Anda di halaman 1dari 13

JURNAL

PRAKTIKUM ANALISIS BIOMEDIK DAN FORENSIK


“Analisis Iodin dalam Urin untuk Deteksi Gangguan Tiroid”

Fanny Seftiani Dwi S


260110160158
Kelas D 2016
Kamis, 13.00-16.00

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
I. Tujuan
1.1.Menentukan kadar iodin dalam urin dengan menggunakan metode
Ammonium Persulfate Digestion on Microplate (APDM).

II. Prinsip
2.1.Hukum Lambert-Beer
Hukum ini menyatakan bahwa absorbansi cahaya (A) sebanding dengan
konsentrasi (c) dan ketebalan media/cuvet (d) (Schubert, 2004).
2.2. Reaksi Reduksi Oksidasi
Reaksi yang melibatkan hilangnya elektron disebut reaksi oksidasi. Reaksi
yang melibatkan penangkapan elektron disebut reaksi reduksi
(Chang,2005).
2.3. Reaksi Sandell-Kolthoff
Penentuan kadar iodin total didasarkan pada reaksi reduksi katalisasi iodin
dari tetra-ammonium cerium (IV) sulfat (berwarna kuning) diubah menjadi
bentuk sero dari arsenit yang tak berwarna (Haap, 2017).

III. Reaksi
3.1. Reaksi Ceric dengan Iodin
2Ce4+ + 2I− → 2Ce3+ + I2

3.2. Reaksi Arsen dengan Iodida


As3+ + I2 → As5+ + 2I− (Shelor and Dasgupta, 2011).

IV. Teori Dasar


Penilaian akurat status iodium populasi diperlukan untuk
menginformasikan kebijakan kesehatan masyarakat dan penelitian klinis
tentang nutrisi iodium, khususnya peran kecukupan iodium dalam
perkembangan saraf normal. Konsentrasi iodium urin (UIC) secara langsung
mencerminkan asupan iodium makanan dan merupakan indikator paling
umum yang digunakan di seluruh dunia untuk menilai status iodium populasi.
Tes laboratorium klinis dari fungsi tiroid (termasuk konsentrasi serum dari
hormon hipofisis tirotropin dan hormon tiroid tiroksin dan triiodothyronine)
kadang digunakan sebagai indikator status iodium, meskipun penggunaan
seperti itu sering bermasalah. Bahkan di daerah yang kekurangan iodium, ada
banyak variasi intraindividual dalam kemampuan tiroid untuk beradaptasi.
Namun, tiroglobulin protein yang diturunkan dari tiroid semakin banyak
digunakan untuk tujuan ini. Tiroglobulin (Tg) dapat diukur dalam sampel
serum atau bercak darah kering (DBS) (Pearce and Caldwell., 2016).
Berbagai indikator digunakan untuk menyelidiki status iodium suatu
populasi: ukuran tiroid, kadar yodium urin, kadar hormon perangsang tiroid
(TSH) dalam darah, dan serum tiroglobulin (Tg) (Ristic-Medis, et al., 2009).
Klasifikasi status iodium dari median UIE berdasarkan kriteria epidemiologis
yang dikembangkan oleh WHO, UNICEF dan ICCIDD untuk anak usia
sekolah (≥6 tahun) sebagai ID parah (<20 μg / L), ID sedang (20-49 μg / L),
ringan ID (50-199 ug / L), nutrisi yodium yang memadai (100-199 ug / L),
persyaratan di atas (100-199 ug / L) dan berlebihan (> 300 ug / L) (WHO,
2007).
Banyaknya iodium yang masuk melalui makanan dan minuman dapat
menentukan kadar kecukupan iodium dalam tubuh. Hal ini dikarenakan tubuh
manusia tidak dapat mensintesis iodium. Pemeriksaan iodin dalam urin
sangat penting dilakukan karena hampir seluruh iodium (90%)
diekskresikan melalui urin, dengan demikian iodin dalam urin dapat
menggambarkan asupan iodin seseorang. Indikator utama untuk
melihat kemajuan penanganan terhadap kekurangan iodin adalah melihat
nilai asupan iodium dipakai kadar iodium dalam garam, dan melihat
impak adalah dengan pemeriksaan iodin dalam urin (Gatie,2006).
Metode yang paling sering digunakan untuk analisis Iodium urin
adalah reaksi Sandell-Kolthoff yang merupaka reaksi redoks (Tang, et. al.,
2015). Menurut Pino et. al., (1998), langkah pertama yang harus dilakukan
dalam analisis iodium urin adalah dengan mengeliminasi atau menghilangkan
interferensi komponen dalam sampel dengan cara digesti yaitu dengan
memanaskan urin dengan agen pengoksidasi kuat, seperti asam klorida atau
amonium persulfate. Namun, cara digesti menggunakan asam klorida (Acid
Digestion) atau amonium persulfat sudah banyak digantikan oleh metode
alternatif mikroplate yang yang prosesnya menggunakan tabung mikroplate
dan reaksi Sandell-Kolthoff yang berlangsung dalam mikroplate
(Ohashi, et. al., 2000).
Prinsip pemeriksaan kadar ekskresi iodium urin (EIU) dengan reaksi
Sandell-Kolthoff terjadi reaksi perubahan ion Ceric yang berwarna kuning
menjadi ion Cerous yang berwarna kuning muda sampai tidak berwarna
(Rachmawati, 2008). Reaksinya ini menggunakan Iodida sebagai katalis pada
reaksi reduksi Ce4+ menjadi Ce 3+ dengan arsenik dalam suasana asam
mengalami oksidasi As3+ menjadi As5+.(Dyrka et al., 2011).

V. Alat & Bahan


5.1.Alat
1. Bak es
2. Beaker glass
3. Gelas ukur
4. Labu ukur
5. Mikropipet
6. Microplate reader
7. Oven
8. Penyaring
9. Polystyrene 96-well microtiter plate
10. Tabung reaksi
5.2.Bahan
1. Air ledeng
2. Amonium persulfat (NH4)2S2O8
3. Arsenik trioksida (As2O3)
4. Aquadest (H2O)
5. Asam sulfat (H2SO4)
6. Kalium iodat (KIO3)
7. Natrium hidroksida (NaOH)
8. Natrium klorida (NaCl)
9. Tetraammonium cerium (IV) sulfate dihydrate
10. Urin (Ohashi et al., 2000)

VI. Prosedur
No Prosedur Hasil
1. Pembuatan Reagen
A. Larutan Ammonium Persulfat
(1.31 mol/L)
- Sebanyak 3 g Ammonium Didapatkan sejumlah 3,020 gr
Persulfat ditimbang. Ammonium Persulfat.
- Larutkan dalam 10 ml. Didapatkan larutan
- Larutan disiapkan dalam Ammonium Persulfat sebanyak
keadaan segar sebelum 10 ml dan langsung dapat
digunakan. digunakan.
B. Larutan Asam Arsenit (0.05
mol/L).
- Sebanyak 250 mg Arsenik Didapatkan 250,9 mg arsenik
trioksida dilarutkan dalam 10 trioksida yang terlarut dalam
mL NaOH 0.875 mol/L. 10 ml NaOH
- Ditambahkan asam sulfat Larutan tercampur dengan
terkonsentrasi 16 mL secara asam sulfat
perlahan ke larutan dalam ice
bath.
- Ditambahkan 625 mg NaCl Larutan tercampur dengan 625
ke dalam larutan. mg NaCl
- Kemudian campuran Didapatkan larutan asam
dicairkan dalam 25 mL air arsenik sebanyak 25 ml
dingin kemudian saring.
C. Larutan Ceric Ammonium Sulfat
(0.019 mol/L).
- Sebanyak 158,44 mg Didapatkan 158,44 mg
Tetraammonium cerium (IV) Tetraammonium cerium (IV)
sulfat dihidrat timbang. sulfat dihidrat
- Larutkan dalam asam sulfat Didapatkan 25 mL larutan
1.75 mol/L. Tambahkan Ceric Ammonium Sulfat
sampai volume final 25 mL berwarna kuning
D. Iodine Calibrator (Iodine
pembanding)
- Sebanyak 16,86 mg kalium Didapatkan 16,86 mg kalium
iodat dilarutkan dalam 10 mL iodat yang dilarutkan dalam 10
setara dengan 1000 ppm mL setara dengan 1000 ppm
iodine (larutan stok). iodine
- Kemudian dibuat beberapa Konsentrasi yang dibuat yaitu
konsentrasi dengan 1 ppm; 0,5 ppm; 0,25; 0,125
pengenceran. ppm; dan 0,0625 ppm

2. Analisis Iodine dalam urin (APDM)


- Baku pembanding dan sampel Didapatkan baku pembanding
urin sebanyak 100 L pipet sampel urine 100 L di dalam
kedalam tabung reaksi tabung reaksi
- Ditambahkan 200 L larutan Sebanyak 200 L larutan
ammonium persulfat ammonium persulfat dalam
tabung reaksi
- Kemudian tabung dimasukkan Dilakukan digesti selama 60
kedalam oven , ditutup dan menit 110o C
dilakukan digesti selama 60 menit
110o C
- Setelah digesti, tabung Diperoleh sampel yang sudah
didinginkan dalam suhu ruang dingin dan tidak berembun
sambil menghilangkan embun air
- Kemudian 50 L hasil digesti Diperoleh sampel hasil digesti
dimasukkan ke dalam lubang pada microplate
polystyrene 96-well microtiter
plate
- Ditambahkan 100 L larutan Larutan asam arsenik
asam arsenik dan campur tercampur dengan sampel
(bening)
- Sebanyak 50 L larutan ceric Larutan ceric ammonium sulfat
ammonium sulfat ditambahkan tercampur dengan sampel
dengan cepat menggunakan (kuning pucat)
micropipet
- Campuran dibiarkan bereaksi Campuran telah didiamkan
selama 30 menit pada suhu 25o C selama 30 menit
(suhu ruang)
- Kemudian absorbansi diukur pada Diperoleh hasil absorbansi
panjang gelombang 405 nm untuk sampel dan larutan
menggunakan microplate reader standar
Persamaan yang didapat:
y = -0,0907x – 0,3827
R2 = 0,9112
VII. Perhitungan
7.1 Ammonium Persulfat 1,31 M
𝑔𝑟 1000
M= 𝑥
𝑀𝑟 𝑣
𝑥 1000
1,31 M = 𝑥
228,18 10

x = 2,98 gram ~ 3 gram

7.2 Asam Arsenit 0,05 M


𝑔𝑟 1000
M= 𝑥
𝑀𝑟 𝑣
𝑥 1000
0,05 M = 𝑥
197,84 25

x = 0,247 gram ~ 250 gram

7.3 NaOH 0,875 M


𝑔𝑟 1000
M= 𝑥
𝑀𝑟 𝑣
𝑥 1000
0,875 M = 𝑥
40 10
x = 0,35 gram

7.4 H2SO4 18 M
V1 x N1 = V2 x N2
25 ml x 1,75 M = V2 x 18 M
V2 = 2,43 ml

7.5 Ceric Ammonium Sulfat 10,019 M


𝑔𝑟 1000
M= 𝑥
𝑀𝑟 𝑣
𝑥 1000
10,019 M = 𝑥
632,55 25

x = 158,44 gram
7.6 KI Calibrator
a. Larutan Stok 1000 ppm
1000 𝑚𝑔 100 𝑚𝑔
1000 ppm = 𝑥
1𝐿 100 𝑚𝐿
b. Larutan Stok 10 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1000 = 10 ml x 100
V1 = 1 ml
c. Larutan Stok 4 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1.10 = 10ml.4
V1 = 4 ml
d. Larutan Stok 2 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1. 4 = 10ml. 2
V1 = 5 ml
e. Larutan stok 1 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 10 = 10 ml x 1
V1 = 1 ml
f. Larutan stok 0,5 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1 = 10 ml x 0,5
V1 = 5 ml
g. Larutan stok 0,25 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 0,5 = 10 ml x 0,25
V1 = 5 ml
h. Larutan stok 0,125 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 0,25 = 10 ml x 0,125
V1 = 5 ml
i. Larutan stok 0,0625 ppm
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 0,125 = 10 ml x 0,0625
V1 = 5 ml
j. Larutan stok 0,03125 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1.0,0625 = 10ml. 0,03125
V1 = 5 ml

Kurva baku

Konsentrasi Baku (ppm) Log(Absorbansi)

4 -0,7167

2 -0,62525

0,25 -0,37263

Kurva Baku
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
-0.1

-0.2

-0.3

-0.4

-0.5

-0.6

-0.7 y = -0.0907x - 0.3827


R² = 0.9112
-0.8

Persamaan :
y = -0,0907x – 0,3827
R2 = 0,9112
Dara kadar iodin sampel
NPM Log(Absorbansi) Kadar (ppm) Keterangan
122 -1,02228 7,051559 Tinggi
124 -1,07058 7,584135 Tinggi
126 -1,03621 7,205206 Tinggi
127 -1,0655 7,528132 Tinggi
128 -1,13077 8,247721 Tinggi
129 -1,13077 8,247721 Tinggi
130 -1 6,805954 Tinggi
131 -0,94692 6,220745 Tinggi
134 -1,16115 8,5827 Tinggi
139 -0,96658 6,437445 Tinggi
141 -0,93554 6,095281 Tinggi
142 -0,75945 4,153812 Tinggi
143 -1,03152 7,15344 Tinggi
145 -1,13077 8,247721 Tinggi
146 -1,05061 7,363947 Tinggi
151 -1,04576 7,310446 Tinggi
155 -1,04096 7,257537 Tinggi
156 -0,63451 2,776318 Tinggi
157 -1,00877 6,902689 Tinggi
158 -0,63827 2,817775 Tinggi
161 -1,10791 7,995649 Tinggi

VIII. Kesimpulan
Kadar iodin dalam urin dapat ditentukan dengan menggunakan
metode Ammonium Persulfate Digestion on Microplate (APDM) dengan
diperoleh persamaan y = -0,0907x – 0,3827, dan disimpulkan bahwa kadar
iodin dalam urin rata-rata kelas D adalah tinggi.
IX. Daftar Pustaka
Almatsier S. 2005. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama;
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta:
Erlangga.
Dyrka, A., Ryszard Drożdż, Jerzy W. Naskalski1, Zbigniew Szybiński,
Edward Franek. 2011. Assay of Iodine in Edible Salt Using Sandell-
Kolthoff Catalytic Method. Journal of Laboratory Diagnostic. 47
(2): 425-429.
Gatie, AL. 2006. Validasi Total Goiter Rate (TGR) berdasar Palpasi
terhadap Ultrasonografi (USG) Tiroid serta Kandungan Yodium
Garam dan Air di Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes.
Semarang: Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro.
Haap, M., Roth, H. J., Huber, T., Dittmann, H., and Wahl, R. 2017. Urinary
Iodine: Comparison Of A Simple Method For Its Determination In
Microplates With Measurement By Inductively Coupled Plasma
Mass Spectrometry. Scientific Reports: 1-10.
Ohashi, T., Yamaki, M., Pandav, C. S., Karmarkar, M. G., and Irie, M.
2000. Simple Microplate Method for Determination of Urinary
Iodine. Clinical Chemistry 46(4): 529-536.
Pino S, Fang SL, Braverman LE. 1998. Ammonium persulfate: a new and
safe method for measuring urinary iodine by
ammonium persulfate oxidation. Exp Clin Endocrinol Diabetes. Vol.
106.
Rachmawati B. 2008. Pengaruh Waktu Penyimpanan dalam Suhu Ruang
(26-34 Derajat Celcius) terhadap Kadar Iodium dalam Urin.
Semarang: Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.
Schubert E. F. 2004. Materials Refractive Index and extinction Coefecient -
Refractive Index and Extinction Coefficient of Materials. NY – USA
: Rensselaer Polytechnic Institute
Shelor, C. P. and Dasgupta, P. K. 2011. Review of Analytical Methods for
The Quantification of Iodine in Complex Matrices. Analytica
Chimica Acta. 702: 16–36.
Tang KT, Wang FF, Fu, SS, Braverman Lewis E, Lin JD dan Won GS.
2015. A simple Microplate Method with Improved Low Iodine
Concentration Sensitivity in Urinary Iodine Measurement. Thyroid.
Vol. 25(10).

Anda mungkin juga menyukai