Anda di halaman 1dari 17

JURNAL

PRAKTIKUM ANALISIS BIOMEDIK DAN FORENSIK


“Analisis Natrium dan Kalium dalam Urine”

Tengku Ruhul Fajria


260110160091
Shift C 2016
Rabu, 13.00-16.00

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
I. Tujuan
1.1 Menentukan kadar natrium dan kalium dalam urin dengan menggunakan
Flame Atomic Emission Spectroscopy (AES).

II. Prinsip
2.1 Spektroskopi Emisi Atom
Sampel yang diencerkan dengan cairan pengencer yang berisi litium
atau cesium, kemudian dihisap dan dibakar pada nyala gas propan. Ion
natrium, kalium, litium, atau sesium bila mengalami pemanasan akan
memancarkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu (Klutts and
Scott, 2006).
2.2 Eksitasi Elektron
Proses penyerahan energi radiasi ke suatu atom atau molekul tanpa
mengakibatkan ionisasi. Energi radiasi mungkin diserap oleh inti atau
elektron, dan mungkin pula dibebaskan dalam bentuk radiasi (BATAN,
2015).

III. Reaksi
-

IV. Teori Dasar


Elektrolit berperan penting pada proses metabolisme tubuh. Jika
konsentrasi elektrolit dalam tubuh tidak normal, dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan (Yaswir dan Ira, 2012). Elektrolit dapat mengatur
homeostatis tubuh melalui pemeliharaan tekanan osmotic dan distribusi
beberapa kompartemen cairan tubuh manusia diatur oleh empat elektrolit
mayor yaitu kalium (K + ), natrium (Na + ), bikarbonat (HCO 3- ) dan
klorida (Cl - ) (Scott, et al., 2006).
Kation terbanyak yang terkandung dalam cairan intrasel adalah
natrium (Na +) dengan jumlah mencapai 60 mEq per kilogram berat badan
dan sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L) berada dalam cairan intrasel 14,8.
Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam
yang mengandung ntarium, khususnya dalam bentuk Natrium Klorida
(NaCl) dan Natrium Bikarbonat (NaHCO 3 ) sehingga perubahan tekanan
osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan perubahan konsentrasi
natrium (Yaswir & Ferawati, 2012).
Pemasukan natrium yang berasal dari diet melalui epitel mukosa
saluran cerna dengan proses difusi dan dieliminasi melalui ginjal atau
saluran cerna atau keringat di kulit. Dalam satu hari, pemasukan dan
pengeluaran natrium mencapai 48-144 mEq (Yaswir & Ferawati,
2012).
Kandungan natrium dalam urin bervariasi tergantung dari konsumsi
atau jumlah pemasukan seorang individu terhadap natrium. Orang dewasa
yang mengkonsumsi sekitar 7-14 g NaCl per sehari akan menghasilkan urin
dengan kandungan natrium sebesar 120-240 mmol perharinya. Sedangkan
kandungan kalium dalam urin mencapai 50-100 mmol per hari atau sekitar
3200 dan170 µg/mL (Burtis, et al., 2012).
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan
intrasel. Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi
kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%). Perbedaan kadar kalium di dalam
plasma dan cairan interstisial dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-
Donnan, sedangkan perbedaan kalium cairan intrasel dengan cairan
interstisial adalah akibat adanya transpor aktif (transpor aktif kalium ke
dalam sel bertukar dengan natrium (Priest et al, 1996).
Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung dari jumlah dan
jenis makanan. Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi 60-100
mEq kalium per-hari (hampir sama dengan konsumsi natrium). Kalium
difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70- 80%) direabsorpsi secara aktif
maupun secara pasif di tubulus proksimal dan direabsorpsi bersama natrium
dan klorida di lengkung henle. Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui trakus
gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan urin mencapai 90% (Priest et al,
1996).
Untuk mendeteksi unsur logam/hara yang digunakan untuk
kepentingan penelitian biologis, psikologis maupun industri biasanya
digunakan metode flame atomic emission spectrometry (FAES) atau flame
photometry (FP) yang cocok untuk analisis pada beberapa jenis alkali dan
alkali tanah yang mudah terionisasi dalam gas api seperti Li + , Na + , K +
and Ca 2+ (Chu & Taylor, 2016).
Konsentrasi total kalium di dalam tubuh diperkirakan sebanyak
2g/kg berat badan, namun jumlah ini dapat bervariasi bergantung terhadap
beberapa faktor seperti jenis kelamin, umur dan massa otot. Kebutuhan
minimum kalium diperkirakan sebesar 782 mg/hari (Rahmelia, et al, 2015).
AES (Atomic Emission Spectroscopy) adalah metode pengukuran
secara kuantitatif dari emisi optic suatu atom yang tereksitasi untuk
diketahui konsentrasinya. Analit atom dalam larutan yang ditarik ke wilayah
eksitasi mengalami pelarutan kembali, penguapan, dan atomisasi oleh api
(Brian, 1996).
Spektrofotometer emisi nyala digunakan untuk pengukuran kadar
natrium dan kalium. Prinsip dari pemeriksaan spektrofotometer emisi nyala
ini adalah sampel diencerkan dengan cairan pengencer yang berisi litium
atau cesium, kemudian dihisap dan dibakar pada nyala gas propan. Ion
natrium, kalium, litium, atau sesium bila mengalami pemanasan akan
memancarkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu (natrium
berwarna kuning dengan panjang gelombang 589 nm, kalium berwarna
ungu dengan panjang gelombang 768 nm). Pancaran cahaya akibat
pemanasan ion dipisahkan dengan filter dan dibawa ke detektor sinar (Scott
dan Klutts, 2006).

V. Alat dan Bahan


4.1 Alat
a. Botol
b. Labu ukur
c. Pipet volume
d. Vial polietilen
e. Wadah plastik kecil
f. Flame atomic emission spectroscopy

4.2 Bahan
a. Air suling
b. Air deionisasi
c. Kalium klorida baku
d. Natrium klorida baku
e. Sampel darah

VI. Data Pengamatan


No. Prosedur Hasil
1. Pembuatan Larutan Stok Natrium
Baku 100 ppm
- Dengan tepat (hingga 0,1 mg) Ditimbang NaCl sebanyak 12,71 mg.
Menimbang dengan tepat 12,71
mg NaCl baku.
- Memindahkan ke dalam labu ukur Dimasukkan ke dalam labu ukur 50
50 mL yang telah dibilas dengan mL yang telah dibilas dengan
air deionisasi aquadest.
- Menambahkan air deionisasi ke Ditambahkan aquadest ke dalam labu
labu dan kocok hingga larut, ukur, dikocok hingga larut, dan di-ad
kemudian di ad hingga tanda hingga tanda batas.
batas.
2. Pembuatan Larutan Stok Kalium
Baku 100 ppm
- Dengan tepat (hingga 0,1 mg) Ditimbang KCl sebanyak 9,5 mg.
Menimbang dengan tepat 9,5 mg
KCl baku.
- Memindahkan ke dalam labu ukur Dimasukkan ke dalam labu ukur 50
50 mL yang telah dibilas dengan mL yang telah dibilas dengan
air deionisasi. aquadest.
- Menambahkan air deionisasi ke Ditambahkan aquadest ke dalam labu
labu dan kocok hingga larut, ukur, dikocok hingga larut, dan di-ad
kemudian di ad hingga tanda hingga tanda batas.
batas.
2. Pembuatan Larutan Baku Kalibrasi
Natrium dan Kalium
- Menggunakan air deionisasi Digunakan aquadest sebagai blanko.
sebagai blanko
- Membuat masing-masing larutan Masing-masing larutan baku Na dan
baku Na maupun K menjadi K dibuat menjadi larutan dengan
larutan berkonsentrasi 16ppm, konsentrasi 32ppm, 16ppm, 8ppm,
8ppm, 4ppm, 2ppm, dan 1 ppm 4ppm, 2ppm, dan 1ppm.
dalam labu ukur 10ml.
- Melakukan pengukuran larutan Dilakukan pengukuran larutan baku
baku kalibrasi Natrium dan kalibrasi Natrium dan Kalium.
Kalium.
3. Penentuan Natrium dan Kalium
dalam Urin
- Menyiapkan alat AES dengan Alat AES disiapkan dengan cara
menyalakan flame, menstabilkan dinyalakannya flame, penstabilan
flame fotometer, dan melakukan flame fotometer, dan dilakukan
pengukuran awal selama 15 menit pengukuran awal selama 15 menit
dengan air deionisasi untuk dengan aquadest untuk penstabilan
memastikan alat telah stabil alat.
- Membilas peralatan yang Peralatan yang digunakan dibilas
digunakan dengan air suling/air dengan aquadest.
deion, kemudian dengan air
deionisasi
- Mengisi vial polietilen dengan air Vial polietilen diisi dengan aquadest
deionisasi (blanko), larutan baku (blabko), larutan baku (1, 2, 4, 8, 16,
(1, 2, 4, 8, 16 ppm Na), larutan 32 ppm Na), larutan baku (1, 2, 4, 8,
baku (1, 2, 4, 8, 16 ppm K) serta 16, 32 ppm K), serta larutan sampel.
larutan sampel dan
meletakkannya dalam tempat
plastik. Sebelumnya setiap vial
dibilas dengan 1-2 mL larutan
masing-masing minimal 3 kali
- Mengalirkan air deionisasi hingga Aquadest dialirkan hingga
pembacaan meter stabil (30-90 pembacaan meter stabil (30-90 detik).
detik). Menggunakan tombol Digunakan tombol blanko untuk
blanko untuk mengatur mengatur pembacaan meter hingga
pembacaan meter hingga 0,00. 0,00. Dialirkan larutab baku tertinggi
Mengalirkan larutan baku (32 ppm) hingga pembacaan meter
tertinggi (16 ppm) hingga stabil.
pembacaan meter stabil.
Menggunakan tombol fine
sensitivity untuk mengatur
pembacaan hingga 50
- Mengulangi dua tahap prosedur Diulangi dua tahap prosedur kalibrasi
kalibrasi dengan air deionisasi dengan aquadest hingga didapatkan
dan larutan baku 5 ppm beberapa pembacaan meter stabil pada 0,00.
kali hingga didapatkan keduanya
stabil pada 0,00 dan 50
- Mengalirkan blanko, lima larutan Dialirkan blanko, enam larutan baku,
baku, dan sampel. Melakukan tiga dan sampel, dilakukan tiga kali
pengulangan pembacaan dari
setiap larutan hingga pembacaan pengulangan pembacaan dari setiap
meter satu kali stabil larutan hingga stabil.
- Kalibrasi kedua dilakukan dengan Kalibrasi kedua dilakukan dengan
menempatkan sampel di antara ditempatkannya sampel diantara dua
dua larutan baku yang yang larutan baku yang yang
pembacaannya sesuai dengan pembacaannya sesuai dengan sampel.
sampel.
- Mengulang keseluruhan proses Diulang keseluruhan proses kalibrasi
kalibrasi dan tiga pengulangan dengan tiga pengulangan pembacaan.
pembacaan sebanyak minimal 1
atau 2 kali
- Setelah selesai, memasukkan air Setelah selesai, dimasukkan aquadest
deionisasi untuk membersihkan untuk pembersihan aspitrator/burner,
aspirator atau burner, pembersihan area kerja, dan
membersihkan area kerja sampai instrumen siap untuk dimatikan.
tuntas, dan memberi tahu tenaga
ahli bahwa instrumen tersebut
siap untuk dimatikan
- Membilas semua gelas dan plastik Dibilas semua alat yang digunakan
yang disediakan untuk percobaan untuk percobaan dengan aquadest.
dengan air deionisasi

VII. Perhitungan
7.1. Pembuatan Larutan Baku Natrium 100 ppm
1000𝜇𝑔
100 𝑝𝑝𝑚 =
10 𝑚𝑙
1𝑚𝑔
100 𝑝𝑝𝑚 =
10 𝑚𝑙
𝐵𝑀 𝑁𝑎𝐶𝑙
1 mg Na dalam NaCl = ×1
𝐵𝑀 𝑁𝑎
58,5
= ×1
23
1 mg Na dalam 10 ml NaCl = 2,54 𝑚𝑔
Na dalam 50 ml NaCl = 2,54 × 5
= 12,7 𝑚𝑔
7.2. Pembuatan Larutan Baku Kalium 100 ppm
1000𝜇𝑔
100 𝑝𝑝𝑚 =
10 𝑚𝑙
1𝑚𝑔
100 𝑝𝑝𝑚 =
10 𝑚𝑙
𝐵𝑀 𝐾𝐶𝑙
1 mg K dalam KCl =
𝐵𝑀 𝐾
74,5
= ×1
39
1 mg K dalam 10 ml KCl = 1,91 𝑚𝑔
K dalam 50 ml KCl = 1,91 × 5
= 9,55 𝑚𝑔

7.3. Penentuan kadar natrium dan kalium dalam sampel


i. Kurva baku natrium dan kalium
Tabel 1. Data kalibrator natrium
Konsentrasi Emisi
1 5
2 7,5
4 15
8 26
16 52
32 96
Tabel 2. Data kalibrator kalium.

Konsentrasi Emisi
0.5 2
1 11
2.5 21
5 57

Kurva Baku Natrium


120

100 y = 2.9513x + 2.5945


R² = 0.9988
80
Emisi

60

40

20

0
0 5 10 15 20 25 30 35
Konsentrasi
Kurva Baku Kalium
60
y = 11.816x - 3.8367
50 R² = 0.9803

40
Emisi

30

20

10

0
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi

a. Hasil pengamatan natrium dan kalium pada urin

Natrium Kalium
No. NPM
Emisi Kadar (ppm) mEq/L Emisi Kadar (ppm) mEq/L
1 85 46.5 14,88 5903 256.65 45,5 4,13 1.635 41.92
2 86 6 14,71 5836 253.74 86 7,60 3.017 77.36
3 92 34 10,64 4222 183.57 65 5,82 2.310 59.2
4 93 72 23,52 9332 405.74 75 6,67 2.647 67.87
5 98 7 1,49 592 25.96 18 1,84 730 18.72
6 99 9 2,17 861 37.43 65,5 5,80 2.302 59.03
7 102 53 17,08 6777 294.65 46 4,12 1.635 41.92
8 109 35 10,98 43571 1894.3 4 0,66 2621 60.72
9 113 58 18,77 7449 323.87 56,5 5,10 2.024 51.90
10 117 34 10,64 42221 1835.7 7 0,91 3611 90.26
Nilai 40 - 220 mEq/L 25-125 mEq/L
Normal (U.S. National Library of Medicine, 2019) (Lerma, 2014)
b. Perhitungan kadar natrium dalam urin
Persamaan: y= 2,9513x + 2,5945
 85
= 2,9513x + 2,5945
X = 14,88 ppm
14,88 ppm x FP 14,88 ppm x 396,83
mEq/L = =
Mr Na 23

= 256,73 mEq/L

 86
6 = 2,9513x + 2,5945
X = 1,15 ppm
1,15 ppm x FP 1,15 ppm x 396,83
mEq/L = =
Mr Na 23

= 19,84 mEq/L

 92
34 = 2,9513x + 2,5945
X = 10,64 ppm
10,64 ppm x FP 10,64 ppm x 396,83
mEq/L = =
Mr Na 23

= 183,577 mEq/L

 93
72 = 2,9513x + 2,5945
X = 23,52 ppm
23,52 ppm x FP 23,52 ppm x 396,83
mEq/L = =
Mr Na 23

= 405,8 mEq/L
 98
7 = 2,9513x + 2,5945
X = 1,49 ppm
1,49 ppm x FP 1,49 ppm x 396,83
mEq/L = =
Mr Na 23

= 25,707 mEq/L

 99
9 = 2,9513x + 2,5945
X = 2,17 ppm
2,17 ppm x FP 2,17 ppm x 396,83
mEq/L = =
Mr Na 23

= 37,44 mEq/L

 102
53 = 2,9513x + 2,5945
X = 17,08 ppm
17,08 ppm x FP 17,08 ppm x 396,83
mEq/L = =
Mr Na 23

= 294,69 mEq/L

 109
35 = 2,9513x + 2,5945
X = 10,98 ppm
10,98 ppm x FP 10,98 ppm x 396,83
mEq/L = =
Mr Na 23

= 189,44 mEq/L

 113
58 = 2,9513x + 2,5945
X = 18,77 ppm
18,77 ppm x FP 18,77 ppm x 396,83
mEq/L = =
Mr Na 23

= 323,85 mEq/L
 117
34 = 2,9513x + 2,5945
X = 10,64 ppm
10,64 ppm x FP 10,64 ppm x 396,83
mEq/L = =
Mr Na 23

= 183,58 mEq/L

c. Perhitungan kadar kalium dalam urine


Persamaan: y= 11,816x - 3,8367
 85
45,5 = 11,816x - 3,8367
X = 4,17 ppm
4,17 ppm x FP 4,17 ppm x 396,83
mEq/L = =
Mr Na 39

= 42,43 mEq/L

 86
86 = 11,816x - 3,8367
X = 7,60 ppm
7,60 ppm x FP 7,60 ppm x 396,83
mEq/L = =
Mr Na 39

= 77,33 mEq/L

 92
65 = 11,816x - 3,8367
X = 5,82 ppm
5,82 ppm x FP 5,82 ppm x 396,83
mEq/L = =
Mr Na 39

= 59,22 mEq/L
 93
75 = 11,816x - 3,8367
X = 6,67 ppm
6,67 ppm x FP 6,67 ppm x 396,83
mEq/L = =
Mr Na 39

= 67,87 mEq/L

 98
18 = 11,816x - 3,8367
X = 1,85 ppm
1,85 ppm x FP 1,85 ppm x 396,83
mEq/L = =
Mr Na 39

= 18,82 mEq/L

 99
65,5 = 11,816x - 3,8367
X = 5,87 ppm
5,87 ppm x FP 5,87 ppm x 396,83
mEq/L = =
Mr Na 39

= 59,73 mEq/L

 102
46 = 11,816x - 3,8367
X = 4,22 ppm
4,22 ppm x FP 4,22 ppm x 396,83
mEq/L = =
Mr Na 39

= 42,94 mEq/L

 109
4 = 11,816x - 3,8367
X = 0,66 ppm
0,66 ppm x FP 0,66 ppm x 3968,3
mEq/L = =
Mr Na 39

= 67,16 mEq/L
 113
56,5 = 11,816x - 3,8367
X = 5,11 ppm
5,11 ppm x FP 5,11 ppm x 396,83
mEq/L = =
Mr Na 39

= 51,99 mEq/L

 117
7 = 11,816x - 3,8367
X = 0,92 ppm
0,92 ppm x FP 0,92 ppm x 3968,3
mEq/L = =
Mr Na 39

= 93,61 mEq/L

VIII. Kesimpulan
Penetapan kadar Natrium dan Kalium dalam urin dapat ditentukan dengan
metode AES, dimana dari data yang didapat hanya 3 sampel urin yang
memenuhi batas normal natrium yaitu 135-145 mEq/L, dan 9 sampel urin
yang memenuhi batas normal kalium yaitu sebesar 25-125 mEq/L, namun
terdapat 4 sampel yang memiliki hasil emisi lebih besar daripada
kalibratornya.
DAFTAR PUSTAKA

Brian M. Tissue. 1996. Atomic Emission Spectrocopy. [online]. Available


online at http://elchem.kaist.ac.kr/vt/chem-ed/spec/atomic/aes.html
[Diakses pada 19 Maret 2019]
Badan Tenaga Nuklir Nasional. 2015. Model Atom Neils Bohr. Tersedia Online di
http://www.batan.go.id/index.php/id/infonuklir/atom/model-atom/813-
model-at om-niels-bohr [Diakses pada tanggal 15 Maret 2019].

Burtis, C. A., Ashwood, E. A. & Burns, D. E., 2012. Tietz Textbook of


Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics. Fourth Edition ed. USA:
Elsevier.

Chu, H. T. & Taylor, . S. E., 2016. An Experimental Demonstration of a


Multi- element Flame Photometer: Determination of Salt Concentration in
Soy Sauce. International Journal of Chemistry, 8(1).

Klutts, J. S. & Scott M. G. 2006. Physiology and Disorders of Waters, Electrolytes


and Acid-Base Metabolism. In Tietz Textbook of Clinical Chemistry and
Molecular Diagnostics. Edition 4th, Ed. Philadelphia: Burtis CA,
Ashwood ER and Bruns DE, Elsevier Saunders.

Priest, G., Smith., B and Heitz. 1996. Electrolyte Analyzer Operator’s Manual 1 st
Ed. USA : AVL Scientifi Corporation. Yaswir, R and Ferawati, I. 2012.
Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium dan Klorida serta
Pemeriksaan Laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas, 1(2) : 80-85

Yaswir, Rismawati, dan Ira Ferawati. 2012. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan
Natrium, Kalium, dan Klorida serta Pemeriksaan Fisik Laboratorium.
Jurnal Kesehatan Andalas, 1(2) : 80-85.

Anda mungkin juga menyukai