Gel elektroforesis merupakan teknik yang umum digunakan untuk
memisahkan dan mengidentifikasi makromolekul seperti DNA, RNA atau protein
berdasarkan ukuran, bentuk dan isoelektrik. Pemisahan ini berdasarkan pada migrasi molekul yang bermuatan melalui matriks gel. Dalam mengkarakterisasi campuran protein kompleks, sering dilakukan dengan gel ekeltroforesis dengan matriks poliakrilamid, atau yang dikenal dengan polyacrylamide gel electrophoresis (PAGE) karena mudah, cepat dan tidak mahal. Protein memiliki muatan elektrik bila berada pada medium dengan pH yang berbeda dengan pH isoelektriknya, sehingga mampu berpindah pada medium elektrik. Kecepatan migrasi protein tergantung pada rasi antara muatan protein dan massanya. Semakin tinggi muatan per unit massa, semakin cepat protein bermigrasi. Protein memiliki struktur yang beragam, sehingga kecepatan migrasinya tidak sama dan tidak dapat bermigrasi pada titik isoelektriknya. Sehingga, protein perlu didenaturasi dengan menambahkan suatu detergen ampifatik seperti sodium dodecyl sulfate (SDS) dalam pemisahan protein berdasarkan berat molekulnya. SDS merupakan agen pereduksi, bermuatan anion pada bagian kepala dan lipofil pada bagian ekor, yang merusak ikatan disulfide menjadi gugus sulfidril, memisahkan protein menjadi beberapa sub-unit dan memberikan muatan negatif agar dapat bermigrasi melalui gel menuju anoda dan terpisah sesuai ukurannya. Proses denaturasi ini juga menyebabkan protein kehilangan struktur tersiernya sehingga kecepaatan migrasi protein sebanding dengan ukuran dalam bentuk linear, bukan pada struktur tersier. SDS PAGE merupakan gel yang terbentuk dari polimerisasi alrilamid dengan metilen bisakrilamid. Proses polimerisasi ini terjadi dengan adanya katalis dan inisiator berupa TEMED dan ammonium perosulfat (APS) yang menginisiasi pembentukan polimer. Campuran protein ditambahkan dengan detergen ionik SDS sebelum dan selama elektroforesis. SDS mendenaturasi protein menjadi subunitnya dan rantai polipeptida diperpanjang konformasinya. Kopleks protein- SDS menjadi bermuatan negatif dimana protein berukuran besar akan memiliki muatan negatif yang lebih besar. Hal ini menyebabkan kecepatan migrasi protein hanya dipengaruhi oleh panjang rantai dan massa protein. Protein memiliki ikatan hidrofobik yang signifikan dan memungkinkan berikatan kuat dengan molekul lainnya, seperti lipid, melalui interaksi hidrofobik. Pemanasan sampel pada suhu minimal 60 °C dapat merusak molekul tersebut, sehingga memudahkan SDS untuk berikatan dengan daerah hidrofob dan menyempurnakan denaturasi. Sebelum melakukan elektroforesis menggunakan gel poliakrikalamid, gel harus dibuat dulu dengan prinsip polimerisasi antara akrilamid dan bis-akrilamid dengan menggunakan katalis ammonium persulfat dan tetremetilendiamid (TEMED). Dalam pembuatan gel dibuat dua jenis gel yakni stacking gel dan separating gel, Stacking gel diperlukan dalam elektroforesis protein karena digunakan untuk mencetak sumur DNA (well ), selain itu digunakan untuk menimbun atau memekatkan protein menjadi satu jalur yang sempit sebelum protein itu memasuki gel pemisah. Stacking gel juga digunakan untuk menahan sementara agar sampel bermigrasi pada waktu yang bersamaan. Sedangkan separating gel berfungsi untuk memisahkan atau menseparasi protein berdasarkan berat molekulnya, bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu sodium dodesil sulfat 10% sebagai bahan untuk membentuk pori-pori dalam gel agar protein dapat terpisah berdasarkan ukurannya Untuk membuat gel poliakrikalamid pertama dibuat terlebih dahulu melakukan uji kebocoran dari alat cetakan untuk gel dengan cara memasukan aquades dan kemuadian dikatakan apakah terjadi kebocoran pada alat cetakan tersebut. Setelah itu, dibuatlah larutan campuran separating gel dengan cara memasukan aquades 3350µL, 30% Akrilamid 4000µL, dan larutan buffer 2500µL ke dalam vial 5ml. Penambahan akrilamid berfungsi untuk menentukan pori-pori gel pada proses pemisahan gel. Setelah itu dimasukkan 10% APS 50µL dan TEMED 10µL secara bersamaan dengan mikropipet supaya terjadi proses polimerisasi secara sempurna. APS dan TEMED didigunakan sebagai katalisator untuk mempercepat proses polimerisasi pada gel. Setelah itu diaduk supaya homogen. Sebelum separating gel dimasukkan ke dalam cetakan, terlebih dahulu kaca loading dibersihkan dengan cara dibilas menggunakan aquades sampai bersih kemudian di lap searah menggunakan tisu, hal ini bertujuan agar kaca tidak tergores sehingga mempengarui proses analisis yang dilakukan. Setelah itu kaca loading dipasang pada alat elektroforesis, separating gel yang telah dibuat dimasukkan kedalam cetakan dengan menggunakan mikropipet sampai pada batas yang ditentukan yakni sekitar ¾ bagian dan ¼ bagian sisanya digunakan untuk stacking gel. Setelah itu gel dibiarkan terpolimerisasi dalam suhu ruang selama 15 menit. Kemudian dituangkan sedikit aquades untuk membuat permukaan separating gel datar/gel yang dibentuk tidak bergerigi yang dapat menyebabkan adanya sekat diantara separating gel dengan stacking gel yang dapat mengganggu proses pemisahan molekul. Aquades yang ditambahkan kemudian diserap dengan menggunakan tisu agar tidak mempengaruhi gel yang terbentuk. Selanjutnya dibuat stacking gel (gel pengumpul). Cara pembuatan stacking gel hampir sama dengan pembuatan separating gel, yang membedakan yaitu banyaknya atau jumlah yang ditambahkan. Langkah-langkah pembuatanya yaitu pertama dimasukkan aquades 1525µl, 30% Akrilamid 325µL, dan buffer 625µL kedalam vial 5 ml. Penambahan akrilamid berfungsi untuk menentukan pori-pori gel. Setelah itu dimasukkan 10% APS 15 µL dan TEMED 10µL secara bersamaan dengan mikropipet supaya terjadi polimerisasi secara sempurna. APS dan TEMED didigunakan sebagai katalisator untuk mempercepat proses polimerisasi pada gel. Setelah itu diaduk supaya homogen. Langkah selanjutnya yaitu memasukkan stacking gel diatas gel pemisah dan disisipkan gigi sisir yang berfungsi untuk mencetak sumur (well) yang akan digunakan sebagai tempat meneteskan sampel. Gigi sisir dibiarkan sampai gel terpolimerisasi pada suhu ruang selama 15 menit. Setelah terbentuk sumuran selanjutnya gigi sisir diambil dari gel. Gel yang telah terbentuk kemudian dipindahkan kedalam tank elektroforesis dan siapkan digunakan untuk proses selanjutnya. pH yang digunakan dalam separating gel yaitu, 8,8 agar didapatkan protein tetap dalam keadaan muatan negatif. pH stacking gel yang dibuat 6,8 bertujuan agar kondisi pH-nya berada di bawah pH isoelektrik protein (pH 8) sehingga protein akan tersusun secara berjajar pada bagian bawah dari stacking gel. Sampel protein yang akan digunakan untuk elektroforesis ditambahkan dengan buffer sampel yang terdiri dari 0,6 mL trisHCl 1 M pH 6,8; 5 mL gliserol 50 %; 2 mL SDS 10 %; 0,5 mL 2-merkaptoetanol; 1 mL bromofenol biru 1 %; dalam 10 mL air suling, dengan perbandingan sampel: sampel buffer = 1:1, kemudian dipanaskan dalam air selama 10 menit pada suhu 60oC agar memudahkan SDS untuk berikatan dengan daerah hidrofob protein. Fungsi utama SDS yaitu untuk memberikan muatan negatif pada protein yang akan dianalisis karena SDS merupakan deterjen anionic. 2-mercaptoetanol berfungsi untuk mereduksi ikatan disulfida pada protein. Pewarna biru bromofenol berfungsi untuk mengamati migrasi molekul protein selama elektroforesis. Campuran ini dimasukkan ke dalam sumur pada gel elektroforesis sebanyak maksimal 20 μL. Pada praktikum kali ini tidak digunakan protein marker karena sampel protein yang digunakan sudah dalam bentuk protein tunggal yaitu protein BSA. Running buffer yang digunakan dibuat dari Trisma basa, glisin, SDS dan air suling dengan pH 8,3. Larutan buffer dibuat pH 8,3 untuk menjaga kondisi fisiologis dari protein dan gel agar tetap bermuatan negatif karena berada diatas titik isoelektrik. Bagian atas dan bawah gel harus terendam running buffer dan digunakan arus listrik, jika salah satu bagiannya tidak terendam maka arus listrik tidak dapat mengalir. Setelah running selesai, yang selanjutnya digunakan untuk analisis hanya separating gelnya saja sedangkan stacking gelnya dibuang karena band-band protein hanya terdapat pada separating gel saja. Running dilakukan dengan tegangan konstan 150 volt selama 45 menit. Langkah selanjutnya yaitu staining atau pewarnaan. Pewarnaan ini perlu untuk dilakukan untuk membantu dalam pengamatan band protein yang terseparasi atau terpisah. Gel hasil elektroforesis dilepaskan dari rangkaian alat elektroforesis kemudian direndam dengan larutan staining. Larutan staining yang digunakan dalam praktikum ini yaitu CBB R-250 (Coomasie Brilliant Blue), CBB ini memiliki sensitivitas yang tinggi bahkan terhadap protein yang memiliki ukuran terkecil yaitu 0,5 µg/cm2. Kemudian gel yang sudah terendam larutan staining digoyangkan menggunakan shaker untuk mengoptimalkan reaksi staining oleh CBB. Lalu dilakukan pencucian dengan aquades. Pencucian dengan aquades berfungsi untuk membilas dan menghilangkan CBB yang mungkin masih tersisa pada gel. Untuk proses selanjutnya seharusnya dilakukan perendaman dengan larutan destaining selama 24 jam untuk menghilangkan CBB yang tersisa dan memperjelas band protein yang terbentuk serta untuk menghilangkan CBB yang tidak berada pada band protein. Namun pada praktikum kali ini tidak dilakukan proses destaining karena hanya dengan membilas gel dengan aquades saja sudah dapat terlihat pita-pita proteinnya berwarna biru lebih gelap daripada background gel yang juga terwarnai oleh CBB. Salah satu metode PAGE yang umumnya digunakan untuk analisa campuran protein secara kualitatif adalah SDS PAGE. Elektroforesis dilakukan dengan menempatkan larutan sampel yang sudah dipreparasi ke dalam sumur SDS PAGE lalu dialirkan arus listrik. Molekul dari protein yang sudah bermuatan negative akibat penambahan SDS akan bermigrasi menuju kutub positif. Pemisahan molekul protein berdasarkan pada tingkat migrasi dan berat molekulnya dalam sebuah medan listrik. Hasil yang didapatkan berupa satu pita, hasil tersebut menandakan bahwa sampel protein yang digunakan telah murni bukan hasil eskpresi protein dari E.coli. Pada praktikum juga tidak digunakan marker. Protein yang digunakan yaitu BSA (Bovine Serum Albumin) yang berasal dari sapi. Protein BSA ini memiliki berat molekul 66.500 Da atau 66,5 KDa. BSA merupakan protein globular yang tersusun dari 20 asam amino esensial dalam struktur yang terdiri dari asam amino terbanyak yaitu leusin kemudian lisin. BSA ini banyak digunakan sebagai penstabil untuk protein terlarut lainnya atau enzim yang labil. Selain itu BSA sering digunakan sebagai standar pada kalibrasi protein untuk menentukan kuantitas protein lainnya.
SIMPULAN Dapat dipahami teknik untuk pemisahan sampel DNA berdasarkan ukuran (berat molekul) dan strukur fisik molekul menggunakan elektroforesis gel agarosa dengan sampel yang digunakan yaitu protein BSA.