Anda di halaman 1dari 36

KEGIATAN PRAKTIK I

PEMERIKSAAN NATRIUM ATAU SODIUM

A. Petunjuk
1. Sebelum anda mempelajari isi bab ini, terlebih dahulu bacabak- baik deskripsi
materi yang ada pada awal bab ini
2. Sesudah itu, mulailah pelajari isi bab ini dan rangkumannya dengan cermat
3. Diskusikan dengan teman teman anda permasalahan yang masih belum jelas dan
apabila ada kesulitan jangan segan segan menanyakan kepada pengajar atau
pembimbing
4. Apabila semua tugas telah selesai didiskusikan, kerjakan semua soal latihan yang
telah ada pada lembar tersendiri dan jangan melhat jawaban
5. Cocockan kunci jawababn anda dengan kunci jawaban yang telah tersedia

B. Pokok Bahasan
1. Pengertian dan fungsi elektrolit
2. Tujuan pemeriksaan laboratorium elektrolit
3. Peran natrium dalam tubuh
4. Pengertian Hipernatremia dan Hiponatremia
5. Sampel yang digunakan dalam pemeriksaan elektrolit
6. Nilai normal kadar natrium dalam tubuh
7. Stabilitas sampel

C. Materi
Elektrolit merupakan Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan
akan menghantarkan arus listrik. Tubuh kita ibarat suatu jaringan listrik yang begitu
kompleks, didalamnya terdapat beberapa “pembangkit” lokal seperti jantung, otak dan
ginjal. Juga ada “rumah-rumah” pelanggan berupa sel-sel otot. Untuk bisa mengalirkan
listrik ini diperlukan ion-ion yang akan mengantarkan “perintah” dari pembangkit ke
rumah-rumah pelanggan. Ion-ion ini disebut sebagai elektrolit. Ada dua tipe elektrolit
yang ada dalam tubuh, yaitu kation (elektrolit bermuatan positif) dan anion (elektrolit
bermuatan negatif). Masing-masing tipe elektrolit ini saling bekerja sama
mengantarkan impuls sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan tubuh. Kation
dalam tubuh adalah Na+, K+, Ca2+, Magnesium (Mg2+). Sedangkan Anion adalah Cl–
, HCO3–, HPO4–, SO4–. Dalam keadaan normal, kadar kation dan anion ini sama besar
sehingga potensial listrik cairan tubuh bersifat netral. Pada cairan ektrasel kation utama
adalah Na+ sedangkan anion utamanya adalah Cl-.. Sedangkan di intrasel kation
utamanya adalah K+.Fungsi Elektrolit antara lain :
1. Mengembalikan dan mempertahankan tingkat hidrasi yang tepat di seluruh tubuh.
2. Setiap kekurangan garam mineral dapat memicu masalah kesehatan seperti,
lesu,depresi, kelemahan, gangguan jantung dan koma.
3. Mempertahankan tekanan osmotik, membantu kontraksi otot dan memproduksi
serta menyalurkan sinyal listrik dari otak ke sel dan sebaliknya.
4. Ginjal memisahkan elektrolit dari darah dan mengatur tingkat elektrolit
dalam tubuh.
5. Kehilangan elektrolit terlalu banyak menyebabkan dehidrasi parah dan
berpotensimempengaruhi jantung dan sistem saraf pusat.
6. Elektrolit bekerja dalam tubuh pada tingkat sel, dan jika jumlah lebih rendah dari
yang dibutuhkan dapat mempengaruhi semua sistem utama dan organ tubuh
7. Elektrolit bertugas mempertahankan suhu tubuh tetap stabil dan tetap dingin.
8. Konsumsi elektrolit berlebihan dapat menyebabkan retensi cairan meningkat dan
menyebabkan pembengkakan otot.
9. Saat mencoba mengganti elektrolit yang hilang dengan minum banyak air
sekaligus,Anda justru menipiskan konsentrasi elektrolit yang sudah ada dalam
darah karena asupan air yang terlalu tinggi.
10. Setiap ketidak seimbangan tingkat elektrolit dalam tubuh dapat berakibat
fataldalam hitungan jam, terutama pada penderita gangguan pencernaan.
11. Hormon adrenal seperti aldosteron dan para-tiroid bertugas mengatur elektrolit dan
menjaga keseimbangan kimia intraseluler dan ekstraseluler.

Oleh karena itu alasan utama melakukan pemeriksaan laboratorium, khusus nya
elektrolit untuk :
1. Menunjang diagnosa penyakit
2. Memantau perjalanan penyakit
3. Memantau efektifitas terapi pada orang dengan dehidrasi, kelebihan cairan
(edema), atau dengan berbagai gejala (misalnya, kelemahan, kebingungan, rasa
haus dan / atau membran mukosa kering)
4. Memantau efektivitas pengobatan
5. Melakukan uji saring dan pencegahan (check-up)

Natrium atau sodium adalah elektrolit yang mempunyai peran yang sangat penting
untuk metabolisme sel, transportasi nutrisi, melancarkan dan menormalkan fungsi otot,
saraf dan fungsi jantung, serta menghilangkan produk-produk limbah dari sel, Natrium,
bersama dengan elektrolit lain seperti kalium, klorida, dan bikarbonat (jumlah CO2),
membantu mengatur jumlah cairan dalam tubuh dan menjaga keseimbangan asam-basa
(pH). Tes natrium digunakan untuk mendeteksi konsentrasi abnormal natrium, yaitu
natrium rendah (hiponatremia) dan natrium tinggi (hipernatremia)
Merupakan salah satu dari elektrolit darah yang bermuatan positif (kation). Ditemukan
di semua cairan tubuh tetapi konsentrasi tertinggi ada di darah dan di cairan
ekstraseluler (di luar sel).

Hipernatremia (kadar natrium darah yang tinggi)


Suatu keadaan dimana kadar natrium dalam darah lebih dari 145 mEq/L darah.
Hipernatremia akan menyebabkan lisisnya sel-sel neuron. Pada hipernatremia, tubuh
mengandung terlalu sedikit air dibandingkan dengan jumlah natrium. Konsentrasi
natrium darah biasanya meningkat secara tidak normal jika kehilangan cairan
melampaui kehilangan natrium, yang biasanya terjadi jika minum terlalu sedikit air.
Konsentrasi natrium darah yang tinggi secara tidak langsung menunjukkan bahwa
seseorang tidak merasakan haus meskipun seharusnya dia haus, atau dia haus tetapi
tidak dapat memperoleh air yang cukup untuk minum. Misalnya : Fungsi ginjal yang
abnormal, Diare, Muntah, Demam, Keringat yang berlebihan.

Hiponatremia (kadar natrium darah yang rendah)


Suatu keadaan dimana konsentrasi natrium yang lebih kecil dari 136 mEq/L darah.
Hiponatremia akan menyebabkan penurunan kadar osmolaritas plasma sehingga akan
terjadi edema sitotoksik. Konsentrasi natrium darah menurun jika natrium telah
dilarutkan oleh terlalu banyaknya air dalam tubuh. Pengenceran natrium bisa terjadi
pada orang yang minum air dalam jumlah yang sangat banyak (seperti yang kadang
terjadi pada kelainan psikis tertentu) dan pada penderita yang dirawat melebihi
kemampuan ginjal untuk membuang kelebihannya. Asupan cairan dalam jumlah yang
lebih sedikit (kadang sebanyak 1L/hari), bisa menyebabkan hiponatremia pada orang-
orang yang ginjalnya tidak berfungsi dengan baik misalnya pada gagal
ginjal.Sampel yang digunakan pada pemeriksaan Natrium adalah Serum atau Urine.
Syarat sampel yang digunakan tidak lisis, tidak lipemik, tidak ikterik, urine 24 jam (
Tanpa pengawet).

Nilai Rujukan
a. Serum : 136 - 145 mmol/L
b. Urin : 40 - 220 mmol/24jam

Stabilitas Sampel
a. Sampel serum
2– 8oC : 7 hari
(-15) - (-20) °C : 1 bulan
b. Sampel Urin
Suhu ruang : ≤ 2 jam

Metode
Fotometrik, metode Mg-Uranil Acetat

Prinsip
Natrium diendapkan dengan Mg-Uranil Acetat. Uranilium yang tersisa dalam suspensi
membentuk kompleks kuning-cokelat dengan asam thioglikolitik. Perubahan antara
reagen kosong (tanpa pengendapan serum) dan analisis sebanding dengan konsentrasi
natrium

D. Cara Kerja :
1. Persiapan Alat dan Bahan
a. Alat :
1) Lanset / semprit
2) Kapas alcohol 70%
3) Mikropipet
4) Pipet eppendorf
5) Tabung reaksi
6) Zentrifugen mikro
7) Vortex
8) Spekrtofotometer
b. Bahan/reagen :
1) Darah
2) Reagen Kit Natrium (NA+)
2. Sampling
a. Darah diambil kira-kira 1 ml (boleh dengan darah puasa maupun tanpa puasa)
b. Darah dibiarkan membeku dalam suhu ruang
c. Kemudian darah di sentrifuge 4500 rpm selama 15 menit
d. Kumpulkan serum yang terpisah ke dalam cup serum
3. Penetapan kadar natrium dalam darah dengan sampel serum

Makro Semi-Mikro
RB = Reagen Blanko
STD = Standar RB μL STD μL SPL μL RB μL STD μL SPL μL

STD - 50 - - 20 -
Serum - - 50 - - 20
PREC - 3000 3000 - 1000 1000

Tutup tabung dan homogenkan. Diamkan selama 5 menit, kocok intensif selama 30 detik.
Biarkan selama 30 menit. Sentrifuge dengan kecepatan tinggi selama 5 – 10 menit

PREC 50 - - 20 - -
Supernatan - 50 50 - 20 20
RGT 3000 3000 3000 1000 1000 1000

Aduk rata setelah 5 – 10 menit, ukur absorban pada blanko (∆ARB), standar (∆ASTD), dan
sampel (∆ASPL) terhadap aquades pada 360 – 410 nm (Hg 366 atau Hg 405)

E. Interpretasi Hasil
Nilai rujukan kadar natrium pada:
- serum bayi : 134-150 mmol/L
- serum anak dan dewasa : 135-145 mmol/L
- urine anak dan dewasa : 40-220 mmol/24 jam
- cairan serebrospinal : 136-150 mmol/L
- feses : kurang dari 10 mmol/hari
F. Soal
1. Di bawah ini fungsi cairan tubuh yang benar ialah….
a. Mengatur suhu tubuh dan melancarkan ASI
b. Mengatur suhu tubuh dan melancarkan peredaran darah
c. Mengatur peredaran darah dan meningkatkan berat badan
d. Mengatur peredaran darah dan melancarkan ASI
2. Berikut adalah jenis elektrolit di dalam tubuh, kecuali….
a. Ba
b. Na
c. Ca
d. HCO₃
3. Sampel yang dapat digunakan pada pemeriksaan elektrolit tubuh, kecuali….
a. Urine
b. Saliva
c. Serum
d. Cairan serebrospinal
4. Metode yang dapat digunakan dalam pemeriksaan kadar natrium adalah….
a. Titrasi merkurimetri
b. Titrasi kolorimetri
c. Atomic absorption spectrofotometry
d. Flame emission spectrofotometry
5. Nilai normal elektrolit natrium di dalam tubuh berkisar antara….
a. 125-135 meq/L
b. 125-145 meq/L
c. 136-145 meq/L
d. 136-155 meq/L

G. Jawaban
1. B
2. A
3. B
4. D
5. C
H. Referensi

http://labparahita.com/diagnostic/natrium/ diakses pada 16 Juli 2019

http://yankes.kemkes.go.id/read-pentingnya-pemeriksaan-laboratorium--
%E2%80%9Celektrolit-darah%E2%80%9D-pada-pasien-stroke-akut-5295.html
diakses pada 16 Juli 2019

https://www.academia.edu/16644335/Soal_cairan_dan_elektrolit_Tubuh diakses pada


17 Juli 2019

Siti Hajar A., Mutiara D., Novianti V., Khaerawaty I. 2016. Natrium.
https://www.academia.edu/30829818/Makalah_Kimia_Klinik Diakses pada 18 juli
2019

Yaswir Rismawati, Ferawati Ira. 2012. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan


Natrium, Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. Jurnal Kesehatan
Andalas 2012; 1(2).http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/48
Diakses pada 18 Juli 2019
KEGIATAN PRAKTIK II

PEMERIKSAAN KALIUM

A. Petunjuk
1. Sebelum anda mempelajari isi bab ini, terlebih dahulu baca baik-baik deskripsi
materi yang ada pada awal bab ini.
2. Sesudah itu, mualailah pelajari isi bab ini dan rangkumannya dengan cermat
3. Diskusikan dengan teman-teman Anda permasalahan yang masih belum jelas dan
apabila ada kesulitan jangan segan-segan menanyakan kepada pengajar atau
pembimbing
4. Apabila semua tugas telah selesai didiskusikan, kerjakan semua soal latihan yang
telah ada pada lembar tersendiri dan jangan melihat jawaban
5. Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban yang telah tersedia

B. Pokok Bahasan
1. Pengertian dan fisiologi kalium
2. Pengertian pemeriksaan kalium
3. Tujuan pemeriksaan kalium
4. Metode pemeriksaan kalium
5. Gangguan keseimbangan kalium
C. Materi
1. Pengertian dan Fisiologi Kalium

Kalium merupakan kation penting dalam cairan intraselular yang berperan


dalam keseimbangan pH dan osmolalitas. Kekurangan kalium umumnya
disebabkan karena ekskresi yang berlebihan melalui ginjal dan karena muntah-
muntah yang berlebihan atau diare yang hebat (Maharani, 2012) .

Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel.
Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel
4-5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlah konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar
50-60 per kilogram berat badan (3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini dipengaruhi
oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil
dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang dewasa lebih kecil 20%
dibandingkan pada anak-anak. Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan
cairan interstisial dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan
perbedaan kalium cairan intrasel dengan cairan interstisial adalah akibat adanya
transpor aktif (transpor aktif kalium ke dalam sel bertukar dengan natrium).
Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium yang
masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung dari
jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi
60-100 mEq kalium perhari (hampir sama dengan konsumsi natrium). Kalium
difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70- 80%) direabsorpsi secara aktif
maupun pasif di tubulus proksimal dan direabsorpsi bersama dengan natrium dan
klorida di lengkung henle. 19-20 Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus
gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan urine mencapai 90%. Nilai rujukan
kalium serum pada:

o serum bayi : 3,6-5,8 mmol/L


o serum anak : 3,5-5,5 mmo/L
o serum dewasa : 3,5-5,3 mmol/L
o urine anak : 17-57 mmol/24 jam
o urine dewasa : 40-80 mmol/24 jam
o cairan lambung : 10 mmol/L

2. Pengertian Pemeriksaan Kalium


Elektrolit adalah ion yang terdapat dalam cairan tubuh yang dapat berupa kation
(misalnya Na+, K+, Ca2+, Mg2+) atau anion (misalnya Cl–, HCO3–, HPO4–, SO4–,
dan laktat). Dalam keadaan normal, kadar kation dan anion seimbang, sehingga
keberdayaan (potensial) listrik serum bersifat netral. Dalam cairan ekstrasel (CES)
kation utama adalah Na+ dan anion utama adalah Cl– dan HCO3–, sedangkan dalam
cairan intrasel (CIS) kation utama adalah K+.1 Walaupun ada beberapa kation lain,
tetapi Na dan K merupakan kation yang penting. Keduanya memengaruhi tekanan
osmotik cairan ekstrasel dan intrasel yang langsung berhubungan dengan fungsi
sel.
Peran elektrolit dalam tubuh manusia sangat penting, sebab tidak ada proses
metabolisme yang tidak bergantung atau tidak terpengaruh oleh elektrolit. Fungsi
elektrolit antara lain mempertahankan tekanan osmotik dan sebaran (distribusi) air
di berbagai ruang (kompartemen) cairan tubuh, mempertahankan pH dalam
keadaan terbaik (optimal), pengaturan (regulasi) fungsi jantung dan otot-otot lain
terbaik (optimal), berperan dalam reaksi oksidasi-reduksi (transfer ion), dan
berperan sebagai kofaktor enzim dalam proses katalisis.
Gangguan keseimbangan elektrolit kalium, walaupun kurang rumit (kompleks
dibandingkan dengan natrium, tetapi pengaruhnya lebih berbahaya, karena kalium
merupakan salah satu analit terpenting, sehingga kesalahan pengukuran dapat
menimbulkan akibat parah/berat (konsekuensi serius) apabila pengobatan (terapi)
didasarkan oleh hasil yang tidak teliti (akurat).
Pemeriksaan laboratorium secara umum bertujuan membantu peklinik (klinisi)
dalam menemukan (deteksi) penyakit, menetapkan diagnosis, menentukan
prognosis, menjadi pedoman di dalam penatalaksanaan penderita dan pemantauan
pengobatan. Ketelitian (-akuratan) hasil pemeriksaan sangat ditentukan oleh
penanganan di tahap pre-analitik, analitik dan pasca analitik. Penanganan contoh
(spesimen) merupakan salah satu faktor penting (esensial) dalam tahap pre-analitik
yang dapat memengaruhi ketelitian hasil laboratorik. Kesalahan analitik secara
klinis bermakna dapat terjadi pada pemeriksaan kalium bila sampel darah tidak
diproses dengan benar.
Pemisahan serum dilakukan tidak lebih dari satu jam setelah pengambilan
contoh (spesimen). Untuk pemeriksaan kalium, serum harus segera dipisahkan atau
segera diperiksa (satu jam setelah mengambil contoh (spesimen) dan dikerjakan,
karena dapat terjadi hasil peningkatan palsu. Bila serum harus disimpan beberapa
saat, maka serum harus ditutup dan disimpan di lemari pendingin, sebelum
dianalisis biarkan serum pada suhu ruangan.
Pemantauan elektrolit yang cermat dan teratur, demikian pula pemberian atau
penggantian cairan dan elektrolit melalui vena, merupakan kegiatan penting dalam
banyak perawatan penyakit akut. Dengan demikian, pemeriksaan elektrolit menjadi
bagian penting bagi peklinik (klinisi) dan perawat dalam merawat dan mengobati
penderita.
3. Tujuan Pemeriksaan Kalium
Pemeriksaan elektrolit adalah salah satu pemeriksaan yang biasa dilakukan
dalam laboratorium klinik. Elektrolit berperan penting dalam tubuh manusia
terutama karena hampir semua proses metabolisme tubuh manusia dipengaruhi
oleh elektrolit (Sacher dan Pherson, 2004). Potensial elektrokimiawi membran sel
dipelihara oleh elektrolit, sehingga akhirnya akan mempengaruhi fungsi saraf, otot,
dan aktivitas sel seperti sekresi, kontraksi, dan berbagai proses metabolik lainnya
(Sacher dan Pherson, 2004).
Pemeriksaan elektrolit yang sering diminta di laboratorium adalah pemeriksaan
Na, K dan Cl. Hal ini dilakukan untuk menilai keseimbangan kadar elektrolit dalam
tubuh. Kalium merupakan analit kimia yang penting karena kelainannya dapat
segera mengancam nyawa, sehingga kesalahan pengukuran dapat menimbulkan
konsekuensi serius apabila terapi yang dilakukan didasari pada hasil yang tidak
akurat (Sacher dan Pherson, 2004).

4. Metode Pemeriksaan Kalium


a. Pemeriksaan dengan Metode Elektroda Ion Selektif (Ion Selective
Electrode/ISE)
Pemeriksaan kadar natrium, kalium, dan klorida dengan metode
elektroda ion selektif (Ion Selective Electrode/ISE) adalah yang paling sering
digunakan. Data dari College of American Pathologists (CAP) pada 5400
laboratorium yang memeriksa natrium dan kalium, lebih dari 99%
menggunakan metode ISE. Metode ISE mempunyai akurasi yang baik,
koefisien variasi kurang dari 1,5%, kalibrator dapat dipercaya dan mempunyai
program pemantapan mutu yang baik.
ISE ada dua macam yaitu ISE direk dan ISE indirek. ISE direk
memeriksa secara langsung pada sampel plasma, serum dan darah utuh. Metode
inilah yang umumnya digunakan pada laboratorium gawat darurat. Metode ISE
indirek yang diberkembang lebih dulu dalam sejarah teknologi ISE, yaitu
memeriksa sampel yang sudah diencerkan.
Prinsip Pengukuran :
Pada dasarnya alat yang menggunakan metode ISE untuk menghitung
kadar ion sampel dengan membandingkan kadar ion yang tidak diketahui
nilainya dengan kadar ion yang diketahui nilainya. Membran ion selektif pada
alat mengalami reaksi dengan elektrolit sampel. Membran merupakan penukar
ion, bereaksi terhadap perubahan listrik ion sehingga menyebabkan perubahan
potensial membran. Perubahan potensial membran ini diukur, dihitung
menggunakan persamaan Nerst, hasilnya kemudian dihubungkan dengan
amplifier. Salah satu persamaan Nernst yang dipakai yaitu:
b. Pemeriksaan dengan Spektrofotometer Emisi Nyala (Flame Emission
Spectrofotometry/FES)
Spektrofotometer emisi nyala digunakan untuk pengukuran kadar
natrium dan kalium. Penggunaan spektrofotometer emisi nyala di laboratorium
berlangsung tidak lama, selanjutnya penggunaannya dikombinasi dengan
elektrokimia untuk mempertahankan penggunaan dan keamanan prosedurnya.
Prinsip pemeriksaan spektrofotometer emisi nyala adalah sampel
diencerkan dengan cairan pengencer yang berisi litium atau cesium, kemudian
dihisap dan dibakar pada nyala gas propan. Ion natrium, kalium, litium, atau
sesium bila mengalami pemanasan akan memancarkan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu (natrium berwarna kuning dengan panjang gelombang
589nm, kalium berwarna ungu dengan panjang gelombang 768 nm, litium 671
nm, sesium 825 nm). Pancaran cahaya akibat pemanasan ion dipisahkan dengan
filter dan dibawa ke detektor sinar.

c. Pemeriksaan dengan Spektrofotometer berdasarkan Aktivasi Enzim


Prinsip pemeriksaan kalium dengan metode spektrofotometer adalah ion K+
mengaktivasi enzim tryptophanase.

d. Pemeriksaan dengan spektrofotometer atom serapan (Atomic Absorption


Spectrophotometry/ AAS)
Prinsip pemeriksaan dengan spektrofotometer atom serapan adalah
teknik emisi dengan elemen pada sampel mendapat sinar dari hollow cathode
dan cahaya yang ditimbulkan diukur sebagai level energi yang paling rendah.
Elemen yang mendapat sinar dalam bentuk ikatan kimia (atom) dan
ditempatkan pada ground state (atom netral). Metode spektrofotometer atom
serapan mempunyai sensitivitas spesifisitas yang lebih tinggi dibandingkan
metode spektrofotometer nyala emisi.

e. Pemeriksaan Kadar Klorida dengan Metode Titrasi Merkurimeter


Prinsip: Spesimen filtrat yang bebas protein dititrasi dengan larutan
merkuri nitrat, dengan penambahan diphenylcarbazone sebagai indikator.
Hg2+ yang bebas, bersama klorida membentuk larutan merkuri klorida yang
tidak terionisasi. Kelebihan ion Hg2+ bereaksi dengan diphenylcarbazone
membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu. Titik akhir dari titrasi
adalah saat mulai timbul perubahan warna.

f. Pemeriksaan Kadar Klorida dengan Metode Titrasi Kolorimetrik-


Amperometrik
Prinsip pemeriksaan kadar klorida dengan metode titrasi kolorimetrik-
amperometrik bergantung pada generasi Ag+ dari elektroda perak yang konstan
dan pada reaksi dengan klorida membentuk klorida perak tang tidak larut.
Interval waktu yang digunakan sebanding dengan kadar klorida pada sampel.

g. Gangguan Keseimbangan Kalium


Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia
dan kadar kalium lebih dari 5,3 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia.
Kekurangan ion kalium dapat menyebabkan frekuensi denyut jantung
melambat. Peningkatan kalium plasma 3-4 mEq/L dapat menyebabkan aritmia
jantung, konsentrasi yang lebih tinggi lagi dapat menimbulkan henti jantung
atau fibrilasi jantung.

Penyebab Hipokalemia

Penyebab hipokalemia dapat dibagi sebagai berikut :

a. Asupan kalium kurang


Orang tua yang hanya makan roti panggang dan teh, peminum alkohol yang berat
sehingga jarang makan dan tidak makan dengan baik, atau pada pasien sakit berat
yang tidak dapat makan dan minum dengan baik melalui mulut atau disertai oleh
masalah lain misalnya pada pemberian diuretik atau pemberian diet rendah kalori
pada program menurunkan berat badan dapat menyebabkan hipokalemia.
b. Pengeluaran kalium berlebihan
Pengeluaran kalium yang berlebihan terjadi melalui saluran cerna seperti muntah-
muntah, melalui ginjal seperti pemakaian diuretik, kelebihan hormon
mineralokortikoid primer/hiperaldosteronisme primer (sindrom bartter atau
sindrom gitelman) atau melalui keringat yang berlebihan. Diare, tumor kolon
(adenoma vilosa) dan pemakaian pencahar menyebabkan kalium keluar bersama
bikarbonat pada saluran cerna bagian bawah (asidosis metabolik). 1,3 Licorice
(semacam permen) yang mengandung senyawa yang bekerja mirip aldosteron,
dapat menyebabkan hipokalemia jika dimakan berlebihan.
c. Kalium Masuk ke Dalam Sel
Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel, pemberian
insulin, peningkatan aktivitas beta-adrenergik (pemakaian β2- agonis), paralisis
periodik hipokalemik, dan hipotermia.
Penyebab Hiperkalemia

Hiperkalemia dapat disebabkan oleh :

a. Keluarnya kalium dari intrasel ke ekstrasel


Kalium keluar dari sel dapat terjadi pada keadaan asidosis metabolik bukan oleh
asidosis organik (ketoasidosis, asidosis laktat), defisit insulin, katabolisme jaringan
meningkat, pemakaian obat penghambat-β adrenergik, dan pseudohiperkalemia.
b. Berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal
Berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal terjadi pada keadaan
hiperaldosteronisme, gagal ginjal, deplesi volume sirkulasi efektif, pemakaian
siklosporin atau akibat koreksi ion kalium berlebihan dan pada kasus-kasus yang
mendapat terapi angiotensin-converting enzyme inhibitor dan potassium sparing
diuretics. Pseudohiperkalemia dapat disebabkan oleh hemolisis, sampel tidak
segera diperiksa atau akibat kesalahan preanalitik yang lain yaitu tornikuet pada
lengan atas tidak dilepas sebelum diambil darah setelah penderita menggenggam
tangannya berulangkali (peningkatan sampai 2 mmol/L). Jumlah trombosit
>500.000/mm3 atau leukosit >70.000/mm3 juga dapat meningkatkan kadar kalium
serum.
D. Metode Pemeriksaan
1. Metode ISE (Ion Selective Electrode)
a. Prinsip
Pada dasarnya alat yang menggunakan metode ISE untuk menghitung kadar
ion sampel dengan membandingkan kadar ion yang tidak diketahui nilainya
dengan kadar ion yang diketahui nilainya. Membran ion selektif pada alat
mengalami reaksi dengan elektrolit sampel. Membran merupakan penukar ion,
bereaksi terhadap perubahan listrik ion sehingga menyebabkan perubahan
potensial membran.
b. Alat dan Bahan
Alat
a) Electrolite Analyzer
b) Rak tabung
c) Sentrifuge
d) Vacutainer SST
e) Tourniquet
f) Alkohol swab
g) Plester
Bahan
a) Sampel darah vena
b) Reagen kit
c) Reagen kontrol

c. Cara Kerja
Pengerjaan Kontrol
a) Control terdiri dari Kontrol Normal dan Kontrol Abnormal High
b) Control dilakukan setiap hari
c) Masukan control ke dalam cup kecil
d) Pilih “Second Menu”
e) Dengan menekan tombol “No” cari menu “Qual Control”
f) Lakukan kontrol satu persatu, pilih menu “Normal Control” atau Abnormal
(High) Control. Dokumenkan hasil kontrol tadi
g) Bila hasil control diterima maka pemeriksaan dapat dilakukan
h) Bila control tidak diterima, cek reagen, bahan kontrol dan lain lain apakah
ada yang tidak sesuai
i) Bila sudah diperiksa/dicek, ulangi periksa bahan kontrol, jika masih diluar
batas keberterimaan lakukan kalibrasi
j) Bila masih belum dapat diterima panggil teknisi

Penetapan Kalium
a) Darah dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit
b) Serumsebanyak 200 µl dimasukkan ke alat elektrolit analyzer. Jika sudah ada
tulisan “Life sampel to analyze” lalu tekan “yes”
c) Hasil pemeriksaan akan keluar secara otomatis dan diverifikasi oleh petugas

2. Metode Spektrofotometri
a. Alat dan Bahan
Alat
a) Spektrofotometri
b) Kuvet
c) Mikropipet
d) Mikro tip
e) Centrifuge
f) Tabung centifuge
Bahan
a) Sampel serum
b) Reagen Test Kit (reagen presipitan dan reagen kalium.

b. Cara Kerja
1) Pipet 100 µl sampel dan 1000 µl reagen presipitan ke dalam tabung
sentrifuge, homogenkan
2) Sentrifuge selama 5-10 menit
3) Ambil 100 µl supernatan dan campur dengan 1000 µl reagen A (reagen
kalium) di dalam kuvet, homogenkan secara baik
4) Inkubas selama 5-30 menit lalu baca pada λ = 578 nm program C/F faktor =
5
E. Interpretasi Hasil
1. Niai rujukan:
a. Serum bayi : 3,6 -5,8 mmol/L
b. Serum anak : 3,5-5,5 mmo/L
c. Serum dewasa : 3,5-5,3 mmol/L
2. Indikasi klinis:
a. Peningkatan kalium (hiperkalemia) dapat terjadi apabila ada gangguan ginjal,
oliguri, anuria,infuse KCL, oerlukaan, metabolic asidosis, dan penggunaan
obat sefalosporin, heparin,epinefrin, histamine
b. Penurunan kalium (hipokalemia) dapat terjadi karena input kalium rendah dan
eksresi lewat urin berlebihan, misalnya pada penyakit muntah, diare, dehidrasi,
malnutrisi, diet ketat,trauma, luka pembedahan, penghisapan lambung, DM
asidosis, banyak makan permen, luka bakar, hiperaldosteron, alkalosis
metabolic dan penggunaan obat diuretic, cortisone, insulin dan aspirin

F. Soal
1. Sampel yang dapat digunakan pada pemeriksaaan elektrolit tubuh, kecuali…..
a. Saliva
b. Urine
c. Serum
d. Darah
e. Cairan serebrospinal
2. Elektrolit yang berfungsi untuk mempertahankan membrane potensial elektrik
dalam tubuh adalah….
a. Kalsium
b. Kalium
c. Fosfat
d. Magnesium
e. Natrium
3. Bila kadar kalium pasien kurang dari 3,5 mEq/L disebut….
a. Hiperkalemia
b. Aritmia
c. Hipokalemia
d. Sindrom gitelman
e. Hipernatremia
4. Nilai normal elektrolit kalium di dalam tubuh berkisar antara….
a. 4,5 – 6 mmol/L
b. 3,5 – 5 mmol/ L
c. 5 – 6,5 mmol/L
d. 3 – 4 mmol/L
e. 4 – 6 mmol/L
5. Metode pemeriksaan kalium yang sering digunakan adalah……
a. Ion Selective Electrode
b. Flame Emission Spectrofotometry
c. Atomic absorption Spectrofotometry
d. Metode Titrasi Merkurimeter
e. Metode Kolorimetrik

G. Jawaban
1. A
2. B
3. C
4. B
5. A

H. Referensi
Lestari, AA. Wiradewi dan DGD. Dharma Santhi. 2017. Diktat Praktikum Kimia Klinik
III. Denpasar: Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.
Rukmana, R. Nurhendra. 2011. Penentuan Kadar Elektrolit (NA+ dan K+).
Tasikmalaya: STIKes Bhakti Tunas Husada.
Yuliana, Eve. dkk. 2016. Pemeriksaan Elektrolit. Banten: Jurusan Analis Kesehatan
Polekkes Kemenkes Banten.
Yaswir, Rismawati., Ira Ferawati. 2012. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan
Natrium, Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. Jurnal
Kesehatan Andalas. Sumatra Barat : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Yulianti, Iluh Devi, Daud K. Walanda, Irwan Said. 2015. Analisis Kalium, Kalsium
dan Natrium dalam Buah Merah (Pandanus Baccari) Asal Kabupaten Poso
Sebagai Alternatif Peluruh Batu Ginjal. Jurnal Akademika Kim. Palu :
Pendidikan Kimia/FKIP Universitas Tadulako.
Yustiani, Nyoman Trisna, Mutmainnah, Ruland DN Pakasi, Hardjoeno.2009. Kadar
Na, K, Cl pada Ragam (Variasi) Selang Waktu Pemeriksaan Serum. Indonesian
Journal Clinical Pathology And Medical Laborator. Surabaya : Perhimpunan
Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia.
Bastian, F.D. Anindita Marson, Asmarani, Pariyana. 2018. Perbedaan Teknik
Pemasangan Tourniquet Terhadap Kadar Kalium Serum. Sumatra : Jurnal
Kesehatan.
.
KEGIATAN PRAKTIK III

PEMERIKSAAN KLORIDA

A. Petunjuk
1. Sebelum melakukan praktikum, sebaiknya anda memahami terlebih dahulu dasar,
prinsip dan tujuan pemeriksaan klorida.
2. Setelah itu anda bisa menyiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
3. Laksanakan praktikum sesuai prosedur yang ada secara efisien dan efektif.
4. Apabila ada kendala dalam pelaksanaannya, segera konsultasikan dengan
pengajar atau pembimbing.
5. Diskusikan dengan teman tentang kendala dan solusinya.
6. Setelah selesai melakukan praktikum, peralatan dan bahan dikondisikan seperti
semula.
7. Kerjakan soal sebagai review praktikum yang sudah dilakukan.

B. Pokok Bahasan
1. Pengertian dan fungsi klorida dalam tubuh manusia
2. Fisiologi klorida dalam tubuh manusia
3. Tujuan, prinsip dan metode pemeriksaan klorida dalam serum
4. Bahan dan prosedur pemeriksaan klorida dalam serum

C. Materi
1. Pendahuluan
Klorida (Cl-) merupakan suatu elektrolit. Elektrolit adalah senyawa di dalam
larutan yang berdisosiasi menjadi partikel yang bermuatan (ion) positif atau
negatif. Ion bermuatan positif disebut kation dan ion bermuatan negatif disebut
anion. Keseimbangan keduanya disebut sebagai elektronetralitas. Sebagian besar
proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit. Konsentrasi
elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak gangguan.
Pemeliharaan homeostasis cairan tubuh adalah penting bagi kelangsungan hidup
semua organisme. Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa
kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat elektrolit mayor,
yaitu natrium (Na+), kalium (K+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3-).
Cairan tubuh terdiri dari air dan elektrolit. Cairan tubuh dibedakan atas cairan
ekstrasel dan intrasel. Cairan ekstrasel meliputi plasma dan cairan interstisial.
Distribusi elektrolit pada cairan intrasel dan ekstrasel dapat dilihat pada gambar.

Gambar 1. Kation dan Anion Utama dalam Cairan Intrasel dan Ekstrasel

2. Tinjauan Pustaka
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan konsentrasi
klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada gangguan
keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion gap.
Fungsi klorida adalah membantu regulasi volume darah, tekanan arteri dan
keseimbangan asam basa (asidosis-alkalosis). Nilai normal klorida serum adalah
100 sampai 108 mEq/L. Kadar klorida menurun misalnya sekresi cairan lambung
yang berlebihan dapat menyebabkan alkalosis metabolik, sedang retensi klorida
atau makan dengan garam berlebihan dapat menimbulkan hiperkloremia dengan
asidosis metabolik, penggunaan obat yang dapat meninggikan kadar klorida atau
menurunkan kadar klorida seperti thisid, furosemid, bikarbonat harus dihentikan
sebelum pemeriksaan kadar klorida. Klorida jarang diperiksa tersendiri tetapi
biasanya bersma-sama dengan elektrolit lain. Peningkatan kadar klorida dapat
terjadi pada nephritis, obstruksi kelenjar prostat dan dehidrasi. Kadar rendah
ditemukan pada gangguan fungsi gastrointetinal dan ginjal. (H.Harjoeno dkk,
2003).
Jumlah klorida pada orang dewasa normal sekitar 30 mEq per kilogram berat
badan. Sekitar 88% klorida berada dalam cairan ekstraseluler dan 12% dalam
cairan intrasel. Konsentrasi klorida pada bayi lebih tinggi dibandingkan pada anak-
anak dan dewasa. 20 Keseimbangan Gibbs-Donnan mengakibatkan kadar klorida
dalam cairan interstisial lebih tinggi dibanding dalam plasma. Klorida dapat
menembus membran sel secara pasif. Perbedaan kadar klorida antara cairan
interstisial dan cairan intrasel disebabkan oleh perbedaan potensial di permukaan
luar dan dalam membran sel. Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh
keseimbangan antara klorida yang masuk dan yang keluar. Klorida yang masuk
tergantung dari jumlah dan jenis makanan.
Kandungan klorida dalam makanan sama dengan natrium. Orang dewasa pada
keadaan normal rerata mengkonsumsi 50-200 mEq klorida per hari, dan ekskresi
klorida bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari. Drainase lambung atau usus pada
diare menyebabkan ekskresi klorida mencapai 100 mEq perhari. Kadar klorida
dalam keringat bervariasi, rerata 40 mEq/L. Bila pengeluaran keringat berlebihan,
kehilangan klorida dapat mencapai 200 mEq per hari. Ekskresi utama klorida
adalah melalui ginjal.
Nilai Rujukan Klorida :
- Serum bayi baru lahir : 94-112 mmol/L
- Serum anak : 98-105 mmol/L
- Serum dewasa : 95-105 mmol/L
- Keringat anak : <50 mmol/L
- Keringat dewasa : <60 mmol/L
- Urine : 110-250 mmol/24 jam
- Feses : 2 mmol/24 jam
Hipoklorinemia terjadi jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan. Penyebab
hipoklorinemia umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi pada alkalosis
metabolik dengan hipoklorinemia, defisit klorida tidak disertai defisit natrium.
Hipoklorinemia juga dapat terjadi pada gangguan yang berkaitan dengan retensi
bikarbonat, contohnya pada asidosis respiratorik kronik dengan kompensasi ginjal.
Penyebab Hiperklorinemia Hiperklorinemia terjadi jika pemasukan melebihi
pengeluaran pada gangguan mekanisme homeostasis dari klorida. Hiperklorinemia
dapat dijumpai pada kasus dehidrasi, asidosis tubular ginjal, gagal ginjal akut,
asidosis metabolik yang disebabkan karena diare yang lama dan kehilangan
natrium bikarbonat, diabetes insipidus, hiperfungsi status adrenokortikal dan
penggunaan larutan salin yang berlebihan, alkalosis respiratorik. Asidosis
hiperklorinemia dapat menjadi petanda pada gangguan tubulus ginjal yang luas.
Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan kadar klorida, natrium, dan kalium
adalah dengan metode elektroda ion selektif, spektrofotometer emisi nyala,
spektrofotometer serapan atom, spektrofotometri berdasarkan aktivasi enzim,
pemeriksaan kadar klorida dengan metode titrasi merkurimeter, dan pemeriksaan
kadar klorida dengan metode titrasi kolorimetrik-amperometrik.
Prinsip pemeriksaan klorida metoda spektrofotometri berdasarkan aktivasi enzim
adalah reaksi klorida dengan merkuri thiosianat menjadi merkuri klorida dan ion
thiosianat. Ion thiosianat bereaksi dengan ion ferri dan dibaca pada panjang
gelombang 480 nm. Sampel berupa serum. Serum dapat disimpan pada refrigerator
dalam tabung tertutup pada suhu 20C-80C dan dihangatkan kembali pada suhu
ruangan (150C-300C) sebelum diperiksa.

D. Cara Kerja
1. Reagen
a. Merkuri (II) thiosianat 2 mmol/L
b. Merkuri (II) klorida 0,8 mmol/L
c. Ferric (III) nitrat 20 mmol/L
d. Asam nitrat 28 mmo/L
e. Standard 100 mmol/L

2. Cara Kerja
a. Disiapkan 3 buah kuvet
Tube Blanko Standart Sampel

Reagen 1000 µL 1000 µL 1000 µL

Serum - - 10 µL

Aquadest 10µL - -

Standart - 10 µL -

b. Campur, dan inkubasi 5 menit pada suhu 370C


c. Baca absorbansi pada fotometer
d. Hitung kadar klorida
∆𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝑘𝑙𝑜𝑟𝑖𝑑𝑎 [𝑚𝑚𝑜𝑙/𝐿] = ∆Astandar

E. Interpretasi Hasil
Nilai normal :
 Serum bayi baru lahir : 94-112 mmol/L
 Serum anak : 98-105 mmol/L
 Serum dewasa : 95-105 mmol/L

F. Soal-soal
1. Klorida merupakan anion utama dalam cairan…
a. Intrasel
b. Ekstrasel
c. Serebrospinal
d. Semen
e. Saliva
2. Nilai normal klorida dalam serum adalah….
a. 100-108 mEq/L
b. 30-50 mEq/L
c. 70-180 mEq/L
d. <200 mEq/L
e. >150 mEq/L
3. Persentase klorida dalam tubuh adalah…
a. 50% ekstraseluler dan 50% intraseluler
b. 65% ekstraseluler dan 35% intraseluler
c. 88% ekstraseluler dan 12% intraseluler
d. 12% ekstraseluler dan 88% intraseluler
e. 78% ekstraseluler dan 22% intraseluler
4. Pemeriksaan kadar klorida liquicolor menggunakan metode…
a. GOD PAP
b. CHOD PAP
c. Jaffe
d. Jendrassik
e. Mercury thiocyanat
5. Hasil akhir reaksi dengan metode ini berupa senyawa kompleks berwarna…
a. Merah
b. Ungu
c. Jingga
d. Biru
e. Hijau

Kunci jawaban:
1. B
2. A
3. C
4. E
5. A
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini Puspita, Rusdi & Ermita Ibrahim Il. 2016. Kadar Na+, K+, Cl-, Dan
Kalsium Total Serum Darah Serta Hubungannya Dengan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta (UNJ):
Artikel Biologi UNJ Press.
Lestari, Wiradewi dan Dharma Santhi. 2017. Diktat Praktikum Kimia Klinik III. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
Navaly, Hanny Valrien. 2017. Pemeriksaan Klorida. Laporan Praktikum. D-III Analis
Medis Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.
Rismawati Y., Ira F. 2012. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium
dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. J. FK unand: Jurnal Kesehatan
Andalas.
KEGIATAN PRAKTIK IV

PEMERIKSAAN MAGNESIUM

A. Petunjuk
1. Sebelum anda mempelajari bab ini, terlebih dahulu baca baik-baik deskripsi materi
yang ada pada awal bab ini.
2. Sesudah itu, mulailah pelajari isi bab ini dan rangkumannya dengan cermat
3. Diskusikan dengan teman-teman Anda permasalahan yang masih ada belum jelas
dan apabila ada kesulitan jangan segan-segan menanyakan kepada pengajar atau
pembimbing
4. Apabila semua tugas telah selesai didiskusikan, kerjakan semua soal dan latihan
yang telah ada pada lembar tersendiri dan jangan melihat jawaban
5. Cocokan jawaban anda dengan kunci jawaban yang telah tersedia

B. Pokok Bahasan
1. Pengertian mengenai pemeriksaan magnesium
2. Tujuan dilakukannya pemeriksaan magnesium
3. Metode dalam pemeriksaan magnesium
4. Langkah-langkah dalam pemeriksaan magnesium
5. Interpretasi hasil dalam pemeriksaan magnesium

C. Materi
1. Pengertian
Magnesium(Mg) merupakan elektrolit ion +(kation), berada pada cairan
ekstraseluler dan sel menempati urutan terbanyak kedua, diekskresi melalui ginjal
dan faeces, berpengaruh pada peningkatan K, Ca dan protein yang berperan untuk
aktivitas neuromuskuler dan enzim pada metabolisme hidrat arang dan
protein(Sutedjo, AY.).
Magnesium adalah unsur ke delapan yang paling melimpah di kerak bumi.
Magnesium merupakan mineral esensial yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh
makhluk hidup untuk proses fisiologis (mineral makro). Magnesium adalah mineral
utama yang perlu dikonsumsi lebih dari 100 miligram per hari(Santi dkk., 2014).
Sekitar 60 sampai 65 persen dari semua magnesium bertempat di tulang dan
gigi. Sedangkan untuk sisanya 35 sampai 40 persen ditemukan di seluruh tubuh,
termasuk otot, sel-sel jaringan, dan cairan tubuh. Suplemen magnesium dapat
mengurangi gejala nyeri sindrom pramenstruasi (painful symptoms of premenstrual
syndrome (PMS) pada wanita(Santi dkk., 2014).
Secara keseluruhan, magnesium membantu mengubah gula darah menjadi
energy, selain itu juga diperlukan untuk fungsi saraf yang efektif dan otot.
Magnesium juga sering disebut sebagai mineral anti-stres. Banyak orang
kekurangan mineral ini karena ketergantungan pada makanan instan. Magnesium
sangat mudah terkuras oleh stres, beberapa penyakit, obat-obatan, dan aktivitas fisik
yang intens. Peminum alkohol biasanya juga kekurangan mineral ini, karena
mineral magnesium ini sangat kontra dengan Alkohol(Santi dkk., 2014).
2. Fungsi
Magnesium (Mg) mempunyai peranan penting dalam struktur dan fungsi tubuh
manusia. Tubuh manusia dewasa mengandung kira-kira 25 gram magnesium. Total
magnesium dalam tubuh laki-laki dewasa diperkirakan 1 mol (24 g) (Topf and
Murray, 2003). Jumlah minimum magnesium yang direkomendasikan setiap hari
tersedia untuk orang dewasa adalah 0,25 mmol (6 mg)/kg berat badan (Sclingmann
et al. 2004).
Magnesium sangat diperlukan dalam tubuh terutama terlibat dalam lebih 300
reaksi metabolik esensial. Hal tersebut diperlukan untuk metabolisme energi,
penggunaan glukosa, sintesis protein, sintesis dan pemecahan asam lemak,
kontraksi otot, seluruh fungsi ATPase, hampir seluruh reaksi hormonal dan menjaga
keseimbangan ionik seluler. Magnesium diperlukan untuk fungsi pompa Na/K-
ATPase. Defisiensi magnesium menyebabkan peningkatan sodium intraseluler dan
potasium banyak ke luar dan masuk ke ekstraseluler. Hal tersebut mengakibatkan
sel mengalami hypokalaemia dimana hanya dapat ditangani dengan pemberian
magnesium (Gum, 2004).
Selanjutnya magnesium juga mempengaruhi homeostasis kalsium dalam dua
mekanisme. Pertama, sebagian kalsium channel bergantung pada magnesium.
Ketika konsentrasi magnesium intraseluler tinggi, kalsium ditranspor ke dalam sel
dan dari retikulum sarcoplasmic dihambat. Dalam defisiensi magnesium kebalikan
terjadi dan akibatnya konsentrasi intraseluler kalsium meningkat. Kedua,
magnesium diperlukan untuk pelepasan dan aksi hormon paratiroid. Magnesium
berhubungan dengan rata-rata kalsium dimana pasien dengan hypomagnesaemia
mempunyai plasma kalsium yang rendah yang dapat dikembalikan normal dengan
pemberian suplementasi kalsium setelah defisiensi magnesium diperbaiki (Gum,
2004).
Peranan magnesium lainnya yaitu mengatur transpor aktif ion-ion seperti
potasium dan kalsium yang melalui membran sel. Hubungannya dengan sistem
transpor, magnesium mempengaruhi hubungan impuls syaraf, kontraksi otot, dan
ritme jantung yang normal. Signaling sel membutuhkan MgATP untuk proses
fosforilasi protein dan pembentukan molekul signaling sel (cAMP = cyclic
adenosine monophosphate). cAMP terlibat dalam sejumlah proses termasuk sekresi
hormon paratiroid (PTH). Kadar kalsium dan magnesium di dalam cairan sel
mempengaruhi perpindahan sejumlah tipe sel-sel yang berbeda-beda. Perpindahan
tersebut terutaman berhubungan dengan proses penyembuhan luka (Barbagallo et
al. 2003).
3. Defisiensi dan Toksisitas Magnesium
Defisiensi magnesium pada kesehatan individu yang mengkonsumsi makanan
seimbang jarang terjadi sebab magnesium banyak ditemukan pada sumber makanan
baik dari tumbuhan maupun hewan. Sumber makanan seperti biji-bijian cereal,
sayuran berhijau daun, kedelai, kacang-kacangan, buah-buahan kering, protein
hewani dan makanan laut (seafood) merupakan sumber makanan yang banyak
mengandung magnesium (Topf and Murray, 2003). Di samping itu, dalam keadaan
normal defisiensi magnesium dapat dihindari, karena ginjal dapat menjaga batas
pengeluaran magnesium lewat urine ketika makanan sedikit yang masuk.
Defisiensi magnesium dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu diare yang
panjang, penyakit Crohn's, malabsorption sindrom, terjadinya pembedahan dan
peradangan di usus, proses radiasi dan kemoterapi. Diabetes melitus dan dalam
jangka waktu yang lama mengalami diuresis dapat pula mengakibatkan
peningkatan kehilangan magnesium melalui urine (Saris et al. 2000). Pemasukan
makanan yang kurang, masalah pencernaan dan peningakatan kehilangan urine
yang tinggi seluruhnya memberikan kontribusi pengurangan magnesium, dimana
secara teratur ditemukan pada alkoholik. Beberapa studi menemukan bahwa orang
yang sudah tua relatif rendah pemasukan magnesiumnya lewat makanan. Hal
tersebut disebabkan absorpsi magnesium di usus cenderung menurun dan ekskresi
magnseium cenderung meningkat. Pemberian magnesium yang kurang optimal
pada orang tua dapat meningkatkan resiko kekurangan magnesium. Telah
dilaporkan bahwa defisiensi magnesium menyebabkan komplikasi ginjal (Bhuto et
al. 2005).
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan kekurangan magnesium dapat
ditemukan pada tubuh manusia. Radioterapi seperti kemoterapi yang merupakan
penanganan khusus untuk kanker dengan menggunakan Cis-platium, telah
diobervasi pada pasien hipomagnesaemia. Efek samping kemoterapi tersebut yaitu
dapat menurunkan penggunaan supplemen magnesium. Stabilitas DNA bergantung
pada konsentrasi magnesium. Secara klinis dan biologis konsekuensi tidak
normalnya konsentrasi magnesium di dalam tubuh berpengaruh pada pembelahan
DNA, akibatnya dapat menimbulkan penyakit dan kanker.
4. Gangguan Keseimbangan Magnesium
1. Hipomagnesemia
Hipomagnesemia (kadar magnesium serum < 1,5 mEq/L biasanya terjadi karena
penurunan absorpsi GI atau peningkatan kehilangan melaui urine.
Hipomagnesemia juga dapat terjadi pada kehilangan GI berlebihan (mis.,
muntah, diare) atau pada pemeberian cairan parenteral bebas magnesium dalam
waktu yang sama.
a. Pengkajian
1) Tanda dan gejala : apatis, kram kaki, insomnia, perubahan alam
perasaan, halusinasi, kacau mental, anoreksia, mual, muntah, parestesia.
2) Pengkajian fisik : peningkatan refleks, tremor, kejang, tetani dan tanda
Chevostek’s dan Trousseau’s positif pada bagian penyerta hipokalsemia.
3) Pengukuran hemodinamik
4) Riwayat dan faktor-faktor risiko :
a) Alkoholisme kronis
b) Sindrom malabsorbsi
c) Muntah, penghisapan NG, diare
d) Pemberian magnesium atau larutan parenteral bebas magnesium
e) Malnutrisi protein-kalori
f) Huperaldosteronisme
g) Diabetik ketoasidosis
h) Obat yang meninkatkan ekskresi urine
b. Pemeriksaan diagnostik
1) Kadar magnesium serum : akan kurang dari 1,5 mEq/L. Sayangnya
kadar magnesium normal tidak menghilangkan kemungkinan defisiensi
intraseluler.
2) Kadar magnesium urine : membantu engidentifikasi penyebab
kekurangan magnesium ginjal; dapat dilakukan setelah pemberian
kekurangan magnesium sulfat parenteal (tes loading magnesium).
3) Kadar albumin serum : penurunan kadar albumin dapatmenyebabkan
penurunan kadar magnesium karena penurunan magnesium ikatan
protein. Jumlah magnesium terionisasi bebas mungkin tak berubah.
4) Kadar kalium serum : dapat menurun karena kegagalan pompa natrium-
kalium selular untuk menggerakkan kalium ke dlam sel dan menyertai
kehilangan kalium dalam urine.
5) Kadar kalsium serum : hipomagnesemia dapat menimbulkan
hipokalsemia karena reduksi dalam pelepasan dan kerja hormon
paratiroid.
6) Evaluasi EKG : dapat menunjukkan kekurangan magnesium, serta
kalsium dan kalium.
c. Penatalaksanaan kolaboratif
1) Identifikasi dan eliminasi penyebab : sebagai contoh, penggantian
magnesium adekuat pada larutan nutrisi parenteral total.
2) Magnesium sulfat IV atau intramuskular (IM) : untuk hipomagnesemia
berat atau simptomatik.
3) Magnesium oral : antasida mengandung magnesium dapat digunakan
4) Peningkatan masukan magnesium
2. Hipermagnesemia
Hipermagnesemia (kadar magnesium > 2,5 mEq/L) terjadi hampir
secara khusus pada individu degan gagal ginjal yang mengalami peningkatan
masukan magnesium.
a. Pengkajian
1) Tanda dan gejala : mual, mutah, wajah kemerahan, diaforesis, sensasi
panas, perubahan fungsi mental, mengantuk, koma dan kelemahan atau
paralisis otot.
2) Pengkajian fisik : hipotensi, kalsifikasi jaringan lnak(metastatik),
bradikardi, danpenurunan refleks tendon profundus.
3) Pengukuran hemodinamik : penurunan tekanan arteri karena vasodilatasi
perifer.
4) Riwayat dan fator-faktir risiko :
a) Penurunan ekskresi magnesium
b) Peningkatan masukan magnesium
b. Pemeriksaan diagnostik
1) Kadar magnesium serum : akan > 2,5 mEq/L
2) Temuan EKG : interval QT memanjang dan blok AV dapat terjadi pada
hipermagnesmua berat (kadar >12 mEq/L)
c. Penatalaksanaan kolaboratiif
1) Penghilangan penyebab : sebagai contoh, penghentian atau
penghindaran obat mengandung megnesium atau suplemen magnesium,
khususnya pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal.
2) Diuretik dan larutan natrium klorida 0,45% : untuk meningkatkan
ekskresi magnesium pada pasien dengan fungsi ginjal adekuat.
3) Kalsium glukonat IV, 10 ml larutan 10% : untuk antagonis efek
neuromuskular dari magnesium untuk magnesium untuk pasien dengan
potensial hipermagnesemia letal.
4) Dialisis pada dialisat bebas magnesium : untuk pasien dengan penurunan
fungsi ginjal berat.

D. Cara Kerja
1. Pra Analitik
a. Persiapan Pasien : Tidak ada persiapan khusus
b. Persiapan Sampel : Tidak ada persiapan khusus
c. Metode : Fotometri Xylidyl Blue
d. Prinsip : Ion magnesium membentuk kompleks warna berwarna ungu dengan
biru Xylidyl Blue dalam suasana alkali. Intensitas warna yang terbentuk
sebanding dengan kadar magnesium dalam sampel
e. Alat dan bahan
1) Alat yang digunakan :
a) Clinipet 50 μl, 100 μl, 500 μl, dan 1000 μl
b) Peralatan Sampling
c) Tip Kuning dan Tip Biru
d) Tabung reaksi
e) Tissue
f) Tabung sentrifugeSentrifuge
g) Spektrofotometer
2) Bahan yang digunakan
a) Bahan : Serum
b) Reagensia :
- Ethanolamin
- Glycoleterdiamine tetra aceticacid
- Xylydil Blue
- Standar

2. Analitik

Dicampur, dan diinkubasi selama 5 menit pada suhu 250C kemudian dibaca denagn
absorban standar dan pemerilksaan terhadap blanko pada panjang gelombang 578
nm

E. Hasil/ Interpretasi Hasil


Nilai Normal Kadar Magnesium
Dewasa : 1,5-2,5 mEg/l
Bayi baru lahir : 1,4-2,9 mEq/l
Anak : 1,6-2,6 mEq/l

F. Soal
1. Berperan penting dalam aktivitas elektrik jaringan, mengatur pergerakan Ca2+ ke
dalam otot serta memelihara kekuatan kontraksi jantung dan kekuatan pembuluh
darah tubuh, merupakan peran dari
a. Magnesium
b. Natrium
c. Kalium
d. Kalsium
e. Klorida
2. Seseorang mengalami gejala sebagai berikut: apatis, kram kaki, insomnia,
perubahan alam perasaan, halusinasi, kacau mental, anoreksia, mual, muntah,
parestesia. Dari gejala tersebut dapat diketahui bahwa orang tersebut terkena
a. Hipermagnesemia
b. Hipomagnesemia
c. Hipernatremia
d. Hipokalemia
e. Hiperklorinemia
3. Jumlah minimum magnesium yang direkomendasikan setiap hari tersedia untuk
orang dewasa adalah...
a. < 1,5 mEq/L per kg berat badan
b. > 2,5 mEq/L per kg berat badan
c. 0,25 mmol (6 mg)/kg berat badan
d. 0,35 mmol/kg berat badan
e. 1,2 mmol/kg berat badan
4. Hipermagnesemia terjadi hampir secara khusus pada individu degan gagal ginjal
yang mengalami peningkatan masukan magnesium dengan batas kadar sebesar...
a. > 2,5 mEq/L
b. > 2,2 mEq/L
c. > 2,3 mEq/L
d. > 2,4 mEq/L
e. > 2,6 mEq/L
5. Pada pemeriksaan magnesium sampel di inkubasi pada suhu
a. 150C
b. 200C
c. 250C
d. 300C
e. 350C

G. Jawaban
1. A
2. B
3. C
4. A
5. C

H. Referensi
Horne, Mima M., dan Pamela L. Swearingen. Tahun. Keseimbangan Cairan, Elektrolit
dan Asam Basa Edisi 2. Kota. EGC.
Sutedjo, AY. Tahun. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Edisi Revisi. Kota. Penerbit.
Hernawati. Peranan Magnesium Pada Kesehatan Hewan Dan Manusia.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/1970033119970
22-HERNAWATI/FILE_4.pdf (Diakses pada 17 Juli 2019)
Santi, Ayu Mei, Lailatul Farikha EW. dan Siti Lailatul Arifah. 2014. Makalah Biokimia
I Mineral Magnesium.
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/35421965/Mineral_Magnes
ium.docx?response-content
disposition=attachment%3B%20filename%3DMineral_Magnesium.docx&X-
Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-SHA256&X-Amz-
Credential=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A%2F20190717%2Fus-east-
1%2Fs3%2Faws4_request&X-Amz-Date=20190717T042752Z&X-Amz-
Expires=3600&X-Amz-SignedHeaders=host&X-Amz-
Signature=1ba2810a8c394a359af0111d0f7e7fb6b24827e5e86eab9dc2b4e7922b
277c1b. (Dikases pada 17 Juli 2019).

Anda mungkin juga menyukai