Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA KLINIK II
PEMERIKSAAN SODIUM/ NATRIUM (Na+) & MAGNESIUM (Mg)

Disusun Oleh :
IKA FITRI MAISHAROH
NIM.P07134119047

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
2021
I. No :9
II. Hari, tanggal : Selasa, 19 Oktober 2021
III. Judul : Pemeriksaan Sodium/ Natrium (Na+)
IV. Tujuan : Untuk mengetahui kadar Na+ dalam sampel
V. Metode : Photometrik Mg Uranil Asetat
VI. Prinsip :
Natrium diendapkan dengan Mg-uranil asetat; ion uranil yang
tersisa dalam suspensi membentuk kompleks kuning-coklat
dengan asam tio glikolat. Perbedaan antara blanko reagen (tanpa
pengendapan natrium ) dan anlsisi sebanding dengan konsentrasi
natrium.
VII. Dasar teori :
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel,
jumlahnya bisa mencapai 60mEq per kilogram berat badan dan
sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L) berada dalam cairan intrasel
4,8. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstraselditentukan
oleh garam yang mengandung natrium, khususnya dalam bentuk
natriumklorida (NaCl‾) dan natrium bikarbonat (NaHCO3‾)
sehingga perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel
menggambarkan perubahan konsentrasi natrium.Perbedaan
kadar natrium intravaskuler dan interstitial disebabkan oleh
keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kadar
natrium dalam cairan ekstrasel dani ntrasel disebabkan oleh
adanya transpor aktif dari natrium keluar sel yang bertukar
dengan masuknya kalium ke dalam sel (pompa Na+ K+) (Feriwati,
I. Yasrwir, R.2012).
Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran
keseimbangan antara natrium yang masuk dan natrium yang
dikeluarkan. Pemasukan natrium yang berasaldari diet melalui
epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan
pengeluarannya melalui ginjal atau saluran cerna atau keringat
dikulit. Pemasukandan pengeluaran natrium perhari mencapai 48-
144 mEq. Fungsi natrium adalahmemelihara tekanan osmotik
cairan ekstraselular dan burhubungan dengan cairantubuh serta
membantu fungsi neuromuskuler (H.Harjoeno dkk, 2003).
Natrium juga membantu memelihara keseimbangan asam-
basa. Nilai normal natrium serum adalah 135-145 mEq/L.
berkurangnya natrium tubuh (hiponetramia) secara akut
menimbulkan gejala-gejala hipovolemia, syok dan kelainan
jantung terkait seperti takikardi. Pada keadaan yang lebih kronis,
hiponatremia menyebakan kelainan susunan syaraf pusat
(kebingunan dan kelainan mental) (H.Harjoeno dkk, 2003).
Kekurangan natrium dapat terjadi karena beberapa
abnormalitas. Mungkin terdapat penyakit ginjal yang disertai
pengeluaran garam atau penyakit ginjal lain yang mengganggu
kemampuan ginjal mengatur elektrolit. Suatu gangguan yang
sering adalah pemakaian jangka panjang diuretik pada pasien
yang juga membatasi makan garam (H.Harjoeno dkk, 2003).
Natrium juga dapat keluar dari permukan tubuh, misalnya
melalui saluran cerna (muntah, pengisapan nasogastrik, fistula
usus, diare kronis) atau kulit (berkeringatpada kulit normal,
pengeluaran melalui luka bakar). Hiponatremia dapat diterapi
secara akut dengan pemberian larutan salin intravena dengan
hati-hati agar tidak terjadi beban cairan pada pasien yang
mungkin mengalami penurunan kemampuan mengeksresi urin
(H.Harjoeno dkk, 2003).
Retensi natrium terjadi pada penyakit ginjal dan jantung,
tetapi biasanya juga terjadi retensi air sehingga tidak terjadi
peningkatan kadar natrium. Peningkatan natriumatau
hipernatremia biasanya timbul akibat dari pasien yang lemah,
yang kurang minum dan menjadi dihidrasi. Keadaan ini biasanya
dapat diatasi dengan rehidrasiberupa cairan intervena hipotonik
(H.Harjoeno dkk, 2003).

VIII. Alat dan bahan :


A. Alat
1. Mikropipet
2. Kuvet
3. Tip
4. Spektrofotometer
5. Tisu
6. Stopwatch
7. Sentrifus
8. Gelas kimia
9. Tabung sentrifus
B. Bahan
1. Serum
2. Reagen PREC
3. Reagen RGT
4. Reagen Standar
IX. Cara kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dipipet ke dalam 2 tabung sentrifus

RB Pemeriksaan Standar

Standar (µl) - - 20

Serum (µl) - 20 -

PREC (µl) - 1000 1000

Dicampur, kemudian inkubasi selama 5 menit


3. Digojog 30 detik kemudian inkubasi selama 30 menit lalu
disentrifus 5-10 menit dengan kecepatan tinggi
4. Diambil supernatan dalam tabung sentrifus
5. Disiapkan 3 buah kuvet dan dipipet kedlam kuvet

Blanko Standar Pemeriksaa


n
Presipitat (µl) 20 - -

Standar/ - 20 -
supernatan (µl)
Sampel/ - - 20
supernatan (µl)
RGT (µl) 1000 1000 1000

Dicampur lalu diinkubasi selama 5-30 menit


6. Dibaca absorban pemeriksaan standar pada panjang
gelombang 405 nm terhadap blanko reagen
X. Hasil pemeriksaan :
1. Pembacaan nilai absorban
a. A standar = 0,435
b. A blanko = 0,696
c. A pemeriksaan= 0,374
2. Perhitungan kadar Na+
A blanko reagen− A pemeriksaan
= x 150 mmol / L
A blanko reagen− A standar
0 , 696−0,374
= x 150 mmol/ L
0,696−0,435
0,322
= x 150 mmol/ L= 185,1 mmol/L
0,261
XI. Nilai Rujukan :
Serum: 135 – 155mmol/L
XII. Pembahasan :
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan terhadap kadar
Natrium dengan metode Photometrik Mg Uranil Asetat yang
bertujuan untuk mengetahui kadar Na+ dalam sampel. Panjang
gelombang yang dipakai sebsar 405 nm. Kekurangan natrium
dapat terjadi karena beberapa abnormalitas. Mungkin terdapat
penyakit ginjal yang disertai pengeluaran garam atau penyakit
ginjal lain yang mengganggu kemampuan ginjal mengatur
elektrolit. Suatu gangguan yang sering adalah pemakaian jangka
panjang diuretik pada pasien yang juga membatasi makan garam.
Namun bila natrium dikonsumsi secara berlebih, natrium justru
dapat membawa dampak buruk terhadap kesehatan. Saat asupan
natrium tinggi, maka ginjal akan membuang kelebihannya melalui
urine. Hal ini dapat membuat Anda lebih banyak air kecil dan lebih
berisiko mengalami dehidrasi ringan.
XIII. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar Na+ dalam sampel sebesar
185,1 mmol/L yang berarti abnormal.
XIV. Referensi :
Anonim. 2018. Terlalu Banyak Memakai Garam Dapur, Ini
Akibatnya. www.alodokter.com. Diakses pada tanggal 24
Oktober 2021.
Rukmana, R.N. 2011. Laporan Praktikum Kinia Klinik Penentuan
Kadar Elektrolit (Na+ dan K+). https://www.scribd.com/.
Diakses pada 24 Oktober 2021.
I. No : 10
II. Hari, tanggal : Selasa, 19 Oktober 2021
III. Judul : Pemeriksaan Magnesium (Mg)
IV. Tujuan : Untuk mengetahui kadar Mg dalam sampel
V. Metode : photometrik tes xylidil blue
VI. Prinsip :
Ion magnesium yang bereaksi dengan xylidyl blue akan
menghasilkan warna ungu kompleks dalam suasana alkali. Agar
dapat dipertahankan dalamsuasana alkali, maka ditambahkan
ethanolamine pada reagen yang bertindak sebagai pHregulator.
Dengan penambahan GEDTA (Glycoletherdiaminetetraacetic
acid) dimana bertindak sebagai chelator terhadap ion kalsium,
akan memberikan reaksi yang spesifik dan mengurangi
interferensi dari kalsium. Intensitas dari warna ungu akan
berbandinglurus dengan konsentrasi magnesium.
VII. Dasar teori :
Magnesium merupakan kation tubuh keempat terbanyak.
Sekitar 50-60%terletak di tulang dan 1% di CES, sisa magnesium
ada dalam sel (CIS), jadimerupakan kation intraseluler terbanyak
kedua setelah kalium. Secara khusus magnesium mengaktivasi
enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat dan protein.
Mencetuskan pompa natrium-kalium, sehingga mempengaruhi
kadar kalium intrasel. Magnesium penting dalam transmisi dalam
sistem saraf pusat (SSP) dan fungsi miokard.
Magnesium merupakan elektrolit ion + (kation), berada pada
cairan ekstraseluler dan sel menempati urutan terbanyak kedua,
dieksresi melalui ginjal dan feses, berpengaruh pada peningkatan
K, Ca dan protein yang berperan untukn aktivas ineuromuskular
dan enzim pada metabolisme hidrat arang dan protein.
Penurunan kadar Mg biasanya diikuti juga oleh penurunan ion
lain.
Penurunan magnesium terdapat apada malnutrisi protein,
malabsorbsi, sirosishati, alkoholime, hipoparatiroid,,
hipoaldosteron, hipokalemia, diare kronis, reseksiusus, dehidrasi
dan karena penggunaan abat diuretik, kalsium glukomnas,
ampoterisin B, neomicin, dan insulin.
Peningkatan magnesium dalam darah terdapat pada
penderita dehidrasi berat,gangguan ginjal, leukemia limpasitik dan
mielosistik, DM awal, obat antasid terutama Mg dan Laksansia
Mg. Makanan sumber Mg : ikan laut, daging, sayuran hijau, buji-
bijian dan kacang-kacangan.
VIII. Alat dan bahan :
A. Alat
1. Mikropipet
2. Kuvet
3. Tip
4. Spektrofotometer
5. Tisu
6. Stopwatch
B. Bahan
1. Serum
2. Reagen Ethanolamine
3. Reagen GEDTA
4. Reagen Xylidyl Blue
5. Standar
6. Aquadest
IX. Cara kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
praktikum
2. Disiapkan kuvet yang telah dibersihkan
3. Dipipet dengan ketentuan sebagai berikut
Indiktaor Blanko Serum/ Standart

Serum/ Standar - 10 l

Reagen warna 1000 l 1000 l

Aquadest 10 l

4. Dicampur dan diinkubasi selama 5-60 menit pada suhu kamar


5. Dibaca absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 520 nm
6. Dihitung kadar Mg
X. Hasil pemeriksaan :
1. Pembacaan nilai absorban
a. A standar = 0,230
b. A blanko = 0,000
c. A pemeriksaan = 0,233
2. Perhitungan kadar Mg
A pemeriksaan
= x 2 mg /dL
A standar
0,233
= x 2mg/dL = 2,02 mg/dL
0,230
XI. Nilai Rujukan :
Pria : 1,8 – 2,6 mg/dL
Wanita : 1,9 – 2,5 mg/dL
XII. Pembahasan :
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan terhadap kadar
megnesium dengan metode photometrik tes xylidil blue yang
bertujuan untuk mengetahui kadar Mg dalam sampel. Panjang
gelombang yang dipakai sebsar 520 nm. Hal-hal yang dapat
mempengaruhi kadar Mg antara lain
1. Mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung
tinggi magnesium secara berlebihan
2. Menjalani terapi litium
3. Mengalami kerusakan jaringan akibat luka bakar
4. Menderita penyakit jantung, gangguan pencernaan,
hipotiroidisme, penyakit Addison, depresi, atau kadar kalsium
dalam darah terlalu tinggi (hiperkalsemia)
XIII. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar Mg dalam sampel sebesar
2,02 mg/dL yang berarti normal.
XIV. Referensi :
Anonim. 2018. Hipermagnesemia. www.alodokter.com. Diakses
pada tanggal 24 Oktober 2021.
Maudytia, Z. 2017. Laporan Pemeriksaan Magnesium.
www.id.scribd.com. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2021.

Anda mungkin juga menyukai