Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

TITRASI ASAM BASA

Kelompok 2:
1. Aida Mutiara Salsabila (09010522001)
2. Yuyun Ainur Rosyidah (09010522017)
3. Khairina Tazkiyah Nufus (09020522031)
4. Muchammad Fahmi Samudra (09020522035)
5. Muhammad Rif'at Gunawan (09020522037)
6. Reyhan Abrar Hakim (09020522039)
7. Syintia Vatma Kusuma Harum (09020522043)
8. Nur Lailatuz Zulfianah Effendi (09040522069)
9. Reynaldi Eka Maulana (09040522071)

Dosen Pengampu :
Ida Munfarida, M.Si., S.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023
PERCOBAAN V
TITRASI ASAM BASA

1. Tujuan Percobaan
1.1 Mahasiswa dapat mengenal teknik analisis titrimetri.
1.2 Mahasiswa dapat menghitung titik ekivalen berdasarkan reaksi asam basa
dan dapat memilih indikator yang sesuai dalam asidi-alkalimetri.
1.3 Mahasiswa dapat melakukan analisis volumetric atau titrasi asidi-
alkalimetri.

2. Prinsip Percobaan
Pada percobaan ini dilakukan titrasi asam basa menggunakan asam
kuat dan basa kuat.

3. Dasar Teori
Analisis titrimetri adalah analisis kuantitatif dengan cara mengukur
volume, sejumlah sampel yang akan dianalisis direaksikan dengan larutan
standar yang konsentrasinya sudah diketahui dengan teliti. Titrasi merupakan
metode analisis kimia yang cepat, akurat dan sering digunakan untuk
menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam larutan. Analisa titrimetri
merupakan satu bagian utama kimia analisis dan perhitungannya berdasarkan
hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi-reaksi kimia (Indayatmi, S. P,
2021).
Titrasi asam-basa merupakan metode analisis kuantitatif sederhana
dalam penentuan konsentrasi suatu zat dalam larutan. Meskipun metode
analisis modern telah banyak yang berkembang, titrasi asam- basa masih
sering digunakan terutama dalam penelitian di laboratorium. Titrasi asam
basa memerlukan indikator agar dapat mengetahui telah tercapainya titik
akhir titrasi secara visual yaitu ketika warna larutan berubah (Gupta dkk.,
2012).
Konsep titrasi asam basa merupakan suatu prosedur yang dilakukan
pada saat ingin menentukan konsentrasi dari suatu zat asam atau basa. Di
dalam melakukan praktikum titrasi asam basa akan membutuhkan larutan
titrat dan larutan titran. Titrat merupakan suatu larutan yang akan dititrasi
untuk diketahui konsentrasinya, sedangkan titran adalah suatu larutan
pentitrasi yang sudah diketahui konsentrasi dari larutan tersebut. Pada
praktikum titrasi asam basa ada beberapa jenis zat yang akan digunakan
seperti titrasi asam kuat dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat
(Dewita & Andromeda, 2023).
Suatu zat yang mengklasifikasikan asam atau basa dalam suatu larutan
disebut indikator asam basa. Perubahan warna pada suatu larutan akan terjadi
saat pengujian dengan indikator, sehingga dapat dibedakan larutan yang
bersifat asam dan basa. Larutan asam lebih sering menggunakan indikator
sintetis, seperti kertas indikator universal, kertas lakmus, fenolftalein, dan
metil jingga ( Ernawati,2017).
Asam adalah suatu senyawa yang di dalam larutannya menghasilkan
ion H+ sedangkan basa adalah suatu senyawa yang di dalam larutannya
menghasilkan ion OH-. Jika terdapat asam bereaksi dengan basa, maka ion-
ion tersebut akan saling menetralkan dan membentuk H2O, seperti reaksi di
bawah ini:
H+ (aq) + OH- (aq) → H2O- (l)

Reaksi antara asam dengan basa biasa disebut dengan Reaksi


Penetralan. Tetapi karena reaksi tersebut juga menghasilkan garam, maka
reaksi tersebut juga sering dikenal dengan reaksi penggaraman:

Asam + Basa → Garam + Air (Rahayu, 2019).

Aquades merupakan bahan pelarut utama dalam kegiatan praktikum di


laboratorium. Aquades merupakan air hasil dari destilasi atau penyulingan
yang dapat disebut juga sebagai air murni (H2O) karena H2O hampir tidak
mengandung mineral (Utami dkk, 2020). Aquades merupakan pelarut yang
jauh lebih baik dari sebagian dari keseluruhan cairan yang ditemukan, dan
juga merupakan air suling yang bebas dari pengotor sehingga murni di
laboratorium. Senyawa yang langsung larut dalam air suling meliputi
berbagai senyawa organik netral yang memiliki gugus fungsi polar seperti
gula, alkohol, aldehida, dan keton (Fajri dkk, 2022).

4. Alat dan Bahan


4.1 Alat
4.1.1 Pipet tetes (1 buah),
4.1.2 Pipet ukur (1 buah),
4.1.3 Bola hisap (1 buah),
4.1.4 Gelas beker 50 mL (2 buah),
4.1.5 Gelas ukur 100 mL (1 buah),
4.1.6 Erlenmeyer 100 mL (1 buah),
4.1.7 Buret 25 mL (1 buah),
4.1.8 Statif (1 buah),
4.1.9 Batang pengaduk (1 buah),
4.1.10 Neraca Analitik.

4.2 Bahan
4.2.1 Aquades 100 mL,
4.2.2 10 mL HCl 0,1 M,
4.2.3 100 mL NaOH 0,05 M,
4.2.4 Indikator Phenolphtalein (Pp) 3 tetes.

Larutan NaOH
5. Skema Kerja

- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


- Diambil 1 mL NaOH 0,05 M menggunakan pipet ukur
dengan bantuan bola hisap.
- Dimasukkan NaOH ke dalam erlenmeyer.
- Ditambahkan 19 mL aquades ke dalam erlenmeyer
yang telah berisi NaOH.
Larutan HCl
- Dihomogenkan larutan
NaOH.

- Diambil 10 mL HCl 0,1 M menggunakan pipet ukur


dengan bantuan bola hisap.
- Dimasukkan HCl ke dalam erlenmeyer.
- Ditambahkan 20 mL aquades ke dalam erlenmeyer
yang berisi HCl.
- Ditambahkan 3 tetes
Proses Titrasi indikator
phenolphthalein (Pp) ke dalam erlenmeyer yang telah
berisi HCl.
- Dihomogenkan larutan HCl.

- Disterilkan buret dengan aquades.


- Dimasukkan larutan NaOH yang telah dibuat ke dalam
buret hingga larutan habis tak bersisa.
- Diletakkan erlenmeyer berisi larutan HCl di bawah
buret.
- Dititrasi larutan asam (HCl) dengan larutan basa
(NaOH).
Hasil
- Dihentikan titrasi saat
terjadi perubahan warna permanen pada larutan HCl.
- Dicatat volume akhir larutan NaOH.
- Dihitung konsentrasi larutan HCl sebenarnya.

6. Tabel Pengamatan
No. Perlakuan Keterangan Gambar
Menyiapkan alat dan bahan
yang diperlukan dalam
percobaan. Alat yang
digunakan yaitu pipet tetes,
pipet ukur, bola hisap, gelas
beaker 50 mL, gelas ukur 100
Menyiapkan alat
1. mL, erlenmeyer 100 mL,
dan bahan
buret 25 mL, statif, batang
pengaduk dan neraca analitik.
Bahan yang digunakan yaitu
aquades, HCl, NaOH dan
indikator phenolphthalein
(Pp).

Mengambil 1 mL NaOH 1M
dengan menggunakan pipet
2. Mengambil NaOH ukur dengan bantuan bola
hisap dan memasukkan ke
dalam erlenmeyer.

Menambahkan 19 mL
aquades ke dalam erlenmeyer
Menambahkan yang telah berisi NaOH dan
3.
aquades kemudian
menghomogenkannya dengan
batang pengaduk.

Mengambil 10 mL HCl 0,1 M


dengan menggunakan pipet
4. Mengambil HCl ukur dengan bantuan bola
hisap dan memasukkannya ke
dalam erlenmeyer.

5. Menambahkan Menambahkan 20 mL
No. Perlakuan Keterangan Gambar

aquades ke dalam erlenmeyer


aquades
yang telah berisi HCl.

Menambahkan 3 tetes
Menambahkan indikator phenolphthalein
indikator (Pp) ke dalam erlenmeyer
6.
phenolphthalein yang telah berisi HCl.
(Pp) Kemudian larutan HCl
dihomogenkan.

Memasukkan Memasukkan larutan NaOH


7. larutan NaOH ke yang telah dibuat ke dalam
dalam buret buret hingga tanda batas.

Meletakkan erlenmeyer yang


Meletakkan
8. berisi larutan HCl di bawah
erlenmeyer
buret.

Mentitrasi larutan asam (HCl)


9. Mentitrasi larutan
dengan larutan NaOH.

Menghentikan proses titrasi


saat terjadi perubahan warna
Menghentikan
10. pada larutan HCl. Warna
proses titrasi
larutan berubah menjadi
merah muda.
No. Perlakuan Keterangan Gambar
Mencatat volume akhir
larutan NaOH kemudian
dihitung konsentrasi larutan
Mencatat volume HCl sebenarnya.
11.
larutan V larutan NaOH = 15 mL
Konsentrasi larutan NaOH =
0,5 M

7. Hasil dan Pembahasan


Praktikum Kimia Lingkungan dilaksanakan pada tanggal 13 April
2023 pada pukul 10.00 – 13.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di
laboratorium lingkungan lantai 2 gedung laboratorium SAINTEK Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Praktikum ini dilaksanakan
menggunakan standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3) laboratorium
dengan memakai masker medis, sarung tangan latex, jas laboratorium, dan
sepatu.
Percobaan yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah percobaan
5. dengan judul “Titrasi Asam Basa”. Percobaan titrasi asam basa bertujuan
dapat mengenal teknik analisis titrimetri, dapat menghitung titik ekivalen
berdasarkan reaksi asam basa dan dapat memilih indikator yang sesuai dalam
asidi-alkalimetri, dan dapat melakukan analisis volumetri atau titrasi asidi-
alkalimetri. Prinsip dari percobaan ini dilakukan titrasi asam basa
menggunakan asam kuat dan basa kuat.
Titrasi adalah metode analitik yang digunakan untuk mengukur suatu
zat dari larutan. Ada banyak macam titrasi, yang paling umum adalah asam-
basa, reduksi-oksidasi, dan presipitasi serta titrasi kompleksometri.
Penyelidikan ini didasarkan pada titrasi asam-basa yang digunakan dalam
penentuan konsentrasi yang tidak diketahui dari zat yang dipertimbangkan
(Pierre,D. 2019). Sebuah reagen disebut sebagai titran atau titrator disiapkan
sebagai larutan standar konsentrasi dan volume diketahui (Basset, 1994).
Metode ini memiliki beberapa keunggulan antara lain hemat waktu dan
tenaga kerja, presisi tinggi, dan penentuan kemurnian senyawa tanpa adanya
standar referensi. Dalam titrasi asam-basa, asam dititrasi dengan basa, dan
sebaliknya. Mereka juga disebut sebagai reaksi netralisasi, dengan titik
ekuivalen terdeteksi baik dengan menggunakan indikator warna. Mereka
menggunakan indikator warna untuk mendeteksi titik akhir reaksi netralisasi
asam-basa. Indikator warna menunjukkan perubahan warna yang tajam,
sebagai respons terhadap perubahan pH dalam reaksi titrasi asam-basa
(Adusei, E., dkk, 2019).
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan (netralisasi). Salah
satu contoh titrasi asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat seperti natrium
hidroksida (NaOH) dengan asam hidroklorida (HCI), persamaan reaksinya
sebagai berikut:

NaOH(aq) + HCL(aq) → NaCL(aq) + H2O(l)

contoh lain yaitu :

NaOH(aq) + H2SO4(aq) → Na2SO4(aq) + H2O(l)

Langkah pertama dalam percobaan ini adalah menyiapkan alat dan


bahan. Alat yang digunakan yaitu pipet tetes, pipet ukur, bola hisap, gelas
beaker 50 mL, gelas ukur 100 mL, erlenmeyer 100 mL, buret 25 mL, statif,
batang pengaduk dan neraca analitik. Bahan yang digunakan yaitu aquades,
HCl, NaOH dan indikator phenolphthalein (Pp). Rumus pengenceran yaitu:

M1 x V1 = M2 x V2

Keterangan :

M1 = Konsentrasi zat mula-mula

V1 = Volume awal

M2 = Konsentrasi setelah pengenceran


V2 = Volume setelah pengenceran

(Sahir, dkk, 2022).

Langkah kedua yaitu pembuatan larutan NaOH atau natrium


hidroksida dengan menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Sebelum
larutan terbuat, mengambil larutan NaOH sebanyak 1 mL menggunakan pipet
ukur dengan bantuan bola hisap. Kemudian masukan larutan NaOH ke dalam
erlenmeyer. Selanjutnya, mengambil aquades sebanyak 19 mL dengan
bantuan bola hisap dan pipet ukur. Lalu larutkan kedua larutan dengan
mencampurkan kedua larutan di dalam erlenmeyer dan goyang-goyangkan
erlenmeyer hingga larutan homogen. 1 mL NaOH didapatkan dari hasil
perhitungan sebagai berikut :

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 1M = 20 mL x 0,05 M

V1 = 1 mL

Langkah ketiga yaitu membuat larutan HCl atau asam klorida dengan
cara menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Lalu mengambil larutan
HCl sebanyak 10 mL dengan bantuan pipet ukur dan bola hisap. Kemudian
pindahkan larutan HCl tersebut pada erlenmeyer. Setelah itu mengambil
aquades sebanyak 20 ml menggunakan pipet ukur dan bola hisap. Masukkan
aquades tersebut pada erlenmeyer yang sudah terdapat HCl. Lalu
homogenkan kedua larutan tersebut yang terdapat di erlenmeyer dengan cara
digoyang-goyangkan hingga larutan larut dengan sempurna.
Setelah larutan HCl sudah selesai maka langkah selanjutnya yaitu
menambahkan indikator PP atau Phenolphthalein. Ambil indikator PP
menggunakan bantuan alat pipet tetes. Diambil larutan PP dan diberi 3 tetes
pada larutan HCl. Lalu homogenkan larutan tersebut dengan cara
menggoyangkan erlenmeyer hingga larutan larut sempurna.
Senyawa organik yang dapat digunakan sebagai indikator dalam titrasi
asam basa memiliki karakteristik senyawa yang dapat memberikan perubahan
warna pada suasana larutan pH. Perubahan warna bisa terjadi karena proses
penyeimbangan bentuk molekul dan ionik suatu senyawa indikator.
Misalnya, senyawa fenolftalein merupakan indikator asam dan basa kuat-
lemah, mengalami perubahan kesetimbangan ion diikuti dengan perubahan
warna dari tidak berwarna dalam suasana asam menjadi merah dalam kondisi
basa. Perubahan warna terjadi karena senyawa dalam fenol dalam bentuk ion
mengalami delokalisasi membentuk kuinoid (Wiyantoko, B., 2020).
Langkah keempat yaitu proses titrasi asam basa. Sebelum melakukan
titrasi, buret terlebih dahulu disterilkan dengan aquades. Lalu dimasukkan
larutan NaOH ke dalam buret hingga habis. Buret adalah sebuah peralatan
gelas laboratorium berbentuk Silinder yang memiliki garis ukuran dan sumbat
keran pada bagian bawahnya. Yang berfungsi meneteskan cairan dalam
eksperimen dalam memerlukan presisi, seperti pada eksperimen penghitungan
ruang bakar pada motor (Usriadi, U. 2022). Gunakan kaca corong untuk
larutan HCl pada erlenmeyer membantu memasukkan larutan ke dalam buret.
Pada saat melakukan titrasi, Klep dibuka perlahan lahan, diatur sedemikian
rupa sehingga jatuhnya NaOH tidak mengalir secara deras, melainkan setetes
demi setetes. Hal tersebut agar saat terjadinya titik ekuivalen dapat diketahui
dengan tepat, kapan perubahan warna yang konstan. Titik ekuivalen adalah
saat jumlah mol H sama dengan jumlah mol OH. Biasanya ditunjukkan
dengan harga PH. ( Kusumaningrum, 2020) Setelah warna berubah menjadi
merah muda titrasi dihentikan pada saat Volume NaOH habis sebanyak 15
mL.
Titrasi harus dihentikan tepat pada saat indikator menunjukkan
perubahan warna yang disebut “titik akhir titrasi”. Untuk memperoleh hasil
titrasi yang tepat, selisih antara titik akhir titrasi dengan titik ekivalen harus
diusahakan seminimal mungkin meskipun dalam praktiknya titik akhir titrasi
hampir selalu tidak sama dengan titik ekivalen yang mengakibatkan ralat
hitung. Hal ini karena indikator memberikan perubahan warna yang tidak
tepat pada saat titik ekivalen. Tetapi, dengan memilih indikator yang tepat
pada saat titrasi, yakni indikator yang mengalami perubahan warna di sekitar
titik ekivalen, maka hasil titrasi akan mendekati yang sebenarnya (ALIYAH,
2020).
Berdasarkan percobaan titrasi asam basa yang telah dilakukan,
didapatkan perhitungan konsentrasi larutan HCl sebagai berikut :
Diketahui : V1 (V larutan HCl) = 30 mL
V2 (V larutan NaOH) = 15 mL
M2 (M larutan NaOH) = 0,05 M
Ditanya = M1 (M larutan HCl)
Jawab =
V1 x M1 = V2 x M2
30 mL x M1 = 15 mL x 0,05 M
15 x 0 , 05
M1 =
30
= 0,025 M
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui konsentrasi larutan HCl
sebenarnya adalah 0,025 M.

8. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan ini dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
8.1 Dari praktikum ini dapat mengenal teknik analisis titrimetri yaitu analisis
kuantitatif dengan cara mengukur volume, sejumlah sampel yang akan
dianalisis direaksikan dengan larutan standar yang konsentrasinya sudah
diketahui dengan teliti.
8.2 Dalam titrasi asam basa ini dapat dihitung titik ekivalen berdasarkan
reaksi asam basa dan dapat memilih indikator yang sesuai dalam asidi-
alkali metri dengan didapatkan hasil perhitungan V larutan NaOH = 15
mL dan konsentrasi larutan NaOH = 0,025 M.
8.3 Mahasiswa dapat melakukan analisis volumetric atau titrasi asidi-
alkalimetri dengan menggunakan metode titrasi asam basa yang
digunakan untuk mengukur suatu zat dari larutan.

9. Daftar Pustaka
Adusei, E., Adosraku, RK, Oppong-Kyekyeku, J., & Amengor, CD.
(2019). Investigasi sifat indikator asam-basa plumbagin dari
plumbago zeylanica Linn. Jurnal internasional kimia analitik.
Aliyah, M. P. K. M. (2020). Titrasi Asam-Basa. 9(1), 52-57.
Basset, J. (1994). Kimia Analisis Kuantitatif Organik. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Dewita, R., & Andromeda, A. (2023). Efektivitas Penggunaan E-Modul
Titrasi
Asam Basa Berbasis Inkuiri Terbimbing Terintegrasi Video
Percobaan Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik. JURNAL
PENDIDIKAN MIPA, 13(1), 211-217.
Ernawati, D. 2017. Pengaruh Variasi Pelarut Kulit Buah Manggis Terhadap
Stabilitas Kertas Indikator Asam Basa Alternatif. Skripsi.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Gupta, P., Jain, P., & Jain, P. K. (2012). Dahlia Flower Sap: A Natural
Resource As Indicator In Acidimetry And Alkalimetry.
International Journal of ChemTech Research, 4 (4), 5038-5045.
Hikmayanti, M., & Utami, L. (2019). Analisis Kemampuan Multiple
Representasi Siswa Kelas XI MAN 1 Pekanbaru Pada Materi
Titrasi Asam Basa. Jurnal Riset Pendidikan Kimia (JRPK).
Indayatmi, S. P. (2021). Analisis Titrimetri Dan Gravimetri. Ag Publishing.
Kusumaningrum, W. I. (2020). Modul pembelajaran SMA kimia kelas XI:
titrasi asam basa.
Levi, L. (2022). Studi Awal Pengembangan Modul Indikator Alami Larutan
Asam Basa (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
Pierre, D. (2019). Acid-Base Titration. Undergraduate Journal of
Mathematical
Modeling:One+ Two, 10(1), 8.
RAHAYU, P. T. (2019). Desain dan Uji Coba Media Pembelajaran Level
Representasi Mikroskopik Berbasis Adobe Flash pada Materi
Titrasi Asam Basa (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau).
Sahir, M., Rustam, R., Latama, G., Herliyanti, H., & Damayanti, N. U.
(2022).
The Effect of Combination of Nitrogen and Phosphate Enrichment
on the Development of Seaweed Spores (Kappaphycus alvarezii).
Torani Journal of Fisheries and Marine Science, 33-43.
Usriadi, U. (2022). Analisis Peforma Dan Konsumsi Bahan Bakar Pada
Honda
Tiger 2006 Menggunakan Piston Standar Dan Piston Pro Neotech
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Sumatera Barat).
Wiyantoko, B. (2020). Ekstrak telang (Clitoria ternatea L.) sebagai indikator
titrasi asam basa. Jurnal Analisis Kimia Indonesia
(IJCA) , 3 (1), 22-32.

Anda mungkin juga menyukai