berasal dari Asia Tengah dan merupakan famili Alliacae. Digunakan secara universal sebagai zat penyedap, obat tradisional, dan makanan fungsional untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Efek menguntungkan dari konsumsi bawang putih dalam mengobati berbagai penyakit dan gangguan manusia telah dikenal selama berabad-abad; dengan demikian, bawang putih telah memperoleh posisi khusus dalam cerita rakyat dari banyak budaya sebagai agen pengobatan profilaksis dan terapeutik yang tangguh. Bahkan dikutip dalam Codex Ebers Mesir, dokumen berusia 3.500 tahun, yang berguna dalam pengobatan gangguan jantung, tumor, cacing, gigitan, dan penyakit lainnya (Rahman K., 2001). Kandungan Bawang Putih Mayoritas kandungan bawang putih (65%) adalah air, dan sebagian besar berat kering terdiri dari karbohidrat yang mengandung fruktosa, diikuti oleh senyawa sulfur, protein, serat, dan asam amino bebas (Lawson., 1996). Bawang putih juga mengandung kadar saponin, fosfor, kalium, sulfur, seng, selenium dan Vitamin A dan C dalam tingkat sedang, serta kalsium, magnesium, natrium, besi, mangan, dan vitamin B kompleks dalam tingkat yang rendah; bawang putih juga memiliki kandungan fenolik yang tinggi (Vinson., 2001). Studi In Vitro Bawang Putih Cholesterol and lipid-lowering effects Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa bawang putih dan konstituennya menghambat enzim kunci yang terlibat dalam sintesis kolesterol dan asam lemak dalam hepatosit tikus yang dikultur dan sel HepG2 manusia (Yeh YY., 2001). Pengukuran langsung aktivitas enzim telah menunjukkan bahwa bawang putih dan berbagai konstituen menghambat squalene monooxygenase manusia dan enzim HMG-CoA reduktase yang terlibat dalam biosintesis kolesterol (Gupta N., 2001). Penghambatan HMG-CoA reduktase oleh bawang putih ini juga telah dikonfirmasi dalam penelitian terbaru (Augusti KT., 2005). Juga telah diperlihatkan bahwa senyawa yang lebih larut dalam air seperti S- allylcysteine (SAC) yang ada dalam ekstrak bawang putih yang sudah tua kurang sitotoksik dan lebih efisien dalam menghambat biosintesis kolesterol daripada senyawa sulfur yang larut dalam lemak seperti diallyl sulfide (DAS) (Yeh YY., 2001). Antithrombotic and anti–platelet aggregatory effects Agregasi trombosit dan pembentukan trombus selanjutnya berkurang secara signifikan oleh bawang putih dan konstituennya. Ekstrak kloroform / aseton dari bawang putih segar telah terbukti menghambat aktivitas siklooksigenase langsung dalamcell-free assays, dengan ekstrak aseton lebih efektif (Sendl., 1992). Dalam penelitian ini, ekstrak kloroform bawang putih adalah inhibitor yang lebih efektif dari agregasi platelet yang diinduksi ADP- dan faktor platelet (PAF). Mekanisme penghambatan agregasi trombosit oleh konstituen bawang putih juga telah dibahas, dan diperkirakan bekerja melalui penghambatan mobilisasi kalsium (Qi R., 2000). Studi In Vivo Bawang Putih Inhibition of platelet aggregation Sejak tahun 1993, 7 percobaan klinis telah dilakukan, dan semua telah menunjukkan bahwa konsumsi bawang putih mengarah pada penghambatan agregasi platelet (Rahman K., 2003). Dari 7 penelitian ini, 4 dilakukan pada subyek sehat, dan 3 pada subyek dengan penyakit arteri koroner / hiperkolesterolemia ringan. Dua penelitian melibatkan bubuk bawang putih, 1 ekstrak minyak, 1 ekstrak etil asetat, dan 3 penelitian melibatkan ekstrak bawang putih yang sudah berumur. Bawang putih memiliki respons positif dalam penghambatan agregasi platelet pada subyek sehat dan subyek dengan penyakit kardiovaskular. Lowering of blood pressure Sejak 1993, 9 penelitian telah dipublikasikan tentang efek bawang putih terhadap tekanan darah (Turner., Dkk 2004). Dua studi menggunakan AGE, 3 menggunakan bubuk bawang putih, dan 1 menggunakan bawang putih dalam makanan, dan semua studi ini menunjukkan penurunan tekanan darah. Daftar Pustaka • Augusti KT, Chackery J, Jacob J, Kuriakose S, George S, Nair SS. 2005. Beneficial effects of a polar fraction of garlic (Allium sativum Linn) oil in rats fed with two different high fat diets. Indian J Exp Biol. Vol 43: 76–83. • Gupta N, Porter TD. 2001. Garlic and garlic derived compounds inhibit human squalene monooxygenase. J Nutr. Vol 131: 1662–7. • Lawson LD. 1996. The composition and chemistry of garlic cloves and processed garlic. Baltimore: Williams & Wilkin. • Qi R, Liao F, Inoue K, Yatomi Y, Sato K, Ozaki Y. 2000. Inhibition by diallyl trisulfide, a garlic component, of intracellular Ca2+ mobilization without affecting inositol-1,4,5-triphosphate (IP3) formation in activated platelets. Biochem Pharmacol. Vol 60:1475–83. • Rahman K. 2001. Historical perspective on garlic and cardiovascular disease. J Nutr. Vol 131: 977S–9S. • Rahman K. 2003. Garlic and aging: new insights into an old remedy. Ageing Res Rev. Vol 2: 39–56. • Sendl A, Elbl G, Steinke B, Redl K, Breu W, Wagner H. 1992. Comparative pharmacological investigations of Allium ursinum and Allium sativum. Planta Med. Vol 58:1–7. • Turner B, Molgaard C, Marckmann P. 2004. Effect of garlic (Allium sativum) powder tablets on serum lipids, blood pressure and arterial stiffness in normo-lipidaemic volunteers: a randomised, double-blind, placebo- controlled trial. Br J Nutr. Vol 92: 701–6. • Vinson JA, Su X, Zubik L, Bose P. 2001. Phenol antioxidant quantity and quality in foods: fruits. J Agric Food Chem. Vol 49: 5315–21. • Yeh YY, Liu L. 2001. Cholesterol-lowering effects of garlic extracts and organosulfur compounds: human and animal studies. J Nutr. Vol 131: 989S–93S.