Anda di halaman 1dari 5

10.

ANALISA KLORIDA

10.1. Tujuan Pengujian


Mengetahui besarnya konsentrasi klorida yang terlarut dalam contoh air.

10.2. Dasar Teori


Kandungan ion klorida dalam air sangat bervariasi dan berhubungan dengan
kondisi alami daerah yang dilewati aliran airnya. Dalam air alam, konsentrasi ion
klorida rata-rata kurang dari 50 mg/L. Tetapi dalam keadaan tertentu, konsentrasi
tersebut dapat tinggi karena disebabkan oleh pencemaran air limbah industri dan
intrusi atau infiltrasi air laut. Ion klorida tidak menimbulkan gangguan kesehatan
pada manusia, kecuali menimbulkan rasa yang tidak menyenangkan yaitu rasa asin
yang diakibatkan oleh senyawa NaCl.

Metode Penetapan ion klorida yaitu :


 Metoda Pengendapan
Metoda yang paling sederhana yang akan digunakan dalam praktikum yaitu
Metoda Argentometri Mohr
 Metoda Volumetrik
 Metoda Potensiometri – Kolorimetri

Prinsip Pengujian Klorida (Metoda Argentometri)


Ion Klorida diendapkan sebagai AgCl pada kondisi netral dengan menggunakan
larutan AgNO3 dan menggunakan K2CrO4 sebagai indikator.
Cl- + AgNO3  AgCl + NO3-
Pada saat semua ion klorida sudah diendapkan sebagai AgCl, maka akan muncul
warna merah bata yang ditimbulkan oleh endapan senyawa Ag2CrO4.
K2Cr O4 + AgNO3  Ag2CrO4 + 2 KNO3

10.3. Bahan
1. Air bebas mineral
2. Larutan K2CrO4 5 %
Larutkan 5 gram K2CrO4 dengan sedikit aquades bebas klorida. Tambahkan
dengan larutan AgNO3 sampai terbentuk endapan warna merah kecoklatan yang

X-1
jelas. Biarkan selama 12 jam. Saring larutan dan diencerkan dengan aquadest
hingga volume 100 mL.
3. Larutan AgNO3 0,0141 N
Larutkan 2,395 gram AgNO3 dengan aquades bebas klorida sampai 1000 mL dan
tepatkan sampai tanda tera. Lakukan pembakuan larutan dengan larutan NaCl
0,0141 N. Simpan di dalam botol berwarna coklat.
4. Larutan Standard NaCl 0,0141 N
Larutkan 824 mg NaCl yang telah dikeringkan pada suhu 140 oC selama 2 jam
dengan aquadest bebas klorida sampai volume 1000 mL. Larutan ini
mengandung kadar klorida 500 μg Cl -/mL.
5. Larutan NaOH 1 N
Larutkan 40 gram NaOH kristal dalam 1000 mL aquadest
6. Larutan H2SO4 1 N
Larutkan 27,75 mL H2SO4 pekat kedalam 1000 mL aquadest
7. Buffer pH 4, 7 dan 10
Larutan yang digunakan untuk analisa pH (pH meter)
8. Larutan suspensi Aluminium Hidroksida
Larutkan 125 gr Aluminium ammonium sulfat (AlNH4(SO4)2 . 12H2O) dalam 1
liter aquadest panaskan sampai suhu 60 oC tambahkan 55 mL NH4OH pekat
secara perlahan sambil diaduk. Biarkan selama 1 jam. Pindahkan kedalam botol
dan cuci endapannya dengan aquadest sampai diperoleh volume 1000 mL
9. Hidrogen Peroksida 30 %
10. Kertas saring dengan pori 0,45 µm

10.4. Peralatan
1. Buret 25 mL atau 50 mL
2. Erlenmeyer 100 mL atau 250 mL
3. Pipet volume 1 mL, 5 mL, 25 mL
4. pH meter
5. Beaker glass 100 mL
6. Corong
7. Pipet tetes
8. Timbangan analitik
9. Pipet pump

X-2
10.5. Prosedur Pengujian
10.5.1. Persiapan contoh uji (sampel)
a. Siapkan sampel sebanyak 100 mL dan ukur pHnya. Apabila pH tidak dikisaran
7 sampai 10, atur pHnya dengan menambahkan larutan NaOH 1 N atau H2SO4
1 N.
b. Jika contoh air berwarna pekat, tambahkan 3 mL suspensi Al(OH)3, aduk dan
biarkan mengendap kemudian disaring
c. Jika contoh air mengandung sulfida, sulfit atau tiosulfat, tambahkan 1 mL
H2O2 30 % dan aduk selama 1 menit
d. Jika contoh air keruh, saring dengan kertas saring berukuran pori 0,45 µm
10.5.2. Standarisasi larutan AgNO3 0,0141 N
a. Pipet 25 mL larutan NaCl 0,0141 N masukan kedalam erlenmeyer 100 mL.
Buat blanko menggunakan 25 ml air suling. Buat secara duplo.
b. Tambahkan 1 mL larutan indikator K2Cr2O4 (5%) dan diaduk.
c. Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai terjadi warna kecoklatan.
d. Catat volume larutan AgNO3, lakukan hal yang sama pada blanko.
10.5.3. Prosedur penetapan contoh uji
a. Ambil 100 ml contoh air masukkan kedalam erlemeyer 250 ml secara duplo.
Buat pula blanko menggunakan 100 ml air suling.
b. Tambahkan 1 ml larutan indikator K2Cr2O4 (5%) dan diaduk.
c. Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai titik akhir titrasi yang ditandai dengan
terbentuknya endapan berwarna merah kecoklatan.
d. Catat volume larutan AgNO3, lakukan hal yang sama pada blanko.

10.6. Perhitungan
10.6.1. Perhitungan normalitas larutan AgNO3

N1  V1
Normalitas AgNO3 =
VA  VB

Dengan pengertian :
N1 = Normalitas larutan NaCl yang digunakan
V2 = Volume larutan NaCl yang digunakan
VA = Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi NaCl
VB = Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi Blanko

X-3
10.6.2. Perhitungan konsentrasi Klorida (Cl -)

ab
Cl- (mg/lt) = x N AgNO.3 x 35,45 x 1000
vol.sampel

Dengan pengertian :
a = Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi contoh uji
b = Volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi Blanko

10.6.3. Perhitungan konsentrasi NaCl

NaCl (mg/l) = konsentrasi klorida x 1,65

10.7. Pengendalian mutu pengujian


1. Gunakan alat gelas bebas kontaminasi
2. Gunakan alat instrument dan alat gelas yang terkalibrasi
3. Lakukan analisis blanko untuk control kontaminasi
4. Kadar khlorida dalam contoh uji harus lebih kecil dari 300 mg/L
5. Lakukan analisis duplo sebagai control ketelitian analisis dengan nilai
RPD ≤ 5 - 10 %

Persen RPD

Keterangan :
X1 : konsentrasi zat padat total penentuan pertama
X2 : konsentrasi zat padat total penentuan kedua

10.8. Rekomendasi
Lakukan control akurasi dengan membuat control chart untuk akurasi analisis
menggunanakan larutan CRM (certified reference material)

10.9. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Cara uji yang ditetapkan menggunakan bahan kimia berbahaya. Untuk mengurangi
resiko kecelakaan kerja di Laboratorium, maka diperlukan :
a. Penggunaan alat pelindung diri (APD) yang disesuaikan dengan ruang lingkup
pekerjaan

X-4
b. Penanganan bahan kimia secara aman mengacu kepada lembar data
keselamatan bahan yang terdapat pada Safety Data Sheet (SDS)

X-5

Anda mungkin juga menyukai