasi adalah pelepasan
elektron atau penaikkan bilangan oksidasi (Sutresna, 2007).
2.3 Reaksi Sandell-Kolthoff
Merupakan reaksi yang melibatkan iodide berperan sebagai katalis di
reaksi reduksi Ce4+ menjadi Ce3+ dengan arsenic (suasana asam)
mengalami oksidasi As3+ menjadi As5+ (Dyrka, 2011).

III. Reaksi
3.1 Reaksi Ceric dengan Iodin
2Ce4+ + 2I− → 2Ce3+ + I2

3.2 Reaksi Arsen dengan Iodida


As3+ + I2 → As5+ + 2I− (Shelor and Dasgupta, 2011).

IV. Teori Dasar


Iodium menjadi komponen yang tak terpisahkan dari hormom T3
dan T4, kekurangan iodium mengganggu secara serius sintesis hormon ini.
Ketika kadar iodium menurun dalam darah ,T4 mulai menurun, hipofisis
mengintervensi dengan meningkatkan TSH yang merangsang tiroid untuk
meningkatkan penyerapan iodida dan memastikan pelepasan hormon
tiroid. Namun, di bagian tertentu kekurangan serapan iodida dari tiroid
terhambat, TSH gagal untuk melepas T4 dan hanya berakhir dengan
hiperplasia sel folikel dan muncul sebagai penyakit yang biasa dikenal
dengan nama gondok (Pal, 2007)
Iodium merupakan bahan dasar untuk membentuk hormon tiroid.
Sumber iodium tubuh berasal dari makanan, garam beriodium, dan kapsul
iodium. Garam beriodium dan kapsul iodium telah digunakan oleh
pemerintah dalam penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
(GAKI). Akibat dari kekurangan iodium ini berdampak luas dan dapat
menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan mental yang akan
berimplikasi pada penurunan sumber daya manusia. Efek kekurangan
iodium ini dapat menimpa pada berbagai fase kehidupan mulai dari pre
natal, post natal sampai dewasa. Manifestasi klasik dari gangguan akibat
kekurangan iodium ini adalah goiter endemik dan kretin namun selain itu
juga berkaitan dengan kejadian abortus dan lahir mati (Kumarowulan dkk,
2013).
Sumber iodin biasanya dari makanan ataupun minuman. Selain itu
iodin dapat sebagai katalisator untuk reduksi Ce4+ menjadi Ce3+ karena
adanya arsenit (medium asam). Jumlah iodin yang dibutuhkan adalah
sekitar 90-200 µg (Pujinatri, 2007).
Indikator untuk mengukur kemajuan asupan iodium ada dua, yaitu
proses iodisasi garam dapat dilihat dari kadar iodium garam dan indikator
impact yang dapat dilihat dari ekskresi iodium urin/ UEI, pengukuran
kelenjar tiroid (palpasi dan USG) dan pengukuran TSH (Tiroid
Stimulating Hormon). UEImerupakan metode pengukuran status iodium
yang paling banyak dianjurkan untuk mengetahui tingkat defisiensi awal,
karena lebih dari 90% iodium dalam tubuh akan diekskresikan lewat urin,
sehingga UEI dapat merefleksikan asupan iodium seseorang saat ini.
NilaiUEIhanya dapat menunjukkan asupan iodium tetapi tidak dapat
menunjukkan tentang fungsitiroid7 dan sebagian besar proses biosintesis
hormon tiroid distimulir oleh TSH. Apabila terjadi masukan iodium
dengan dosis besar dan terus menerus melebihi jumlah yang diperlukan
untuk sintesis hormon fisiologis, maka akan terjadi inhibisi
hormonogenesis khusus iodinisasi tironin dan proses coupling. Sedangkan
bila tidak mampu adaptasi terhadap keadaan tersebut maka akan terjadilah
hipotiroid, TSH meninggi dan muncul gondok (Sulistiyani dan Hesti,
2013).
Kadar iodium dalam urin dapat diukur dalam sampel urin sesaat
sebagai konsentrasi iodium urin (μg/L) atau dalam urin tampung 24 jam
sebagai jumlah iodium yang diekskresikan (μg/24 jam).
ntukmemperkirakan masukan iodium individu, pengukuran kadar iodium
dari urin tampung 24 jam merupakan metode yang lebih baik, tetapi sulit
untuk dilakukan. WHO merekomendasikan penggunaan sampel urin
sesaat untuk memantau asupan iodium penduduk berdasarkan nilai median
iodium urin. Metode sampel urin sesaat hanya bisa digunakan untuk
menilai status iodium populasi. Metode sampel urin sesaat dianggap tidak
bisa digunakan untuk menilai asupan iodium individu terkini. Hal ini
karena adanya variasi masukan iodium dalam sehari sehingga kadar
iodium dari sampel urin sesaat tidak bisa digunakan untuk menggantikan
kadar iodium dari sampel urin 24 jam (Mulyantoro dkk, 2015).

V. Alat dan Bahan


4.1 Alat
a. Bak es
b. Beaker glass
c. Gelas ukur
d. Labu ukur
e. Microchannel pipette
f. Microplate reader
g. Oven
h. Penyaring
i. Polypropylene plate wells
j. Polystyrene 96-well microtiter plate
k. Sealing casette
4.2 Bahan
a. Air ledeng
b. Amonium persulfat (NH4)2S2O8
c. Arsenik trioksida (As2O3)
d. Aquadest (H2O)
e. Asam sulfat (H2SO4)
f. Kalium iodat (KIO3)
g. Natrium hidroksida (NaOH)
h. Natrium klorida (NaCl)
i. Tetraammonium cerium (IV) sulfate dihydrate
j. Urin (Ohashi et al., 2000)
VI. Data Pengamatan
No. Prosedur (Ohashi et al., 2000) Hasil Foto

1. Pembuatan Larutan Amonium


Persulfat 1,31 mol/L

- Melarutkan 30 g ammonium
persulfat dalam aquades
hingga 100 mL

- Menyiapkan larutan dalam


keadaan segar sebelum
digunakan

2. Pembuatan Larutan Asam


Arsenit 0,05 mol/L

- Melarutkan 5 g arsenik
trioksida dalam larutan 100
ml natrium hidroksida 0,875
mol/L

- Menambahkan asam sulfat


pekat (16 mL) secara
perlahan ke dalam larutan
yang berada dalam bak es

- Setelah dingin,
menambahkan 12,5 g
natrium klorida ke dalam
larutan

- Mengencerkan campuran
larutan sampai 500 mL
dengan air dingin lalu saring

3. Pembuatan Larutan Ceric Ammonium


Sulfate 0,019 mol/L

- Melarutkan 6 g tetra
ammonium cerium (IV)
sulfate dehydrate dalam 1,75
mol/L asam sulfat

- Menambahkan larutan asam


yang sama hingga 500 mL

4. Pembuatan Kalibrator Iodin

- Dalam labu ukur 100 mL,


melarutkan 168,6 mg kalium
iodat dalam aquades untuk
membuat 7,88 mmol/L
larutan stok (1000 mg/L
iodin)
- Mengencerkan larutan stok
hingga 100 dan 10000 kali
lipat

- Menyiapkan larutan kerja


0,039-4,73 µmol/L (5-600
µg/L iodin)

5. Pengumpulan Sampel Urin

- Melakukan pengumpulan
sampel urin oleh masing-
masing subjek penelitian

6. Prosedur Percobaan

- Memipet kalibrator iodin dan


sampel urin masing-masing
sebanyak 50 µL ke dalam
polypropylene (PP) plate
wells

- Menambahkan 100 µL
ammonium persulfat (kons.
akhir; 0,87 mol/L)

- Mengatur PP plate dalam


sebuah cassette yang tertutup
rapat, lalu disimpan selama
60 menit dalam oven 110°C

- Mendinginkan bawah
cassette hingga suhu kamar
dengan air ledeng

- Membuka cassette, 50 µL
alikuot hasil digesti
dipindahkan ke dalam
polystyrene 96-well
microtiter plate

- Menambahkan 100 µL
larutan asam arsenik ke
dalam well lalu campur

- Menambahkan 50 µL larutan
cerium ammonium sulfate ke
dalam well dengan cepat
menggunakan multichannel
pipette (dalam 1 menit)

- Mendiamkan campuran
reaksi selama 30 menit pada
suhu 25°C

- Mengukur absorbansi pada


405 nm dengan microplate
reader
VII. Perhitungan

VIII. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Dyrka, A., et al. 2011. Assay of Iodine in Edible Salt Using SandellKolthoff Catalytic
Method. Journal of Laboratory Diagnostic. 47 (2) : 425-429.
Kumarowulan, suryati., Yusi Dwi Nurcahyani., Sri Kadarsih Soejono., Ahmad Hamim
Sadewo. 2013. PENGARUH IODIUM TERHADAP PERUBAHAN
FUNGSI TIROID DAN STATUS IODIUM. MGMI. Vol.5 (1) : 17-29.
Mulyantoro, Donny K., Ina Kusrini,. Dan Djoko Kartono. 2015. ESTIMASI KADAR
IODIUM DALAM URIN 24 JAM MELALUI URIN
SESAAT(ESTIMATION OF IODINE CONTENTIN 24 HOURS URINE
SAMPLE FROMSPOTSAMPLE). Penelitian Gizi dan Makanan. Vol.38
(2) : 87-94
Ohashi, T., Yamaki, M., Pandav, C. S., Karmarkar, M. G., and Irie, M. 2000. Simple
Microplate Method for Determination of Urinary Iodine. Clinical
Chemistry 46(4): 529-536.
Pal GK. 2007. Textbook of Medical Physiology. India: Ahuja Publishing House.
Pujinarti, S. A., 2007. Gizi dan Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindon Persada.
Reger, Daniel, Scott Goode, David Ball. 2009. Chemistry: Principles and Practice.
USA: Cengage Learning.
Shelor, C. P. and Dasgupta, P. K. 2011. Review of Analytical Methods for The
Quantification of Iodine in Complex Matrices. Analytica Chimica Acta.
702: 16–36.
Sulistiyani, Retno dan Hesti Murwani Rahayuningsih. 2013. GAMBARAN
KONSUMSI GARAM IODIUM, KADAR TSH (TYROID
STIMULATING HORMON) DAN KADAR UIE (URINE IODIUM
EXCRETION) PADA IBU HAMIL. Journal of Nutrition Collage. Vol 2
(4) : 720-729.
Sutresna, Nana. 2007. KIMIA. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Yanlinastuti dan Syamsul Fatimah. 2016. PENGARUH KONSENTRASI PELARUT
UNTUK MENENTUKAN KADAR ZIRKONIUM DALAM PADUAN
U-Zr DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI
UV-VIS. Batan. ISSN 1979-2409.

Anda mungkin juga menyukai