Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK DASAR

PENENTUAN KADAR KLOR AKTIF DALAM BAHAN PEMUTIH


DENGAN TITRASI IODIMETRI

DISUSUN OLEH :

NAMA : MUHAMAD ILYAS ZAINUL FURQON


NIM : K1A020033
SHIFT :A
HARI / TANGGAL : SELASA / 31 AGUSTUS 2021
ASISTEN : NUR KHANIFAH

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
LABORATORIUM KIMIA ANALITIK
PURWOKERTO
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

JUDUL PERCOBAAN ......................................................................................... 1

I. TUJUAN ............................................................................................................. 1

II.TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 1

III.PROSEDUR PERCOBAAN ........................................................................... 3

3.1.Alat ................................................................................................................ 3

3.2.Bahan ............................................................................................................. 3

3.3.Skema Kerja .................................................................................................. 3

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 6

4.1.Data Pengamatan ........................................................................................... 6

4.2.Data Perhitungan ........................................................................................... 8

4.3.Pembahasan ................................................................................................... 9

V.KESIMPULAN ................................................................................................ 15

5.1.Kesimpulan .................................................................................................. 15

5.2.Saran ............................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

LAMPIRAN ......................................................................................................... 17

ii
PENENTUAN KADAR KLOR AKTIF DALAM BAHAN PEMUTIH
DENGAN TITRASI IODIMETRI

I. TUJUAN
1.1.Mempelajari metode titrasi redoks iodo-iodimetri.
1.2.Menentukan kadar klor aktif (OCl- ) dalam bahan pemutih.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Klorin adalah unsur kimia dengan simbol Cl dengan nomor atom 17. Klorin
juga merupakan bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai pembunuh kuman.
Zat klorin akan bereaksi dengan air membentuk asam hipoklorus yang diketahui
dapat merusak sel-sel dalam tubuh. Klorin berwujud gas berwarna kuning kehijauan
dengan bau cukup menyengat. Klorin merupakan unsur yang sangat reaktif dan
merupakan oksidator kuat. Klorin mempunyai afinitas elektron tertinggi dan
elektronegativitas ketiga tertinggi setelah oksigen dan fluor (Ulfa, 2015).

Titrasi merupakan suatu proses analisis untuk mengetahui komponen yang


tidak dikenal dalam larutan dengan menambahkan suatu volume larutan standar.
Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti.
Berdasarkan kemurniannya, larutan standar dibagi menjadi larutan standar primer
dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer dapat dibuat dengan
menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tingg. Larutan
standar sekunder dapat dibuat dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan tingkat kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi dapat diketahui dari
hasil standarisasi (Underwood, 1999). Standarisasi larutan merupakan proses saat
konsentrasi larutan standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara
dititrasikan dengan larutan standar primer (Kenkel, 2003).

Iodometri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif volumetri secara


oksidimetri dan reduksimetri, melalui proses titrasi (Harjadi, 1986). Titrasi
oksidimetri adalah titrasi terhadap larutan zat pereduksi (reduktor) dengan larutan
standar zat pengoksidasi (oksidator). Titrasi reduksimetri adalah titrasi terhadap
larutan zat pengoksidasi (oksidator) dengan larutan standar zat perudiksi (reduktor).
Oksidasi adalah suatu proses pelepasan elektron atau bertambahnya bilangan
oksidasi pada suatu unsur. Reduksi adalah suatu proses penangkapan elektron atau
berkurangnya bilangan oksidasi pada suatu unsur (Underwood, 1999).

1
2

Titrasi iodometri adalah salah satu jenis titrasi redoks yang melibatkan
iodium. Titrasi ini merupakan jenis titrasi tidak langsung yang dapat digunakan
salah satunya untuk senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O.
Titrasi iodimetri adalah titrasi redoks menggunakan I2 yang digunakan langsung
dalam wujud I2 dan disebut juga reaksi langsung. Larutan standar natrium tiosulfat
(Na2S2O3) sering digunakan dalam iodometri. Potensial oksidasi reaksinya adalah
0,535 volt (Padmaningrum, 2008).

Titrasi Iodium juga merupakan salah satu metode analisis yang dapat
digunakan dalam menghitung kadar Vitamin C. Titrasi ini memakai Iodium sebagai
oksidator yang mengoksidasi vitamin C dan memakai amilum sebagai indikatornya.
Dimana, suatu larutan vitamin C (asam askorbat) sebagai reduktor dioksidasi oleh
Iodium, sesudah vitamin C dalam sampel habis teroksidasi, kelebihan Iodium akan
segera terdeteksi oleh kelebihan amilum yang dalam suasana basa berwarna biru
muda. Kadar vitamin C dapat diketahui dengan perhitungan 1ml 0,01 N larutan
Iodium = 0,88 mg asam askorbat. Kekurangan dari metode ini yaitu ketidak
akuratan nilai yang diperoleh karena vitamin C dapat dipengaruhi oleh zat lain
(Wijanarko, 2002).
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1.Alat
Alat yang digunakan pada percobaan penentuan kadar klor aktif dalam
bahan pemutih dengan titrasi iodimetri yaitu buret 50 mL, labu erlenmeyer 250 mL,
pipet seukuran 10 mL, gelas beker 100 mL, labu takar 100 mL, gelas takar 10 mL,
corong, penangas air, botol semprot, kertas saring, kaca arloji, kompor listrik,
blender, dan pipet tetes.

3.2.Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan penentuan kadar klor aktif dalam
bahan pemutih dengan titrasi iodimetri yaitu bahan pemutih, larutan I2, amilum,
asam asetat glasial, Na2S2O3, aquadest, K2Cr2O7, dan HCl 1M.

3.3.Skema Kerja
3.3.1.Pembuatan Reagen

Na2S2O3

- ditimbang 2,482 gram Na2S2O3.5H secara seksama.


- dilarutkan zat tersebut dengan 300 mL aquadest di dalam
gelas beker.
- dimasukkan ke dalam labu takar ukuran 100 mL.
- ditambah dengan aquades sampai tanda batas dan
dikocok.
- disimpan pada botol coklat dan dijauhkan dengan sinar
matahari langsung.

Larutan Na2S2O3
0,1 M

3
4

K2Cr2O7

- diencerkan 0,194 gram K2Cr2O7 ke dalam beker gelas.


- dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL yang berisi
sedikit aquades.
- ditambahkan aquades sampai tanda batas.
- dikocok sampai homogen.

Larutan K2Cr2O7
0,01 N

KI

- diencerkan 10 g K2CrO4 ke dalam beker gelas.


- dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL yang berisi
sedikit aquades.
- ditambahkan aquades sampai tanda batas.
- dikocok sampai homogen.

Larutan KI 10%
5

3.3.2.Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan K2Cr2O7 secara


Iodo/Iodimetri

K2Cr2O7 dan
Na2S2O3

- dimasukkan 20 mL K2Cr2O7 0,01 N ke dalam erlenmeyer.


- ditambahkan 5 mL HCl pekat dan 15 mL larutan KI 10%.
- dititrasi larutan dengan buret yang telah dicuci.
- diisi dengan larutan Na2S2O3 0,1 M hingga tepat warna
kekuningan terbentuk.
- ditambahkan 5 tetes indikator amilum.
- dilanjutkan titrasi sampai warna biru menghilang.
- dicatat volume Na2S2O3 yang diperlukan.
- diulangi sampai diperoleh 3 set data pengulangan.
- ditentukan konsentrasi natrium tiosulfat yang
terstandarisasi.

Hasil Pengamatan

3.3.3.Penentuan Kadar Klor Aktif dalam Bahan Pemutih

Bahan Pemutih dan


Na2S2O3

- diambil 10 mL bahan pemutih.


- dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL.
- diencerkan sampai tanda batas.
- diambil 10 mL larutan bahan pemutih yang telah dibuat.
- dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
- ditambahkan HCl pekat 5 mL, 4 mL larutan KI 10%, dan
8 mL aquades.
- ditambahkan indikator amilum 2 mL.
- dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 M hingga warna biru
kehitaman menghilang.
- dicatat volume Na2S2O3 0,1 M yang diperlukan.
- diulangi langkah titrasi hingga diperoleh 3 set data
pengulangan.
- ditentukan kadar klor aktif dalam bahan pemutih tersebut.
Hasil Pengamatan
6

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.Data Pengamatan
4.1.1.Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan K2Cr2O7 Secara
Iodo/Iodimetri

Tabel Hasil Pengamatan Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan


K2Cr2O7 Secara Iodo/Iodimetri.

Perlakuan Pengamatan

Sebanyak 20 mL K2Cr2O7 0,01 N Larutan berwarna kuning


dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Sebanyak 5 mL HCl pekat Larutan berwarna kekuningan


ditambahkan

Sebanyak 10 mL KI 10%
ditambahkan

Sebanyak 5 tetes indikator amilum Larutan menjadi berwarna biru


ditambahkan kehitaman

Larutan dititrasi dengan larutan Larutan menjadi tidak berwarna


Na2S2O3 0,1 M

Volume Na2S2O3 dicatat dan V1 = 0,9 mL


percobaan diakukan secara duplo V2 = 1,2 mL
V3 = 1,2 mL
Vrataan = 1,1 mL
7

4.1.2.Penentuan Kadar Klor Aktif dalam Bahan Pemutih


Tabel Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Klor Aktif dalam Bahan Pemutih.

Perlakuan Pengamatan

Sebanyak 10 mL bahan pemutih


dimasukkan ke dalam labu ukur 250 Larutan tidak berwarna
mL dan diencerkan

Larutan diambil 10 mL dan


Larutan tidak berwarna
ditambahkan HCl pekat 5 mL

Sebanyak 4 mL larutan KI 10% Larutan berwarna kekuningan


ditambahkan

Sebanyak 8 mL aquades Larutan berwarna coklat kemerahan


ditambahkan

Sebanyak 2 mL indikator amilum Larutan berwarna biru kehitaman


ditambahkan

Larutan dititrasi dengan larutan


Larutan tidak berwarna
Na2S2O3 0,1 M

Volume Na2S2O3 dicatat V1 = 12 mL


V2 = 14 mL
V3 = 13 mL
Vrataan = 13 mL
8

4.2.Data Perhitungan
4.2.1.Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan K2Cr2O7 Secara
Iodo/Iodimetri

Diketahui: V1 = 0,9 mL
V2 = 1,2 mL
V3 = 1,2 mL
Vrataan = 1,1 mL
V = 20 mL, N = 0,01 N
Ditanya: M....?
Jawab: V1 . N1 = V2 . N2
20 . 0,01 = 1,1 . N2
0,2 = 1,1 N2
N2 = 0,18 N
M = 0,09 M
4.2.2.Penentuan Kadar Klor Aktif dalam Bahan Pemutih

Diketahui: V1 = 12 mL
V2 = 14 mL
V3 = 13 mL
Vrataan = 13 mL
Ditanya: % OCl-....?
Jawab: n S2O32- = 0,09 M x 13 mL
= 1,17 mmol

(OCl)- + 2I- + 2H+ → I2 + Cl- + H2O


0,585 mmol

I2 + 2S2O2- → S4O62- + 2I-


1,17 mmol

% OCl- = n x Mr x 100%
= 5,85x10-4 mol x 74,5 g/mol x 100%
= 0,0436 x 100%
= 4,36%
9

4.3.Pembahasan
Titrasi merupakan suatu proses analisis untuk mengetahui komponen yang
tidak dikenal dalam larutan dengan menambahkan suatu volume larutan standar
(Underwood, 1999). Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan salah satu contoh
titrasi yang mengacu pada setiap perubahan kimia yang mengalami penurunan dan
kenaikan oksidasi dan reduksi dari penitran dan analit (yang dititrasi). Titrasi redoks
terdapat beberapa macam diantaranya yaitu titrasi permanganometri, kromatometri,
cenmetri, iodometri, iodimetri, bramometri, bromametri, dan nitrimetri. Titrasi
iodometri dan iodimetri merupakan titrasi reduksi-oksidasi. Titrasi iodometri
termasuk ke dalam titrasi tidak langsung, sedangkan titrasi iodimetri merupakan
titrasi langsung (Keenan, 1982).

Titrasi iodometri adalah salah satu jenis titrasi redoks yang melibatkan
iodium. Titrasi ini merupakan jenis titrasi tidak langsung yang dapat digunakan
salah satunya untuk senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O
(Padmaningrum, 2008). Titrasi iodimetri merupakan titrasi redoks yang
menggunakan larutan standar I2 sebagai titran dalam suasana netral atau sedikit
asam. Titrasi tersebut juga dapat dikatakan dengan titrasi langsung karena dalam
proses titrasi ini I2 berfungsi sebagai pereaksi. Titrasi iodimetri dilakukan dalam
keadaan netral atau dalam kisaran asam lemah sampai basa lemah (Danang, 2019).

Perbedaan titrasi iodometri dan iodimetri yaitu titrasi iodometri adalah


analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor dengan penambahan larutan iodin baku
berlebih dan kelebihannya dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat baku.
Sedangkan, titrasi iodimetri adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor seperti
natrium tiosulfat, arsenat dengan menggunakan larutan iodin baku secara langsung.
Titrasi iodimetri, oksidasi reduksinya menggunakan larutan iodium (Rivai, 2006).
Kelebihan dari metode iodo-iodimetri yaitu menambahan kanji diawal titrasi,
penitaran berlangsung lebih cepat karena titrat dan titran langsung bereaksi, dan
warna titik akhir lebih mudah teramati dari tidak berwarna menjadi biru.
Kekurangan dari metode iodo-iodimetri yaitu pada saat titrasi dikhawatirkan
kehilangan ion iod, penitarnya mudah terurai oleh cahaya sehingga preparasi contoh
harus dilakukan terlebih dahulu, dan larutan iod dapat dioksidasi oleh udara dalam
keadaan asam (Harjadi, 1986).
10

Aplikasi titrasi iodo-iodimetri dapat dilakukan diberbagai bidang,


diantaranya yaitu titrasi iodimetri digunakan untuk menetapkan kadar obat-obatan,
seperti untuk menetapkan kadar asam askorbat atau vitamin C dalam suatu obat
sariawan, natrium askorbat, metampiron, natrium tiosulfat dan sediaan injeksinya.
Titrasi iodimetri juga digunakan untuk menentukan kadar zat-zat yang mengandung
oksidator, misalnya Cl2, Cu(II), dan sebagainya sehingga mengetahui kadar suatu
zat berarti mengetahui mutu dan kualitasnya. Kemudian untuk titrasi iodometri
digunakan untuk penentuan kadar tembaga dalam suatu campuran logam
(Rivai, 2006). Standarisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan
standar sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara dititrasikan dengan larutan
standar primer (Kenkel, 2003). Larutan standar primer adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian tinggi. Sedangkan, larutan standar sekunder adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi
(Underwood, 1999).
4.3.1.Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan Larutan K2Cr2O7 Secara
Iodo/Iodimetri

Percobaan pertama yaitu standarisasi larutan Na2S2O3 dengan larutan


K2Cr2O7 secara iodo/iodimetri dilakukan dengan cara dimasukkan 20 mL
K2Cr2O7 0,01 N ke dalam erlenmeyer, dimana fungsi dari K2Cr2O7 untuk
menstandarisasi larutan Na2S2O3. Kemudian ditambahkan 5 mL HCl pekat untuk
memberikan suasana asam dan 15 mL larutan KI 10% sebagai oksidator yang
akan mengubah iodium menjadi iodida. Setelah itu, dititrasi larutan dengan buret
yang telah dicuci. Selanjutnya diisi dengan larutan Na2S2O3 0,1 M sebagai titran
hingga tepat warna kekuningan terbentuk. Lalu, ditambahkan 5 tetes indikator
amilum sebagai indikator warna untuk memperjelas perubahan warna serta
untuk mengikat I2 untuk membentuk senyawa kompleks, dilanjutkan titrasi
sampai warna biru menghilang. Kemudian dicatat volume Na2S2O3 yang
diperlukan, diulangi sampai diperoleh 3 set data pengulangan, dan ditentukan
konsentrasi natrium tiosulfat yang terstandarisasi.
11

Gambar 4.3.1
Larutan K2CrO7 dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer

Gambar 4.3.2 Gambar 4.3.3


Larutan K2CrO7 + HCl pekat + KI Hasil Titrasi dengan Larutan
10% + amilum Na2S2O3
12

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa


larutan standar primernya yaitu larutan K2Cr2O7 dan larutan standar sekundernya
yaitu larutan Na2S2O3. Hasil dari percobaan ini didapatkan beberapa volume dari
Na2S2O3 yaitu V1 = 0,9 mL, V2 = 1,2 mL, V3 = 1,2 mL, dan untuk Vrataan = 1,1
mL. Maka, berdasarkan perhitungan didapatkan normalitas Na2S2O3 yaitu 0,18
N atau molaritas Na2S2O3 yaitu 0,09 M.
Reaksi yang terjadi pada percobaan pertama ini yaitu:

I2 + 2e- → 2I-

K2Cr2O7 + 6KI +14HCl → 8KCl + 2CrCl3 + 3I2 + H2O

Hasil dari percobaan tidak sesuai dengan referensi (Irfan, 2000) yang
menyatakan bahwa nilai normalitas yang benar sebesar 0,1 N. Hal tersebut
berbeda dikarenakan penentuan pemberhentian titrasi perubahan warna yang
kurang tepat.
4.3.2.Penentuan Kadar Klor Aktif dalam Bahan Pemutih

Percobaan kedua yaitu penentuan kadar klor aktif dalam bahan pemutih
dilakukan dengan cara diambil 10 mL bahan pemutih dan dimasukkan ke dalam
labu ukur 250 mL. Kemudian diencerkan sampai tanda batas dan diambil 10 mL
larutan bahan pemutih yang telah dibuat. Setelah itu, dimasukkan ke dalam
erlenmeyer, ditambahkan HCl pekat 5 mL untuk memberikan suasana asam, 4
mL larutan KI 10% sebagai oksidator yang akan mengubah iodium menjadi
iodida, 8 mL aquades untuk memperkecil konsentrasi, dan ditambahkan
indikator amilum 2 mL sebagai indikator warna untuk memperjelas perubahan
warna serta untuk mengikat I2 untuk membentuk senyawa kompleks.
Selanjutnya dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 M sebagai titran hingga warna
biru kehitaman menghilang. Lalu, dicatat volume Na2S2O3 0,1 M yang
diperlukan, diulangi langkah titrasi hingga diperoleh 3 set data pengulangan, dan
ditentukan kadar klor aktif dalam bahan pemutih tersebut.
13

Gambar 4.3.4 Gambar 4.3.5


Bahan Pemutih dimasukkan ke Bahan Pemutih diencerkan
dalam Labu Ukur menggunakan Aquades

Gambar 4.3.6 Gambar 4.3.7


Bahan pemutih + HCl pekat + KI Hasil Titrasi dengan Larutan
10% + Aquades Na2S2O3
14

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa


larutan standar primernya yaitu larutan bahan pemutih dan larutan standar
sekundernya yaitu larutan Na2S2O3. Hasil dari percobaan ini didapatkan
beberapa volume dari Na2S2O3 yaitu V1 = 12 mL, V2 = 14 mL, V3 = 13 mL, dan
untuk Vrataan = 13 mL. Maka, berdasarkan perhitungan didapatkan n S 2O32-
yaitu 1,17 mmol, n OCl- yaitu 0,585 mmol atau 5,85 x 10-4, dan untuk kadar klor
aktif dalam bahan pemutih yaitu 4,36%.
Reaksi yang terjadi pada percobaan kedua ini yaitu:

Cl2 + H2O → H+ + Cl- + HOCl

HOCl → H+ + (OCl)-

(OCl)- + 2I- + 2H+ → I2 + Cl- + H2O

I2 + 2S2O2- → S4O62- + 2I-

Hasil dari percobaan tidak sesuai dengan referensi (Rivai, 2006) yang
menyatakan bahwa cairan pemutih pakaian mengandung bahan aktif NaClO
yang umumnya mempunyai kadar 5,25%. Ketidaksesuaian ini dapat diakibatkan
karena titrasi yang dilakukan kurang cepat sehingga banyak iodium yang
menguap teroksidasi ke udara.
V. KESIMPULAN
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan, perhitungan, dan pembahasan dapat disimpulkan
sebagai berikut:

1. Titrasi iodometri dan iodimetri merupakan titrasi reduksi-oksidasi. Titrasi


iodometri adalah salah satu jenis titrasi redoks yang melibatkan iodium. Titrasi
ini merupakan jenis titrasi tidak langsung yang dapat digunakan salah satunya
untuk senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O. Titrasi
iodimetri merupakan titrasi redoks yang menggunakan larutan standar I2 sebagai
titran dalam suasana netral atau sedikit asam. Titrasi tersebut juga dapat
dikatakan dengan titrasi langsung karena dalam proses titrasi ini I2 berfungsi
sebagai pereaksi.
2. Hasil dari perhitungan kadar klor aktif (ClO-) dalam bahan pemutih pada
percobaan ini yaitu 4,36%. Hasil tersebut tidak sesuai dengan referensi
(Rivai, 2006) yang menyatakan bahwa cairan pemutih pakaian mengandung
bahan aktif NaClO yang umumnya mempunyai kadar 5,25%. Ketidaksesuaian
ini dapat diakibatkan karena titrasi yang dilakukan kurang cepat sehingga
banyak iodium yang menguap teroksidasi ke udara.

5.2.Saran
Percobaan penentuan kadar klor aktif dalam bahan pemutih dengan titrasi
iodimetri harus dilakukan dengan hati-hati pada saat kita menambahkan larutan dan
juga harus dilakukan dengan teliti pada saat kita melihat volume larutan ataupun
menghitung kadar dari klor aktif dalam bahan pemutih agar hasilnya tepat dan
akurat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Danang, E. (2019). Pengolahan Citra Digital untuk Menentukan Kadar Asam


Askorbat pada Buah dengan Metode Titrasi Iodimetri. Multitek Indonesia,
12(2), 73-84.
Harjadi, W. (1986). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.
Irfan, A. (2000). Ilmu Kimia. Jakarta: Erlangga.
Keenan, C. W. (1982). Kimia Untuk Universitas I. Jakarta: Erlangga.

Kenkel, J. (2003). Analytical Chemistry for Technicions. Washington: Lewis


Publisher.
Padmaningrum, R. (2008). Titrasi Iodometri: Jurdik Kimia. Yogyakarta: UNY
Press.
Rivai, H. (2006). Asas Pemeriksaan Kimia I. Jakarta: UI Press.

Ulfa, A. M. (2015). Penetapan Kadar Klorin Pada Beras Mengunakan Metode


Iodometri. Jurnal Kesehatan Holistik, 9(4).
Underwood, A. L. (1999). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Wijanarko, S. (2002). Analisis Hasil Pertanian. Malang: Universitas Brawijaya.

16
LAMPIRAN

Pembuatan Reagen
1. Larutan Na2S2O3
Diketahui :
M = 0,1 M
V = 100 mL
Mr Na2S2O3 = 158
Jawab:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑀 = 𝑥
𝑀𝑟 𝑉
𝑀 𝑥 𝑀𝑟 𝑥 𝑉
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000
0,1 𝑥 158 𝑥 100
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000
1580
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 1,58 𝑔𝑟𝑎𝑚

2. Larutan K2Cr2O7
Diketahui :
M = 0,01 N
V = 100 mL
Mr K2Cr2O7 = 294
Jawab:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑀 = 𝑥
𝑀𝑟 𝑉
𝑀 𝑥 𝑀𝑟 𝑥 𝑉
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000
0,01 𝑥 294 𝑥 100
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000
294
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 =
1000
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0,294 𝑔𝑟𝑎𝑚

17
3. Larutan KI
Diketahui:
% zat terlarut = 10%
V = 100 mL
Jawab :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
% 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = 𝑥 100%
𝑉 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
% 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑥 𝑉 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 =
100%
10% 𝑥 100
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 =
100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = 10 𝑔𝑟𝑎𝑚

18
Jawaban Pertanyaan:
1. Fungsi penambahan tiap reaktan:
- HCl: untuk memberikan suasana asam.
- Amilum: sebagai indikator untuk memperjelas titik akhir titrasi.
- KI: sebagai agen pereduksi I2 menjadi 2I-.
- Aquades: untuk menurunkan konsentrasi kepekatan larutan dengan
pengenceran.
- Bahan pemutih : sebagai klor aktif.
- K2Cr2O7: sebagai larutan standar primer.

2. Reaksi yang terjadi:


- Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan K2Cr2O7
Reaksi ketika iodium dibentuk dari KI:
I2 + 2e- → 2I-
Reaksi ketika K2Cr2O7 ditambahkan HCl:
Cr2O72- + 14H+ + 6e- → 2Cr3+ + 7H2O
Reaksi K2Cr2O7, KI, dan HCL:
K2Cr2O7 + 6KI + 14HCl → 8KCl + 2CrCl3 +3I2 + H2O
- Penentuan kadar klor aktif dalam bahan pemutih
OCl- + 2I- + 2H+ → Cl- + I2 + H2O
I2 + 2S2O32- → S4O62- + 2I-

3. Aplikasi lain dari titrasi iodo-iodimetri:


- Penentuan kadar vitamin C dalam obat sariawan.
- Penentuan kadar kafein dalam kopi.
- Penentuan sulfit dalam minuman anggur dengan menggunakan iodin.

19

Anda mungkin juga menyukai