Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

TITRASI IODOMETRI

Kelompok 2:
1. Aida Mutiara Salsabila (09010522001)
2. Yuyun Ainur Rosyidah (09010522017)
3. Khairina Tazkiyah Nufus (09020522031)
4. Muchammad Fahmi Samudra (09020522035)
5. Muhammad Rif'at Gunawan (09020522037)
6. Reyhan Abrar Hakim (09020522039)
7. Syintia Vatma Kusuma Harum (09020522043)
8. Nur Lailatuz Zulfianah Effendi (09040522069)
9. Reynaldi Eka Maulana (09040522071)

Dosen Pengampu :
Ida Munfarida, M.Si., S.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023
PERCOBAAN VI
TITRASI IODOMETRI

1. Tujuan Percobaan
1.1 Mahasiswa dapat melakukan analisis dengan prinsip reaksi redoks
(khususnya iodometri).
1.2 Mahasiswa mampu menentukan dan menghitung ekivalensi reaksi redoks
dan menerapkan dalam analisis senyawa.

2. Prinsip Percobaan
Pada percobaan ini dilakukan titrasi iodometri menggunakan larutan
standar primer KI dan larutan standar sekunder tiosulfat.

3. Dasar Teori
Larutan merupakan suatu campuran zat cair homogen yang terdiri dari
komposisi dua zat cair atau lebih dengan variasi atau karakteristik yang
berbeda-beda. Zat terlarut merupakan zat yang terdiri dari jumlah yang sedikit
dalam suatu larutan dan sebaliknya dengan zat pelarut yang jumlahnya lebih
banyak dari zat-zat lain pada suatu larutan tersebut (Jung dkk, 2019).
Konsentrasi suatu larutan dapat ditentukan dengan cara melakukan
titrasi. Titrasi merupakan salah satu cara analisis tentang pengukuran jumlah
larutan yang dibutuhkan untuk mereaksikan secara tepat dengan zat yang
terdapat dalam larutan lain. Titrasi adalah suatu metode yang digunakan
dalam menentukan konsentrasi zat di dalam larutan. Titrasi dilakukan dengan
cara mereaksikan larutan tersebut dengan larutan yang telah sudah diketahui
terlebih dahulu konsentrasinya (Boimau, dkk, 2022).
Iodimetri adalah suatu metode titrasi atau volumetri yang cara
menentukannya berdasarkan pada jumlah iodium (I2) lalu bereaksi dengan
sampel (asam askorbat) kemudian terbentuk dari hasil reaksi antara sampel
dengan ion iodide. Titrasi iodometri adalah suatu proses tak langsung dengan
melibatkan iod, ion iodida berlebih dan ditambahkan ke dalam suatu agen
pengoksidasi, lalu akan membebaskan iod dan kemudian dititrasi dengan
Na2S2O3 (Natrium tiosulfat). Titrasi iodometri merupakan titrasi redoks
(Nurmastika, dkk, 2018).
Kalium dikromat atau mempunyai rumus senyawa K 2Cr2O7 merupakan
suatu pereaksi dalam kimia organik yang umum digunakan untuk agen
pengoksidasi di laboratorium. K2Cr2O7 ini berbentuk kristal padat yang ionik
dengan warna merah/jingga yang sangat mengkilap (Winanda, S. 2020).
Asam sulfat merupakan asam kuat yang bersifat korosif, sehingga
penggunaan asam sulfat sebagai koagulan lateks berpotensi memicu
terjadinya kerusakan pada peralatan pengolahan karet dan mengakibatkan
umur pemakaian peralatan pengolahan karet menjadi lebih singkat. Selain itu,
berdasarkan sifat korosifnya, asam sulfat juga memberikan pengaruh buruk
terhadap kesehatan petani dan pekerja pabrik pengolahan karet (Vachlepi &
Suwardin, 2018).
Larutan Natrium Tiosulfat merupakan larutan standar yang digunakan
dalam kebanyakan proses iodometri. Larutan ini biasanya dibuat dari garam
pentahidratnya (Na2S2O3.5H20). Larutan ini perlu distandarisasi karena
bersifat tidak stabil pada keadaan biasa (pada saat penimbangan) (Adriani &
Ranti, 2022).
Aquades merupakan bahan pelarut utama dalam kegiatan praktikum di
laboratorium. Aquades merupakan air hasil dari destilasi atau penyulingan
yang dapat disebut juga sebagai air murni (H2O) karena H2O hampir tidak
mengandung mineral (Utami dkk, 2020). Aquades merupakan pelarut yang
jauh lebih baik dari sebagian dari keseluruhan cairan yang ditemukan, dan
juga merupakan air suling yang bebas dari pengotor sehingga murni di
laboratorium. Senyawa yang langsung larut dalam air suling meliputi
berbagai senyawa organik netral yang memiliki gugus fungsi polar seperti
gula, alkohol, aldehida, dan keton (Fajri dkk, 2022).

4. Alat dan Bahan


4.1 Alat
4.1.1 Beaker glass 50 mL 2 buah,
4.1.2 Labu pengenceran 100 ml 2 buah,
4.1.3 Batang pengaduk 1 buah,
4.1.4 Erlenmeyer 50 mL 2 buah,
4.1.5 Kaca arloji 1 buah,
4.1.6 Pipet tetes 2 buah,
4.1.7 Pipet ukur 1 buah,
4.1.8 Bola hisap 1 buah,
4.1.9 Gelas ukur 10 mL 1 buah,
4.1.10 Gelas ukur 100 mL 1 buah,
4.1.11 Spatula 1 buah,
4.1.12 Latex,
4.1.13 Neraca analitik 1 buah,
4.1.14 Buret 1 buah,
4.1.15 Klem 1 buah,
4.1.16 Statif 1 buah.

4.2 Bahan
4.2.1 Aquades 400 mL,
4.2.2 Larutan kanji/amilum/strach 10 gram,
4.2.3 KI 0,625 gram,
4.2.4 Na-tiosulfat 10 gram,
4.2.5 K2Cr2O7 3,0643 gram,
4.2.6 H2SO4 pekat (p.a) 5 mL.

5. Skema Kerja

Larutan K2Cr2O7

- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


- Ditimbang serbuk K2Cr2O7 sebanyak 3,0643 gram
menggunakan neraca analitik dengan bantuan kaca
arloji
- Disiapkan 62,5 mL aquades di dalam gelas beaker
- Dilarutkan serbuk K2Cr2O7 yang telah ditimbang dengan
62,5 mL aquades pada gelas beaker. Larutan ini adalah
larutan A dengan konsentrasi 1 N.
- Dipipet 5 mL larutan A menggunakan pipet tetes
dengan bantuan gelas ukur ke dalam labu ukur 100 mL
- Ditambahkan 50 mL aquades ke dalam labu ukur.
Larutan ini menjadi 0,1
Larutan H2SO4
N (B).
- Dipipet 10 mL larutan B ke dalam erlenmeyer
menggunakan pipet tetes dengan bantuan gelas ukur.

Larutan KI

- Disiapkan 5 mL larutan H2SO4 pekat (p.a) pada gelas


ukur 10 mL.

- Ditimbang serbuk KI 10% sebanyak 0,625 gram


menggunakan neraca analitik dengan bantuan kaca
arloji
Larutan Na-tiosulfat
- Disiapkan 6,25 mL
aquades di dalam gelas beaker.
- Dilarutkan serbuk KI dengan 6,25 mL aquades pada
gelas beaker.
- Diaduk menggunakan batang pengaduk hingga larut.

- Ditimbang padatan Na-tiosulfat sebanyak 10 gram


menggunakan neraca analitik dengan bantuan kaca
arloji.
- Disiapkan 100 mL aquades di dalam erlenmeyer.
- Dilarutkan padatan Na-tiosulfat dengan 100 mL
aquades pada erlenmeyer.
- Diaduk menggunakan batang pengaduk hingga larut

- Ditimbang serbuk amilum sebanyak 0,2 gram

Proses Titrasi menggunakan neraca


analitik dengan bantuan
kaca arloji.
- Disiapkan 100 mL aquades di dalam labu ukur.
- Dilarutkan serbuk amilum dengan 100 mL aquades
pada labu ukur.
- Dihomogenkan larutan amilum dengan digoyangkan.

- Disterilkan buret dengan aquades.


- Dimasukkan larutan Na-tiosulfat ke dalam buret hingga
tanda batas.
- Disiapkan larutan K2Cr2O7 (B) 10 mL ke dalam
erlenmeyer.
- Ditambahkan 5 mL larutan KI ke dalam erlenmeyer.
- Ditambahkan 5 mL larutan H2SO4 pekat (p.a) ke dalam
erlenmeyer, kemudian dihomogenkan.
- Ditempatkan erlenmeyer di bawah buret
- Larutan dititrasi dengan Na-tiosulfat 15 mL di dalam
buret dari warna kuning coklat tua menjadi kuning
muda
- Ditambahkan larutan amilum 10 mL sebagai indikator
ke dalam erlenmeyer
- Dititrasi kembali dengan larutan Na-tiosulfat dengan

Larutan Amilum erlenmeyer sambil


digoyangkan
- Dihentikan titrasi saat warna larutan analit pada
erlenmeyer menjadi biru
- Dicatat volume akhir larutan Na-tiosulfat yang
digunakan
- Dilanjutkan proses titrasi larutan
- Dihentikan titrasi saat warna larutan analit pada
erlenmeyer menjadi hijau tosca (pudar)
- Dicatat volume akhir larutan Na-tiosulfat yang
digunakan
- Dihitung normalitas larutan Na-tiosulfat

6. Tabel Pengamatan

No. Perlakuan Keterangan Gambar


Menyiapkan alat dan bahan
yang diperlukan dalam
percobaan. Alat yang
digunakan yaitu gelas beaker,
labu pengenceran, batang
pengaduk, corong pisah,
erlenmeyer, kaca arloji, pipet
Menyiapkan alat
1. tetes, pipet ukur, bola hisap,
dan bahan
gelas ukur, spatula, latex,
neraca analitik, buret, klem,
`
dan statif. Bahan yang
digunakan yaitu aquades,
larutan kanji/amilum/strach,
KI, Na-tiosulfat, K2Cr2O7 dan
H2SO4 pekat (p.a).
Menimbang serbuk K2Cr2O7
Menimbang sebanyak 3,0643 gram
2.
serbuk K2Cr2O7 menggunakan neraca analitik
dengan bantuan kaca arloji.

Hasil
No. Perlakuan Keterangan Gambar

Melarutkan serbuk K2Cr2O7


yang telah ditimbang dengan
Melarutkan
3. 62,5 mL aquades pada gelas
serbuk K2Cr2O7
beaker, menjadi larutan (A) 1
N

Menpipet 5 mL larutan A
Mengambil menggunakan pipet tetes
4.
larutan K2Cr2O7 dengan bantuan gelas ukur ke
dalam labu ukur 100 mL.
Menambahkan 50 mL
Menambahkan aquades ke dalam labu ukur.
5.
aquades Larutan ini menjadi larutan
0,1 N (B).
Dipipet 10 mL larutan B ke
Mengambil dalam erlenmeyer
6.
larutan B menggunakan pipet tetes
dengan bantuan gelas ukur.
Menyiapkan 5 mL larutan
Menyiapkan
7. H2SO4 pekat (p.a) pada gelas
larutan H2SO4
ukur 10 mL.
Menimbang serbuk KI 10%
sebanyak 0,625 gram
8. Menimbang KI
menggunakan neraca analitik
dengan bantuan kaca arloji.
Melarutkan serbuk KI dengan
6,25 mL aquades pada gelas
9. Melarutkan KI
beaker, kemudian
dihomogenkan
10. Menimbang Menimbang padatan Na-
padatan Na- tiosulfat sebanyak 10 gram
tiosulfat menggunakan neraca analitik
No. Perlakuan Keterangan Gambar
dengan bantuan kaca arloji.
Melarutkan padatan Na-
Melarutkan
tiosulfat dengan 100 mL
11. padatan Na-
aquades pada erlenmeyer,
tiosulfat
kemudian dihomogenkan.
Menimbang serbuk amilum
Menimbang sebanyak 0,2 gram
12.
serbuk amilum menggunakan neraca analitik
dengan bantuan kaca arloji.
Melarutkan serbuk amilum
Melarutkan dengan 100 mL aquades pada
13.
serbuk amilum labu ukur, kemudian
dihomogenkan.
Memasukkan Memasukkan Larutan Na-
14. Larutan Na- tiosulfat ke dalam buret yang
tiosulfat telah disterilkan.
Menyiapkan larutan K2Cr2O7
Menyiapkan
15. (B) 10 mL ke dalam
larutan K2Cr2O7
erlenmeyer.
Menambahkan 5 mL larutan
Menambahkan
16. KI ke dalam erlenmeyer,
larutan KI
kemudian dihomogenkan.
Menambahkan 5 mL larutan
Menambahkan
17. H2SO4 pekat (p.a) ke dalam
larutan H2SO4
erlenmeyer.
Menempatkan erlenmeyer
Menempatkan
18. yang berisi larutan analit di
erlenmeyer
bawah buret.
No. Perlakuan Keterangan Gambar
Mentitrasi larutan dengan Na-
tiosulfat 15 mL di dalam
19. Mentitrasi Larutan buret dari warna kuning
coklat tua menjadi kuning
muda.
Menambahkan larutan
amilum 10 mL sebagai
indikator ke dalam
Menambahkan
20. erlenmeyer yang berisi
larutan amilum
larutan analit yang telah
berubah warna menjadi
kuning muda.
Mentitrasi kembali dengan
Mentitrasi
21. larutan Na-tiosulfat sambil
kembali larutan
erlenmeyer digoyangkan.

Menghentikan proses titrasi


Menghentikan saat terjadi perubahan warna
22.
titrasi pada larutan analit di dalam
erlenmeyer menjadi biru.

Mencatat volume akhir


larutan Na-tiosulfat yang
Mencatat volume digunakan untuk titrasi dan
23. larutan Na- dihitung normalitasnya.
tiosulfat V larutan Na-tiosulfat = 3 mL
N larutan Na-tiosulfat = 1,25
N

Melanjutkan proses titrasi


Melanjutkan hingga terjadi perubahan
24.
titrasi warna permanen pada larutan
analit di dalam erlenmeyer.
No. Perlakuan Keterangan Gambar
Menghentikan proses titrasi
saat terjadi perubahan warna
Menghentikan
25. permanen pada larutan analit
titrasi
di dalam erlenmeyer menjadi
hijau tosca (pudar)
Mencatat volume akhir
larutan Na-tiosulfat yang
Mencatat volume digunakan untuk titrasi dan
26. larutan Na- dihitung normalitasnya.
tiosulfat V larutan Na-tiosulfat = 5 mL
N larutan Na-tiosulfat = 0,75
N
7. Hasil dan Pembahasan
Praktikum Kimia Lingkungan dilaksanakan pada tanggal 13 April
2023 pada pukul 10.30 – 13.30 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di
laboratorium lingkungan lantai 2 gedung laboratorium SAINTEK Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Praktikum ini dilaksanakan
menggunakan standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3) laboratorium
dengan memakai masker medis, sarung tangan latex, jas laboratorium, dan
sepatu.
Percobaan yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah percobaan
6 dengan judul “Titrasi Iodometri”. Dengan tujuan percobaan yaitu agar
mahasiswa dapat secara teknis memilih bahan atau material yang dapat
digunakan sebagai larutan standar primer, dan mahasiswa mampu
menentukan konsentrasi larutan standar sekunder.
Prinsip percobaan dalam praktikum ini adalah pada percobaan ini
dibuat larutan standar primer dan sekunder melalui titrasi.
Titrasi adalah metode analitik yang mengukur jumlah satu larutan yang
diperlukan untuk bereaksi dengan tepat terhadap suatu zat dalam larutan lain.
Titrasi adalah metode untuk menentukan konsentrasi suatu zat dalam larutan.
Titrasi dilakukan dengan mereaksikan larutan dengan larutan yang telah
diketahui konsentrasinya. Jika salah satu konsentrasi larutan telah diketahui,
maka konsentrasi larutan yang lain dapat dihitung. Larutan yang
konsentrasinya telah diketahui disebut larutan standar. Zat yang telah
ditentukan kadarnya disebut titrat dan biasanya ditempatkan dalam tabung
erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut titran
dan biasanya ditempatkan di dalam buret (Putri, 2020).
Iodometri adalah analisis titrimetri tidak langsung untuk zat yang
bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II, zat ini mengoksidasi iodida
yang ditambahkan menjadi Iodin. Iodin yang terbentuk ditentukan dengan
menggunakan larutan standar tiosulfat (Mardiyah dkk, 2019). Prinsip titrasi
iodimetri adalah menggunakan kalium iodida, yang digunakan untuk
membebaskan iodin, setelah itu ditentukan jumlah iodin yang dilepaskan.
iodin yang dibebaskan kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat, yang
kemudian direaksikan dengan indikator amilum/kanji sampai berubah warna
menjadi biru. Campuran tersebut kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat
sampai warna biru hilang (Nirmala, 2020).
Pada titrasi iodometri atau titrasi tidak langsung, sampel dengan
potensial oksidasi lebih besar dari sistem iodium-iodida atau sampel yang
bersifat oksidator akan direduksi oleh kalium iodida berlebih dan akan
menghasilkan iodium. Selanjutnya iodium dititrasi dengan larutan baku
natrium tiosulfat, dimana banyaknya natrium tiosulfat yang digunakan
sebagai titran setara dengan iodium yang dihasilkan (Angka, 2018).
Larutan standar dibagi menjadi dua yaitu larutan standar primer dan
sekunder. Larutan standar primer merupakan larutan standar yang dibuat
menggunakan zat standar dengan kemurnian sangat tinggi yang umumnya
disuplai oleh NIST, NIBSC untuk kalibrasi larutan standar yang telah dibuat.
Sedangkan larutan standar sekunder merupakan larutan yang konsentrasinya
telah ditentukan terlebih dahulu dengan metode analitik yang dapat dipercaya.
Larutan pereaksi khusus adalah larutan yang digunakan untuk menguji ada
atau tidaknya zat-zat tertentu (Budiani, B., dkk, 2020). Dalam uji Luff
schoorl pada proses titrasi iodometri terdapat larutan baku primer yaitu KI
sedangkan larutan standar sekunder adalah Na2S2O3 dan Indikator PP adalah
amilum (Winayu, 2020).
Langkah awal dalam percobaan ini adalah menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan. Alat yang digunakan yaitu gelas beaker, labu
pengenceran, batang pengaduk, corong pisah, erlenmeyer, kaca arloji, pipet
tetes, pipet ukur, bola hisap, gelas ukur, spatula, latex, neraca analitik, buret,
klem, dan statif. Bahan yang digunakan yaitu aquades, larutan
kanji/amilum/strach, KI, Na-tiosulfat, K2Cr2O7 dan H2SO4 pekat (p.a).
Langkah kedua yaitu pembuatan larutan K2Cr2O7 sebagai oksidator
dalam larutan analit. Menurut Fahlevi (2022) dalam jurnalnya, penambahan
sejumlah kalium dikromat sebagai zat pengoksidasi (oksidator) pada sampel
(dengan volume tertentu) yang ditambahkan perak sulfat sebagai katalisator,
dan kemudian dipanaskan selama waktu tertentu.
Sebelum larutan terbuat, timbanglah serbuk K 2Cr2O7 sebanyak 3,0643
gram menggunakan neraca analitik dengan bantuan kaca arloji. Kemudian
menyiapkan 62,5 ml aquades di dalam gelas beaker. Selanjutnya, melarutkan
K2Cr2O7 dengan 62,5 mL aquades pada gelas beaker tersebut. Larutan diaduk
menggunakan batang pengaduk hingga serbuk K 2Cr2O7 terlarut dengan
sempurna. Larutan ini adalah larutan A dengan konsentrasi 1 N. Kemudian
menpipet 5 mL larutan A menggunakan pipet tetes dengan bantuan gelas ukur
ke dalam labu ukur 100 mL. Selanjutnya, menambahkan 50 mL aquades ke
dalam labu ukur. Larutan ini menjadi 0,1 N (B). Kemudian, menpipet 10 mL
larutan B ke dalam erlenmeyer menggunakan pipet tetes dengan bantuan
gelas ukur.
Langkah ketiga yaitu menyiapkan larutan H2SO4 pekat (p.a) 5 mL pada
gelas ukur 10 mL. Titrasi dilakukan dalam suasana asam dengan penambahan
asam sulfat. Fungsi penambahan asam sulfat adalah agar iodium bereaksi
dengan hidroksida dari asam sulfat dan menjadi ion iodida (Devianti &
Yulianti, 2018).
Langkah keempat yaitu pembuatan larutan KI. Pembuatan larutan KI
diawali dengan menimbang 0,625 gram serbuk KI 10% menggunakan neraca
analitik dengan bantuan kaca arloji. Selanjutnya menyiapkan 6,25 mL
aquades di dalam gelas beaker kemudian melarutkan serbuk KI yang telah
ditimbang. Kemudian larutan diaduk menggunakan batang pengaduk hingga
larut. Fungsi dari penambahan KI adalah untuk membebaskan iodin yang
ditandai terbentuknya warna kuning pada sampel (Asmara, 2019).
Langkah kelima yaitu pembuatan larutan Na-tiosulfat. Sebelum larutan
dibuat, timbang padatan Na-tiosulfat sebanyak 10 gram menggunakan neraca
analitik dengan bantuan kaca arloji. Kemudian menyiapkan 100 mL aquades
di dalam erlenmeyer lalu melarutkan padatan Na-tiosulfat yang telah
ditimbang di dalam erlenmeyer. Selanjutnya larutan diaduk menggunakan
batang pengaduk hingga larut. Natrium tiosulfat ini dikenal sebagai zat
pereduksi dalam titrasi iodin dan juga digunakan sebagai indikator karena
kemampuannya menyerap iodin yang tinggi. Proses ini dilakukan untuk
menentukan konsentrasi zat pengoksidasi dalam larutan yang diuji (Meyiwa,
2020). Larutan natrium tiosulfat adalah larutan standar yang digunakan dalam
sebagian besar proses titrasi iodometri. Larutan ini biasanya dibuat dari garam
pentahidrat (Na2S2O3.5H2O). Larutan ini harus distandarisasi karena tidak
stabil dalam kondisi normal (pada saat penimbangan) ( Andriani & Ranti,
2022). Titrasi lagi menggunakan Natrium Tiosulfat (Na 2S2O3) dilakukan
hingga warna biru pada larutan tepat hilang. Catat volume dari Natrium
Tiosulfat (Na2S2O3) yang terpakai untuk merubah warna. Dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali (Muthiah, dkk, 2020).
Langkah keenam yaitu membuat larutan amilum yang digunakan
sebagai indikator. Pada titrasi iodometri menggunakan amilum sebagai
indikator yang berfungsi untuk membentuk kompleks biru yang terbentuk
ketika bereaksi dengan iodin karena adanya iodida. Larutan amilum tidak
boleh ditambahkan sesaat sebelum titik akhir tercapai atau saat konsentrasi
iod tinggi, karena sebagian iod masih terserap pada bahan pada titik akhir
titrasi (Fitriana & Fitri, 2020). Sebelumnya serbuk amilum ditimbang
sebanyak 0,2 gram menggunakan neraca analitik dengan bantuan kaca arloji.
Kemudian menyiapkan 100 mL aquades di dalam labu ukur dan dimasukkan
serbuk amilum yang telah ditimbang untuk melarutkannya. Diaduk
menggunakan batang pengaduk hingga larut. Dihomogenkan larutan amilum
dengan digoyangkan.
Pada titrasi iodometri menggunakan amilum sebagai indikator yang
berfungsi untuk menunjukkan titik akhir titrasi yang ditandai dengan
perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna. Larutan indikator amilum
ditambahkan pada saat akan menjelang titik akhir titrasi karena jika indikator
amilum ditambahkan diawal akan membentuk kompleks biru iod-amilum
yang sulit dititrasi oleh natrium tiosulfat (Devianti & Yulianti, 2018).
Langkah yang terakhir yaitu proses titrasi. Metode titrasi tak langsung
(iodometri) berkaitan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi
kimia. Titrasi iodometri dapat digunakan untuk menentukan senyawa-
senyawa yang bersifat oksidator. Pada iodometri sampel yang bersifat
oksidator direduksi dengan kalium iodida (KI) berlebihan dan akan
menghasilkan iodium yang terbentuk, dititrasi dengan larutan baku natrium
tiosulfat (Putri dkk, 2021). Sebelum proses titrasi dilakukan, disiapkan buret
pada statif terlebih dahulu. Kemudian buret disterilkan menggunakan
aquades. Selanjutnya larutan Na-tiosulfat dimasukkan ke dalam buret hingga
tanda batas. Di dalam erlenmeyer ditambahkan larutan 10 mL K2Cr2O7 (B), 5
mL larutan KI, dan 5 mL larutan H2SO4 pekat (p.a) sebagai titran lalu
dihomogenkan. Dilakukan proses titrasi dengan menempatkan erlenmeyer
yang berisi larutan analit di bawah buret. Mentitrasi larutan dengan Na-
tiosulfat 15 mL di dalam buret dari warna kuning coklat tua menjadi kuning
muda. Kemudian menambahkan larutan amilum 10 mL sebagai indikator ke
dalam erlenmeyer. Mentitrasi kembali larutan dan menghentikan proses titrasi
saat warna larutan analit berubah menjadi biru. Catat volume larutan Na-
tiosulfat yang digunakan. Melanjutkan titrasi pada larutan analit, kemudian
menghentikan proses titrasi saat larutan analit terjadi perubahan warna
permanen yaitu menjadi hijau tosca (pudar). Terakhir catat volume akhir
larutan Na-tiosulfat yang digunakan untuk titrasi ke-2 dan hitung konsentrasi
(normalitas) larutan Na-tiosulfat pada titrasi 1 dan 2.
Pada proses titrasi untuk penentuan titik akhir umumnya menggunakan
suatu indikator. Indikator yang biasanya digunakan pada titrasi iodometri
untuk penentuan bilangan iod yaitu menggunakan indikator amilum.
Pemberian indikator amilum ini bertujuan untuk memperjelas titik akhir dari
titrasi iodometri. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru
dari larutan yang dititrasi menjadi hijau tosca (Fahlevi, 2022).
Dari percobaan yang telah dilakukan, nilai normalitas larutan Na-
tiosulfat dapat dicari dengan perbandingan normalitas larutan standar primer
KI sesuai dengan prinsip percobaan. Berikut adalah perhitungannya :
● Mencari Normalitas KI
Diketahui : m KI = 0,625 gram
V KI = 5 mL
BM KI = 166 gram/mol
Ditanya : N
Jawab :
BM
BE KI =
Ekuivalen
166 gr /mol
=
1 ek /mol
= 166 gram/ekivalen
m KI 1000
N KI = x
BE KI V KI (mL)
0,625 gram 1000
= x
166 ek /mol 5 ml
= 0,75 N
Dari perhitungan di atas didapatkan nilai normalitas larutan KI
yaitu 0,75 N.

● Titrasi 1
Diketahui : V1 (V larutan Na-tiosulfat yang digunakan) = 3 mL
V2 (V larutan KI) = 5 mL
N2 (N larutan KI) = 0,75 N
Ditanya : N1 (N larutan Na-tiosulfat )
Jawab :
V1 x N1 = V2 x N2
3 mL x N1 = 5 mL x 0,75 N
3 ,75
N1 =
3
= 1,25 N

● Titrasi 2
Diketahui : V1 (V larutan Na-tiosulfat yang digunakan) = 5 mL
V2 (V larutan KI) = 5 mL
N2 (N larutan KI) = 0,75 N
Ditanya : N1 (N larutan Na-tiosulfat )
Jawab :
V1 x N1 = V2 x N2
5 mL x N1 = 5 mL x 0,75 N
3 ,75
N1 =
5
= 0,75 N
Dari perhitungan di atas didapatkan nilai normalitas larutan Na-
tiosulfat pada titrasi 1 sebesar 1,25 N dan pada titrasi 2 sebesar 0,75 N.
Menurut Adriani & Ranti, (2022) dalam penelitiannya yang
berjudul Analisis Kalium Iodat (KIO3) Dalam Garam Dapur Produksi
Kuala Bau Aceh Selatan menyebutkan bahwa sebelum menggunakan
larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) sebagai larutan standar dalam prosedur
iodometri ini, terlebih dahulu harus distandarisasi dengan kalium iodat
yang merupakan standar primer yang stabil, tersedia dalam kemurnian
tinggi, dan inert terhadap asam. Larutan kalium iodat ini ditambahkan
dengan H2SO4 1 N untuk memberikan suasana asam dan sebagai zat
pereduksi, karena larutan yang terdiri dari kalium iodat dan kalium iodida
memiliki keasaman rendah. Kemudian ditambahkan larutan KI 10% dan
indikator pati sebagai reduktor dan katalisator. Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan, maka reaksi yang terjadi oleh KI adalah sebagai
berikut :

2KIO3 + 4KI + 6 H2SO4 → 3I2 + 6KSO4 + 6H2O


Perubahan warna dari biru menjadi bening disebabkan oleh fakta
bahwa dalam titrasi ini I2 direduksi lagi menjadi I- oleh Na2S2O3,
sedangkan S2O32- direduksi menjadi S4O62-. Jadi, warna biru yang berubah
menjadi bening menunjukkan bahwa kandungan iodin dalam larutan telah
habis bereaksi dan terjadi kelebihan S 2O32-. Pada akhir titrasi iod yang
terikat juga menghilang untuk bereaksi dengan titran, sehingga warna biru
menghilang dan perubahannya sangat jelas. Titik akhir titrasi ditunjukkan
dengan hilangnya warna biru dari larutan yang dititrasi. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :

I2- + 2S2O32- → 2I- + S4O62-


Oksidasi : 2S2O32- → S4O62- + 2e
Reduktor : I2- + 2e → 2I-

8. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan ini dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
8.1 Dari praktikum pembuatan larutan standar, mahasiswa dapat melakukan
analisis dengan prinsip reaksi redoks (khususnya iodometri) yang
menggunakan metode titrasi dengan melibatkan iod, ion iodida berlebih
dan ditambahkan ke dalam suatu agen pengoksidasi.
8.2 Praktikum titrasi iodometri ini membuat mahasiswa mampu menentukan
dan menghitung ekivalensi reaksi redoks dan menerapkan dalam analisis
senyawa, dimana titik ekivalen terjadi ketika jumlah mol asam habis
karena digunakan untuk bereaksi dengan mol biasa, kemudian larutan
basa akan berikatan dengan indikator, sehingga terjadi perubahan warna
titik akhir titrasi. Dalam hal ini konsentrasi larutan Na-tiosulfat dapat
diketahui dari titrasi 1 sebesar 1,25 N dan pada titrasi 2 sebesar 0,75 N.

9. Daftar Pustaka
Adriani, A., & Ranti, S. R. (2022). Analisis Kalium Iodat (KIO3) Dalam
Garam
Dapur Produksi Kuala Bau Aceh Selatan. Jurnal Sains dan
Kesehatan Darussalam, 2(2), 29-35.
Angka, P., & Warga, P. A. S. (2018). Jurnal Analis Farmasi. Jurnal Analis
Farmasi Volume, 3(4), 247.
Asmara, A. P. (2019). Penentuan Bilangan Peroksida Minyak RBD (Refined
Bleached Deodorized) Olein Pt. Phpo Dengan Metode Titrasi
Iodometri. AMINA, 1(2), 79-83.
Boimau, S., Tukan, M. B., Lawung, Y. D., & Boelan, E. G. (2022).
Pengembangan LKPD Dengan Memanfaatkan Indikator Alami
Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Titrasi Asam Basa.
Educativo: Jurnal Pendidikan, 1(2), 374-380.
Budiani, B., Permana, F., & Fadlisyah, H. (2020). Standarisasi Pelabelan
Larutan Pereaksi Di Laboratorium Quality Control Menggunakan
Metode Poka Yoke Untuk Menghindari Penggunaan Larutan
Kadaluarsa. Jurnal Ilmiah Teknologi Infomasi Terapan, 7(1), 36-
40.
Devianti, V. A., & Yulianti, C. H. (2018). Identifikasi dan penetapan kadar
klorin dalam pembalut wanita yang beredar di Kelurahan Ketintang
dengan metode titrasi iodimetri. Journal Pharmasci, 3(1), 9-12.
Fahlevi, F. (2022). Penentuan Kadar Chemical Ocxygen Demand (COD) Dan
Biochemical Oxygen Demand (BOD) Pada Limbah Cair Sawit
Dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Dan Titrasi Iodometri.
BOD Dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air Dan Baku
Mutu Air Limbah, 1-29.
Fajri, N., Putri, L. F. A., Prasetio, M. R., Azizah, N., Pratama, Y., & Susanto,
N. C. A. (2022). Potensi Batang Pisang (Musa paradisiaca l)
sebagai bioreduktor dalam Green Sintesis Ag nanopartikel. Jurnal
Penelitian Sains, 24(1), 33-37.
Fitriana, Y. A. N., & Fitri, A. S. (2020). Analisis kadar vitamin c pada buah
jeruk menggunakan metode titrasi iodometri. Sainteks, 17(1), 27-
32.
Jung, M Sang-Geun, J. Kim, G. Seok, S. (2019). Perovskite Precursor
Solution Chemistry: From Fundamentals To Photovoltaic
Applications. Chemical Society Reviews 48 (7), 2011-2038.
Mardiyah, S., Kunsah, B., Kartikorini, N., & Ariana, D. (2019). Modul
Praktikum Kimia Analitik Kuantitatif.
Meyiwa, B., 2020, Iodometric and Iodimetric Titration Methods, Journal
Wetenskap Health, 1(1), 5-8
Muthiah., Lubis, R., Riyanto.2020. Penentuan Kadar Kalium Iodat (KIO)
Dalam Garam Konsumsi Yang Beredar Dipasaran Dengan Metode
lodometri. Jurnal Ilmiah Biologi UMA (JIBIOMA), 2(1).
Nirmala, Y. (2020). Studi Literatur: Peluang Penambahan Antioksidan Dari
Cengkeh (Syzygium aromaticum) Dan Kunyit (Curcuma longa)
Untuk Mengatasi Ketengikan Pada Minyak Nabati.
Nurmastika, A., Erwanto, D., Rosanti, A. D., & Fiolana, F. A. (2018).
Rancang Bangun alat pengukur kadar asam askorbat pada buah
dengan metode titrasi iodimetri. Setrum: Sistem Kendali-Tenaga-
elektronika-telekomunikasi-komputer, 7(1), 147-157.
Nurmila, N., Sinay, H., & Watuguly, T. (2019). Identifikasi dan analisis kadar
flavonoid ekstrak getah angsana (Pterocarpus indicus Willd) di
dusun Wanath kecamatan Leihitu kabupaten Maluku Tengah.
Biopendix: Jurnal Biologi, Pendidikan dan Terapan, 5(2), 65-71.
Putri, E., Khasanah, H. R., Putri, Y. H., Krisyanella, K., & Muslim, Z. (2021).
Penetapan Kadar Vitamin C Pada Varietas Pepaya (Carica Papaya
L) Dengan Menggunakan Metode Titrasi Iodimetri (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Bengkulu).
Putri, Z. S. (2020). Efektivitas Pembelajaran Menggunakan Laboratorium
Virtual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi
Titrasi Asam Basa (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau).
Utami, W., Mardawati, E., & Putri, S. H. (2020). Pengujian aktivitas
antioksidan kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) sebagai
masker gel peel off. Jurnal Industri Pertanian, 2(1).
Vachlepi, A., & Suwardin, D. (2018). Corrosivity of sulphuric acid
coagulation
on the equipment in natural rubber prosessing factory. Warta
Perkaretan, 35(1), 67-76. https://doi.org/10.22302/ppk.wp.v3
511.80
Winanda, S. (2020). Pra Rancangan Pabrik Kalium Dikromat Kapasitas
Produksi 10.000 Ton/Tahun (Doctoral dissertation, Institut
Teknologi Indonesia).
Winayu, A. K. (2020). Analisa Kadar Karbohidrat Pada Ubi Jalar (Ipomoe
Batatas L) Kuning Dan Ungu Sebagai Alternatif Makanan Bagi
Penderita Diabetes Mellitus (Doctoral dissertation, STIKES Insan
Cendekia Medika Jombang).

Anda mungkin juga menyukai