Anda di halaman 1dari 24

REPORT

EXPERIMENTAL METODE ENVIRONMENTAL PROCEDURE


ANALYSIS METHOD
ANALISA BESI

Disusun Oleh : Kelompok 2


Yuyun Ainur Rosyidah 09010522017
Herlita Rifqi Puspita 09020522029
Minhajul Abidin 09020522033
Reyhan Abrar Hakim 09020522039
Zulfa Anza Nabilah 09020522045
Bagas Dwiki Ardiansyah 09040522053
Danang Juniztyo Sularto 09040522055
Jauharotun Najwa Indah 09040522059

Dosen Pengampu :
Ida Munfarida, M.T.
NIP 198411302015032001

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023
PERCOBAAN 1V
ANALISA BESI

4.1 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan kadar Fe dengan metode Spektrofotometri
2. Memahami prinsip Lambert-Beer dalam penentuan kadar Fe
3. Mengetahui konsentrasi Fe dalam sample air.
4.2 Prinsip Percobaan
Penentuan kadar Fe secara spektrofotometer berdasarkan hukum
Lambert - Beer. hukum Lambert - Beer menyatakan hubungan linieritas
antara absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik
dengan transmitan.
4.3 Dasar Teori
Air merupakan sumber daya alam dasar untuk semua bentuk
kehidupan di bumi. Air yang aman tidak boleh mengandung zat kimia
berbahaya atau mikroorganisme hidup dalam konsentrasi yang
menyebabkan kerusakan. Dengan pertumbuhan dan perkembangan di dunia,
air permukaan sebagai sungai telah mendapatkan jumlah pencemaran yang
luas dari berbagai sumber. Banyak faktor yang mengendalikan komposisi
kimia, fisik, dan biologi air permukaan, misalnya: alam (curah hujan,
geografi DAS, atmosfer, dan geologi) dan antropogenik (kegiatan industri,
domestik, limpasan pertanian) (Dewi dkk., 2017). Pencemaran air
permukaan yang semakin meluas menyebabkan penurunan kualitas air dan
mengancam kesehatan manusia. Hal tersebut juga berdampak pada
keseimbangan ekosistem perairan, kemajuan ekonomi dan keberhasilan
sosial (Ewaid dkk., 2018). Sumber air tawar seperti sungai sangat penting
untuk kelangsungan dan kemakmuran masyarakat, tetapi selama beberapa
dekade terakhir, aset reguler ini terus-menerus dirusak di seluruh dunia tak
terkecuali Indonesia.
Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada
hampir setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua
badan air (Muliasari, 2021). Besi di dalam air bersifat terlarut sebagai Fe 2+
(fero) atau Fe3+ (feri), tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1μm
atau lebih besar, seperti Fe2O3, FeO, FeOOH, Fe(OH)3 dan lain sebagainya,
dan tergabung dengan zat organik atau zat padat yang anorganik (seperti
tanah liat). Keberadaan logam Fe dengan konsentrasi yang tinggi dalam air
bersih dapat menyebabkan bekas karat pada pakaian, porselin dan alat
lainnya (Maghfiroh & Wibowo, 2021). Baku mutu kadar Fe menurut
PERMENKES RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan
kualitas air minum adalah 0,3 mg/L dan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 32 tahun 2017 tentang higiene sanitasi adalah 1 mg/L. Metode
analisis besi yang sering digunakan adalah dengan spektrofotometri sinar
tampak, karena kemampuannya dapat mengukur konsentrasi besi yang
rendah. Analisis kuantitatif besi dengan spektrofotometri dikenal dua
metode, yaitu metode orto-fenantrolin dan metode tiosianat. Besi bervalensi
dua maupun besi bervalensi tiga dapat membentuk kompleks berwarna
dengan suatu reagen pembentuk kompleks dimana intensitas warna yang
terbentuk dapat diukur dengan spektrofotometri sinar tampak.
4.4 Alat dan Bahan

4.4.1 Alat

1. Spektrofotometer (1 unit)
2. Tabung Reaksi (5 buah)
3. Gelas Beaker 1L (1 buah)
4. Gelas Beaker 100ml (3 buah)
5. Gelas Ukur 100 ml (1 buah)
6. Erlenmeyer (1 buah)
7. Batang Pengaduk (1 buah)
8. Spatula (1 buah)
9. Kaca Arloji (2 buah)
10. Pipet Tetes (1 buah)
11. Kuvet (7 buah)
12. Pipet Ukur 10 ml (1 buah)
13. Neraca Analitik (1 unit)
14. Bunsen (1 buah)

4.4.2 Bahan

1. C12H8N2 (20ml)
2. C2H3NaO2 (20ml)
3. HONH2 HCL (1ml)
4. FeCL3 (1gr)
5. Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O (2gr)
6. HCL (1ml)
7. Sampel Air Wonorejo (5 L)

4.5 Skema Kerja


4.5.1 Larutan Standar
Alat dan Bahan
- Disiapkan alat yang akan digunakan antara lain: gelas ukur, gelas
beaker, erlenmeyer, spatula, batang pengaduk, pipet ukur, bola
hisap, tabung reaksi, spektrofotometer, neraca analitik
- Disiapkan bahan yang akan digunakan antara lain: sampel air
sungai, fenantrolin 20 mL, Natrium asetat 20 mL, Hidroksilamin
klorida 1 mL, Ferri (II) klorida FeCl3 1 gr, Ferro amonium sulfat
Fe(NH₄)₂(SO₄)₂.6H₂O 2 gr, dan HCl 1 mL
Larutan A
- Ditimbang 1,404 gr ferro amonium sulfat menggunakan neraca
analitik
- Dilarutkan dengan 100 ml aquades dengan konsentrasi larutan ini
1000 mg/L
Larutan B
- Diambil larutan A sebanyak 5 ml menggunakan pipet ukur dan
dimasukkan ke dalam labu ukur
- Ditambahkan aquades hingga 50 ml dengan konsentrasi larutan ini
100 mg/L
Larutan C
- Diambil larutan B sebanyak 5 ml menggunakan pipet ukur dan
dimasukkan ke dalam labu ukur
- Ditambahkan aquades hingga 50 ml dengan konsentrasi larutan ini
10 mg/L
Larutan D
- Diambil larutan C sebanyak 5 ml menggunakan pipet ukur dan
dimasukkan ke dalam labu ukur
- Ditambahkan aquades hingga 50 ml dengan konsentrasi larutan ini
1 mg/L
Larutan E1
- Diambil 1 ml larutan dari larutan D menggunakan pipet ukur
- Dituangkan 1 ml larutan D ke dalam gelas beaker
- Ditambahkan 9 ml aquades ke dalam gelas beaker kemudian
dihomogenkan (konsentrasi 1,0 mg/l)

Larutan E2
- Diambil 2 ml larutan dari larutan D menggunakan pipet ukur
- Dituangkan 2 ml larutan D ke dalam gelas beaker
- Ditambahkan 8 ml aquades ke dalam gelas beaker kemudian
dihomogenkan (konsentrasi 2,0 mg/l)

Larutan E3
- Diambil 3 ml larutan dari larutan D menggunakan pipet ukur
- Dituangkan 3 ml larutan D ke dalam gelas beaker
- Ditambahkan 7 ml aquades ke dalam gelas beaker kemudian
dihomogenkan (konsentrasi 3,0 mg/l)

Larutan E4
- Diambil 5 ml larutan dari larutan D menggunakan pipet ukur
- Dituangkan 5 ml larutan D ke dalam gelas beaker
- Ditambahkan 5 ml aquades ke dalam gelas beaker kemudian
dihomogenkan (konsentrasi 5,0 mg/l)

Larutan E5
- Diambil 10 ml larutan dari larutan D menggunakan pipet ukur
- Dituangkan 10 ml larutan D ke dalam gelas beaker (konsentrasi 10
mg/l)
HCl
- Ditambahkan HCl sebanyak 8 tetes dalam masing-masing larutan
standar E1, E2, E3, E4, dan E5. Kemudian dihomogenkan
HONH2·HCl
- Ditambahkan HONH2·HCl sebanyak 2 tetes ke dalam masing-
masing larutan standar dan dihomogenkan
Proses pemanasan
- Dipanaskan larutan standar menggunakan bunsen hingga
mendidih, dengan direndam dalam air
- Ditambahkan aquades pada larutan standar yang volumenya
berkurang dari 10 ml.
Fenantrolin
- Ditambahkan Fenantrolin sebanyak 1 ml ke dalam masing-masing
larutan standar kemudian dihomogenkan
Na Asetat
- Dilarutkan Na asetat sebanyak 2,05075 gr dengan 25 ml aquades.
- Ditambahkan Na asetat sebanyak 1 ml ke dalam masing-masing
larutan standar kemudian dihomogenkan
Uji Spektrofotometri
- Dimasukkan kuvet berisi aquades ke dalam spektrofotometer
sebagai larutan blanko
- Dituangkan masing-masing larutan standar E1, E2, E3, E4, dan E5
ke dalam kuvet untuk uji spektrofotometer dengan panjang
gelombang 510 nm
- Dan didapatkan hasil absorbansinya sebagai berikut :
E1 : 0,083
E2 : 0,084
E3 : 0,083
E4 : 0,201
E5 : 0,270
- Dibuat grafik kurva kalibrasi dengan menggunakan nilai
konsentrasi sebagai X dan nilai absorbansi sebagai Y
Hasil

4.5.2 Larutan Sampel


Sampel Air
- Disiapkan sampel air sungai sebanyak 20 ml
- Dimasukkan sampel air ke dalam gelas beaker
Fenantrolin
- Ditambahkan fenantrolin sebanyak 4 ml menggunakan pipet ukur
ke dalam gelas beaker berisi sampel air sungai kemudian
dihomogenkan
Na Asetat
- Ditimbang Na Asetat sebanyak 2,05075 gr menggunakan neraca
analitik
- Dilarutkan dengan 25 ml aquades kemudian dihomogenkan
- Ditambahkan 4 ml larutan Na Asetat menggunakan pipet ukur
kemudian dimasukkan ke dalam gelas beaker berisi sampel air
sungai dan fenantrolin kemudian dihomogenkan
- Didiamkan larutan selama 30 menit
Uji Spektrofotometer
- Dimasukkan kuvet berisi aquades ke dalam spektrofotometer
sebagai larutan blanko
- Dimasukkan larutan sampel ke dalam 2 kuvet berbeda hingga
tanda batas.
- Dimasukkan kuvet ke dalam spektrofotometer dengan panjang
gelombang 510 nm
- Didapatkan hasil nilai transmitan yaitu 0,028 dan 0,035. Dari nilai
tersebut didapatkan nilai absorbansi rata-ratanya yaitu 0,0315
Hasil

4.6 Tabel Pengamatan

4.6.1 Larutan Standar

No. Kegiatan Perlakuan Gambar

1. Menyiapkan alat dan Menyiapkan alat yaitu


bahan yang digunakan gelas ukur, gelas beaker,
erlenmeyer, spatula, batang
pengaduk, pipet ukur, bola
hisap, tabung reaksi,
spektrofotometer, neraca
analitik. Menyiapkan bahan
yaitu sampel air sungai,
fenantrolin 20 mL, Natrium
asetat 20 mL,
Hidroksilamin klorida 1
mL, Ferri (II) klorida FeCl 3
1 gr, Ferro amonium sulfat
Fe(NH₄)₂(SO₄)₂.6H₂O 2
gr, dan HCl 1 mL

2. Membuat larutan A - Menimbang 1,404 gr


ferro amonium sulfat
menggunakan neraca
analitik
- Melarutkan dengan 100
ml aquades dengan
konsentrasi larutan ini
1000 mg/L sebagai (A)

3. Membuat larutan B Mengambil larutan A


sebanyak 5 ml
menggunakan pipet ukur
dan memasukkan ke dalam
labu ukur lalu
menambahkan aquades
hingga 50 ml dengan
konsentrasi larutan ini 100
mg/L sebagai (B)

4. Membuat larutan C Mengambil larutan B


sebanyak 5 ml
menggunakan pipet ukur
dan memasukkan ke dalam
labu ukur lalu
menambahkan aquades
hingga 50 ml dengan
konsentrasi larutan ini 10
mg/L sebagai (C)

Membuat larutan D Mengambil larutan C


sebanyak 5 ml
5.
menggunakan pipet ukur
dan memasukkan ke dalam
labu ukur lalu
menambahkan aquades
hingga 50 ml dengan
konsentrasi larutan ini 1
mg/L sebagai (D)
6. Membuat larutan E1-E5 - Mengambil 1 ml, 2 ml, 3
ml, 5 ml, 10 ml larutan
C menggunakan pipet
ukur
- Memasukkan ke dalam
masing-masing tabung
reaksi dan
menambahkan aquades
hingga 10 ml di setiap
tabung reaksi lalu diberi
label E1, E2, E3, E4, E5

Menambahkan HCl Menambahkan HCl


sebanyak 8 tetes dalam
6.
Larutan ini menjadi
0,1 mg/L sebagai (E1)
0,2 mg/L sebagai (E2)
0,3 mg/L sebagai (E3)
0,5 mg/L sebagai (E4)
1,0 mg/L sebagai (E5)
Kemudian mengaduknya
hingga terlarut.
Menambahkan Menambahkan
HONH2·HCl HONH2·HCl sebanyak 2
7.
tetes ke dalam masing-
masing larutan standar dan
mengaduknya hingga
terlarut.
Memanaskan larutan Memanaskan larutan
standar standar menggunakan
8.
bunsen hingga mendidih,
dengan direndam dalam air,
kemudian menambahkan
aquades pada larutan
standar yang volumenya
berkurang dari 10 ml.
Menambahkan Menambahkan Fenantrolin
Fenantrolin sebanyak 1 ml ke dalam
9.
masing-masing larutan
standar

Menambahkan Na asetat Menambahkan Na asetat


sebanyak 1 ml ke
10.
dalamnya. Yang mana
larutan ini dibuat dengan
melarutkan Na asetat
sebanyak 2,05075 gr
dengan 25 ml aquades.
Menghomogenkan Menghomogenkan larutan
larutan standar standar yang telah
11.
ditambahkan larutan Na
asetat dan Larutan
Fenantrolin.

- Memasukkan kuvet
berisi aquades ke
12. Melakukan uji
dalam
spektrofotometer
spektrofotometer
sebagai larutan blanko
- Memindahkan masing-
masing larutan standar
E1, E2, E3, E4, dan E5
ke dalam kuvet untuk
uji spektrofotometer
dengan panjang
gelombang 510 nm
- Dan didapatkan hasil
absorbansinya sebagai
berikut :
E1 : 0,083
E2 : 0,084
E3 : 0,083
E4 : 0,201
E5 : 0,270
- Membuat grafik kurva
kalibrasi dengan
menggunakan nilai
konsentrasi sebagai X
dan nilai absorbansi
sebagai Y

4.6.2 Larutan Sampel

No. Kegiatan Perlakuan Gambar

1. Menyiapkan sampel air - Menyiapkan sampel


sungai air sungai sebanyak 20
ml
- Memasukkan sampel
air ke dalam gelas
beaker

2. Menambahkan fenantrolin Menambahkan


fenantrolin sebanyak 4 ml
menggunakan pipet ukur
ke dalam gelas beaker
berisi sampel air sungai
lalu
menghomogenkannya
3. Membuat larutan Na Menimbang Na Asetat
Asetat sebanyak 2,05075 gr
menggunakan neraca
analitik lalu melarutkan
dengan 25 ml aquades
kemudian
menghomogenkannya

4. Menambahkan larutan Na Menambahkan 4 ml


Asetat larutan Na Asetat
menggunakan pipet ukur
lalu memasukkan ke
dalam gelas beaker berisi
sampel air sungai dan
fenatrolin kemudian
menghomogenkannya

5. Mendiamkan larutan Mendiamkan larutan


sampel selama 30 menit
6. Mengukur nilai absorbansi - Memasukkan kuvet
berisi aquades ke dalam
spektrofotometer
sebagai larutan blanko
- Memasukkan larutan
sampel ke dalam 2
kuvet berbeda hingga
tanda batas.
- Memasukkan kuvet ke
dalam spektrofotometer
dengan panjang
gelombang 510 nm dan
didapatkan hasil nilai
absorbansi yaitu 0,028
dan 0,035. Dari nilai
tersebut didapatkan
nilai absorbansi rata-
ratanya yaitu 0,0315

4.7 Hasil dan Pembahasan


Praktikum Analisis Pencemar Lingkungan dilakukan pada hari Rabu,
15 November 2023 pada pukul 09.00 - 12.30 WIB. Praktikum ini dilakukan
pada ruang Laboratorium S3 Water Quality and Processing lantai 3 gedung
Laboratorium SAINTEK Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
kampus Gunung Anyar. Praktikum ini dilakukan dengan standar kesehatan
dan keselamatan kerja laboratorium dengan memakai jas laboratorium, sepatu
tertutup dan masker.
Praktikum ini merupakan praktikum percobaan 4 yang berjudul
"Analisa Besi" memiliki tujuan percobaan sebagai berikut Menentukan kadar
Fe dengan metode Spektrofotometri, Memahami prinsip Lambert-Beer dalam
penentuan kadar Fe , dan Mengetahui konsentrasi Fe dalam sampel air.
Sedangkan prinsip percobaan dalam praktikum ini adalah Penentuan
konsentrasi Fe secara spektrofotometri berdasarkan Hukum Lambert-Beer.
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban
dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan.
Praktikum ini diawali dengan menyiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan untuk melakukan percobaan. Alat yang dibutuhkan antara lain
tabung reaksi (5 buah), gelas beker 1 L (1 buah), gelas beker 100 ml (3 buah),
gelas ukur 100 ml (1 buah), erlenmeyer (1 buah), batang pengaduk (1 buah),
spatula besi (1 buah), kaca arloji (2 buah), pipet tetes (1 buah), kuvet (7
buah), pipet ukur 10 ml (1 buah), neraca analitik (1 unit), spektrofotometer
Uv-Vis (1 unit), dan bunsen (1 buah), sedangkan bahan yang dibutuhkan
antara lain Fenantrolin (C12H8N2) 20 mL, Natrium asetat (C2H3NaO2) 20 mL,
Hidroksilamin klorida (HONH2·HCl) 1 mL, Ferri (II) klorida (FeCl s) 1 gr,
Ferro amonium sulfat (Fe(NH₄)₂(SO₄)₂.6H₂O) 2 gr, Asam klorida (HCl) 1
mL, dan sampel air sungai Wonorejo (5 liter).
Pada praktikum analisa besi ini menggunakan air sampel berupa air
sungai. Sungai yang digunakan untuk pengambilan sampel ini adalah Sungai
Wonorejo, Jl. Wonorejo Timur No. 16, Wonorejo, Kecamatan Rungkut,
Surabaya, Jawa Timur 60296, Indonesia. Sungai merupakan salah satu jenis
ekosistem akuatik yang memiliki peranan penting dalam siklus air dan
berperan sebagai reservoir, penyimpanan irigasi, bahan baku air minum dan
resapan air bagi daerah sekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat
dipengaruhi olehnya karakteristik lingkungan di wilayah sekitarnya
(Yustiani, dkk., 2020).
Sungai Wonorejo merupakan sungai yang bermuara di Pantai Timur
Surabaya. Sungai Wonorejo merupakan terusan dari Kali Jagir yang dalam
aliranya membawa limbah industri (Harnani & Titah, 2017). Sungai
Wonorejo merupakan salah satu anak Sungai Surabaya yang terletak di
kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Surabaya yang memiliki wilayah
seluas 6,48 km2 dan memiliki jumlah penduduk sebanyak 19.555 jiwa (BPS
Kota Surabaya, 2021).
Besi yaitu elemen kimia dengan nomor atom 26 dan simbol Fe (dari
bahasa Latin: ferrum). Dalam deret transisi pertama, itu adalah logam.
Membentuk sebagian besar bagian inti mar dan dalam bumi, ini adalah unsur
paling umum di bumi berdasarkan massanya. Element keempat terbesar pada
kerak bumi adalah besi (Mailili et.al., 2023)
Dalam Praktikum ini terdapat dua langkah yaitu pembuatan larutan
standar dan analisa sampel.

Pembuatan Larutan Standar


Larutan standar merupakan salah satu bahan yang digunakan saat uji
spektrofotometer. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya telah
diketahui. Fungsi penggunaan larutan standar adalah untuk membuat kurva
standar sehingga akan diperoleh panjang gelombang maksimum dari larutan
standar tersebut (Rachman, dkk., 2019). Pembuatan larutan standar yang
digunakan dalam praktikum ini adalah larutan Ferro ammonium sulfat
(Fe(NH₄)₂(SO₄)₂.6H₂O) yang diencerkan hingga didapatkan konsentrasi
yang dibutuhkan.
Langkah pertama adalah menimbang (Fe(NH₄)₂(SO₄)₂.6H₂O)
sebanyak 1,404 gr menggunakan neraca analitik, kemudian padatan tersebut
dilarutkan dengan 100 ml aquades, larutan ini sebagai larutan A dengan
konsentrasi 1000 mg/L. (Fe(NH₄)₂(SO₄)₂.6H₂O) bersifat korosif terhadap
aluminium, beton, bersifat asam tetapi lebih stabil. Dapat digunakan sebagai
bahan koagulan pada penjernihan air dan penghilangan zat warna pada
limbah tekstil. Penghilangan zat warna limbah tekstil ini dapat dilakukan
menggunakan besi (III) sulfat dengan pengadukan 60 – 100 rpm selama 1 – 3
menit pada rentang pH 5 hingga 9 (Ngatin & Sihombing, (2020).
Langkah berikutnya adalah melakukan pengenceran dengan
mengambil 5 ml larutan A dan dilarutkan dengan aquades hingga 50 ml,
larutan ini sebagai larutan B dengan konsentrasi 100 mg/L. Langkah
selanjutnya mengambil larutan B sebanyak 5 ml dan dilarutkan dengan
aquades hingga 50 ml, sehingga didapatkan larutan C dengan konsentrasi 10
mg/L. Langkah selanjutnya mengambil larutan C sebanyak 5 ml dan
dilarutkan dengan aquades hingga 50 ml, sehingga didapatkan larutan D
dengan konsentrasi 1 mg/L. Langkah berikutnya mengencerkan larutan D
untuk mendapatkan Larutan E dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu
dengan mengambil larutan E sebanyak 1 ml, 2 ml, 3 ml, 5 ml, dan 10 ml, lalu
masing-masing larutan dimasukkan dalam tabung reaksi, selanjutnya
menambahkan aquades ke dalam tabung reaksi hingga 10 ml, sehingga
didapatkan larutan E1, E2, E3, E4, dan E5, dengan konsentrasi 0,1 mg/L; 0,2
mg/L; 0,3 mg/L; 0,5 mg/L; dan 1 mg/L secara berturut-turut. Konsentrasi
larutan standar didapatkan dari perhitungan sebagai berikut :

Larutan A= 1000 mg/L


Larutan B = 1000 mg/L x 5 ml = M2 x 50 ml
= 100 mg/L
Larutan C = 100 mg/L x 5 ml = M2 x 50 ml
= 10 mg/L
Larutan D= 10 mg/L x 5 ml = M2 x 50 ml
= 1 mg/L
Larutan E :
E1 = 1 mg/L x 1 ml = M2 x 10 ml
= 0,1 mg/L
E2 = 1 mg/L x 2 ml = M2 x 10 ml
= 0,2 mg/L
E3 = 1 mg/L x 3 ml = M2 x 10 ml
= 0,3 mg/L
E4 = 1 mg/L x 5 ml = M2 x 10 ml
= 0,5 mg/L
E5 = 1 mg/L

Langkah berikutnya adalah menambahkan HCl sebanyak 8 tetes


dalam masing-masing larutan standar E1, E2, E3, E4, dan E5, kemudian
mengaduknya hingga terlarut. Selanjutnya menambahkan HONH2·HCl
sebanyak 2 tetes ke dalam masing-masing larutan standar dan mengaduknya
hingga terlarut. Penambahan zat pereduksi yang berupa hidroksilamin-HCl
yaitu penambahan zat pereduksi harus setelah sampel dikontrol pHnya agar
menjadi asam sekali atau basa sekali yaitu dengan penambahan larutan
buffer. Keberadaan ion Fe2+ jika ditinjau dari pH memang kurang stabil dan
mengakibatkan kadar Fe2+ berkurang karena pH yang melebihi 7 sehingga
bersifat sedikit basa, sehingga dapat mempengaruhi keberadaan Fe 2+.
Terjadinya peningkatan kadar Fe2+ di dalam air disebabkan oleh
karbondioksida dengan jumlah yang relatif banyak (Setiani, 2015).
Langkah berikutnya memanaskan larutan standar menggunakan
bunsen hingga mendidih, dengan direndam dalam air, kemudian
menambahkan aquades pada larutan standar yang volumenya berkurang dari
10 ml.
Langkah selanjutnya menambahkan Fenantrolin sebanyak 1 ml ke
dalam masing-masing larutan standar, serta tambahkan Na asetat sebanyak 1
ml ke dalamnya, yang mana larutan ini dibuat dengan melarutkan Na asetat
sebanyak 2,05075 gr dengan 25 ml aquades, lalu menghomogenkan larutan
standar yang telah ditambahkan larutan Na asetat dan Larutan Fenantrolin.
Pada penelitian ini pengompleks yang akan digunakan yaitu fenantrolin
karena secara umum fenantrolin dapat digunakan untuk pengompleks besi
tanpa menggunakan zat pengadsorbsi dan tidak memerlukan waktu yang
lama. Penggunaan pengompleks fenantrolin dikarenakan kompleks
[Fe(C12H8N2)3]2+ dapat membentuk warna merah jingga yang stabil dan tidak
merubah nilai absorbansi dalam waktu tertentu (Bagaskara, P. dkk. 2020).
Langkah selanjutnya memindahkan masing-masing larutan standar
E1, E2, E3, E4, dan E5 ke dalam kuvet untuk uji spektrofotometer dengan
panjang gelombang 510 nm, dan didapatkan hasil sebesar 0,083; 0,084;
0,083; 0,201; dan 0,270 secara berturut-turut. Salah satu syarat menggunakan
metode spektrofotometri UV-Vis adalah larutan uji harus berwarna. Sehingga
besi harus dikomplekskan terlebih dahulu dengan menggunakan
pengompleks besi untuk membentuk suatu warna spesifik. sehingga dapat
dibuat kurva kalibrasi nya sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Spektrofotometer Larutan Standar Ferro Ammonium
Sulfat

Larutan Konsentrasi Hasil


E1 0,1 mg/L 0,083
E2 0,2 mg/L 0,084
E3 0,3 mg/L 0,083
E4 0,5 mg/L 0,201
E5 1 mg/L 0,270

Gambar 1. Grafik Kalibrasi Larutan Standar Ferro Ammonium Sulfa

Dari grafik diatas didapatkan nilai regresi sebesar 0,9037 yang mana
menunjukkan hasil data linier dengan sempurna. Adapun persamaan yang
didapat adalah y = -0,2317x + 0,0469.

Analisa Sampel
Analisa sampel air sungai diawali dengan mengambilnya sebanyak 20
ml, lalu memasukkannya ke dalam erlenmeyer. Langkah selanjutnya
menambahkan larutan Fenantrolin sebanyak 4 ml ke dalamnya dan di
homogenkan, kemudian menambahkan Na asetat sebanyak 4 ml dan
mengaduknya hingga terlarut, lalu mendiamkan larutan sampel selama 10
menit.
Langkah berikutnya menguji larutan sampel menggunakan
spektrofotometer Uv-Vis dengan panjang gelombang 510 nm, larutan sampel
dimasukkan dalam kuvet dan dimasukkan dalam instrumen tersebut, dan
didapatkan nilai absorbansinya sebesar 0,028, perlakuan ini dilakukan dua
kali (duplo) untuk mengurangi tingkat kesalahan hasil. Hasil nilai absorbansi
larutan sampel yang kedua didapatkan nilai sebesar 0,035. Dari nilai tersebut
didapatkan nilai absorbansi rata-ratanya yaitu 0,0315; kemudian dimasukkan
dalam persamaan y = -0,2317x + 0,0469 yang didapat dari kurva kalibrasi
larutan standar, untuk mendapatkan konsentrasi/kadar Besi (Fe) dari air
sampel.
y = -0,2317x + 0,0469
0,0315 = -0,2317x + 0,0469
x = 0,066 mg/L
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2021, baku mutu Besi (Fe) untuk air sungai adalah 0,3 mg/L untuk kelas I,
dan dari hasil praktikum didapatkan hasil kadar/konsentrasi Fe sebesar 0,066
mg/L, yang menunjukkan bahwa air sungai yang digunakan sebagai sampel
termasuk air yang baik, sebab masih dibawah baku mutu kelas I air sungai,
hal tersebut menunjukkan bahwa air sungai yang digunakan sebagai sampel
dapat digunakan sebagai air minum atau sejenisnya.

4.8 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Menentukan kadar Fe dengan metode Spektrofotometri, dalam hal ini
metode spektrofotometri menggunakan spektrofotometer uv-vis dengan
analisis nilai absorban larutan standar dan sampel yang digunakan.
2. Memahami prinsip Lambert-Beer dalam penentuan kadar Fe, dalam hal
ini hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara
absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik
dengan transmitan.
3. Mengetahui konsentrasi Fe dalam sample air, dalam praktikum ini
didapatkan hasil kadar Fe sampel air sungai wonorejo sebesar 0,066
mg/L, nilai tersebut menunjukkan air sampel masih dibawah baku mutu
air kelas I menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2021, baku mutu kadar Fe air sungai kelas I adalah 0,3 mg/L, air
kelas I merupakan air yang dapat digunakan untuk air minum dan
sejenisnya.
4.9 Daftar Pustaka
Bagaskara, P., Sugiarso, D., & Kurniawan, F. (2020). Metode Analisis Besi
Melalui Optimasi Kemampuan Agen Pereduksi NH2OH. HCl dan
C6H8N2. Akta Kimia Indonesia, 5(1), 9-21.
Dewi, Y. S., & Pratama, G. R. (2017). Kualitas Sumber Air Bersih
Penduduk di RW 1 Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Kecamatan
Kebayoran Lama. Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik LIMIT’S Vol. 7(2),
34-45.
Ewaid, S. H., Abed, S. A., dan Kadhum, S. A. (2018). Prediction the Tigris
River Water Quality within Baghdad, Iraq by Using Water Quality
Index and Regression Analysis. Jurnal Environmental Technology &
Innovation. DOI: https://doi.org/10.1016/j.eti.2018.06.013
Harnani, B. R. D., & Titah, H. S. (2017). Kemampuan Avicennia alba untuk
menurunkan konsentrasi tembaga (Cu) di muara sungai Wonorejo,
Surabaya. Jurnal Teknik ITS, 6(2), F219-F223.
Maghfiroh, E. N., & Wibowo, Y. M. (2021). Analysis of Iron (Fe) Levels in
Pump Well Water at Mojotegalan Village Using an Atomic
Absorption Spectrophotometer: Analisis Kadar Logam Besi (Fe)
pada Air Sumur Pompa di Desa Mojotegalan Menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom. Jurnal Kimia dan Rekayasa, 2(1),
9-15.
Mailili, W. H., Gustina, G., Nurmayanti, Y., & Irmawati, I. (2023).
Ethnomathscience Identification of Traditional Weapons of Sigi
Biromaru. 12 Waiheru, 9(2), 180-188.
Muliasari, H. (2021). Analisis Kadar Logam Besi (Fe) Pada Air Sumur Bor
Di Kecamatan Praya Tengah Menggunakan Spektrofotometri
Serapan Atom. JURNAL SANITASI DAN LINGKUNGAN, 2(2),
146-153.
Ngatin, A., & Sihombing, R. P. (2020). Pemanfaatan Besi Berkarat Menjadi
Senyawa Besi (III) Amonium Sulfat sebagai Bahan Koagulan. In
Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar (Vol. 11,
No. 1, pp. 267-270).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Rachman, S. D., Maulida, N., Safari, A., Anggraeni, N. I., Fadhlillah, M., &
Ishmayana, S. (2019). Peranan ion logam kobalt terhadap kinerja
fermentasi dan toleransi cekaman lingkungan sel ragi Saccharomyces
cerevisiae. Chimica et Natura Acta, 7(3), 114-124.
Setiani, W. (2015). DESAIN ANALISIS SISTEM ALIR SEDERHANA
UNTUK PENENTUAN BESI DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI.
Yustiani, Y. M., Mulyatna, L., & Anggadinata, A. (2020). Studi Identifikasi
Kualitas Air dan Kapasitas Biodegradasi Sungai Cibaligo. Infomatek:
Jurnal Informatika, Manajemen dan Teknologi, 22(1), 23-30.

Anda mungkin juga menyukai