Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

PRAKTIKUM DASAR – DASAR KIMIA ANALITIK


Dosen pengampu
Ayu Rahayu, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH :
NAMA : SARNI
NIM : 181621415
KELOMPOK : II

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
2020
PERCOBAAN III
TITRASI IODIMETRI

I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Membuat larutan iodium 0,1 N


2. Membuat larutan natrium tiosulfat 0,1 N
3. Membbuat larutan amilum 1 %
4. Membuat larutan kalium kromat (K2CrO4) 0,1 N
5. Membuat laarutan HCl 2 N
6. Standarisasi larutan natrium tiosulfat dengan kalium kromat
7. Standarisasi iodium dengan natrium tiosulfat
8. Penetapan kadar vitamin C dengan metode iodimetri

II. KAJIAN PUSTAKA


Titrasi iodimetri adalah titrasi berdasarkan reaksi oksidasi antara iodin
sebagai peniter dengan reduktor yang memiliki potensial oksidasi lebih rendah dari
syitem iodin-iodin dimana sebagai indikator larutan adalah amilum ( kanji). Titrasi
dilakukan dalam suasana netral sedikit asam maupun basa ( pH 5-8) (Mei Zega : 2009).

Metode ini tergolong titrasi langsung, berbeda dengan metode iodometri


yang sama-sama menggunakan I2 sebagai dasar penetapannya. Iodimentri termasuk
titrasi redoks dengan I2 sebagai titran seperti dalam reaksi redoks umumnya yang harus
selalu ada oksidator dam reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah bilangan
oksidasinya (melepaskan elektron), maka harus ada suatu unsur yang bilangan
oksidasinya berkurang atau turun (menangkap elektron), jadi tidak mungkin hanya ada
oksidator atau reduktor saja. Dalam metode analisis ini analit dioksidasikan oleh I2,
sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodida, dengan kata lain I2 bertindak sebagai
oksidator dengan reaksi :
I2 + 2e- → 2I-
(Anonim : 2012)
Indikator yang digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi biasanya
adalah kanji atau amilum 0,5-1%, karbon tetraklorida atau kloroform dapat mengetahui
titik akhir titrasi akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (disperse koloidal)
kanji. Warna yang terjadi adalah biru tua hasil reaksi I2 dengan amilum. Titrasi
iodimetri dilakukan dalam keadaan netral atau dalam kisaran asam lemah dan basa
lemah. pH tinggi (basa kuat) maka iodin dapat mengalami reaksi disproporsionasi
menjadi hipoidat.
I2 + 2OH- → IO3- + I- + H2O
(Hamdani, 2012)
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi
(iodimetri). Relatiff beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk
dititrasi secara langsung dengan iodium, maka jumlah penentuan penentuan iodimetrik
adalah sedikit, akan tetapi banyak pereaksi oksidasi yang cukup kuat untuk bereaksi
sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodimetrik. Suatu
kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan
pembahasan iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat.

Metode titrasi iodimetri langsung (kadang-kadang dinamakan iodimetri)


mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan ion standar. Metode titrasi tak langsung
(kadang-kadang dinamakan iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang
dibebaskan dalam reaksi kimia (Ahmadi Muslim : 2010).

Iodium merupakan oksidator yang relatif kuat dengan nilai potensial oksidasi sebesar
+0,535√. Pada saat reaksi oksidasi, iodium akan direduksi menjadi iodida sesuai
dengan reaksi.
I2 + 2e- → I-2
Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial
reduksi yang lebih kecil dibanding iodium. Vitamin C mempunyai reduksi yang lebih
kecil daripada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium.
Larutan baku iodium yang telah dibakukan dapat digunakan untuk membakukan
larutan natrium tiosulfat. Deteksi titik akhir pada iodimetri ini dilakukan dengan
menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna biru pada saat
tercapainya titik akhir. Pada farmakope indonesia, titrasi iodimetri digunakan untuk
menetapkan kadar asam askorbat, natrium tiosulfat, metampiron (antalgin), serta
natrium tiosulfat dan sediaan injeksi (Ibnu Gholib : 2007).

Larutan I2 digunakan untuk mengoksidasi reduktor secara kuantitatif pada


titik ekuivalennya. Namun, cara pertama ini jarang diterapkan karena I2 merupakan
oksidator lemah, dan adanya oksidator kuat akan memberikan reaksi samping dengan
reduktor. Adanya reaksi samping ini mengakibatkan penyimangan hasil penetapan
(Mulyono : 2011).

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
No. Nama alat Ukuran Jumlah

1. Gelas kimia 50 mL 1 buah

2. labu takar 50 mL 1 buah

3. erlenmeyer 250 mL 1 buah

4. Buret - 1 buah

5. Pipet tetes - 3 buah

6. Spatula - 1 buah

7. Timbangan analitik - 1 buah

8. Hot plate - 1 buah

9. Pipet volume - 1 buah

10. Botol kaca - 3 buah

12. Mortal - 1 buah

13. Pastel - 1 buah

14. Klem - 1 buah

15. Corong - 1 buah

16. Botol semprot - 1 buah


2. Bahan
No. Nama Rumus Wujud Warna Jumlah
bahan kimia

1. Kalium KI padatan putih 2 gram


iodida

2. Iodida I2 padatan Hitam 3,173 gram


kebiru-
biruan
3. Natrium Na2S2O3 padatan putih 6,25 gram
tiosulfat

4. Kalium K2CrO4 padatan kuning 0,49 gram


kromat

5. Asam HCl cairan bening 10 mL


klorida

6. Asam sulfat H2SO4 cairan bening 5 mL

7. Tepung - serbuk putih 0,5 gram


kanji

8. Vitamin C - - kuning 0,5 gram

9. aquades H2O cairan bening secukupnya


IV. PROSEDUR KERJA

1) Pembuatan larutan iodium 0,1 N

Padatan I2 dan KI

-ditimbang padatan I2 sebanyak 3,173 gram


-dilarutkan dengan 50 mL aquades
-ditimbang padatan KI sebanyak 2 gram
-dilarutkan dengan 50 mL air
-dicampur larutan I2 dan KI kedalam Erlenmeyer
-disimpan kedalam labu takar 250 mL kemudian
ditambahkan aquades sampai volume 250 mL
-dihomegenkan
-disimpan dalam botol kaca

Larutan iodium
berwarna merah
bata
2). Pembuatan larutan natrium tiosulfat 0,1 N

Padatan
Na2S2O3 + NaHCO3

-ditimbang padatan Na2S2O3 sebanyak 6,25 gram


-dilarutkan dengan 50 mL aquades

- ditimbang padatan NaHCO3 sebanyak 2 gram


-dilarutkan dengan 50 mL air
-dicampur larutan Na2S2O3 dan NaHCO3 kedalam
erlenmeyer
-disimpan kedalam labu takar 250 mL kemudian
ditambahkan aquades sampai volume 250 mL
-dihomegenkan

Larutan natrium tiosulfat


3). Pembuatan larutan kalium kromat 0,1 N

Padatan K2CrO4

-ditimbang sebanyak 0,49 gram


-dilarutkan dengan 50 mL aquadest

-disimpan kedalam labu takar 250 mL kemudian


ditambahkan aquades sampai volume 250 mL
-dihomogenkan
-larutan disimpan kedalam botol kaca

Larutan kalium kromat


berwarna kuning

4). Pembuatan larutan amilum 1 %

Tepung kanji

-ditimbang sebanyak 0,5 gram


-dilarutkan kedalam 50 mL aquades kedalam
gelas kimia

-larutan didihkan sampai agak mengental

Larutan amilum
5). Pembuatan larutan HCl 3 N

HCl

-dipipet sebanyak 10 mL
-diencerkan dengan 50 mL aquades

-disimpan kedalam labu takar 100 mL kemudian


ditambahkan aquades sampai volume 100 mL
-dihomogenkan

-larutan disimpan kedalam botol kaca

Larutan HCl
6). Standarisasi larutan natrium tiosulfat dengan kalium kromat

Standarisasi larutan natrium


tiosulfat

-ditimbang padatan KI sebanyak 2 gram


-dilarutkan dengan larutan K2CrO4 0.1 N sebanyak
25 mL kedalam gelas kimia

-ditambahkan dengan 10 mL HCl 3 N

Larutan berwarna merah bata

-disiapkan larutan Na2S2O4

-larutan dititrasi dengan menambahkan setetes


demi setetes larutan Na2S2O4 kedalam larutan
K2CrO4

-titrasi dihentikan saat titik ekivalen tercapai yang


ditandai dengan perubahan warna dari warna
merah bata menjadi warna kuning muda
-ditetesi dengan indikator amilum 5 tetes

-dititrasi kembali dengan larutan Na2S2O4

Larutan berwarna hijau muda


7). Standarisasi iodium dengan natrium tiosulfat

Standarisasi iodium

-diisi larutan natrium tiosulfat 0,1 N dalam buret

-dipipet 25 mL larutan iodin di erlenmeyer di


tambahkan aquades sampai volume 100 mL

-larutan iodin dititrasi dengan ditambahkan


setetes demi setetes larutan natrium tiosulfat

-titrasi dihentikan saat larutan berwarna kuning


pucat

-larutan tersebut ditambahkan dengan 5 tetes


indikator amilum
-larutan dititrasi kembali
-diamati perubahan warnanya

Larutan iodin berwarna


biru tepat menghilang
8). Penentuan kadar vitamin C dengan metode iodimetri

vitamin C

-ditimbang sebanyak 0,5 gram


-dilarutkan dengan 25 mL aquades

-larutan ditambahkan 5 mL H2SO4 kemudian


diteteskan dengan indikator amilum sebanyak
20 tetes

Larutan panas dan


warna agak memudar

-larutan ditetesi dengan iodium setetes demi


setetes

-diamati perubahan warnanya dan setelah titik


akhir tercapai titrasi dihentikan

Ungu kehitaman
V. PEMBAHASAN

1). Tabel hasil pengamatan


No. Perlakuan Hasil pengamatan

1.  Ditimbang padatan I2 sebanyak 3,173 Larutan iodium 0,1


gram berwarna merah bata
 Dilarutkan dengan 50 mL aquades
 Ditimbang padatan KI sebanyak 2 gram
 Dilarutkan dengan 50 mL aquades
 Dicampur larutan I2 dan KI kedalam
Erlenmeyer
 Disimpan kedalam labu takar 250 mL
kemudian ditambahkan aquades sampai
volume 250 mL
 Dihomogenkan
 Disimpan kedalam botol kaca

2.  Ditimbang padatan natriun tiosulfat Larutan natrium


sebanyak 6,25 gram tiosulfat 0,1 N
 dilarutkan dengan 50 mL aquades
 ditimbang padatan NaHCO3 sebanyak 2
gram
 dilarutkan dengan 50 mL air
 dicampur larutan Na2S2O3 dan NaHCO3
kedalam Erlenmeyer
 disimpan kedalam labu takar 250 mL
kemudian
 dihomegenkan

3.  ditimbang sebanyak 0,49 gram Larutan amilum


 dilarutkan dengan 50 mL aquadest
 disimpan kedalam labu takar 250 mL
kemudian ditambahkan aquades sampai
volume 250 mL
 dihomogenkan
 larutan disimpan kedalam botol kaca

4.  ditimbang sebanyak 0,5 gram Larutan kalium


 dilarutkan kedalam 50 mL aquades dikromat 0,1 N
kedalam gelas kimia
 larutan didihkan sampai agak mengental
5.  dipipet sebanyak 10 mL Larrutan HCl 3 N
 diencerkan dengan 50 mL aquades
 disimpan kedalam labu takar 100 mL
kemudian ditambahkan aquades sampai
volume 100 mL
 dihomogenkan
 larutan disimpan kedalam botol kaca
6.  ditimbang padatan KI sebanyak 2 gram Larutan natrium
 dilarutkan dengan larutan K2CrO4 0.1 N tiosulfat berwarna
sebanyak 25 mL kedalam gelas kimia hijau muda
 ditambahkan dengan 10 mL HCl 3 N
 disiapkan larutan Na2S2O4
 larutan dititrasi dengan menambahkan
setetes demi setetes larutan Na2S2O4
kedalam larutan K2CrO4
 titrasi dihentikan saat titik ekivalen
tercapai yang ditandai dengan perubahan
warna dari warna merah bata menjadi
warna kuning muda
 ditetesi dengan indikator amilum 5 tetes
 dititrasi kembali dengan larutan Na2S2O4
7.  diisi larutan natrium tiosulfat 0,1 N Larutan iodin
dalam buret berwarna biru tepat
 dipipet 25 mL larutan iodin di menghilang
erlenmeyer di tambahkan aquades
sampai volume 100 mL
 larutan iodin dititrasi dengan
ditambahkan setetes demi setetes larutan
natrium tiosulfat
 titrasi dihentikan saat larutan berwarna
kuning pucat
 larutan tersebut ditambahkan dengan 5
tetes indikator amilum
 larutan dititrasi kembali
 diamati perubahan warnanya

8.  ditimbang sebanyak 0,5 gram Ungu kehitaman


 dilarutkan dengan 25 mL aquades
 larutan ditambahkan 5 mL H2SO4
kemudian diteteskan dengan indikator
amilum sebanyak 20 tetes
 larutan ditetesi dengan iodium setetes
demi setetes
 diamati perubahan warnanya dan setelah
titik akhir tercapai titrasi dihentikan

2). Reaksi – reaksi


 K2CrO4(aq) + 6KI(s) + 14HCl(aq) → 3I2(aq) + 2CrCl3(aq) +
8KCl(aq) + 7H2O(aq)
 I2(aq) + 2Na2S2O3(aq) → 2Nal(aq) + NaS4O6(aq)
3). Pembahasan hasil praktikum yang dilakukan

Pada percobaan ini yaitu membahas tentang titrasi iodimetri.


Titrasi iodimetri (titrasi langsung) adalah analisa titrimetri untuk zat-zat
reduktor seperti natrium tiosulfat, arsenat dengan menggunakan larutan iodin
baku. Langkah yang pertama kami lakukan yaitu membuat larutan iodium 0,1
N, membuat larutan tiosulfat 0,1 N, membuat larutan amilum 1 %, membuat
larutan kalium kromat 0,1 N serta membuat larutan HCl 2 N.

Selanjutnya yaitu menstandarisasi larutan natrium tiosulfat


dengan kalium kromat, natrium tiosulfat disini berperan sebagai larutan titran.
Titrasi dihentikan sampai titik akhir titrasi tercapai, dimana ditandai dengan
terjadinya perubahan warna pada indikator. larutan kalium kromat tidak
langsung dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat (titran), akan tetapi terlebih
dahulu ditambahkan larutan kalium iodida dan asam klorida sehingga
menghasilkan larutan berwarna merah bata. Larutan merah bata inilah
kemudian sebagai larutan titrat. Larutan merah bata ini akan dititrasi dengan
larutan natrium tiosulfat (titran) sehingga warna titrat berubah dari merah bata
menjadi kuning muda, disini belum dinamakan dengan titik akhir titrasi
karena masih ada tahap selanjutnya yaitu penambahan indikator . Selanjutnya
hasil titrasi ini tidak buang akan tetapi ditambahkan indikator larutan amilum
sebanyak lima tetes, kemudian dititrasi kembali dan menghasilakan warna
larutan hijau mudah, inilah yang dinamakan hasil akhir titrasi.

menstandarisasi iodium dengan natrium tiosulfat. Prosesnya


sama dengan standarisasi larutan natrium sulfat dengan kalium kromat, yang
berperan sebagai larutan titran pun sama yaitu natrium tiosulfat. Indikator
yang digunakan juga sama yaitu penambahan lima tetes amilum sehingga titik
kahir titrasi yang dihasilkan yaitu larutan berwarna biru tepat menghilang.
Terakhir yaitu penetapan kadar vitamin C dengan metode iodimetri. Disini
yang berperan titran yaitu larutan iodium sedangkan titratnya yaitu larutan
vitamin C. Proses titrasinya sama dengan titrasi diatas, sebelum laruta vitamin
C dititrasi terlebih dahulu ditambahkan indikator amilum. Penambahan
indikator diawal dikarenakan amilum tidak akan mengadsorpsi iodium dalam
larutan. Titik akhir titrasi menghasilkan warna ungu kehitaman.
VI. KESIMPULAN

1) Pembuatan larutan iodium 0,1 N menghasilkan 3,173 gram


2) Pembuatan larutan natrium tiosulfat 0,1 N menghasilkan 6,25 gram
3) Pembuatan larutan amilum 1% menghasilkan 0,5 gram
4) Membuat larutan kalium kromat 0,1 N menghasilkan 0,49 gram
5) Pengenceran larutan HCl 3 N menghasilkan 100 Ml
6) Standarisasi larutan natrium kromat dengan kalium kromat
menghasilkan warna larutan hijau muda
7) Standarisasi lodium dengan natrium tiosulfat menghasilkan larutan
berwarna tepat menghilang
8) Penetapan kadar vitamin C dengan metode iodimetri menghasilkan
warna ungu kehitaman
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. //www.iodo-iodimetri.com.2102.


Mulyono. 2011. Membuat reagen kimia. Jakarta. Bumi aksara.
Gholib, ibnu. 2007. Kimia farmasi analisis. Yogyakarta. Pustaka pelajar.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai