Anda di halaman 1dari 94

SKRIPSI

MODEL INTERVENSI GIZI DALAM UPAYA


PENANGGULANGAN STUNTING PADA ANAK USIA DI
BAWAH LIMA TAHUN: SYSTEMATIC REVIEW

Disusun Oleh:

Aisyah Nur Fadhillah

NIM. 11181010000016

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H/2022 M
ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Fakultas Ilmu

Kesehatan (FIKES) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di Fakultas Ilmu Kesehatan

(FIKES) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 29 Juli 2022

(Aisyah Nur Fadhillah)


iii

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
Skripsi,
Aisyah Nur Fadhillah, NIM: 11181010000016
Model Intervensi Gizi Dalam Upaya Penanggulangan Stunting Pada Anak
Usia Di Bawah Lima Tahun: Systematic Review
xii + 81 halaman, 3 tabel, dan 1 bagan

ABSTRAK
Latar belakang: Intervensi gizi merupakan upaya penanggulangan stunting yang
berfokus pada peningkatan kualitas dan kuantitas asupan gizi, namun upaya ini
belum berdampak baik terhadap masalah stunting dibuktikan dengan besar masalah
yang terjadi. Tujuan: Penelitian systematic review ini dilakukan untuk mengetahui
jenis dan bentuk intervensi gizi dalam upaya penanggulangan stunting pada anak
usia di bawah lima tahun. Metode: Metode systematic review penelitian ini
mengacu pada PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Review and
Meta-Analyses) dengan menggunakan situs database jurnal Google scholar,
PubMed, dan Science direct. Kriteria inklusi penelitian ini adalah artikel
menggunakan Bahasa Indonesia atau Inggris, desain studi eksperimen, open access
pada situs jurnal, dan dipublikasikan dari 2006-2022. Artikel yang memenuhi
kriteria inklusi sebanyak 21 artikel. Hasil: Intervensi gizi dikategorikan menjadi
dua, yaitu intervensi gizi spesifik dan sensitif. Bentuk intervensi gizi spesifik yang
ditemukan, yaitu suplementasi (vitamin A, seng, zat besi, dan probiotik), sedangkan
bentuk intervensi gizi sensitif yang ditemukan adalah pemberian makanan
pendamping (telur dan kurma), water, sanitation, and hygiene (WASH), dan
edukasi dan konseling (berdasarkan sasaran dan media intervensi). Simpulan:
Ditemukan empat bentuk intervensi gizi dalam penelitian ini. Intervensi suplemen
(vitamin A, seng, zat besi, dan probiotik), pemberian makanan pendamping (telur
dan kurma), water, sanitation, and hygiene (WASH) terbukti memengaruhi
pertumbuhan linier anak. Intervensi edukasi dan konseling terbukti meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku pencegahan stunting. Namun, diperlukan
penelitian yang lebih baik untuk mengetahui hubungan statistik antara intervensi
terhadap penurunan stunting serta membutuhkan kerjasama lintas sektor dalam
pelaksanaan setiap intervensi.

Kata Kunci: Intervensi gizi, Stunting, Systematic review


iv

FACULTY HEALTH SCIENCES


PUBLIC HEALTH MAJORING
EPIDEMIOLOGY
Undergraduatethesis, July 2022
Aisyah Nur Fadhillah, NIM: 11181010000016
Nutrition Intervention Model in Efforts to Combat Stunting in Children Under
Five Years: Systematic Review
xii + 81 pages, 3 tables, dan 1 chart
ABSTRACT
Background: Nutrition intervention is a stunting prevention effort that focuses on
improving the quality and quantity of nutritional intake, but this effort has not had
a good impact on the stunting problem as evidenced by the large problems that
occur. Objective: This systematic review study was conducted to determine the
types and forms of nutritional interventions in the effort to prevent stunting in
children under five years of age. Methods: This research's systematic review
method refers to PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and
Meta-Analyses) using Google Scholar, PubMed, and Science direct journal
database sites. The inclusion criteria for this study were articles using Indonesian
or English, experimental study design, open access on journal sites, and from 2006-
2022. Articles that meet the inclusion criteria are 21 articles. Results: Nutritional
interventions were categorized into two, namely specific and sensitive nutrition
interventions. Specific forms of intervention nutrition were found, namely
supplementation (vitamin A, zinc, iron, and probiotics), while the forms of sensitive
nutrition interventions found were complementary feeding (eggs and dates), water,
sanitation, and hygiene (WASH), and education and counseling (based on
intervention targets and media). Conclusion: This study found four forms of
nutrition intervention. Supplementary interventions (vitamin A, zinc, iron, and
probiotics), complementary feeding (eggs and dates), water, sanitation, and
hygiene (WASH) were shown to affect the linear growth of children. Educational
and counseling interventions have been shown to increase knowledge, attitudes,
and behaviors to prevent stunting. However, better research is needed to determine
the statistical relationship between interventions on stunting reduction and requires
cross-sectoral collaboration in the implementation of each intervention.

Keyword: Nutritional intervention, Stunting, Systematic review


v

PERNYATAAN PERSETUJUAN

MODEL INTERVENSI GIZI DALAM UPAYA PENANGGULANGAN


STUNTING PADA ANAK USIA DI BAWAH LIMA TAHUN:
SYSTEMATIC REVIEW

Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Sidang Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 24 Agustus 2022

Disusun Oleh:
Aisyah Nur Fadhillah
NIM.11181010000016

Menyetujui Mengetahui
Pembimbing Skripsi Ketua Program Studi

Dr. Minsarnawati, SKM, M. Kes Catur Rosidati, SKM., MKM.


NIP. 197502152009012003 NIP. 197502102008012018

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1443 H / 2022 M
vi

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

MODEL INTERVENSI GIZI DALAM UPAYA PENANGGULANGAN


STUNTING PADA ANAK USIA DI BAWAH LIMA TAHUN:
SYSTEMATIC REVIEW

Disusun Oleh:

Aisyah Nur Fadhillah


NIM.11181010000016

Telah diujikan
Pada tanggal 18 Agustus 2022

Ketua Sidang Skripsi

Yustiyani, S.Gz., M.Si.


NIP. 199010102020122031

Penguji I Penguji II

Dela Aristi, SKM., MKM. Dewi Utami Iriani, M.Kes., Ph.D.


NIDN. 2009088802 NIP. 197503162007102001

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H / 2022 M
vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI

Nama : Aisyah Nur Fadhillah

Tenpat. Tanggal lahir : Bekasi, 11 Oktober 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Taman Wisma Asri Jl. Anggur 4 D24 No. 45, Bekasi utara

Nomor Telepon : 089687862125

Email : 1546fadhilah@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

2005 – 2006 : TKIT Al-Manar

2006 – 2012 : SDIT Al-Manar

2012 – 2015 : SMPIT Al-Kahfi Boarding School

2015 – 2018 : MAN 1 Kota Bekasi

2018 – sekarang : Epidemiologi, Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta

RIWAYAT ORGANISASI

Sekretaris Umum ROHIS MAN 1 Kota Bekasi: 2016 – 2017

Ketua Divisi Karya Ilmiah Remaja (KIR) MAN 1 Kota Bekasi: 2016 – 2017

Ketua Divisi PSDM Lembaga Dakwah Kampus (LDK) FK-FIKES UIN Jakarta:

2019 – 2020

Ketua Departemen Sosial Masyarakat Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA)

FIKES UIN Jakarta: 2021 – 2022

Ketua Departemen Sosial Masyarakat Epidemiology Student Association (ESA)

UIN Jakarta: 2021 – 2022


viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Model Intervensi Gizi Dalam Upaya Penanggulangan Stunting Pada Anak Usia Di

Bawah Lima Tahun: Systematic Review” dengan baik. Salawat serta salam

tercurahkan kepada kehadirat baginda Rasulullah Muhammad SAW yang

senantiasa kami harapkan syafaatnya. Selain itu, dalam proses penyusunan skripsi

ini, penulis disertai dan didampingi pihak-pihak terkait serta teman-teman yang

telah membantu penulis dalam penyelesaiannya. Penulis mengucapkan rasa terima

kasih yang begitu besar kepada:

1. Ibu Zilhadia, M.Si, Apt selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Catur Rosidati, SKM, M.K.M selaku Kepala Program Studi Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Minsarnawati, M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan masukan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama penyusunan

skripsi.

4. Ibu Dewi Utami Iriani, M. Kes, Ph. D selaku dosen pembimbing akademik yang

telah membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis selama menjalani

proses perkuliahan.
ix

5. Ibu Yustiyani, M.Si., Ibu Dela Aristi, M.K.M., dan Ibu Dewi Utami Iriani,

M.Kes., Ph.D selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan kritik dan

saran dalam penulisan skripsi.

6. Ibu Hoirun Nisa, Ph.D beserta segenap dosen program studi kesehatan

masyarakat yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

7. Ummi, Abi, Jidah, dan Akung yang tidak pernah lelah mendoakan agar selalu

diberikan perlindungan dan kemudahan.

8. Hana yang setia menjadi teman dan tempat untuk berkeluh kesah.

9. Teman-teman seperjuangan epidemiologi 2018 dan teman-teman

seperbimbingan (grup 8) khususnya Aulia Dwi dan Erika Nurramadhani yang

telah memberikan dukungan dan membersamai penulis dari awal perkuliahan

hingga saat ini.

10. Semua pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam proses penelitian ini.

Penulis berharap terdapat saran dan masukan untuk hasil penelitian ini guna

memperbaiki penelitian ke depannya. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat

dan dapat dijadikan data pendukung untuk perencanaan program

penanggulangan stunting di Indonesia.

Bekasi, 7 Juli 2022

Penulis
x

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. iii


KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xii
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 4
1.4. Manfaat ..................................................................................................... 5
1.5. Ruang Lingkup ......................................................................................... 6
BAB II ..................................................................................................................... 8
2.1. Pemilihan Artikel ..................................................................................... 8
2.2. Penentuan Definisi Variabel ................................................................... 10
2.3. Teknik Pembahasan ................................................................................ 12
BAB III ................................................................................................................. 13
3.1. Diagram Flow ......................................................................................... 13
3.1. Penyajian Hasil ....................................................................................... 15
Tabel 1. Matriks Hasil Sintesis Model Intervensi Stunting .................................. 15
Tabel 2. STROBE Checklist (Penilaian Kualitas Artikel) ..................................... 19
Tabel 3. Matriks Hasil Telaah Artikel Berdasarkan Jenis Intervensi.................... 23
BAB IV ................................................................................................................. 30
4.1. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 30
4.2. Intervensi Gizi ........................................................................................ 30
4.2.1. Intervensi Gizi Spesifik ................................................................... 31
A. Suplementasi .......................................................................................... 31
a. Vitamin A (1 Artikel) ............................................................................. 32
xi

b. Seng (2 Artikel) ...................................................................................... 34


c. Zat besi (1 Artikel) ................................................................................. 37
d. Probiotik (1 Artikel) ............................................................................... 39
B. Pemberian Makanan Pendamping (Complementary Feeding) ............... 41
a. Telur (1 Artikel) ..................................................................................... 41
b. Kurma (1 Artikel) ................................................................................... 43
4.2.2. Intervensi Gizi Sensitif.................................................................... 45
A. Water, Sanitation, and Hygiene (WASH) (2 Artikel) ............................ 45
B. Edukasi dan Konseling (12 Artikel) ....................................................... 47
a. Berdasarkan Sasaran Intervensi .............................................................. 48
a) Calon Pengantin Wanita (Wanita Usia Subur) ....................................... 48
b) Ibu ........................................................................................................... 50
c) Kader Posyandu ...................................................................................... 51
d) Ayah ....................................................................................................... 53
b. Berdasarkan Media Intervensi ................................................................ 54
a) Kartu Cegah Stunting ............................................................................. 54
b) Biblio Journaling .................................................................................... 56
c) Aplikasi Gerakan Anti Stunting (GASING) ............................................ 57
4.3. Kajian Keislaman terkait Upaya Penanggulangan Stunting ................... 61
BAB V................................................................................................................... 64
5.1. Simpulan ................................................................................................. 64
5.2. Saran ....................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67
xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Matriks Hasil Sintesis Model Intervensi Stunting .................................. 15


Tabel 2. STROBE Checklist (Penilaian Kualitas Artikel) ..................................... 19
Tabel 3. Matriks Hasil Telaah Artikel Berdasarkan Jenis Intervensi.................... 23
xiii

DAFTAR BAGAN

3.1 Diagram Flow ................................................................................................. 15


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan pada anak balita, yaitu

tinggi badan atau hasil ukur panjang badan berdasarkan usia kurang dari -2

standar deviasi atau di bawah median standar pertumbuhan anak seusianya

(WHO, 2009b). Anak yang stunting mengalami gangguan pada pertumbuhan

fisik, keterbelakangan kognitif, dan keterbelakangan mental. Hal tersebut

dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas pada anak (Martorell and

Zongrone, 2012; Prendergast and Humphrey, 2014).

Stunting disebabkan oleh banyak faktor, seperti faktor sosial

ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi

pada bayi (Prendergast et al., 2014; Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa secara spesifik stunting disebabkan

oleh kurangnya kebersihan dan nutrisi dari asupan (makanan) sehari-hari,

pola makan yang buruk serta konsumsi vitamin/mikronutrien yang tidak

tercukupi pada ibu dan anak (Multicentre, Reference and Group, 2006;

Stewart CP, Iannotti L, Dewey KG, 2013). Di sebuah negara, masalah

stunting akan memberi dampak buruk dalam jangka panjang.

Masalah stunting yang tidak tertangani akan berdampak buruk pada

masa depan sebuah bangsa. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa anak-

anak kurang gizi mengalami kesulitan belajar di sekolah, sehingga masalah


2

ini akan mengurangi kompetensi para pemuda (Maluccio et al., 2009). Selain

itu, penelitian di Uganda menemukan bahwa anak yang stunting berisiko

mengalami penyakit infeksi seperti, diare, pneumonia, dan malaria (Odong,

Richard Justin; Peters, 2018). Meskipun begitu, upaya terus dilakukan selama

puluhan tahun untuk mengobati dan mengurangi kekurangan gizi melalui

rehabilitasi gizi. Program ini kurang efektif dari yang diharapkan karena

permasalahan yang terus-menerus bermuara antara kekurangan gizi dan

infeksi (Maluccio et al., 2009). Hal tersebut mengindikasikan bahwa stunting

masih menjadi masalah kesehatan.

Stunting pada anak usia di bawah lima tahun menjadi masalah

kesehatan masyarakat pada tingkat global, yaitu dilaporkan sebanyak 149,2

juta (22%) kasus (WHO, 2020). Di Asia Tenggara, prevalensi stunting

mengalami penurunan dari 2017-2020, yaitu sebesar 33,3% pada 2017,

32,2% pada 2018, 31,1% pada 2019, dan 30,1% pada 2020, walaupun terjadi

penurunan, namun angka tersebut masih tergolong besar jika dibandingkan

dengan wilayah lain seperti Amerika, Eropa, dan Western Pasific (WHO,

202AD). Indonesia telah mengalami kemajuan dalam menangani stunting,

namun angka tersebut belum mencapai target. Angka stunting anak usia di

bawah lima tahun di Indonesia pada 2021 mencapai 24,4%, namun angka

tersebut masih diatas rata-rata kasus stunting di wilayah Asia, yaitu sebesar

21,8% (Kemenkes RI, 2021). Dengan demikian, diperlukan upaya intervensi

dalam penanggulangan dan pencegahan stunting.


3

Kemenkes RI membagi upaya intervensi stunting menjadi dua jenis,

yaitu intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi gizi

spesifik bertujuan untuk mengatasi penyebab langsung, umumnya intervensi

ini dilakukan oleh sektor kesehatan pada wanita hamil dan anak dalam 1000

hari pertama kelahiran (HPK). Adapun upaya intervensi gizi sensitif

dilakukan di luar sektor kesehatan dengan sasaran masyarakat umum,

sehingga bentuk intervensinya lebih bervariasi dibandingkan upaya intervensi

gizi spesifik yang hanya berfokus pada wanita hamil dan anak dalam 1000

hari pertama kelahiran (HPK) (Kemenkes RI, 2020). Di Indonesia, upaya

untuk mengendalikan dan mencegah stunting senantiasa dicanangkan dari

tahun ke tahun.

Kementerian Kesehatan RI melakukan upaya-upaya pencegahan

stunting yang berfokus pada pemenuhan zat gizi ibu hamil, bayi, dan

kesehatan lingkungan (Kemenkes RI, 2019). Stunting dapat diatasi atau

dicegah agar tidak menjadi stunting pada seribu hari pertama. Pemerintah

memiliki target untuk mengurangi prevalensi stunting sebesar 14% pada 2024

(BKKBN, 2021a). Maka dari itu, diperlukan program yang efektif untuk

mencapai target pemerintah tersebut.

Program penanggulangan stunting tidak hanya berdasarkan pada satu

hasil penelitian saja, melainkan dibutuhkan beberapa hasil penelitian sebagai

acuan agar efikasi program dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

(Rosmalina et al., 2018). Oleh karena itu, diperlukan penelitian dengan

metode systematic review untuk menelaah penelitian-penelitian


4

eksperimental terkait model intervensi gizi, sehingga diperoleh model

intervensi gizi yang efektif dalam upaya penanggulangan stunting pada anak

usia di bawah lima tahun.

1.2. Rumusan Masalah

Intervensi gizi merupakan upaya penanggulangan stunting yang telah

banyak dilakukan. Beberapa intervensi belum berdampak baik terhadap

masalah stunting pada tingkat global atau nasional dibuktikan dengan besar

masalah yang terjadi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa intervensi yang

diberikan belum efektif untuk menurunkan angka stunting secara global.

Maka dari itu, diperlukan penelitian lebih lanjut terkait model intervensi gizi

berdasarkan penelitian eksperimen yang telah dilakukan sebelumnya. Bentuk

penelitian ini adalah systematic review. Adapun pertanyaan penelitian yang

akan dijawab melalui penelitian ini adalah Bagaimana model intervensi gizi

dalam upaya penanggulangan stunting pada anak usia di bawah lima tahun?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui jenis intervensi gizi spesifik atau sensitif dalam

upaya penanggulangan stunting pada anak usia di bawah lima tahun

melalui proses systematic review.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui bentuk intervensi gizi dan tantangan

pelaksanaannya yang ditemukan pada artikel berdasarkan jenis


5

intervensi gizi spesifik atau sensitif dalam upaya penanggulangan

stunting pada anak usia di bawah lima tahun.

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat Teoritis

Diketahuinya temuan dan kualitas dari hasil penelitian sebelumnya

terkait model intervensi gizi dalam upaya penanggulangan stunting

pada anak usia di bawah lima tahun

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti Lain

i. Memberikan informasi dari peneltian sebelumnya terkait

model intervensi gizi dalam upaya penanggulangan stunting

pada anak usia di bawah lima tahun

ii. Menjadi bahan evaluasi untuk penelitian selanjutnya terkait

model intervensi gizi dalam upaya penanggulangan stunting

pada anak usia di bawah lima tahun

b. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

i. Menjadi tambahan referensi terkait model intervensi gizi

dalam upaya penanggulangan stunting pada anak usia di

bawah lima tahun

ii. Menjadi kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan

dan penelitian terkait model intervensi gizi dalam upaya

pencegahan dan penanggulangan stunting pada anak usia di

bawah lima tahun


6

c. Bagi Pemerintah

i. Untuk bahan evaluasi terkait model intervensi gizi dalam

upaya penanggulangan stunting pada anak usia di bawah lima

tahun

ii. Menjadi dasar untuk menentukan model intervensi gizi yang

ideal dalam upaya penanggulangan stunting pada anak usia di

bawah lima tahun

d. Bagi Masyarakat

i. Menambah informasi terkait model intervensi gizi dalam

upaya penanggulangan stunting pada anak usia di bawah lima

tahun

ii. Mampu meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki perilaku

masyarakat dalam upaya penanggulangan stunting pada anak

usia di bawah lima tahun

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode systematic review

untuk mengetahui model intervensi gizi dalam upaya penanggulangan

stunting pada anak usia di bawah lima tahun. Systematic review dilakukan

dengan penulusuran literatur tentang intervensi stunting, penilaian literatur,

dan sintesis literatur untuk memberikan jawaban yang informatif sesuai

dengan tujuan penelitian. Systematic review dilakukan untuk memberikan

evaluasi dan saran bagi peneliti berikutnya terkait topik penelitian serupa.
7

Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan evidence based untuk program

penanggulangan stunting.

Artikel yang akan ditelaah membahas keterkaitan intervensi gizi

terhadap penanggulangan stunting. Literatur/artikel harus memenuhi kriteria

yang telah ditentukan disesuaikan dengan tujuan penelitian dan untuk

mengurangi bias pada penelitian ini. Adapun informasi artikel yang

dicantumkan dalam penelitian ini adalah peneliti/penulis, sasaran dan sampel

penelitian, waktu dan tempat penelitian, serta metode dan hasil penelitian.
8

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Pemilihan Artikel

2.1.1. Kata Kunci

Identifikasi kata kunci merupakan salah satu strategi pencarian

literatur dalam systematic review. Adapun fungsi identifikasi kata

kunci dalam penulisan systematic review, yaitu:

a. Mengembangkan sinonim dari kata kunci

b. Menyesuaikan kata kunci atau istilah dari database/search engine

c. Memastikan kata kunci terdapat pada database/search engine

(Butler, Hall and Copnell, 2015)

Kata kunci yang digunakan untuk penelusuran artikel dalam penelitian

ini adalah “Stunting Intervention”, “Randomized Controlled Trial of

Stunting”, “Quasi Experiment of Stunting”, “Intervensi Stunting”, dan

“Upaya Penanggulangan Stunting”.

2.1.2. Database/Search Engine

Artikel dikumpulkan melalui penelusuran pada situs database jurnal

ilmiah, yaitu Google Scholar (https://scholar.google.com/), PubMed

(https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/), dan Science Direct

(https://www.sciencedirect.com/).
9

2.1.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-

Analyses (PRISMA) Diagram Flow 2020 merupakan template untuk

memetakan jumlah artikel yang dimasukkan, dikecualikan, dan alasan

pengecualian. PRISMA Diagram Flow 2020 dijadikan sebagai acuan

dalam proses skrining dan seleksi artikel. Artikel diseleksi

berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan (Page

et al., 2021).

Kriteria Inklusi:

1. Artikel menggunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia

2. Artikel dipublikasikan pada tahun 2006 – 2021

3. Artikel menggunakan desain studi eksperimen

4. Artikel tersedia open access pada database

Kriteria Eksklusi:

1. Artikel literature review

2. Artikel yang hasil penelitiannya tidak signifikan secara statistik

3. Artikel yang tidak terindeks Scopus atau Sinta

2.1.4. Ekstraksi Data

Tahapan pertama dalam ekstraksi data ialah identifikasi data

yang diinginkan. Kemudian hasil ekstraksi data disajikan dalam

bentuk tabel. Proses tersebut membantu dalam memahami data secara

deskriptif maupun secara statistik. Data penelitian dikompilasi dengan


10

tujuan untuk membantu dalam meringkas, mendeskripsikan, dan

menginterpretasikan hasil penelitian yang sesuai. Informasi yang

dicantumkan ialah mengenai oleh siapa penelitian dilakukan, dimana,

kapan, pada siapa, nama jurnal, dan hasil penelitian.

2.1.5. Metode Penilaian Kualitas Artikel

Kualitas artikel diukur menggunakan STROBE checklist

(https://www.strobe-statement.org/?id=available-checklists). The

Strengthening the Reporting of Observational Studies in

Epidemiology (STROBE) merupakan alat untuk mengukur kualitas

pelaporan atau penelitian (Wiehn et al., 2021). Penilaian kualitas

artikel dalam STROBE ada 22 item, namun hanya delapan kriteria

yang diambil, yaitu ukuran sampel, teknik pengambilan sampel,

respon rate, pengukuran hasil, analisis statistik, keterbatasan

penelitian, etik penelitian, dan confounding. Adapun penilaian

kualitas studi dinilai berdasarkan skor, yaitu skor 0-3 (buruk), skor

4-6 (sedang), dan skor >7 (baik) (Tahangnacca, Amiruddin and

Syam, 2020). Artikel dengan kategori baik akan dilakukan penilaian

lebih lanjut.

2.2. Penentuan Definisi Variabel

Definisi variabel harus diperjelas sebelum melakukan proses telaah

literatur. Selain definisi, alat ukur, dan cara ukur juga harus diperjelas. Hal

tersebut dapat membantu dalam menentukan artikel yang relevan

(Torgerson, 2003).
11

2.2.1. Definisi Stunting Pada Anak Balita

Stunting pada balita didefinisikan sebagai gangguan pertumbuhan

pada anak usia di bawah lima tahun yang diukur dengan median

panjang/tinggi badan berdasarkan usia kurang dari -2 standar deviasi

(Kementerian Kesehatan RI, 2018).

2.2.2. Definisi Intervensi Stunting

Intervensi didefinisikan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk

mengatasi suatu masalah. Upaya intervensi stunting dibagi menjadi

dua jenis, yaitu intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.

Adapun definisi dan bentuk intervensi gizi diuraikan sebagai berikut.

1. Intervensi gizi spesifik bertujuan untuk mengatasi penyebab

langsung melalui perbaikan status gizi ibu dan mengatasi

penyakit menular. Sasaran intervensi gizi spesifik terbagi menjadi

dua, yaitu kelompok sasaran 1.000 HPK (ibu hamil dan ibu

menyusuia dan anak 0-23 bulan) dan kelompok sasaran usia

lainnya (remaja putri/wanita usia subur dan anak 24-59 bulan).

2. Intervensi gizi sensitif dilaksanakan dengan sasaran keluarga dan

masyarakat. Adapun bentuk intervensi gizi sensitif

dikelompokkan menjadi empat, yaitu peningkatan penyediaan air

minum dan sarana sanitasi, peningkatan akses dan kualitas

pelayanan gizi, peningkatan kesadaran, komitmen, dan praktik


12

pengasuhan gizi ibu dan anak, dan peningkatan akses pangan dan

bergizi (Kementerian PPN/ Bappenas, 2018).

2.2.3. Cara Ukur Bentuk Intervensi Stunting

Intervensi stunting dapat diukur melalui penjelasan pada bagian

metode dari artikel yang akan ditelaah.

2.3. Teknik Pembahasan

Tahap pembahasan disusun secara tematik berdasarkan jenis

intervensi gizi, yaitu intervensi gizi spesifik dan sensitif. Bentuk intervensi

gizi pada artikel yang ditelaah akan dibahas dan dikelompokkan berdasarkan

jenis intervensinya. Bentuk intervensi gizi tersebut dijelaskan

keterkaitannya terhadap penanggulangan stunting pada anak usia di bawah

lima tahun.
13

BAB III

HASIL

3.1. Diagram Flow

Alur pemilihan artikel digambarkan melalui bagan berikut ini.

Artikel teridentifikasi dari


database: (123.387)
Identified

Rekaman Artikel yang dihapus sebelum tahap


Google Scholar: (n = 95.800) skrining:
Pubmed: (n = 18.658) 1. Artikel duplikat dihapus (n = 54)
Science Direct: (n = 8.929) 2. Artikel tidak memenuhi syarat
keyword (n = 289)

Artikel dieksklusi dengan alasan:


Jumlah artikel sebelum 1. Desain penelitian observasional
diskrining (n = 123.044) dan literature review
(n = 104.258)
2. Tahun publikasi <2006
(n = 5.755)
3. Tidak open access (n = 12.940)
Screening

Jumlah artikel setelah Artikel dieksklusi dengan alasan:


dieksklusi (n = 91) 1. Hasil penelitian tidak signifikan
secara statistik
(n = 49)

Jumlah artikel setelah Artikel dieksklusi dengan alasan:


dieksklusi (n = 42) 1. Jurnal tidak terindeks
Scopus/Sinta (n = 21)

Jumlah artikel yang direview


Include

(n = 21)
d

Bagan 1. Diagram Flow Pemilihan Artikel


(Page et al., 2021)
14

Proses pemilihan artikel terbagi dalam 2 tahap, yaitu identifikasi dan

skrining. Tahap identifikasi merupakan proses pencarian artikel berdasarkan

keyword yang telah ditentukan. Adapun keyword yang digunakan, yaitu “Stunting

Intervention”, “Randomized Controlled Trial of Stunting”, “Quasi Experiment of

Stunting”, “Intervensi Stunting”, dan “Upaya Penanggulangan Stunting”. Artikel

yang ditemukan akan dilanjutkan ke tahap skrining apabila memenuhi syarat

keyword dan telah dihapus duplikatnya jika ditemukan pada dua/lebih database.

Adapun proses skrining dibagi menjadi 3 tahap penyaringan. Tahap

pertama, artikel diseleksi berdasarkan desain penelitian dan tahun publikasi. Artikel

dengan desain studi Controlled trial dan Quasi eksperimen serta tahun publikasi

2006-2021 dimasukkan ke dalam daftar. Tahap kedua, artikel diseleksi setelah

proses membaca abstrak dengan melihat hasil penelitian. Artikel yang hasil

penelitiannya tidak signifikan secara stastistik akan dikeluarkan. Tahap terakhir,

artikel harus terdaftar pada jurnal yang terindeks Scopus/Sinta. Artikel yang tidak

terindeks Scopus/Sinta dikeluarkan dari penelitian.


15

3.1. Penyajian Hasil

Data akan diekstraksi dan disajikan menggunakan tabel setelah penilaian kualitas artikel dilakukan. Adapun informasi yang dicantumkan

dalam tabel tersebut meliputi penulis, tahun, negara, desain studi, populasi, nama jurnal, bentuk intervensi, dan kategori penilaian kualitas

artikel. Tabel tersebut disajikan sebagaimana berikut:

Tabel 1. Matriks Hasil Sintesis Model Intervensi Stunting

No. Penulis, Tahun, Nama Jurnal Desain Studi Sasaran dan Sampel Jenis Bentuk Intervensi
Negara Intervensi
Gizi
1. (Ghazian and Journal of Quasi Anak usia 3-5 tahun Spesifik Suplementasi Seng dan Zat besi
Candra, 2016), Nutrition College Experiment 36 orang
Indonesia (S3)
2. (Hess et al., PLOS One (Q1) Cluster Anak usia 8,8-9,9 Spesifik Suplementasi Seng
2015), Burkina Randomized bulan
Faso Trial 2.626 orang
3. (Hestuningtyas Journal of Quasi Ibu yang memiliki Spesifik Konseling gizi
and Noer, 2014), Nutrition College Experiment anak stunting usia 1-2
Indonesia (S3) tahun
20 orang
4. (Julianti and Jurnal Quasi Kader Posyandu Sensitif Paket Intervensi Stunting (PIS)
Elni, 2022), Keperawatan Experiment 35 orang
Indonesia Silampari (S3)
5. (Al-Rahmad, Buletin Quasi Calon pengantin Sensitif Konseling ASI Eksklusif
2017), Penelitian Experiment wanita
Indonesia Kesehatan (S2) 30 orang
16

No. Penulis, Tahun, Nama Jurnal Desain Studi Sasaran dan Sampel Jenis Bentuk Intervensi
Negara Intervensi
Gizi
6. (Adriani and Journal of Trace Randomized Anak usia 48-60 bulan Spesifik Suplementasi vitamin A dan
Wirjatmadi, Elements In Controlled Trial 24 orang Seng
2014), Indonesia Medicine and
Biology (Q1)
7. (Agustina et al., The Journal of Randomized Anak usia 1-6 tahun Spesifik Suplementasi probiotik
2013), Indonesia Nutrition (Q1) Controlled Trial 494 orang
8. (Budiana and Jurnal Ilmu Quasi Anak usia 24-59 bulan Spesifik Konsumsi kurma
Marlina, 2020), Kesehatan Experiment 40 orang
Indonesia Bhakti Husada
(S5)
9. (Fitriani, Ramlan Jurnal Ilmiah Quasi Calon pengantin Sensitif Kartu Cegah Stunting
and Rusman, Manusia dan Experiment wanita
2021), Indonesia Kesehatan (S5) 87 orang
10. (Nyamasege et Public Health Cluster Wanita hamil yang Sensitif Konseling dan edukasi tentang
al., 2021), Kenya Nutrition (Q1) Randomized difollow-up hingga nutrisi
Controlled Trial anaknya berusia 13-55
bulan
438 orang
11. (Iswandari et al., Counsellia (S3) Quasi Ayah yang memiliki Sensitif Biblio journaling
2020), Indonesia Experiment anak <3 tahun
20 orang
12. (Kasjono and Jurnal Nutrisia Quasi Siswi SMA Sensitif Aplikasi GASING
Suryani, 2020), (S3) Experimental 218 orang
Indonesia
13. (Iannotti et al., Pediatrics (Q1) Randomized Anak usia 6-9 bulan Spesifik Konsumsi telur
2017), Ekuador Controlled Trial 163 orang
17

No. Penulis, Tahun, Nama Jurnal Desain Studi Sasaran dan Sampel Jenis Bentuk Intervensi
Negara Intervensi
Gizi
14. (Kang et al., Maternal and Cluster Anak usia 0-24 bulan Spesifik Program community-based
2017), Ethiopia Child Nutrition Randomized 1.790 orang participatory nutrition
(Q1) Controlled Trial promotion (CPNP)
15. (Rohmawati et Medicinski Quasi Ibu dengan bayi yang Spesifik Suplementasi Seng
al., 2021), Glasnik (Q4) Experimental baru lahir
Indonesia 71 orang
16. (Sirajuddin et al., Journal of Randomized Ibu dengan anak usia Sensitif The maternal nutrition literacy
2021), Indonesia Public Health Controlled Trial 0-6 bulan
Research (Q2) 85 orang
17. (Ringgi and Jurnal Quasi Ibu yang memiliki Sensitif Edukasi tentang Feeding
Keuytimu, 2022), Kesehatan (S3) Experiment balita stunting Practice
Indonesia 45 orang
18. (Pickering et al., Lancet Global Cluster Rumah tangga yang Sensitif Community-led total sanitation
2015), Mali Health (Q1) Randomized memiliki anak usia (CLTS)
Controlled Trial <10 tahun
4.532 rumah tangga
19. (George et al., Infectious Cluster Rumah tangga yang Sensitif Water, Sanitation, and Hygiene
2021), Disease Society Randomized memiliki anak usia <5 Mobile Health Program
Bangladesh of America (Q1) Controlled Trial tahun
2.626 orang dari 769
rumah tangga
20. (Suntari and Jurnal Quasi Rumah tangga yang Sensitif Kegiatan rumah belajar
Gama, 2020), Kesehatan (S3) Experiment memiliki anak stunting
Indonesia 138 rumah tangga
21. (Banowo and Jurnal Ilmiah Quasi Ibu dan anak stunting Sensitif Edukasi gizi
Hidayat, 2021), Universitas Experiment usia <2 tahun
Indonesia Batanghari 80 orang
Jambi (S4)
18

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa terdapat 21 artikel yang

diterbitkan pada 2006-2021. Artikel yang menggunakan desain studi Randomized

Control Trial (RCT) sebanyak 9 artikel dan artikel dengan desain studi Quasi

Experiment sebanyak 12 artikel. Bentuk intervensi gizi yang ditemukan dari artikel-

artikel tersebut meliputi, suplementasi (vitamin A, seng, zat besi, dan probiotik),

pemberian makanan pendamping (telur dan kurma), water, sanitation, and hygiene

(WASH), edukasi dan konseling (berdasarkan sasaran dan media intervensi).

Adapun kategori jenis intervensi berdasarkan bentuk dan sasaran intervensinya,

yaitu 8 artikel dikategorikan sebagai jenis intervensi spesifik dan 13 artikel

dikategorikan sebagai jenis intervensi sensitif.


19

Tabel 2. STROBE Checklist (Penilaian Kualitas Artikel)

Kriteria Penilaian
Penjelasan Kualitas
No. Penulis Besar Metodologi Respon Pengukuran Control Keterbatasan Etik
Analisis Artikel
Sampel Sampel Rate Hasil Confounding Penelitian Penelitian
Statistik
1. (Ghazian and Sedang
✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ - ✔️ ✔️
Candra, 2016) (6)
2. (Hess et al., Baik
✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️
2015) (8)
3. (Hestuningtyas Sedang
and Noer, ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ - ✔️ - (6)
2014)
4. (Julianti and Baik
✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ - ✔️ ✔️
Elni, 2022) (7)
5. (Al-Rahmad, Sedang
✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ - ✔️ -
2017) (6)
6. (Adriani and Baik
Wirjatmadi, ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ - ✔️ ✔️ (7)
2014)
7. (Agustina et Baik
✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ -
al., 2013) (7)
8. (Budiana and Sedang
✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ - - ✔️
Marlina, 2020) (6)
9. (Fitriani, Sedang
Ramlan and (5)
✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ - - -
Rusman,
2021)
20

Kriteria Penilaian
Penjelasan Kualitas
No. Penulis Besar Metodologi Respon Pengukuran Control Keterbatasan Etik
Analisis Artikel
Sampel Sampel Rate Hasil Confounding Penelitian Penelitian
Statistik
10. (Nyamasege Baik
✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ - ✔️ ✔️
et al., 2021) (7)
11. (Iswandari Sedang
✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ - - ✔️
et al., 2020) (5)
12. (Kasjono
Sedang
and Suryani, ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ - - ✔️
(6)
2020)
13. (Iannotti et Sedang
✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ - ✔️ -
al., 2017) (5)
14. (Kang et al., Baik
✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ - ✔️ ✔️
2017) (6)
15. (Rohmawati Baik
✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ - ✔️ ✔️
et al., 2021) (7)
16. (Sirajuddin Baik
✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ - ✔️ ✔️
et al., 2021) (7)
17. (Ringgi and
Sedang
Keuytimu, ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ - - ✔️
(6)
2022)
18. (Pickering et Baik
✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️
al., 2015) (8)
19. (George et Baik
✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ - ✔️ ✔️
al., 2021) (7)
21

Kriteria Penilaian
Penjelasan Kualitas
No. Penulis Besar Metodologi Respon Pengukuran Control Keterbatasan Etik
Analisis Artikel
Sampel Sampel Rate Hasil Confounding Penelitian Penelitian
Statistik
20. (Suntari and
Sedang
Gama, ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ - - ✔️
(6)
2020)
21. (Banowo
Sedang
and Hidayat, ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ ✔️ - - ✔️
(6)
2021)
22

Penilaian kualitas artikel menggunakan metode STROBE dengan menilai

delapan kriteria, yaitu besar sampel, teknik pengambilan sampel, respon rate,

pengukuran hasil, penjelasan analisis statistik, control confounding, keterbatasan

penelitian, dan etik penelitian. Adapun penilaian kualitas artikel dinilai berdasarkan

skor, yaitu skor 0-3 (buruk), skor 4-6 (sedang), dan skor >7 (baik). Berdasarkan

tabel di atas diketahui sebanyak 10 artikel berkualitas baik dan 11 artikel berkualitas

sedang.
23

Tabel 3. Matriks Hasil Telaah Artikel Berdasarkan Jenis Intervensi


Penulis,
No Sasaran dan Durasi
Tahun, Bahan Intervensi Hasil
Sampel Intervensi
Negara
Intervensi Gizi Spesifik
1. (Ghazian and Anak usia 3-5 Kelompok: 60 hari Peningkatan tinggi badan pre-post
Candra, 2016), tahun 1) Kontrol: Sirup multivitamin yang tidak lebih tinggi pada kelompok
Indonesia 36 orang mengandung seng dan zat besi dibandingkan kelompok lainnya
2) Intervensi seng: Sirup suplemen seng dengan rata-rata peningkatan TB
10 mg/hari sebesar 1,6±1,2 cm.
3) Intervensi zat besi: Sirup suplemen zat
besi 7,5 mg/hari
4) Intervensi zat besi dan seng: Sirup
suplemen zat besi 7,5 mg/hari
2. (Hess et al., Anak usia 8,8- Kelompok: 18 bulan Peningkatan panjang badan lebih besar
2015), 9,9 bulan 1) SQ-LNS tanpa seng dan tablet plasebo pada kelompok intervensi
Burkina Faso 2.626 orang 2) SQ-LNS mengandung seng 5 mg dan dibandingkan dengan kelompok
tablet plasebo kontrol (77,7±3,0 vs 76,9±3,4cm)
3) SQ-LNS mengandung seng 10 mg dan
tablet plasebo
4) SQ-LNS tanpa seng dan 5 mg tablet
seng
3. (Adriani and Anak usia 48- Kelompok 6 bulan Adanya peningkatan kadar retinol
Wirjatmadi, 60 bulan 1) Intervensi: Satu kapsul vitamin A serum, serum zinc level, hormon IGF-
2014), 24 orang 200.000 IU dan 20 cc sirup dengan 1 dan z-score TB/U, usia tulang,
Indonesia kandungan 0,37 mg seng tingkat gamma globulin dan penurunan
2) Kontrol: Sirup glukosa (plasebo) jumlah infeksi/peradangan
24

Penulis,
No Durasi
Tahun, Sasaran Bahan Intervensi Hasil
Intervensi
Negara
4. (Agustina et Anak usia 1-6 Kelompok: 6 bulan  L. reuteri secara signifikan
al., 2013), tahun 1) Intervensi L. reuteri: Susu rendah meningkatkan berat badan 0.22 kg,
Indonesia 494 orang laktosa sebanyak 180 ml menggunakan perubahan z-score (WAZ) 0,09,
sedotan berisi minyak yang dan berat badan bulanan 0,03
mengandung probiotik 5x108 CFU/d kg/bulan dan tinggi 0,03 cm/bulan
Lactobacillus reuteri DSM 17938  L. casei secara signifikan
2) Intervensi L. casei: Susu rendah laktosa meningkatkan berat badan bulanan
sebanyak 180 ml menggunakan 0,03 kg/bln, tetapi tidak untuk
sedotan berisi minyak yang tinggi badan.
mengandung 5x108 CFU/d
Lactobacillus casei CRL 431
3) Kontrol: Susu rendah laktosa sebanyak
180 ml rendah kalsium (plasebo)
4) Kontrol: Susu rendah laktosa sebanyak
180 ml mengandung regular kalsium
(plasebo)
5. (Budiana and Anak usia 24- Kelompok: 3 bulan Rata-rata z-score pada kelompok sari
Marlina, 59 bulan 1) Intervensi: Sari kurma 5 ml/hari kurma
2020), 40 orang 2) Kontrol: Multivitamin 5 ml  Sebelum intervensi: -2.62 SD
Indonesia  Setelah intervensi: -2.30 SD
Rata-rata z-score kelompok
multivitamin
 Sebelum intervensi: -2.46 SD
 Setelah intervensi: -2.15 SD.
6. (Iannotti et al., Anak usia 6-9 Kelompok: 6 bulan Intervensi telur meningkatkan z-score
2017), bulan 1) Intervensi: Konsumsi telur 1 buah/hari TB/U sebesar 0,63 dan z-score BB/U
Ekuador 163 orang 2) Kontrol: Tidak ada perlakuan sebesar 0,61
25

Penulis,
No Durasi
Tahun, Sasaran Bahan Intervensi Hasil
Intervensi
Negara
7. (Rohmawati et Ibu dengan Kelompok: 12 pekan Perbandingan rata-rata kadar
al., 2021), bayi yang 1) Intervensi: Tablet seng 20 mg/hari osteokalsin darah tali pusat dan
Indonesia baru lahir 2) Kontrol: Plasebo median panjang lahir neonates
71 orang kelompok intervensi lebih tinggi
daripada kelompok plasebo:
 131,8±35,3 vs 90,6±35,4
ng/ml
 49,3 (46,5-51,3) vs 48,3 (46-
50,8) cm
Intervensi Gizi Sensitif
8. (Hestuningtyas Ibu yang Kelompok: 6 pekan Kelompok intervensi terdapat
and Noer, memiliki anak 1) Intervensi: Konseling gizi dengan peningkatan skor pengetahuan, sikap,
2014), stunting usia instrumen berupa kuesioner, leaflet praktik ibu, dan asupan zat gizi anak
Indonesia 1-2 tahun standar diet, formulir recall 24 jam, secara signifikan
20 orang leaflet daftar bahan makanan penukar,
dan infantometri.
2) Kontrol: Tidak ada perlakuan

9. (Julianti and Kader Kelompok Intervensi: Paket Intervensi 3 hari  Rata-rata skor keterampilan
Elni, 2022), Posyandu Stunting (PIS) terdiri dari edukasi tentang kader untuk melakukan
Indonesia 35 orang stunting, ASI, praktik pengukuran pengukuran panjang/tinggi badan
pertumbuhan, praktik teknik menyusui meningkat sebesar 3,4
yang diberikan dalam bentuk ceramah,  Rata-rata skor keterampilan
diskusi, demonstrasi, dan media untuk melakukan teknik
audiovisual menyusui meningkat sebesar
3,34
26

Penulis,
No Durasi
Tahun, Sasaran Bahan Intervensi Hasil
Intervensi
Negara
10. (Kang et al., Anak usia 0-24 Kelompok: 12 bulan Kelompok intervensi memiliki
2017), bulan 1) Intervensi: Pelatihan tentang feeding peningkatan z-score yang lebih besar
Ethiopia 1.790 orang practice untuk TB/U sebesar 0,021 z-
2) Kontrol: Tidak ada perlakuan score/bulan dan BB/TB sebesar 0,042
z-score/bulan

11. (Nyamasege et Wanita hamil Kelompok: 55 bulan  Prevalensi stunting pada kelompok
al., 2021), yang difollow- 1) Intervensi: Konseling dan edukasi kontrol (13,9%) lebih besar
Kenya up hingga tentang nutrisi dibandingkan kelompok intervensi
anaknya 2) Kontrol: Tidak ada perlakuan (11,1%)
berusia 13-55  Tinggi badan anak-anak kelompok
bulan intervensi lebih tinggi
438 orang dibandingkan kelompok kontrol
masing-masing dengan 0,47 cm
dan 0,72 cm
12. (Fitriani, Calon Kelompok Intervensi: Edukasi gizi 1 hari Rata-rata skor pengetahuan calon
Ramlan and pengantin menggunakan kartu cegah stunting pengantin
Rusman, wanita  Sebelum intervensi: 25,43
2021), 87 orang  Setelah intervensi: 29,00
Indonesia
13. (Iswandari et Ayah yang Kelompok Intervensi: Edukasi dan 2 bulan Adanya peningkatan rata-rata skor,
al., 2020), memiliki anak konseling gizi mengunakan Biblio yaitu sebelum intervensi sebesar 71,15
Indonesia <3 tahun journaling setelah intervensi sebesar 95,75
20 orang
27

Penulis,
No Durasi
Tahun, Sasaran Bahan Intervensi Hasil
Intervensi
Negara
14. (Sirajuddin et Ibu dengan Kelompok: 4 bulan Angka stunting mengalami penurunan
al., 2021), anak usia 0-6 1) Intervensi: Pendidikan kelas (prinsip lebih besar pada kelompok inervensi
Indonesia bulan menyusui dan makanan pendamping sebesar 9,3% dibandingkan pada
85 orang ASI), simulasi kelas (praktik menyusui kelompok kontrol sebesar 2,4%
dan makanan pendamping ASI),
kunjungan rumah 2 kali sebulan dan
total kunjungan 15 kali untuk
(dukungan atas kebiasaan baru dalam
praktik menyusui dan praktik
pemberian makanan pendamping ASI),
pemantauan tumbuh kembang anak,
dan sanitasi tangan
2) Kontrol: Imunisasi dasar, pemantauan
pertumbuhan, dan suplementasi
vitamin A
15. (Ringgi and Ibu yang Kelompok Intervensi: Edukasi tentang 1 pekan Adanya peningkatan skor pre-post test,
Keuytimu, memiliki balita Feeding Practice diberikan setiap hari yaitu pre-test sebesar 37,73 dan post-
2022), stunting selama satu pekan test sebesar 43,04
Indonesia 45 orang
16. (Pickering et Rumah tangga Kelompok: 24 bulan Tinggi badan anak-anak di desa
al., 2015), dengan anak 1) Intervensi: Pelatihan berbasis intervensi lebih tinggi dibandingkan
Mali usia <10 tahun komunitas tentang sanitasi anak-anak di desa kontrol dengan
4.532 orang 2) Kontrol: Tidak ada perlakuan perbedaan HAZ sebesar 0,18
17. (George et al., Rumah tangga Kelompok: 12 bulan Anak-anak <2 tahun pada kelompok
2021), yang memiliki 1) Intervensi mHealth dengan kunjungan: intervensi dengan kunjungan risiko
Bangladesh anak usia <5 Water, Sanitation, and Hygiene Mobile terkena stunting lebih rendah
tahun Health Program dan kunjungan (OR:0,55) daripada anak-anak pada
2.626 orang 2) Intervensi mHealth tanpa kunjungan: kelompok tanpa kunjungan (OR:0,54)
Water, Sanitation, and Hygiene Mobile
Health Program
3) Kontrol: Pesan kesehatan secara online
28

Penulis,
No Durasi
Tahun, Sasaran Bahan Intervensi Hasil
Intervensi
Negara
18. (Suntari and Rumah tangga Kelompok Intervensi: Edukasi 1 bulan Rata-rata skor sebelum intervensi
Gama, 2020), yang memiliki menggunakan kegiatan rumah belajar sebesar 58,36, kemudian setelah
Indonesia anak stunting intervensi menjadi 61,87
138 orang
19. (Banowo and Ibu dan anak Kelompok: 1 bulan Skor praktik feeding practice
Hidayat, stunting usia 1) Intervensi: Edukasi gizi sebelum intervensi: 26,53
2021), <2 tahun 2) Kontrol: Tidak ada perlakuan setelah intervensi: 32,58
Indonesia 80 orang
20. (Al-Rahmad, Calon Kelompok Intervensi: Konseling ASI 30 menit Skor rata-rata pengetahuan
2017), pengantin Eksklusif  sebelum intervensi: 25,7
Indonesia wanita  setelah intervensi: 31,9
30 orang
21. (Kasjono and Siswi SMA Kelompok: 1 bulan Aplikasi GASING dapat meningkatkan
Suryani, 218 orang 1) Intervensi: Edukasi menggunakan pengetahuan, sikap, dan perilaku
2020), aplikasi GASING tentang pencegahan stunting
Indonesia 2) Kontrol: Edukasi menggunakan leaflet
Keterangan: SQ-LNS (Small Quantity-Lipid-Based Nutrient Supplements), WAZ (Weight-Age-Z score), HAZ (Height-Age-Z score)
29

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dalam 21 artikel yang

ditelaah bentuk intervensi dibagi menjadi dua, yaitu intervensi gizi spesifik dan

sensitif. Adapun sasaran intervensi gizi spesifik didominasi oleh ibu dan anak,

sedangkan sasaran intervensi gizi sensitif bervariasi, seperti kader Posyandu, calon

pengantin wanita, dan siswi SMA. Bentuk intervensi gizi spesifik dan sensitif yang

dominan dilakukan adalah pemberian suplemen secara teratur dan edukasi gizi.

Intervensi gizi berdasarkan durasi paling panjang selama 55 bulan, sedangkan

paling pendek selama 30 menit.

Intervensi dengan suplementasi memberikan hasil yang bervariasi terhadap

pertumbuhan anak. Suplementasi seng secara bervariasi terbukti meningkatkan z-

score TB/U dan tinggi/panjang badan (Adriani and Wirjatmadi, 2014; Hess et al.,

2015; Ghazian and Candra, 2016; Rohmawati et al., 2021). Pemberian makanan

tambahan kurma, telur, dan suplementasi vitamin A terbukti meningkatkan z-score

TB/U (Adriani and Wirjatmadi, 2014; Iannotti et al., 2017; Budiana and Marlina,

2020). Suplementasi probiotik Lactobacillus reuteri terbukti meningkatkan berat

dan tinggi badan (Agustina et al., 2013). Sementara itu, artikel dengan jenis

intervensi gizi sensitif juga menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan, sikap,

dan perilaku pencegahan stunting pada masyarakat dan mengurangi risiko stunting

pada anak (Hestuningtyas and Noer, 2014; Pickering et al., 2015; Al-Rahmad,

2017; Kang et al., 2017; Suntari and Gama, 2020; Iswandari et al., 2020; Kasjono

and Suryani, 2020; Banowo and Hidayat, 2021; Sirajuddin et al., 2021; Fitriani,

Ramlan and Rusman, 2021; George et al., 2021; Nyamasege et al., 2021; Ringgi

and Keuytimu, 2022; Julianti and Elni, 2022).


30

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan hubungan antara model intervensi gizi dengan kejadian

stunting tidak diperoleh karena tidak dilakukan analisis statistik lebih

lanjut (meta-analisis).

2. Adanya heterogenitas jenis desain studi penelitian eksperimen dan

indikator gizi yang digunakan, sehingga sulit untuk membuktikan

intervensi gizi mana yang paling efektif.

3. Adanya faktor lain yang dapat memengaruhi peningkatan status gizi,

seperti akses pelayanan kesehatan, wilayah, dan karakteritik individu,

sehingga terdapat bias pada penelitian ini.

4.2. Intervensi Gizi

Intervensi gizi stunting didefinisikan sebagai kegiatan yang bertujuan

untuk menanggulangi masalah stunting. Di Indonesia, intervensi gizi dibagi

menjadi dua jenis berdasarkan sasaran dan bentuk intervensinya, yaitu

intervensi gizi sensitif dan spesifik. Upaya ini dilakukan secara konvergen,

yaitu terkoordinir, terpadu, dan bersama-sama pada target sasaran wilayah

geografis dan rumah tangga prioritas untuk mencegah stunting. Konvergensi

upaya penanggulangan stunting membutuhkan keterpaduan proses

perencanaan, penganggaran, dan pemantauan program/kegiatan pemerintah

secara lintas sektor untuk memastikan tersedianya setiap layanan intervensi


31

gizi spesifik kepada keluarga sasaran prioritas dan intervensi gizi sensitif

untuk semua kelompok masyarakat (Kemensetneg, 2018).

Intervensi gizi yang ditemukan pada 21 artikel yang ditelaah sebanyak 4

intervensi, yaitu suplementasi (vitamin A, seng, zat besi, probiotik),

pemberian makanan pendamping (telur dan kurma), Water, Sanitation, and

Hygiene (WASH), edukasi dan konseling (berdasarkan sasaran dan media

intervensi). Berikut penjelasan terkait 4 bentuk intervensi gizi dalam upaya

penanggulangan stunting pada anak usia di bawah lima tahun:

4.2.1. Intervensi Gizi Spesifik

Intervensi gizi spesifik bertujuan untuk menangani penyebab

langsung masalah gizi (asupan makan dan penyakit infeksi) dan

merupakan lingkup pelayanan kesehatan. Intervensi ini dapat

mengurangi 15% kematian balita dan angka stunting sekitar 20,3%.

Salah satu bentuk intervensi gizi spesifik adalah suplementasi

mikronutrien dan pemberian makanan tambahan yang diberikan pada

wanita usia subur, ibu hamil, atau anak usia di bawah lima tahun

(Kementerian Kesehatan RI, 2018).

A. Suplementasi

Suplementasi nutrisi merupakan penambahan produk makanan

untuk melengkapi kebutuhan zat gizi pada tubuh. Kandungan

suplemen berupa mikronutrien, seperti vitamin, mineral, asam amino,

dan bahan lain yang memiliki efek fisiologis (BPOM, 2004). Adapun
32

suplemen yang terbukti memengaruhi pertumbuhan anak, yaitu

suplemen vitamin A, seng, zat besi dan probiotik.

a. Vitamin A (1 Artikel)

Vitamin A adalah zat gizi mikro yang berperan pada fungsi

indera penglihatan, pemeliharaan kulit dan mukosa, produksi sel

darah merah, pertumbuhan dan perkembangan jaringan epitel,

memperkuat kekebalan tubuh dan perkembangan gigi serta rambut.

Selain fungsinya terhadap tubuh, vitamin A juga berperan dalam

perkembangan embrio (Maia et al., 2019; Soares et al., 2019). Kadar

vitamin A diukur berdasarkan konsentrasi serum retinol, yaitu <1,05

µmol/l dikategorikan kekurangan vitamin A (KVA), <0,70 µmol/l

dikategorikan KVA sedang, dan <0,35 µmol/l KVA berat (WHO,

2009a). Namun, zat gizi mikro ini tidak diproduksi oleh tubuh

manusia, sehingga diperlukan asupan harian yang cukup untuk

mencegah kekurangan vitamin A.

Suplementasi vitamin A merupakan salah satu solusi untuk

menanggulangi stunting karena perannya penting dalam

perkembangan dan pertumbuhan jaringan pada tubuh dan embrio. Hal

tersebut disampaikan oleh WHO yang merekomendasikan intervensi

suplementasi vitamin A pada anak usia 6-59 bulan untuk mengurangi

angka kematian dan kesakitan serta pencegahan penyakit kronis pada

bayi dan anak (Saad et al., 2021). Penelitian Adriani dan Wirjatmadi

(2014) juga menunjukkan adanya pengaruh suplementasi vitamin A


33

dalam upaya penanggulangan stunting berupa peningkatan rata-rata z-

score tinggi badan anak (Adriani and Wirjatmadi, 2014).

Penanggulangan stunting melalui suplementasi untuk

memenuhi nutrisi dapat diberikan pada masa kehamilan. Di masa

kehamilan, ibu dapat kekurangan vitamin A karena kurangnya asupan

makanan bergizi (WHO, 2009a). Kekurangan vitamin A saat masa

kehamilan menyebabkan gangguan subklinis dan klinis, seperti

penurunan imunitas, anemia, infeksi, gangguan pertumbuhan, dan

xerophthalmia (Sommer and Davidson, 2002; Sherwin et al., 2012).

Hal tersebut juga dibuktikan dengan beberapa penelitian eksperimen

bahwa kekurangan vitamin A berpengaruh terhadap embrio dan pasca

kelahiran berupa kelainan dan kematian embrio (Wilson, Roth and

Warkany, 1953; Zile, 2001). Meskipun begitu asupan vitamin A tidak

hanya dibutuhkan saat kehamilan, melainkan saat masa pertumbuhan

anak.

Peran vitamin A dalam pertumbuhan manusia dibuktikan oleh

penelitian Luca (2000) yang menunjukkan adanya pengaruh vitamin

A terhadap sekresi hormon pertumbuhan dan hormon tiroid (De Luca

et al., 2000). Penelitian Zile (2001) menemukan kekurangan vitamin

A menyebabkan jumlah sel pada limpa, timus, dan kelenjar sublingual

kurang normal. Beberapa penelitian membuktikan bahwa vitamin A

berperan dalam diferensiasi dan penggandaan sel jaringan epitel dan

pembentukan tulang. Penelitian-penelitian tersebut membuktikan


34

bahwa vitamin A berpengaruh dalam masa pertumbuhan. Oleh karena

itu, kebutuhan vitamin A khususnya pada masa kehamilan dan

pertumbuhan harus tercukupi dengan mengonsumsi buah, sayuran,

dan makanan sumber vitamin A (Zile, 2001).

Suplementasi vitamin A merupakan salah satu program

intervensi pendukung yang termasuk dalam strategi nasional

percepatan pencegahan stunting melalui suplementasi mikronutrien.

Suplementasi diberikan kepada tiga kelompok sasaran, yaitu bayi (6-

11 bulan), anak balita (12-59 bulan), dan ibu nifas (0-42 hari setelah

melahirkan). Suplementasi kapsul vitamin A bertujuan untuk

memulihkan gizi buruk akut pada anak (Kemensetneg RI, 2018).

b. Seng (2 Artikel)

Seng merupakan mikronutrien yang memiliki efek penting

untuk pertumbuhan dan perkembangan anak karena berkontribusi

dalam perkembangan dan pertumbuhan sel, respon imun, katalis

enzim, neurotransmisi, dan membantu metabolisme protein (King,

2011; Terrin et al., 2015). Penelitian pada manusia dan hewan

membuktikan bahwa defisiensi seng dapat membatasi pertumbuhan

fisik (Clegg et al., 2005; Prasad, 2013). Defisiensi seng terjadi karena

kurangnya asupan makanan tinggi seng, seperti daging, ikan, dan

kacang-kacangan (Gibson, 2006; Black et al., 2013). Maka dari itu,

suplementasi seng diperlukan sebagai salah satu intervensi dalam

penanggulangan stunting.
35

Suplementasi seng merupakan intervensi jangka pendek yang

keberhasilannya bergantung pada kepatuhan individu. Hal ini

membutuhkan konsistensi, pasokan, dan sasaran yang tepat dalam

pelaksanaan intervensi tersebut (Brown et al., 2004). Dampak

suplementasi ditunjukkan oleh penelitian Ghazian & Candra (2016)

dan Rohmawati et al. (2021) bahwa suplementasi seng dapat

meningkatkan tinggi badan anak (Ghazian and Candra, 2016;

Rohmawati et al., 2021).

Percobaan pada manusia mengenai efek defisiensi seng pernah

dilakukan, hasilnya defisiensi seng menurunkan konsentrasi insulin 1

(IGF-1) (Ninh et al., 1993; Cossack, 1995). Pada reseptor IGF-1,

terdapat aktivitas enzim tirosin kinase. Saat aktivasi reseptor IGF-1,

fosforilasi terjadi di dalam sel yang berperan dalam pengaturan siklus

dan pembelahan sel. Fosforilasi tirosin pada reseptor IGF-1 sangat

penting untuk aktivasinya, maka dapat disimpulkan bahwa fosforilasi

reseptor tirosin kinase sangat berperan dalam pertumbuhan manusia

(Macdonald et al., 1998; Wilson, Hogstrand and Maret, 2012).

Selain pada manusia, percobaan terkait defisiensi seng juga

dilakukan pada hewan. Tikus yang mengalami defisiensi seng akan

mengalami gangguan pada aktivitas deoxythymidine kinase, enzim

tersebut akan mengubah deoxythymidine menjadi deoxythymidine 59-

monophosphate. Adanya penurunan aktivitas deoxythymidine kinase

dapat memengaruhi DNA, protein, dan sintesis kolagen pada tikus.


36

Dengan demikian, seng berperan ganda dalam pertumbuhan, yaitu

untuk generasi IGF-1, fosforilasi reseptor IGF-1, dan aktivasi

deoxythymidine kinase yang terlibat dalam pembelahan dan

pertumbuhan sel (Prasad et al., 1996; Macdonald et al., 1998). Maka,

suplementasi seng terbukti efektif sebagai bahan intervensi stunting

pada anak usia di bawah lima tahun.

Strategi intervensi gizi untuk meningkatkan asupan seng dapat

dilakukan dengan berbagai cara, yaitu suplementasi, fortifikasi,

modifikasi pola makan, dan biofortifikasi. Namun, keberhasilan

strategi tersebut bergantung pada komitmen para pemangku kebijakan

untuk menjadikan intervensi ini sebagai program berkelanjutan

(sustainable). Oleh karena itu, perencanaan program penanggulangan

stunting harus berbasis data hasil penelitian agar dapat meningkatkan

kualitas dan cakupan intervensi dan sesuai sasaran yang tepat (Gibson,

2006; Liu et al., 2018).

Implementasi intervensi suplementasi seng di Indonesia

ditunjukkan dalam strategi nasional percepatan pencegahan stunting

(Stranas Stunting). Suplementasi seng merupakan intervensi gizi

pendukung yang diberikan pada anak untuk mengobati penyakit diare

(Kemensetneg RI, 2018). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wati

dkk. yang menunjukkan bahwa suplementasi seng efektif menurunkan

lama waktu diare (Wati, Rahmatullah and Hepriatna, 2019).


37

c. Zat besi (1 Artikel)

Zat besi merupakan mineral yang berperan dalam

pembentukan sel darah merah, hemoglobin, dan aktifitas enzim.

Setiap sel dan organ membutuhkan zat besi untuk perkembangan dan

fungsi metabolisme (Beard, 2001). Defisiensi zat besi terjadi pada

30% populasi dunia atau diperkirakan 2 miliar orang (Bailey, 2015).

Defisiensi zat besi dapat memengaruhi metabolisme karena

mengganggu intensitas energi yang dibutuhkan mitokondria dan

respirasi seluler (Bastian et al., 2017). Efek tersebut dapat terlihat saat

masa pertumbuhan dan perkembangan. Pada masa neonatus,

kebutuhan oksigen empat kali lebih besar daripada orang dewasa

(Kuzawa, 1998). Maka dari itu, prevalensi defisiensi zat besi lebih

besar dialami wanita hamil dan anak-anak.

Defisiensi zat besi pada wanita hamil dikaitkan dengan berat

badan lahir rendah, kelahiran prematur, dan komplikasi perinatal,

terutama perdarahan. Anemia yang diakibatkan defisiensi zat besi

berkontribusi sebesar 20% dari kematian ibu (Bailey, 2015). Anak

yang lahir dari ibu yang kekurangan zat besi cenderung memiliki

simpanan zat besi yang rendah, menderita gangguan perkembangan

fisik dan kognitif, dan memiliki sistem kekebalan yang kurang

optimal (Lozoff et al., 2014; Bailey, 2015). Kekurangan zat besi pada

awal kehidupan dapat memengaruhi genetik, sehingga dampak yang

dihasilkan bersifat permanen (Lozoff et al., 2006; Lukowski et al.,


38

2011; Tran et al., 2016, 2022). Dengan demikian, kekurangan zat besi

dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Maka dari

itu, diperlukan intervensi suplemen seng dalam penanggulangan

stunting.

Penggunaan suplemen zat besi dalam penanggulangan

stunting ditunjukkan oleh penelitian Ghazian dan Candra. Penelitian

tersebut membuktikan bahwa suplemen zat besi berpengaruh terhadap

pertumbuhan anak. Suplemen zat besi diberikan sebanyak 7,5 mg/hari

dan memberikan efek berupa peningkatan rata-rata tinggi badan anak

usia<5 tahun (Ghazian and Candra, 2016). Hal tersebut didukung oleh

pendapat beberapa ahli terkait peran zat besi terhadap pertumbuhan

anak.

Para ahli menyebutkan bahwa zat besi berperan sebagai

komponen enzim ribonukleotida reduktase dalam sintesis DNA.

Selain itu, zat besi juga berperan sebagai komponen sitokrom dalam

produksi Adenosine Triphosphate (ATP) dan sintesis protein. Kedua

hal tersebut berpengaruh pada pertumbuhan jaringan (Andrews, 1999;

Duggan et al., 2016). Dengan demikian, zat besi berperan penting

dalam pertumbuhan anak.

Suplementasi zat besi adalah salah satu intervensi gizi spesifik

dalam Stranas Stunting di Indonesia. Sasaran prioritas intervensi ini

adalah wanita usia subur, ibu, dan anak. Suplementasi zat besi

diberikan untuk mencegah anemia terutama pada wanita usia subur


39

dan ibu hamil serta mencegah kecacingan pada anak (Kemensetneg

RI, 2018).

d. Probiotik (1 Artikel)

Probiotik merupakan mikro-organisme yang dimanfaatkan

sebagai makanan tambahan karena berdampak baik terhadap

kesehatan manusia (Piccioni et al., 2021). Probiotik harus memenuhi

beberapa kriteria, yaitu mampu bertahan hidup di inangnya,

menempel pada epitel di usus halus, menghasilkan zat anti mikroba,

dan tidak bersifat patogen, sehingga aman dikonsumsi (Montalban-

Arques et al., 2015). Bakteri Lactobacillus merupakan salah satu

spesies bakteri yang dijadikan produk probiotik. Lactobacillus adalah

bakteri gram positif yang mampu menghasilkan asam laktat dari hasil

metabolisme glukosa (Amabebe and Anumba, 2018). Dengan

demikian, probiotik dapat dijadikan bahan untuk intervensi kesehatan.

Penelitian Agustina dkk. membuktikan bahwa suplemen

probiotik dapat memengaruhi pertumbuhan anak. Lactobacillus

reuteri terbukti meningkatkan berat badan sebesar 0.03 kg/bulan dan

tinggi badan sebesar 0,03 cm/bulan, sedangkan Lactobacillus casei

terbukti hanya meningkatkan berat badan sebesar 0,03 kg/bulan

(Agustina et al., 2013).

Sebuah kajian literatur menemukan bahwa L. reuteri memiliki

banyak efek terhadap kesehatan dan penyakit, yaitu menghasilkan

histamine, reuterin, meringankan gejala kolik pada bayi, dan


40

mencegah infeksi bakteri H. pylori (Piccioni et al., 2021). Penelitian

lain menemukan L. reuteri berfungsi dalam pencegahan dan

pengobatan berbagai gejala dan gangguan pencernaan, misalnya diare.

Hal ini dikarenakan L. reuteri menempel di epitel usus untuk

menghasilkan zat antimikroba dan protein yang berfungsi sebagai

penghalang patogen yang masuk (Saviano et al., 2021). Selain bakteri

L. reuteri, bakteri L. casei juga terbukti memengaruhi pertumbuhan

anak.

Produk probiotik dari jenis L. casei berfungsi untuk membantu

produksi makrofag dan mengaktifkan fagosit. Proses ini merupakan

respon awal sistem kekebalan tubuh sebelum pembentukan antibodi.

Adanya fagosit dapat menyingkirkan patogen di dalam tubuh

(Widiyaningsih, 2011). Maka dari itu, probiotik dari jenis L. reuteri

dan L. casei terbukti efektif untuk meningkatkan sistem kekebalan

tubuh dan mengurangi infeksi penyakit dan hal ini merupakan salah

satu upaya pencegahan stunting.

Meskipun begitu, literatur terdahulu menemukan beberapa

kasus adanya perbedaan antara label produk probiotik dengan

kandungan di dalamnya. Sifat asli dari probiotik dapat rusak karena

pengaruh proses produksi. Maka dari itu, sebaiknya intervensi gizi

dengan bahan probiotik tidak menggunakan produk probiotik

komersial agar hasil intervensinya baik dan kandungannya terjaga

(Jarde et al., 2018).


41

B. Pemberian Makanan Pendamping (Complementary Feeding)

Complementary feeding merupakan makanan tambahan

pendamping ASI yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi

anak. Pemberian makanan pendamping adalah tahap penting dalam

masa transisi dari pemberian ASI ke makanan keluarga. Hal ini

diperlukan pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak, karena

pada masa ini anak rentan terhadap defisiensi nutrisi dan terdapat

perubahan pada pola makan. Dengan demikian, diperlukan makanan

pendamping untuk memberikan makanan, rasa, dan pengalaman

makan yang baru (Fewtrell et al., 2017). Adapun makanan

pendamping yang terbukti memengaruhi pertumbuhan anak, yaitu

telur dan kurma.

a. Telur (1 Artikel)

Telur adalah salah satu makanan sumber protein yang kaya

nutrisi. Satu telur mengandung 146,9 mg kolin dan omega-3 bila

konsumsinya tidak ditambahkan bahan lainnya, seperti gula, natrium,

dan lemak. Selain itu, telur juga mengandung nutrisi yang baik untuk

pembentukan tulang, yaitu vitamin D, seng, lutein, zaexhantin, dan

komponen bioaktif osteogenik. Konsumsi telur sebagai makanan

tambahan telah lama dilakukan karena telur mudah didapatkan dan

diolah oleh masyarakat (Papanikolaou and Fulgoni, 2019). Dengan

demikian, konsumsi telur dapat dijadikan suplemen makanan untuk

intervensi gizi masyarakat.


42

Penelitian terdahulu telah menguji efektifitas telur sebagai

makanan tambahan bagi anak-anak. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa konsumsi telur 1 buah/hari dapat meningkatkan z-score TB/U

dan BB/U pada balita (Iannotti et al., 2017). Hal ini sejalan dengan

penelitian Coheley dkk. yang menemukan bahwa konsumsi telur

bermanfaat bagi kesehatan tulang (Coheley et al., 2018). Penelitian

skala besar di India juda menemukan bahwa rendahnya konsumsi telur

meningkatkan risiko stunting (Aguayo et al., 2016).

Telur mengandung banyak nutrisi yang bermanfaat bagi

pertumbuhan. Putih dan kuning telur mengandung kolin dan omega-3

yang telah lama dibuktikan memengaruhi pertumbuhan (Dubin,

Mckee and Battish, 1994). Protein dalam telur diperlukan untuk

pembentukan jaringan otot dan penyerapan mineral (Lo¨nnerdal and

Lien, 2003). Kandungan lutein dan zeaxanthin pada telur berfungsi

sebagai anti-inflamasi yang dapat mengurangi peradangan (Andersen,

2015). Dengan demikian, konsumsi telur terbukti berdampak baik

terhadap pertumbuhan manusia.

Meskipun begitu, beberapa penelitian menemukan bahwa

konsumsi telur dikaitkan dengan peningkatan natrium dan lemak

jenuh yang tinggi. Hal ini dikarenakan pengolahan telur yang salah

dengan menambahkan beberapa zat aditif dan makanan tinggi lemak.

Maka dari itu, telur harus diolah dengan baik dan konsumsinya
43

didampingi dengan makanan tinggi nutrisi lainnya, seperti sayur dan

biji-bijian (Zhong et al., 2019).

b. Kurma (1 Artikel)

Kurma (Phoenix dactylifera) merupakan salah satu buah yang

bermanfaat bagi kesehatan, yaitu sebagai antioksidan, anti-

hiperlipidemia, dan dapat mencegah penyakit kardiovaskular. Kurma

dapat dijadikan makanan tambahan karena kaya akan mineral,

vitamin, dan serat (Marwat et al., 2009). Salah satu olahan kurma yang

sering kita temui adalah sari kurma. Sari kurma adalah kurma yang

telah dihaluskan dan diambil sarinya. Pembuatan sari kurma ini

bertujuan untuk memudahkan konsumen dalam mengonsumsinya.

Dengan demikian, masyarakat dapat menjangkau kurma dengan

mudah dan kurma dapat dijadikan makanan tambahan untuk

memenuhi asupan gizi harian (Budiana and Marlina, 2020).

Salah satu penelitian tentang efektifitas kurma terhadap

kesehatan menemukan bahwa kurma dapat meningkatkan z-score

pada balita. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan angka kecukupan

energi, seng, kalsium, dan protein setelah diberi intervensi. Intervensi

diberikan dalam bentuk suplemen sari kurma sebanyak 5 ml/ hari

selama tiga bulan. Kandungan kurma yang beragam sangat

bermanfaat bagi pertumbuhan anak (Budiana and Marlina, 2020).

Adanya peningkatan energi, seng, kalsium, dan protein setelah

diberikan makanan pendamping kurma disebabkan oleh banyaknya


44

mineral yang terkandung di dalamnya. Energi dibutuhkan dalam

proses metabolisme yang berfungsi untuk memperbaiki jaringan rusak

dan membantu sistem peredaran darah. Jika asupan energi harian tidak

terpenuhi, maka akan menyebabkan ketidakseimbangan yang bila

terjadi terus-menerus dapat menimbulkan masalah gizi. Selain itu,

masalah gizi juga dapat ditimbulkan dari kurangnya asupan protein

yang akan berdampak pada proses penyerapan zat gizi. Sedangkan,

kalsium dan seng merupakan mineral yang berperan dalam menjaga

kesehatan dan proses pembentukan tulang (Almatsier, 2010). Dengan

demikian, kurma terbukti dapat memenuhi asupan gizi harian untuk

menanggulangi stunting.

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat diketahui bahwa

suplementasi mikronutrien dan pemberian makanan pendamping

berdampak baik pada pertumbuhan linier anak melalaui perbaikan asupan

gizi. Meskipun begitu, terdapat tantangan dalam penyelenggaraan

intervensi gizi ini, yaitu membutuhkan biaya yang besar dan strategi yang

tepat untuk meningkatkan cakupan, manfaat, dan keberlanjutan intervensi.

Hal ini menyebabkan sedikitnya jumlah penelitian eksperimen yang dapat

membuktikan adanya efek suplementasi terhadap stunting (Kementerian

PPN/ Bappenas, 2018; Tam et al., 2020). Maka dari itu, hasil penelitian ini

dapat dijadikan evidence based untuk memberikan advokasi terhadap

strategi suplementasi, fortifikasi, dan konsumsi pangan sebagai upaya

penanggulangan stunting pada anak usia di bawah lima tahun.


45

4.2.2. Intervensi Gizi Sensitif

Intervensi gizi sensitif merupakan upayan untuk mengatasi

penyebab tidak langsung terjadinya masalah gizi (akses pelayanan

kesehatan, ketahanan pangan, kesehatan lingkungan, dan pola asuh).

Hal tersebut juga dikaitkan dengan kebijakan pada bidang lain (non

kesehatan), seperti pertanian, pendidikan, air minum dan sanitasi,

pemberdayaan perempuan, dan perlindungan sosial (Kementerian

Kesehatan RI, 2018). Adapun bentuk intervensi gizi sensitif yang

terbukti memengaruhi perilaku pencegahan stunting pada masyarakat,

yaitu program air, sanitasi, dan hygiene, edukasi dan konseling gizi,

kartu cegah stunting, biblio journaling, dan aplikasi gerakan cegah

stunting (GASING).

A. Water, Sanitation, and Hygiene (WASH) (2 Artikel)

Air, sanitasi, dan hygiene merupakan salah satu faktor yang

berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Metode intervensi

berbasis sanitasi dibagi menjadi dua kategori, yaitu intervensi air dan

sanitasi. Intervensi air bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan

kuantitas air minum yang tersedia. Intervensi sanitasi berfokus pada

perkembangan sarana dan prasarana yang dapat mendukung

peningkatan perilaku sanitasi masyarakat (Cumming and Cairncross,

2016). Intervensi ini sesuai dengan konsep epidemiologi dalam

pencegahan penyakit, yaitu dengan memutus interaksi host, agent, dan


46

environtment (CDC, 2012). Dengan demikian, intervensi WASH dapat

dijadikan salah satu upaya pencegahan penyakit.

Beberapa penelitian menjadikan intervensi berbasis sanitasi

sebagai salah satu upaya penanggulangan stunting. Penelitian tersebut

membuktikan bahwa intervensi ini dapat mengurangi risiko stunting

pada anak. Dua artikel tersebut menemukan bahwa peningkatan tinggi

badan anak pada kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan

kelompok kontrol (Pickering et al., 2015; George et al., 2021). Dengan

demikian, intervensi berbasis sanitasi terbukti efektif sebagai metode

intervensi stunting.

Keterkaitan sanitasi dengan stunting sangat kompleks karena

dihubungkan dengan terjadinya mekanisme biologis. Secara biologis

sanitasi dan stunting dikaitkan melalui tiga hal, yaitu diare yang

berulang, infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah, dan disfungsi

enterik lingkungan. Adanya hubungan sebab akibat antara diare dan

kekurangan gizi, dimana kekurangan gizi meningkatkan risiko terkena

diare. Selain itu, infeksi cacing dan disfungsi enterik lingkungan dapat

mengganggu penyerapan zat gizi pada tubuh. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa kesehatan lingkungan merupakan penyebab tidak

langsung stunting (Cumming and Cairncross, 2016).

Meskipun begitu, mekanisme biologis yang terjadi dapat

dipengaruhi oleh sarana/prasarana sanitasi dan status ekonomi. Secara

ekonomi sanitasi dan stunting dipengaruhi oleh pendapatan


47

masyarakat. Masyarakat kelas bawah cenderung sulit mendapatkan

akses air bersih, bahkan tidak jarang masyarakat harus membelinya.

Dengan demikian, sarana/prasarana sanitasi pada masyarakat kelas

bawah belum tercukupi. Maka dari itu, diperlukan kolaborasi lintas

sektor dalam pelaksanaan intervensi agar permasalahan stunting dapat

ditangani dari berbagai aspek/tidak hanya aspek kesehatan (Cumming

and Cairncross, 2016).

Intervensi perbaikan sanitasi dan akses air bersih merupakan

intervensi prioritas dalam Stranas Stunting. Cakupan intervensi

perbaikan sanitasi dan akses air bersih di Indonesia pada 2017

mencapai 74,2% dan 68% (Kemensetneg RI, 2018). Intervensi ini

diprioritaskan untuk masyarakat desa melalui kegiatan pembuatan

jamban dan MCK dan pemeliharaan saluran air (Kemenkes RI, 2018).

B. Edukasi dan Konseling (12 Artikel)

Edukasi dan konseling tentang gizi merupakan salah satu

metode pendidikan kesehatan dalam upaya penanggulangan stunting.

Edukasi gizi adalah strategi intervensi yang menggabungkan

pendidikan dan dukungan lingkungan bertujuan untuk membentuk

perilaku yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan

(Notoatmodjo, 2014). Konseling gizi merupakan proses komunikasi

dua arah antara pasien dan tenaga ahli untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam mengenali dan menyelesaikan

masalah gizi. Kedua upaya di atas dapat meningkatkan pengetahuan,


48

sikap, dan perilaku masyarakat tentang kebutuhan zat gizi (Ekayanthi

and Suryani, 2019). Adapun bentuk intervensi edukasi dan konseling

gizi yang ditemukan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu

berdasarkan sasaran dan media intervensi.

a. Berdasarkan Sasaran Intervensi

a) Calon Pengantin Wanita (Wanita Usia Subur)

Wanita Usia Subur (WUS) adalah semua wanita dewasa

yang berusia 15-49 tahun (Shanti et al., 2017). Wanita usia subur

telah matang secara fisik dan mental untuk konsepsi, sehingga pada

usia ini mereka dapat menjalani pernikahan sebagai salah satu tahap

prakonsepsi. Calon pengantin wanita akan memulai kehidupan baru

sebagai seorang ibu setelah menikah. Pemahaman dan pengetahuan

diperlukan oleh ibu dalam memenuhi gizi harian terutama pada masa

kehamilan dan 1000 HPK (Al-Rahmad, 2017). Sebuah penelitian

menunjukkan bahwa rendahnya tingkat pendidikan calon pengantin

dapat memengaruhi tingkat pengetahuan dan pemahamannya dalam

pemenuhan gizi (Wan Nedra and Firmansyah, 2006).

Gizi seimbang berpengaruh baik terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang

baik akan mengurangi risiko gangguan kesehatan. Salah satu

gangguan kesehatan yang dapat dicegah semenjak kehamilan adalah

stunting. Stunting merupakan gangguan kesehatan yang diakibatkan

oleh buruknya asupan gizi harian pada ibu dan anak (Melani and
49

Kuswari, 2019). Dengan demikian, diperlukan sebuah intervensi

pra-konsepsi untuk meningkatkan pengetahuan gizi kepada calon

pengantin.

Penelitian Al Rahmad menemukan bahwa konseling ASI

kepada calon pengantin dapat meningkatkan pengetahuan tentang

pentingnya ASI. Hasil penelitian ini dinilai sebelum dan setelah

intervensi, yaitu sebesar 93,4% calon pengantin mengalami

peningkatan pengetahuan. Konseling dilakukan menggunakan

media leaflet ASI eksklusif dan modul konseling di KUA (Al-

Rahmad, 2017).

Peningkatan pengetahuan calon pengantin dipengaruhi oleh

media intervensi dan konselor. Adanya faktor sikap dan emosional

yang turut memengaruhi dalam menentukan pilihan dan

pengambilan keputusan akan memengaruhi pengetahuan seseorang.

Selain itu, karakteristik konselor dalam berkomunikasi juga penting,

agar peserta dapat merasa nyaman dan terbuka (Gunarsa, 1992).

Maka dari itu, diperlukan keterampilan konseling untuk

meningkatkan kepercayaan diri pasien, sehingga pasien tersebut mau

memperbaiki perilakunya (Ekayanthi and Suryani, 2019).

Edukasi dan konseling kepada calon pengantin (Catin) mulai

digencarkan di Indonesia sebagai salah satu upaya pencegahan

stunting. Hal ini melibatkan kerjasama lintas sektor antara Kemenag

yang memiliki data Catin dan BKKBN yang memberikan intervensi


50

kepada Catin (BKKBN, 2021b). Pada tingkat daerah, implementasi

intervensi ini dilaksanakan dengan baik oleh Puskesmas. Puskesmas

sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dapat

memeriksa kesehatan dan edukasi tentang pentingnya kesehatan

reproduksi dan gizi keluarga kepada para calon pengantin.

(Kemenkes RI, 2018).

b) Ibu

Anak yang lahir sehat dan tumbuh dengan baik akan menjadi

generasi yang dapat menunjang keberhasilan pembangunan suatu

bangsa. Pemberdayaan perempuan dalam keluarga melalui

peningkatan pendidikan dan pengetahuan gizi adalah salah satu cara

untuk menurunkan risiko kejadian stunting (Rosha et al., 2016). Hal

ini menjadi krusial karena pandangan dan keyakinan keluarga akan

memengaruhi pola asuh anak (Suntari and Gama, 2020).

Penelitian Ohyver menemukan adanya hubungan antara pola

asuh dengan stunting. Perilaku pemberian makanan pada anak

dipengaruhi oleh pengetahuan gizi ibu (Ohyver, Moniaga and

Restisa, 2017). Pengetahuan gizi ibu adalah salah satu faktor yang

memiliki pengaruh signifikan terhadap kejadian stunting

(Handayani, Siagian and Aritonang, 2017). Oleh karena itu, upaya

penanggulangan stunting dapat dilakukan dengan meningkatkan

perbaikan gizi melalui peningkatan pengetahuan ibu.


51

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa intervensi gizi

kepada ibu dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku

pencegahan stunting. Penelitian Sirajuddin, Suntari, Banowo, dan

Ringgi menggunakan metode edukasi sebagai bahan intervesi,

sedangkan penelitian Hestuningtyas menggunakan metode

konseling gizi (Hestuningtyas and Noer, 2014; Suntari and Gama,

2020; Banowo and Hidayat, 2021; Sirajuddin et al., 2021; Ringgi

and Keuytimu, 2022).

Edukasi gizi efektif untuk meningkatkan pengetahuan

tentang pentingnya pemenuhan zat gizi saat masa kehamilan dan

1000 HPK. Pengetahuan gizi merupakan hasil “tahu” individu

tentang gizi setelah diberikan intervensi (Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan gizi ibu yang baik diharapkan dapat memengaruhi

pemberian makan anak. Adanya peningkatan pengetahuan sejalan

dengan perubahan sikap seseorang. Individu yang memiliki sikap

baik terhadap gizi cenderung berperilaku baik dalam pemenuhan zat

gizi (Ekayanthi and Suryani, 2019).

c) Kader Posyandu

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan pelayanan

kesehatan dengan pendekatan masyarakat. Posyandu dikelola oleh

kader yang telah diberikan pendidikan dan pelatihan dari Puskesmas.

Kader Posyandu berperan sebagai pelayan kesehatan yang dekat

dengan sasaran secara emosional dan geografis. Dengan demikian,


52

kader Posyandu berasal dari warga setempat yang telah mengetahui

karakteristik masyarakatnya (Widagdo and Husodo, 2009).

Peran kader Posyandu dalam penanggulangan stunting

adalah mensosialisasikan pentingnya perilaku pencegahan stunting

kepada masyarakat serta meningkatkan kesadaran masyarakat

terhadap stunting melalui pengukuran tinggi badan sebagai deteksi

dini stunting (Kementerian Desa Pembangunan Daerah tertinggal

dan Transmigrasi, 2017). Pelatihan dan pendidikan diperlukan untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader Posyandu dalam

menjalankan perannya. Hal ini sejalan dengan penelitian Julianti

yang menunjukkan bahwa pelatihan dan pendidikan dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader Posyandu

tentang deteksi dini dan pencegahan stunting. Pelatihan dan

pendidikan pada penelitian tersebut dinamakan “Paket Intervensi

Stunting”. Bentuk kegiatan dalam intervensi tersebut berupa edukasi

tentang stunting, ASI, praktik pengukuran pertumbuhan, dan praktik

teknik menyusui (Julianti and Elni, 2022).

Revitasilasi Posyandu merupakan langkah utama untuk

mengembangkan pelayanan dalam deteksi dini dan penanggulangan

stunting. Namun, pelaksanaannya belum optimal karena

keterbatasan dalam kompetensi kader. Maka dari itu, adanya

pelatihan dan pendidikan dapat meningkatkan kompetensi kader


53

agar revitalisasi Posyandu dapat terlaksana dengan baik (Julianti and

Elni, 2022).

d) Ayah

Peran ayah sangat penting dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan anak. Umumnya, ayah berperan untuk memberikan

dukungan finansial agar kebutuhan anak terpenuhi, seperti

kebutuhan zat gizi. Selain berperan dalam mencari nafkah untuk

memenuhi zat gizi, ayah juga berperan dalam memenuhi kebutuhan

afeksi (perhatian, kasih sayang, rasa aman) dan pengasuhan

(menjaga, memberi nasehat, meluangkan waktu) (Harmaini, Shofiah

and Yulianti, 2005).

Keterampilan dan kepercayaan diri adalah dua komponen

yang memengaruhi keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Ayah yang

mempersepsikan diri memiliki ketrampilan mengasuh yang lebih

besar menunjukkan keterlibatan dan tanggungjawab yang lebih

besar untuk tugas merawat anak. Namun, peran ayah dipengaruhi

oleh umur semakin dewasa usia seseorang maka semakin baik dalam

memberikan peran dalam keluarga (Probowati, Qomariyah and

Ratnawati, 2017).

Penelitian Iswandari menunjukkan bahwa ayah memiliki

peran penting dalam pengasuhan anak. Penelitian tersebut

merupakan penelitian intervensi yang diberikan kepada ayah dengan

metode biblio journaling. Intervensi ini bertujuan untuk


54

meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan peran ayah dalam

pengasuhan anak selama masa 1000 HPK (Iswandari et al., 2020).

Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa intervensi

edukasi dan konseling efektif dalam meningkatkan pengetahuan

masyarakat, tetapi faktor pendidikan dan sosial menjadi tantangan

tersendiri dalam pelaksanaannya. Masyarakat dengan pendidikan

rendah cenderung sulit untuk memahami materi yang disampaikan

saat edukasi gizi. Faktor sosial seperti tradisi dapat memengaruhi

sikap masyarakat terhadap sesuatu yang dianggap tidak sejalan

dengan tradisinya. Maka dari itu, pelaksanaan intervensi ini perlu

perencanaan yang matang, yaitu dengan menyesuaikan materi

intervensi dengan karakteristik masyarakat dan bekerjasama dengan

tokoh-tokoh pemangku kebijakan setempat (Sirajuddin et al., 2021).

b. Berdasarkan Media Intervensi

a) Kartu Cegah Stunting

Kartu merupakan salah satu media untuk memberikan

pendidikan kesehatan. Salah satu penggunaan kartu sebagai media

intervensi kesehatan adalah kartu cegah stunting. Kartu cegah

stunting digunakan untuk meningkatkan pengetahuan tentang

kesehatan masa kehamilan dan 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK)

(Fitriani, Ramlan and Rusman, 2021).

Penelitian Fitriani dkk. membuktikan bahwa penggunaan

kartu cegah stunting dapat meningkatkan pengetahuan calon


55

pengantin tentang kesehatan masa kehamilan dan 1000 HPK.

Intervensi ini ditujukan kepada calon pengantin untuk meningkatkan

pengetahuan kesehatan dan mempersiapkan kehamilannya. Kartu

cegah stunting berisi informasi tentang gizi seimbang pada masa

kehamilan, risiko kehamilan, dan 1000 Hari Pertama Kelahiran

(Fitriani, Ramlan and Rusman, 2021). Dengan demikian, media

kartu cegah stunting berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan

penggunanya.

Penelitian Fitriani dkk. sejalan dengan penelitian Nurlaela

dkk. yang menemukan bahwa media kartu dapat meningkatkan

pengetahuan penggunanya. Media kartu terbukti lebih efektif

dibandingkan media slide karena visual dan penggunaannya seperti

permainan, sehingga terjadi interaksi yang akan memudahkan

peserta mengingat materi yang disampaikan (Nurlaela et al., 2018).

Dengan demikian, penggunaan media kartu cegah stunting dengan

konsep permainan mampu meningkatkan pengetahuan calon

pengantin.

Namun, efektifitas kartu sebagai media promosi kesehatan

dipengaruhi oleh daya ingat penggunanya. Setelah 3 jam perlakuan,

ingatan dari apa yang didengar berkurang menjadi 85% kemudian

65% setelah 3 hari perlakuan. Maka dari itu, pelaksanaan intervensi

menggunakan media kartu sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali


56

agar informasi yang diterima dapat diingat dalam jangka waktu yang

lama (Sadiman et al., 2011).

b) Biblio Journaling

Biblio journaling merupakan perpaduan bibliotherapy dan

journaling therapy. Bibliotherapy merupakan bantuan psikologis

menggunakan buku bacaan untuk memahami dan mengelola

tantangan psikologis, sosial, dan emosional (Oluwaseye, 2017).

Kegiatan yang diberikan berupa tugas membaca bahan bacaan yang

telah direncanakan, diseleksi, dan diarahkan agar dapat

memengaruhi sikap, perasaan, perilaku individu sesuai dengan yang

diharapkan (Eliasa, 2011). Journaling therapy adalah kegiatan

menulis isi pikiran dan perasaan yang bertujuan untuk memilah-

milah masalah dan memahami diri sendiri. Integrasi kedua teknik ini

dipelopori oleh Johnson pada penelitiannya tentang efektifitas

pengobatan tradisional dalam pemulihan pecandu narkoba di Afrika

(Johnson, 2012). Maka dari itu, terapi ini dapat dijadikan pilihan

untuk menanggulangi masalah kesehatan.

Di Indonesia, penelitian eksperimen stunting dengan metode

biblio journaling pada 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK)

dilakukan dengan sasaran para ayah. Penelitian ini bertujuan untuk

mengoptimalkan peran ayah pada 1000 Hari Pertama Kelahiran

(HPK). Penelitian tersebut membuktikan bahwa biblio journaling

dapat meningkatkan pemahaman ayah tentang stunting, sehingga


57

peran ayah dapat optimal untuk menurunkan prevalensi stunting

(Iswandari et al., 2020).

Intervensi stunting menggunakan metode bliblio journaling

merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan para ayah dan anggota keluarga tentang cara

pengasuhan dan pemenuhan asupan zat gizi anak. Metode ini

dipadukan dengan bimbingan dan konseling untuk menyelesaikan

masalah dan dinamika yang ditulis serta dirasakan oleh para ayah

selama 1000 Hari Kelahiran Pertama (HPK) (Iswandari et al., 2020).

Dengan demikian, intervensi ini dapat meningkatkan peran ayah

dalam pengasuhan.

Biblio journaling terbukti efektif untuk meningkatkan peran

ayah dan keluarga dalam pemenuhan zat gizi anak. Namun,

penelitian terkait metode ini masih sedikit dibandingkan metode

intervensi stunting lainnya. Maka dari itu, pemerintah dan akademisi

dapat meningkatkan penelitian tentang biblio journaling untuk

membuktikan efektifitasnya dalam penanggulangan stunting

(Iswandari et al., 2020).

c) Aplikasi Gerakan Anti Stunting (GASING)

Teknologi berkembang pesat seiring berjalannya waktu.

Pemanfaatan teknologi dikaitkan untuk tujuan medis dan kesehatan,

yaitu kesehatan digital (digital health). Digital health adalah istilah

untuk mencakup berbagai teknologi yang digunakan dalam


58

perawatan kesehatan, informatika kesehatan, pendidikan kesehatan,

dan promosi kesehatan. Perangkat seluler yang dikembangkan dalam

digital health dapat berupa aplikasi atau situs web. Perangkat

tersebut dapat memudahkan akses informasi medis dan kesehatan di

internet, misalnya untuk memantau, mengukur, dan

memvisualisasikan tubuh manusia (Lupton, 2015).

Aplikasi Gerakan Anti Stunting (GASING) dibuat untuk

mengedukasi dan memantau perilaku gizi seimbang dan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) penggunanya. Data yang dilaporkan

dalam aplikasi ini, yaitu nama, usia, berat badan (BB), tinggi badan

(TB), waktu pengisian, nutrisi (karbohidrat, protein, lemak, mineral

dan vitamin) dan PHBS (tidak merokok, konsumsi sayur dan buah,

melakukan aktivitas fisik, memberantas jentik, menggunakan

jamban, mencuci tangan, menggunakan air bersih). Aplikasi ini

merupakan modifikasi media promosi kesehatan untuk

mempermudah akses informasi dan pemantauan kesehatan secara

online (Kasjono and Suryani, 2020). Dengan demikian, aplikasi

GASING dapat dimanfaatkan sebagai media promosi kesehatan

penanggulangan stunting.

Penelitian di Kulon Progo membuktikan bahwa aplikasi

GASING dapat memperbaiki perilaku pencegahan stunting

penggunanya. Sasaran penelitian tersebut adalah remaja putri. Hal


59

ini bertujuan untuk menanamkan pemahaman PHBS dan gizi

seimbang sejak dini kepada calon ibu (Kasjono and Suryani, 2020).

Penelitian Kasjono dan Suryani sejalan dengan penelitian

Amaliah dkk yang membuktikan bahwa penggunaan aplikasi mobile

dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu (Kasjono and

Suryani, 2020). Sebuah penelitian systematic review menunjukkan

bahwa penggunaan aplikasi mobile dalam intervensi perilaku

kesehatan mendapatkan respon baik dari masyarakat (Payne et al.,

2015). Informasi yang disampaikan melalui aplikasi lebih mudah

diakses dan dimengerti, sehingga pengetahuan dapat diberikan

kepada para pengguna. Selain itu, media visual pada aplikasi dapat

membantu penerimaan informasi karena penyerapan informasi

melalui indera penglihatan paling banyak menyalurkan pengetahuan

ke otak sebesar 75-87% (Tomintz et al., 2013). Maka dari itu,

aplikasi GASING terbukti efektif untuk dijadikan media intervensi

kesehatan.

Penggunaan aplikasi GASING sebagai media intervensi

stunting terbukti meningkatkan pengetahuan dan perilaku

pencegahan stunting. Namun, penerapan metode ini tidak bisa

menjangkau semua masyarakat karena keterbatasan dalam

kepemilikan dan kemampuan mengoperasikan hand phone. Oleh

karena itu, diperlukan sumber daya manusia (SDM), sarana, dan


60

prasarana untuk mendukung pelaksanaan intervensi ini (Kasjono and

Suryani, 2020).

Berdasarkan pembahasan di atas dapat diketahui keterkaitan

intervensi gizi sensitif dalam penanggulangan stunting. Program perbaikan

sanitasi (WASH) berdampak baik terhadap kondisi kesehatan lingkungan,

sehingga kejadian penyakit infeksi mengalami penurunan. Efektifitas

intervensi edukasi dan konseling gizi dikaitkan dengan perubahan pola asuh

keluarga yang akan berdampak pada perbaikan asupan gizi. Hal ini sesuai

dengan konsep intervensi stunting terintegrasi dalam pedoman pelaksanaan

intervensi stunting yang diterbitkan oleh Bappenas (Badan Perencanaan dan

Pembangunan Nasional) (Kementerian PPN/ Bappenas, 2018).

Meskipun begitu, masih terdapat keterbatasan secara kapasitas dan

kualitas dalam penyelenggaraannya. Oleh karena itu, diperlukan rekomendasi

untuk meningkatkan kualitas intervensi ini, yaitu dengan meningkatkan

inovasi teknologi dan keamanan pangan dan peningkatan surveilans

kesehatan pada ibu hamil dan balita. Selain itu, diperlukan juga kampanye

dan diseminasi stunting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang

pentingnya mencegah stunting (Jardí, Casanova and Arija, 2021; Rueda-

Guevara et al., 2021).


61

4.3. Kajian Keislaman terkait Upaya Penanggulangan Stunting


Anak merupakan salah satu amanah dari Allah SWT. Selain itu, anak

adalah investasi masa depan untuk dijadikan pemimpin dan penerus bangsa.

Maka dari itu, orang tua bertanggung jawab untuk melindungi sang anak

semenjak di dalam kandungan hingga lahir ke dunia (Baihaki, 2017). Hal ini

sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 9:

Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka

khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka

bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang

benar” (QS. An-Nisa: 9).

Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan untuk tidak menelantarkan

anak-anak (terutama anak yatim) yang mengakibatkan adanya

ketidakberdayaan dan kemiskinan. Bagi orang-orang yang beriman,

hendaknya mereka takut untuk meninggalkan anak-anaknya dalam kondisi

lemah dan tidak memiliki apa-apa, sehingga mereka sulit untuk memenuhi

kebutuhan dan hidup terlunta-lunta. Oleh karena itu, orang tua bertanggung

jawab untuk mendukung dan memenuhi aspek kehidupan anak-anaknya,

seperti kesehatan dan pendidikan (Sa’adah and Rizal, 2020).

Kesehatan anak adalah aspek penting yang harus diperhatikan oleh

orang tua. Salah satu gangguan kesehatan pada anak yang dapat dicegah oleh
62

orang tua adalah stunting. Stunting disebabkan oleh gizi buruk yang terjadi

saat masa kehamilan hingga anak berusia lima tahun. Penanggulangan

stunting dapat dilakukan dengan memberikan asupan makanan bergizi dan

edukasi masyarakat tentang gizi (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Intervensi tersebut sesuai dengan perintah Allah dalam surat Al-Baqarah ayat

168:

Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang

terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;

karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (QS. Al-

Baqarah: 168).

Ayat tersebut berisi perintah Allah kepada manusia untuk makan

makanan yang halal dan thayyib (baik). Halal adalah segala sesuatu yang

diperbolehkan dan tidak terikat dengan ketentuan. Makanan yang thayyib

(baik) adalah makanan yang baik dari segi nutrisi/kandungannya (Andriyani,

2019).
63

Selain makanan yang bergizi, edukasi tentang gizi juga diperlukan

untuk menanggulangi stunting. Pendidikan kesehatan bermanfaat untuk

meningkatkan pengetahuan, memperbaiki sikap, dan perilaku masyarakat.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Alaq ayat 1-5:

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan

Tuhanmulah Yang Maha Mulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia

mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. Al-Alaq: 1-5).

Ayat diatas menjelaskan tentang keutamaan belajar (pendidikan).

Dalam Islam, belajar menggunakan terminologi ta’allama dari asal kata

’allama. Menurut istilah belajar disebut thalabul ’Ilmu (menuntut ilmu).

Belajar merupakan upaya untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman

yang dilakukan dengan serangkaian latihan dan pengulangan, sehingga

mengubah perilaku dan sikap seseorang. Proses belajar ini akan berhasil jika

ada dorongan atau motivasi, sehingga berdampak pada perubahan

perilakunya. Begitu pun dengan perkataan Qardhawi tentang keutamaan

belajar, “Belajar adalah upaya untuk menghilangkan kebodohan dan

membuka wawasan serta mendekatkan diri pada Tuhan” (Sarkowi, 2020).

Maka dari itu, ayat ini menjadi bukti bahwa Islam memandang penting

aktivitas belajar (pendidikan) yang akan berdampak pada perubahan perilaku.


64

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Simpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat empat bentuk intervensi gizi untuk penanggulangan stunting

pada balita, yaitu suplementasi (vitamin A, seng, zat besi, dan

probiotik), pemberian makanan pendamping (telur dan kurma), Water,

Sanitation, and Hygiene (WASH), serta edukasi dan konseling

(berdasarkan sasaran dan media intervensi).

2. Bentuk intervensi gizi spesifik berupa suplementasi kepada wanita usia

subur, ibu hamil, dan anak usia <5 tahun terbukti meningkatkan

pertumbuhan linier anak. Sedangkan intervensi gizi sensitif diberikan

dalam bentuk edukasi, konseling, dan perbaikan sarana sanitasi yang

terbukti dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku

masyarakat terhadap pencegahan stunting.

3. Pelaksanaan intervensi suplementasi dan pemberian makanan

pendamping memerlukan biaya yang besar dan strategi yang tepat

meningkatkan kualitas, manfaat, dan cakupan intervensi tersebut.

4. Pelaksanaan intervensi perbaikan sanitasi memiliki keterbatasan terkait

sumber daya pendukung, sedangkan intervensi edukasi dan konseling

belum memiliki dampak jangka panjang terhadap peningkatan

pengetahuan masyarakat.
65

5.2. Saran

A. Bagi Pemerintah

1. Perlu kerjasama lintas sektor dalam pelaksanaan setiap intervensi,

seperti Kemensos dalam penyelenggaran bantuan sosial bagi

keluarga miskin, Kementerian Lingkungan Hidup peningkatan

kualitas dan kuantitas sanitasi, Kementerian Pertanian dalam

pemantauan mutu dan keamanan pangan, dan Kemendikbud dalam

penyusunan modul gizi untuk pendidikan kesehatan bagi

masyarakat.

2. Perlu pendekatan dengan tokoh-tokoh pemangku kebijakan

setempat (tokoh agama, ketua desa/RW/RT) sebelum pelaksanaan

intervensi untuk menyesuaikan materi intervensi dengan

karakteristik masyarakat.

B. Bagi Pelayanan Kesehatan

1. Perlu inovasi kegiatan surveilans kesehatan pada ibu hamil dan

balita untuk pemantauan kesehatan dan pencegahan penyakit, yaitu

dengan secara online melalui aplikasi.

C. Bagi Masyarakat

1. Tingkatkan asupan gizi harian dengan mengonsumsi makanan yang

bergizi, seperti buah, sayur, dan biji-bijian dan bila perlu

mengonsumsi suplemen mikronutrien terutama pada wanita usia

subur, ibu hamil, dan anak usia di bawah lima tahun.


66

D. Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Sebaiknya melakukan analisis statistik lebih lanjut dengan metode

meta-analisis untuk mengukur kekuatan hubungan antara intervensi

gizi dengan stunting dengan mempertimbangkan homogenitas

karakteristik penelitian yang akan ditelaah.

2. Perlu penelitian eksperimen lanjutan dengan populasi yang lebih

luas untuk menguji efektifitas suplementasi mikronutrien terhadap

stunting.
67

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M. and Wirjatmadi, B. (2014) ‘The effect of adding zinc to vitamin A on


IGF-1, bone age and linear growth in stunted children’, Journal of Trace
Elements in Medicine and Biology, 28(4), pp. 431–435. doi:
10.1016/j.jtemb.2014.08.007.

Aguayo, V. M. et al. (2016) ‘Determinants of stunting and poor linear growth in


children under 2 years of age in India : an in-depth analysis of Maharashtra
’ s comprehensive nutrition survey’, 12, pp. 121–140. doi:
10.1111/mcn.12259.

Agustina, R. et al. (2013) ‘Probiotics lactobacillus reuteri dsm 17938 and


lactobacillus casei crl 431 modestly increase growth, but not iron and zinc
status, among indonesian children aged 1-6 years’, Journal of Nutrition,
143(7), pp. 1184–1193. doi: 10.3945/jn.112.166397.

Al-Rahmad, A. H. (2017) ‘Peningkatan Pengetahuan Calon Pengantin Melalui


Konseling ASI Eksklusif di Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar’, Jurnal
Nutrisia, 19(1), pp. 36–42. doi: 10.29238/jnutri.v19i1.45.

Almatsier, S. (2010) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Amabebe, E. and Anumba, D. O. C. (2018) ‘The Vaginal Microenvironment : The


Physiologic Role of Lactobacilli’, 5(June), pp. 1–11. doi:
10.3389/fmed.2018.00181.

Andersen, C. J. (2015) ‘Bioactive Egg Components and Inflammation’, pp. 7889–


7913. doi: 10.3390/nu7095372.

Andrews, N. C. (1999) ‘Disorders of Iron Metabolism’, New England Journal of


Medicine, 26(321), pp. 1986–1995. doi: 10.1056/NEJM199912233412607.

Andriyani (2019) ‘Kajian Literatur pada Makanan dalam Perspektif Islam dan
Kesehatan’, Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 15, pp. 178–198.

Baihaki, E. S. (2017) ‘Gizi Buruk dalam Perspektif Islam: Respon Teologis


68

Terhadap Persoalan Gizi Buruk’, SHAHIH : Journal of Islamicate


Multidisciplinary, 2(2). doi: 10.22515/shahih.v2i2.953.

Bailey, R. L. (2015) ‘The Epidemiology of Global Micronutrient Deficiencies The


Epidemiology of Global Micronutrient’, 66(suppl 2), pp. 22–33. doi:
10.1159/000371618.

Banowo, A. S. and Hidayat, Y. (2021) ‘Pengaruh Edukasi Gizi terhadap Praktik


Pemberian Makan Pada Baduta Stunting di Kabupaten Bengkulu Utara’,
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 21(2), p. 765. doi:
10.33087/jiubj.v21i2.1539.

Bastian, T. W. et al. (2017) ‘Iron deficiency impairs developing hippocampal


neuron gene expression, energy metabolism and dendrite complexity’,
38(4), pp. 612–625. doi: 10.1159/000448514.Iron.

Beard, J. L. (2001) ‘Iron-Deficiency Anemia : Reexamining the Nature and


Magnitude of the Public Health Problem Iron Biology in Immune Function,
Muscle Metabolism. and Neuronal Functioning’, pp. 568–580.

BKKBN (2021a) Indonesia Cegah Stunting. Available at:


https://www.bkkbn.go.id/detailpost/indonesia-cegah-stunting (Accessed:
18 November 2021).

BKKBN (2021b) Mau Nikah Calon Pengantin, Harus Tahu Informasi Cegah
Stunting. Available at: https://www.bkkbn.go.id/berita-mau-nikah-calon-
pengantin-harus-tahu-informasi-cegah-stunting (Accessed: 24 August
2022).

Black, R. E. et al. (2013) ‘Maternal and child undernutrition and overweight in low-
income and middle-income countries’, The Lancet, 382(9890), pp. 427–451.
doi: 10.1016/S0140-6736(13)60937-X.

BPOM (2004) Ketentuan Pokok Pengawasan Suplemen Makanan. Available at:


https://asrot.pom.go.id/img/Peraturan/Keputusan Kepala BPOM No.
HK.00.05.23.3644 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan SM.pdf.
69

Brown, K. H. et al. (2004) ‘Assessment of the risk of zinc deficiency in


populations’, Food and Nutrition Bulletin, 25(1 SUPPL. 2). doi:
10.1177/15648265040251s205.

Budiana, T. A. and Marlina, D. (2020) ‘Efektifitas Healthy Dates sebagai Suplemen


Koreksi Pertumbuhan BALITA Stunting di Kota Cimahi’, Jurnal Ilmu
Kesehatan Bhakti Husada, 26. doi: 10.34305/jikbh.v11i2.185.

Butler, A., Hall, R. N. H. and Copnell, B. (2015) ‘A Guide to Writing a Qualitative


Systematic Review Protocol to Enhance Evidence-Based Practice in
Nursing and Health Care’, pp. 241–249.

CDC (2012) Principles of Epidemiology. Available at:


https://www.cdc.gov/csels/dsepd/ss1978/lesson1/section8.html (Accessed:
6 June 2022).

Clegg, M. S. et al. (2005) ‘Zinc deficiency-induced cell death’, IUBMB Life,


57(10), pp. 661–669. doi: 10.1080/15216540500264554.

Coheley, L. M. et al. (2018) ‘Whole egg consumption and cortical bone in healthy
children’, Journal of Adolescent Health, 29(8), pp. 1783–1791. doi:
10.1007/s00198-018-4538-1.

Cossack, Z. T. (1995) ‘Decline in somatomedin-C (insulin-like growth factor-1)


with experimentally induced zinc deficiency in human subjects’, Clinical
Nutrition, 10(5), pp. 284–291. doi: https://doi.org/10.1016/0261-
5614(91)90008-Z.

Cumming, O. and Cairncross, S. (2016) ‘Can water , sanitation and hygiene help
eliminate stunting ? Current evidence and policy implications’, Maternal
and Child Nutrition, 12, pp. 91–105. doi: 10.1111/mcn.12258.

Dubin, S., Mckee, S. K. and Battish, S. (1994) ‘Essential amino acid reference
profile affects the evaluation of enteral feeding products’, 94(8).

Duggan, C. et al. (2016) Nutrition in Pediatrics—Basic Science and Clinical


70

Application. Edisi 3. London: BC Decker Inc.

Ekayanthi, N. W. D. and Suryani, P. (2019) ‘Edukasi Gizi pada Ibu Hamil


Mencegah Stunting pada Kelas Ibu Hamil.’, 10(November), pp. 312–319.

Eliasa, E. I. (2011) Bibliotherapy as a Method of Meaningful Treatment.

Fewtrell, M. et al. (2017) ‘Complementary feeding: A position paper by the


European Society for Paediatric Gastroenterology, Hepatology, and
Nutrition (ESPGHAN) committee on nutrition’, Journal of Pediatric
Gastroenterology and Nutrition, 64(1), pp. 119–132. doi:
10.1097/MPG.0000000000001454.

Fitriani, Ramlan and Rusman, A. D. P. (2021) ‘Efektifitas Kartu Cegah Stunting


terhadap Pengetahuan Calon Pengantin di KUA Kota Pare Pare’, Jurnal
Makes, 4(3).

George, C. M. et al. (2021) ‘Effects of a Water, Sanitation, and Hygiene Mobile


Health Program on Diarrhea and Child Growth in Bangladesh: A Cluster-
randomized Controlled Trial of the Cholera Hospital-based Intervention for
7 Days (CHoBI7) Mobile Health Program’, Clinical Infectious Diseases,
73(9), pp. E2560–E2568. doi: 10.1093/cid/ciaa754.

Ghazian, M. I. and Candra, A. (2016) ‘PENGARUH SUPLEMENTASI SENG


DAN ZAT BESI TERHADAP TINGGI BADAN BALITA USIA 3-5
TAHUN DI KOTA SEMARANG’, Journal of Nutrition College, 5(Jilid 4),
pp. 491–498.

Gibson, R. S. (2006) ‘Zinc: the missing link in combating micronutrient


malnutrition in developing countries’, Proceedings of the Nutrition Society,
65(1), pp. 51–60. doi: 10.1079/pns2005474.

Gunarsa, S. D. (1992) Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.

Handayani, F., Siagian, A. and Aritonang, E. Y. (2017) ‘Mother ’s Education as A


Determinant of Stunting among Children of Age 24 to 59 Months in North
71

Sumatera Province of Indonesia’, Darussalam Nutrition Journal, 22(6), pp.


58–64. doi: 10.9790/0837-2206095864.

Harmaini, Shofiah, V. and Yulianti, A. (2005) ‘Peran Ayah Dalam Mendidik


Anak’, pp. 80–85.

Hess, S. Y. et al. (2015) ‘Small-Quantity Lipid-Based Nutrient Supplements,


Regardless of Their Zinc Content, Increase Growth and Reduce the
Prevalence of Stunting and Wasting in Young Burkinabe Children: A
Cluster-Randomized Trial’, Plos One, 10(3), p. e0122242. doi:
10.1371/journal.pone.0122242.

Hestuningtyas, T. R. and Noer, E. R. (2014) ‘Pengaruh Konseling Gizi terhadap


Pengetahuan, Sikap, Praktik Ibu dalam Pemberian Makan Anak, dan
Asupan Zat Gizi Anak Stunting Usia 1-2 tahun di Kecamatan Semarang
timur’, Journal of Nutrition, 3.

Iannotti, L. L. et al. (2017) ‘Eggs in early complementary feeding and child growth:
A randomized controlled trial’, Pediatrics, 140(1). doi: 10.1542/peds.2016-
3459.

Iswandari, D. P. et al. (2020) ‘Biblio-Journaling sebagai optimalisasi peran Ayah


pada 1000 Hari Pertama Kehidupan ( 1000 HPK )’, 10(1). doi:
10.25273/counsellia.v10i1.4988.

Jarde, A. et al. (2018) ‘Pregnancy outcomes in women taking probiotics or


prebiotics : a systematic review and meta-analysis’, pp. 1–14. doi:
10.1186/s12884-017-1629-5.

Jardí, C., Casanova, B. D. and Arija, V. (2021) ‘Nutrition Education Programs


Aimed at African Mothers of Infant Children: A Systematic Review’,
International Journal of Environmental Research and Public Health,
18(14).

Johnson, M. (2012) ‘Bibliotherapy and Journaling as a Recovery Tool with African


Americans with Substance Use Disorders’, Alcoholism Treatment Quartely,
72

30, pp. 367–370. doi: http://dx.doi.org/10.1080/07347324.2012.691042.

Julianti, E. and Elni (2022) ‘Paket Intervensi Stunting Terhadap Keterampilan


Kader POSYANDU Dalam Pencegahan Stunting Pada Balita’, Jurnal
Keperawatan Silampari, 5(8.5.2017), pp. 2003–2005. doi:
https://doi.org/10.31539/jks.v5i2.3091.

Kang, Y. et al. (2017) ‘Effectiveness of a community-based nutrition programme


to improve child growth in rural Ethiopia: a cluster randomized trial’,
Maternal and Child Nutrition, 13(1), pp. 1–15. doi: 10.1111/mcn.12349.

Kasjono, H. S. and Suryani, E. (2020) ‘Aplikasi Pencegahan Stunting " GASING "
untuk Siswi’, Jurnal Nutrisia, 22(1), pp. 16–22. doi:
10.29238/jnutri.v22i1.200.

Kemenkes RI (2018) ‘Cegah Stunting itu Penting’, Pusat Data dan Informasi,
Kementerian Kesehatan RI, pp. 1–27. Available at:
https://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/
Buletin-Stunting-2018.pdf.

Kemenkes RI (2019) Pencegahan Stunting Pada Anak. Available at:


https://promkes.kemkes.go.id/pencegahan-stunting (Accessed: 18
November 2021).

Kemenkes RI (2020) ‘Rencana Aksi Kegiatan DIREKTORAT GIZI


MASYARAKAT TAHUN 2020-2025’, pp. 1–19.

Kemenkes RI (2021) ‘Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tingkat
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota tahun 2021’, Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., pp. 2013–2015.

Kemensetneg (2018) Panduan Konvergensi Program/Intervensi Percepatan


Pencegahan Stunting.

Kemensetneg RI (2018) Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting.

Kementerian Desa Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi (2017) Buku


73

Saku Desa dalam Penanganan Stunting. Available at:


https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/Buku_Saku_Stunting_Desa.p
df.

Kementerian Kesehatan RI (2018) ‘Buletin Stunting’, Kementerian Kesehatan RI,


301(5), pp. 1163–1178.

Kementerian PPN/ Bappenas (2018) ‘Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan


Stunting Terintegrasi di Kabupaten/Kota’, Rencana Aksi Nasional dalam
Rangka Penurunan Stunting: Rembuk Stunting, (November), pp. 1–51.
Available at: https://www.bappenas.go.id.

King, J. C. (2011) ‘Zinc: An essential but elusive nutrient’, American Journal of


Clinical Nutrition, 94(2), pp. 679–684. doi: 10.3945/ajcn.110.005744.

Kuzawa, C. W. (1998) ‘Adipose Tissue in Human Infancy and Childhood : An


Evolutionary Perspective’, 209, pp. 177–209.

Liu, E. et al. (2018) ‘Effect of zinc supplementation on growth outcomes in children


under 5 years of age’, Nutrients, 10(3), pp. 1–20. doi: 10.3390/nu10030377.

Lo¨nnerdal, B. and Lien, E. L. (2003) ‘Nutritional and Physiologic Signi cance of


Infants -Lactalbumin in’, Nutrition Reviews, 61(9), pp. 295–305. doi:
10.131/nr.2003.sept.295.

Lozoff, B. et al. (2006) ‘Long-Lasting Neural and Behavioral Effects of Iron


Deficiency in Infancy’, 64.

Lozoff, B. et al. (2014) ‘Deficiency: Outcomes At 25 Years’, 163(5), pp. 1–14. doi:
10.1016/j.jpeds.2013.05.015.FUNCTIONAL.

De Luca, F. et al. (2000) ‘Retinoic acid is a potent regulator of growth plate


chondrogenesis’, Endocrinology, 141(1), pp. 346–353. doi:
10.1210/endo.141.1.7283.

Lukowski, A. F. et al. (2011) ‘Iron Deficiency in Infancy and Neurocognitive


Functioning at 19 Years: Evidence of Long-Term Deficits in Executive
74

Function and Recognition Memory’, 13(2), pp. 54–70. doi:


10.1179/147683010X12611460763689.Iron.

Lupton, D. (2015) ‘Critical Perspectives on Digital Health Technologies’,


Sociology Compass, 12(2014), pp. 1344–1359.

Macdonald, R. S. et al. (1998) ‘Biochemical and Molecular Roles of Nutrients Zinc


Deprivation of Murine 3T3 Cells by Use of Diethylenetrinitrilopentaacetate
Impairs DNA Synthesis upon Stimulation with Insulin-Like Growth Factor-
I ( IGF-I ) 1 , 2’, (April), pp. 1600–1605.

Maia, S. B. et al. (2019) ‘Vitamin a and pregnancy: A narrative review’, Nutrients,


11(3), pp. 1–18. doi: 10.3390/nu11030681.

Maluccio, J. A. et al. (2009) ‘THE IMPACT OF IMPROVING NUTRITION


DURING EARLY CHILDHOOD ON EDUCATION AMONG
GUATEMALAN ADULTS *’, 119, pp. 734–763.

Martorell, R. and Zongrone, A. (2012) ‘Intergenerational influences on child


growth and undernutrition’, Paediatric and Perinatal Epidemiology,
26(SUPPL. 1), pp. 302–314. doi: 10.1111/j.1365-3016.2012.01298.x.

Marwat, S. K. et al. (2009) ‘Fruit Plant Species Mentioned in the Holy Qura’n and
Ahadith and Their Ethnomedicinal Importance’, Ethnomedical Study, 5(2),
pp. 284–295.

Melani, V. and Kuswari, M. (2019) ‘Pengetahuan Gizi Seimbang Calon Pengantin


di beberapa Kantor Urusan Agama Jakarta Barat’, 3(1), pp. 1–6.

Montalban-Arques, A. et al. (2015) ‘Selective manipulation of the gut microbiota


improves immune status in vertebrates’, Frontiers in Immunology,
6(October), pp. 1–14. doi: 10.3389/fimmu.2015.00512.

Multicentre, W. H. O., Reference, G. and Group, S. (2006) ‘WHO Child Growth


Standards based on length / height , weight and age’, pp. 76–85. doi:
10.1080/08035320500495548.
75

Ninh, N. X. et al. (1993) ‘Reduced liver insulin-like growth factor-I gene expression
in young zinc-deprived rats is associated with a decrease in liver growth
hormone (GH) receptors and serum GH-binding protein’, 144(3), pp. 449–
456. doi: https://doi.org/10.1677/joe.0.1440449.

Notoatmodjo, S. (2014) Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Yogyakarta:


Rineka Cipta.

Nurlaela, D. et al. (2018) ‘Efektivitas Pendidikan Kesehatan Melalui Media Kartu


Cinta Anak Tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan dalam Meningkatkan
Pengetahuan Pasangan Calon Pengantin di KUA Kecamatan Jatinangor’,
3(2), pp. 62–68.

Nyamasege, C. K. et al. (2021) ‘Effect of maternal nutritional education and


counselling on children’s stunting prevalence in urban informal settlements
in Nairobi, Kenya’, Public Health Nutrition, 24(12), pp. 3740–3752. doi:
10.1017/S1368980020001962.

Odong, Richard Justin; Peters, K. and A. B. (2018) ‘Infectious Diseases in


Undernutrition and Risk Factors for Stunting Among Hospitalized Children
6Month To 12Years in Paediatric Ward of Kampala’, International Journal
of Current Advanced Research, 7(1).

Ohyver, M., Moniaga, J. V and Restisa, K. (2017) ‘Logistic Regression and Growth
Charts to Determine Children Nutritional and Stunting Status : A Review’,
Procedia Computer Science, 00, pp. 232–234.

Oluwaseye, A. J. (2017) Bibliotherapy.

Page, M. J. et al. (2021) ‘The PRISMA 2020 statement: An updated guideline for
reporting systematic reviews’, The BMJ, 372. doi: 10.1136/bmj.n71.

Papanikolaou, Y. and Fulgoni, V. L. (2019) ‘Egg Consumption in U.S. Children is


Associated with Greater Daily Nutrient Intakes, including Protein, Lutein +
Zeaxanthin, Choline, α -Linolenic Acid, and Docosahexanoic Acid’.
76

Payne, H. E. et al. (2015) ‘Behavioral Functionality of Mobile Apps in Health


Interventions : A Systematic Review of the Literature Corresponding
Author ’:, 3. doi: 10.2196/mhealth.3335.

Piccioni, A. et al. (2021) ‘Microbiota and Probiotics : The Role of


Limosilactobacillus Reuteri in Diverticulitis’.

Pickering, A. J. et al. (2015) ‘Effect of a community-led sanitation intervention on


child diarrhoea and child growth in rural Mali: A cluster-randomised
controlled trial’, The Lancet Global Health, 3(11), pp. e701–e711. doi:
10.1016/S2214-109X(15)00144-8.

Prasad, A. S. et al. (1996) ‘Zinc deficiency affects cell cycle and deoxythymidine
kinase gene expression in HUT-78 cells’, 128(1), pp. 51–60. doi:
https://doi.org/10.1016/S0022-2143(96)90113-4.

Prasad, A. S. (2013) ‘Discovery of Human Zinc Deficiency: Its Impact on Human


Health and Disease’, American Society Nutritional Science, 19(5), pp.
47176–190. doi: 10.3945/an.112.003210.176.

Prendergast, A. J. et al. (2014) ‘Stunting is characterized by chronic inflammation


in zimbabwean infants’, PLoS ONE, 9(2). doi:
10.1371/journal.pone.0086928.

Prendergast, A. J. and Humphrey, J. H. (2014) ‘The stunting syndrome in


developing countries’. doi: 10.1179/2046905514Y.0000000158.

Probowati, R., Qomariyah, L. and Ratnawati, M. (2017) ‘Peran Ayah Dalam Role
Attainment Ibu Pada Pemberian MP-ASI Bayi di Posyandu Ayah Dusun
Petengan Desa Tambak Rejo’, STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(2), pp.
22–29.

Ringgi, M. S. I. N. and Keuytimu, Y. M. H. (2022) ‘Intervensi Berbasis Edukasi


pada Ibu terhadap Feeding Practice Ibu dalam Upaya Peningkatan Status
Gizi Anak Stunting pada Usia 6-24 Bulan Education-based Intervention on
Feeding Practices of Mothers with Stunted Children at Age 6-24 Months’,
77

13, pp. 118–123.

Rohmawati, L. et al. (2021) ‘A randomized, placebo-controlled trial of zinc


supplementation during pregnancy for the prevention of stunting: Analysis
of maternal serum zinc, cord blood osteocalcin and neonatal birth length’,
Medicinski Glasnik, 18(2), pp. 415–420. doi: 10.17392/1267-21.

Rosha, B. C. et al. (2016) ‘Peran Intervensi Gizi Spesifik dan Sensitif dalam
Perbaikan Masalah Gizi Balita di Kota Bogor’, Buletin Penelitian
Kesehatan, 44(2). doi: http://dx.doi.org/10.22435/bpk.v44i2.5456.127-138.

Rosmalina, Y. et al. (2018) ‘Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Batita


Stunting: Systematic Review’, Gizi Indonesia, 41(1), p. 1. doi:
10.36457/gizindo.v41i1.221.

Rueda-Guevara, P. et al. (2021) ‘Worldwide evidence about infant stunting from a


public health perspective: a systematic review’, Biomedica, 41(4), pp. 1–38.
doi: 10.7705/biomedica.6017.

Sa’adah, E. H. and Rizal, S. S. (2020) ‘Tanggung Jawab Orang Tua dalam


Mendidik Anak Usia Dini Menurut Al-Qur’an’, Tarbiyat al-Aulad: Jurnal
Pendidikan Islam …, 4(1), pp. 45–56. Available at: https://www.riset-
iaid.net/index.php/TA/article/view/417.

Saad, F. et al. (2021) ‘Assessment of vitamin a supplementation practices in


countries of the eastern mediterranean region: Evidence to implementation’,
Journal of Nutritional Science and Vitaminology, 67(1), pp. 1–12. doi:
10.3177/jnsv.67.1.

Sadiman, A. S. et al. (2011) Media Pendidikan : Pengertian, pengembangan, dan


pemanfaatannya. 15th edn. Jakarta: Rajawali Press.

Sarkowi (2020) ‘Konsep Belajar dalam Perpsektif Tafsir Al-Quran: Kajian Qs. al-
‘Alaq (96): 1-5’, Qolamuna, 5(96), pp. 1–5.

Saviano, A. et al. (2021) ‘in Diarrhea and Constipation : Two Sides of the Same
78

Coin ?’, 17938, pp. 1–9.

Shanti, K. M. et al. (2017) ‘Asupan Serat dan IMT Wanita Usia Subur Suku Madura
di Kota Malang’, Indonesian Journal and Human Nutrition, 4(1), pp. 1–11.

Sherwin, J. C. et al. (2012) ‘Transactions of the Royal Society of Tropical Medicine


and Hygiene Epidemiology of vitamin A deficiency and xerophthalmia in
at-risk populations’, Transactions of the Royal Society of Tropical Medicine
and Hygiene, 106(4), pp. 205–214. doi: 10.1016/j.trstmh.2012.01.004.

Sirajuddin et al. (2021) ‘The intervention of maternal nutrition literacy has the
potential to prevent childhood stunting: Randomized control trials’, Journal
of Public Health Research, 10(2), pp. 365–369. doi:
10.4081/jphr.2021.2235.

Soares, M. M. et al. (2019) ‘Efect of vitamin A suplementation: A systematic


review’, Ciencia e Saude Coletiva, 24(3), pp. 827–838. doi: 10.1590/1413-
81232018243.07112017.

Sommer, A. and Davidson, F. R. (2002) ‘Proceedings of the XX International


Vitamin A Consultative Group Meeting Assessment and Control of Vitamin
A Deficiency : The Annecy Accords 1 , 2’, (4), pp. 2845–2850.

Stewart CP, Iannotti L, Dewey KG, M. K. & O. A. (2013) ‘Contextualising


complementary feeding in a broader framework for stunting prevention.’,
Maternal and Child Nutrition., 9, pp. 27–45. Available at:
http://www.who.int/nutrition/events/2013_ChildhoodStunting_colloquium
_14Oct_ConceptualFramework_colour.pdf.

Suntari, Y. and Gama, I. K. (2020) ‘Kegiatan “Rumah Belajar” Sebagai Media


Menganalisis Perilaku Keluarga dengan Risiko Kejadian Balita Stunting’,
11, pp. 1–9.

Tahangnacca, M., Amiruddin, R. and Syam, A. (2020) ‘Model of stunting


determinants : A systematic review ଝ’, Enfermería Clínica, 30, pp. 241–
79

245. doi: 10.1016/j.enfcli.2019.10.076.

Tam, E. et al. (2020) ‘Micronutrient Supplementation and Fortification among


Children Under-Five in Low- and’, Nutrients, 12(289), pp. 1–30.

Terrin, G. et al. (2015) ‘Zinc in early life: A key element in the fetus and preterm
neonate’, Nutrients, 7(12), pp. 10427–10446. doi: 10.3390/nu7125542.

Tomintz, M. N. et al. (2013) ‘Optimising the location of antenatal classes’,


Midwifery, pp. 33–43. doi: https://doi.org/10.1016/j.midw.2011.10.010.

Torgerson, C. (2003) Systematic Reviews. 1st edn. Bloomsbury Publishing.

Tran, P. V et al. (2016) ‘Prenatal Choline Supplementation Diminishes Early-Life


Iron Deficiency – Induced Reprogramming of Molecular Networks
Associated with Behavioral Abnormalities in the Adult Rat Hippocampus 1
– 3’. doi: 10.3945/jn.115.227561.FIGURE.

Tran, P. V et al. (2022) ‘Fetal iron deficiency induces chromatin remodeling at the
Bdnf locus in adult rat hippocampus’, pp. 276–282. doi:
10.1152/ajpregu.00429.2014.

Wan Nedra, S. and Firmansyah, A. (2006) ‘Kesiapan Fisik dan Pengetahuan


Remaja Perempuan Sebagai Calon Ibu dalam Membina Tumbuh Kembang
Balita dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya’, Sari Pediatri, 8(3), pp.
209–217.

Wati, H., Rahmatullah, S. W. and Hepriatna, M. (2019) ‘Perbandingan Efektivitas


Terapi Zink dengan Tanpa Zink Pada Pasien Diare Anak Rawat Inap Di
RSD Idaman Kota Banjarbaru’, Jurnal Pharmascience, 6(1), p. 64. doi:
10.20527/jps.v6i1.6076.

WHO (202AD) Global and regional trends by WHO Regions, 1990-2020 Stunting:
1990-2020. Available at: https://apps.who.int/gho/data/node.main-
searo.NUTWHOREGIONS?lang=en.

WHO (2009a) Global Prevalence of Vitamin A Deficiency in Populations at Risk


80

1995–2005. WHO Global Database on Vitamin A Deficiency. Available at:


Sherwin, J.C.; Reacher, M.H.; Dean, W.H.; Ngondi, J. Epidemiology of
vitamin A deficiency and%0Axerophthalmia in at-risk populations. Trans.
R. Soc. Trop. Med. Hyg. 2012, 106, 205–214.

WHO (2009b) ‘WHO child growth standards and the identification of severe acute
malnutrition in infants and children’. Available at:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/44129/1/9789241598163_eng.pdf
?ua=1.

WHO (2020) Joint child malnutrition estimates. Available at:


https://www.who.int/data/gho/data/themes/topics/joint-child-malnutrition-
estimates-unicef-who-wb (Accessed: 28 October 2021).

Widagdo, L. and Husodo, B. T. (2009) ‘Pemanfaatan Buku KIA oleh Kader


Posyandu: Studi pada Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungadem Kabupaten Bojonegoro’, 13(1), pp. 39–47.

Widiyaningsih, E. N. (2011) ‘Peran probiotik untuk kesehatan’, 4(1), pp. 14–20.

Wiehn, E. et al. (2021) ‘Adherence to the Strengthening the Reporting of


Observational Studies in Epidemiology ( STROBE ) checklist in articles
published in EAACI Journals : A bibliographic study’, pp. 3581–3588. doi:
10.1111/all.14951.

Wilson, J. G., Roth, C. B. and Warkany, J. (1953) ‘An Analysis of The Syndrome
of Malformations Induced by Maternal Vitamin A Deficiency. Effects of
Restoration of Vitamin A at Various Times during Gestation’, 92(March),
pp. 189–217.

Wilson, M., Hogstrand, C. and Maret, W. (2012) ‘Picomolar Concentrations of Free


Zinc ( II ) Ions Regulate Receptor Protein-tyrosine Phosphatase ␤ Activity
*’, 287(12), pp. 9322–9326. doi: 10.1074/jbc.C111.320796.

Zhong, V. W. et al. (2019) ‘Associations of Dietary Cholesterol or Egg


Consumption With Incident Cardiovascular Disease and Mortality’,
81

321(11), pp. 1081–1095. doi: 10.1001/jama.2019.1572.

Zile, M. H. (2001) ‘Function of Vitamin A in Vertebrate Embryonic Development’,


American Society Nutritional Science, (December 2000), pp. 705–708.

Anda mungkin juga menyukai