Anda di halaman 1dari 107

TESIS

ANALISIS KEPATUHAN CUCI TANGAN TENAGA NON


KESEHATAN DI RS ERNALDI BAHAR PROVINSI
SUMATERA SELATAN

OLEH
NAMA : KURNIA AINI
NIM : 10012682125078

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022

i
TESIS

ANALISIS KEPATUHAN CUCI TANGAN TENAGA NON


KESEHATAN DI RS ERNALDI BAHAR PROVINSI
SUMATERA SELATAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar


(S2) Magister Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya

OLEH
NAMA : KURNIA AINI
NIM : 10012682125078

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022

ii
HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS KEPATUHAN CUCI TANGAN TENAGA NON


KESEHATAN DI RS ERNALDI BAHAR PROVINSI
SUMATERA SELATAN

HASIL PENELITIAN TESIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar


(S2) Magister Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya

Oleh :
Kurnia Aini
10012682125078

Palembang, Oktober 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Haerawati Idris, S.K.M, M.Kes Dr. dr. HM. Zulkarnain, M.Med.Sc, PKK
NIP. 198603102012122001 NIP. 196109031989031002

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah berupa Tesis dengan Judul “Analisis Kepatuhan Cuci Tangan
Tenaga Non Kesehatan Di Rs Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan” telah
dipertahankan di hadapan Tim Penguji Seminar Hasil Tesis Program Studi Magister
(S2) Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
pada tanggal, 26 November 2022 dan dinyatakan sah telah selesai melaksanakan Ujian
Konpre Tesis.

Palembang, November 2022

Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah berupa Tesis


Ketua :
Dr. Misnaniarti, S.K.M,. M.K.M ( )
NIP. 197606092002122001

Anggota :
Penguji I. Dr. Haerawati Idris, SKM., M.Kes ( )
NIP.198603102012122001

Penguji II. Dr. dr., Rizma Adlia Syakurah, MARS ( )


NIP.198601302019032013

Penguji III. Dr. dr., H.M. Zulkarnain., M.Med Sc., PKK ( )


NIP.196109031989031002

Penguji IV Dr. Nur Alam Fajar, M.Kes., AIFO ( )


NIP.196901241993031003

Mengetahui
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Koordinator Program Studi
S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Dr.Misnaniarti,S.K.M,M.K.M Dr. Rostika Flora, S.Kep, .Kes


NIP.197606092002122001 NIP. 197109271994032004

iv
S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Karya Tulis Ilmiah Berupa Tesis, Oktober 2022
Kurnia Aini, dibimbing oleh Haerawati Idris, HM. Zulkarnain
Analsisi Kepatuhan Cuci Tangan Tenaga Non Kesehatan di RS Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan
xiii + 53 halaman + 7 tabel + 2 gambar + 3 lampiran

ABSTRAK
Cuci tangan merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh petugas
rumah sakit, baik tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan. Cuci tangan dapat
memutus rantai penularan penyakit infeksi di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan
menganalisis faktor yang berhubungan dengan kepatuhan cuci tangan pada tenaga non
kesehatan di RS Ernaldi Bahar. Penelitian merupakan penelitian kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah tenaga non kesehatan di RS
Ernaldi Bahar dengan jumlah sampel 98 orang yang diambil secara purposive
sampling. Pengumpulan data menggunakan quesioner dengan wawancara kepada
responden. Data dianalisis menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian
menunjukkan 60,2% responden patuh mencuci tangan, 50,0% responden memiliki
pengetahuan baik, 53,1% responden menyatakan bahwa sarana prasarana mendukung,
38,8% responden dengan masa kerja lama, 90,8% responden memiliki latar belakang
pendidikan tinggi, 51,0% responden memiliki sikap baik. Hasil analisis bivariat
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, sarana prasarana, masa kerja,
sikap dengan kepatuhan cuci tangan pada tenaga non kesehatan di RS Ernaldi Bahar (p-
value<0,01). Kesimpulan penelitian ini adalah sebagian besar responden memiliki
kepatuhan dalaam mencuci tangan. Diharapkan kepada rumah sakit untuk melakukan
sosialisasi dan pelatihan hand hygiene pada tenaga non kesehatan.
Kata Kunci : Cuci tangan, pegawai rumah sakit, kepatuhan
Kepustakaan : 63

v
S2 PUBLIC HEALTH SCIENCE
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
SRIWIJAYA UNIVERSITY
Scientific Writing in the Form of Thesis, October 2022
Kurnia Aini, supervised by Haerawati Idris, HM. Zulkarnain

Analysis of Handwashing Compliance for Non-Health Workers at Ernaldi Bahar


Hospital, South Sumatra Province
xiii + 53 pages + 7 tables + 2 pictures + 3 attachments

ABSTRACT
Hand washing is a very important activity carried out by hospital staff, both
health workers and non-health workers. Hand washing can break the chain of
transmission of infectious diseases in hospitals. This study aims to analyze factors
related to handwashing compliance in non-health workers at Ernaldi Bahar Hospital.
This research is a quantitative research with a cross sectional approach. The research
sample was non-health workers at Ernaldi Bahar Hospital with a total sample of 98
people taken by purposive sampling. Collecting data using a questionnaire with
interviews with respondents. Data were analyzed using chi-square statistical test. The
results showed that 60.2% of respondents were obedient in washing their hands, 50.0%
of respondents had good knowledge, 53.1% of respondents stated that the
infrastructure was supportive, 38.8% of respondents had a long working period, 90.8%
of respondents had a background in higher education, 51.0% of respondents have a
good attitude. The results of the bivariate analysis showed that there was a relationship
between knowledge, infrastructure, years of service, attitudes and handwashing
compliance in non-health workers at Ernaldi Bahar Hospital (p-value <0.01). The
conclusion of this study is that most of the respondents have compliance in hand
washing. It is expected that hospitals will carry out socialization and hand hygiene
training for non-health workers.

Keywords : Hand washing, hospital staff, compliance


Library : 63

vi
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya dengan ini menyatakan bahwa tesis ini dibuat dengan sejujurnya dengan
mengikiti kaidah Etika Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sriwijaya serta menjamin bebas Plagiarisme. Bila kemudian diketahui saya melanggar
Etika Akademik maka saya bersedia dinyatakan tidak lulus/gagal.

Indralaya, November 2022


Yang bersangkutan

Kurnia Aini
NIM. 10012682125078

vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sriwijaya, saya yang


bertandatangan dibawah ini :
Nama : Kurnia Aini
NIM : 10012682125078
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Dengan ini menyatakan menyetujui untuk memberikan kepada Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Sriwijaya Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclucive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Analisis Kepatuhan Cuci Tangan Tenaga Non Kesehatan di RS Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan han bebas Royalti Noneksklusif
ini Universitas Sriwijaya berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantmkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat : di Indralaya
Pada Tanggal : November 2022
Yang menyatakan,

Kurnia Aini
NIM. 10012682125078

viii
MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Barang siapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kamin tambahkan


keuntungan itu baginya, dan barang siapa menghendaki keuntungan di dunia Kami
akan berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu
bagian pun di akhirat’’
(QS, Asy „Syuura ayat 20)

Bissmillahirrohmannirrohim, Alhamdullilah wa syukurillah, atas rahmat Allah SWT


penulis bisa menyelesaikan tesis ini tepat waktu , karya tulis ini di pesembahkan
kepada :
1. Papa (Alm .Drs.H.Tosima Abidin ) atas motivasinya menuntut Ilmu selama masa
hidupnya.
2. Mama ( Hj. Enny Margaretha ) yang selalu mendoakan dan mendukung dengan
penuh kasih sayang.
3. Suamiku tersayang yang memberikan dukungan dan motivasi penuh dalam
melanjutkan Kuliah.
4. Anak Sulungku Siti Aisyah Zhafirah, kedua anak lelakiku Ahmad Zidan Arkan dan
Abdullah Khalid Zikri sebagai penyemangat kuliah hingga lulus tepat waktu.
5. Keluarga dan sahabat yang banyak membantu dalam proses menyelesaikan program
pascasarjana.

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanallahuwata‟ala, yang telah melimpahkan


taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada
waktunya
Adapun judul dari Tesis ini adalah “Analsisi Kepatuhan Cuci Tangan
Tenaga Non Kesehatan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan” ini
dapat terselesaikan . Tesis ini merupakan salah satu syarat akademik dalam
menyelesaikan Program Magister pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat di
Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya Palembang.
Proses penulisan Pelaksanaan penelitian ,proses penelitian dan penyelesaian tesis ini
dapat berjalan dengan baik karna adanya dukungan dari berbagai pihak, Oleh karna
itu perkenankan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1.Bapak Prof. Dr. H Anis Saggaf, M.S.C.E., selaku rektor Universitas Sriwijaya
2.Ibu Dr.Misnaniarti., S.K.M.,M.K.M selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya sekaligus Ketua Penguji Tesis saya
3.Dr.Rostika Flora., S.Kep., M.Kes selaku Kaprodi Pascasarjana Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya;
4.Dr.Haerawati Idris., S.K.M, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
sekaligus Pembimbing. I
5.Dr.dr.H.M.Zulkarnain., M.Med.Sc.,PKK Pembimbing. I
6.Dr.dr., Rizma Adlia Syakurah, MARS selaku Penguji II
7.Dr.Nur Alam Fajar, M.Kes., AIFO selaku Penguji III.
8. Kepada Teman-teman Angkatan 2021 Program studi S2 IKM Universitas
Sriwijaya telah membantu selama Penelitian
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih mempunyai kekurangan namun demikian penulis
tetap berharap kiranya tesis ini dapat memberi manfaat bagi penulis sendiri maupun bagi
pihak lain..

Palembang, November 2022

Kurnia aini

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN RINGKASAN (ABSTRAK INDONESIA) ......................... ii
HALAMAN RINGKASAN (ABSTRAK INGGRIS) ............................... iii
HALAMAN PERNYATAAN INTEGRITAS (BEBAS PLAGIAT) ...... iv
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... v
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penyakit Infeksi ........................................................................... 7
2.1.1 Pengertian ............................................................................ 7
2.1.2 Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ................... 7
2.1.3 Penyakit Infeksi Nosokomial .............................................. 7
2.1.4 Rantai Penularan .................................................................. 8
2.1.5 Pencegahan Infeksi Nosokomial ......................................... 10
2.2 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) ............................... 10
2.3 Cuci Tangan ................................................................................ 11
2.4 Prosedur Kebersihan Tangan ...................................................... 15
2.5 Kebijakan Kebersihan Tangan di RS Ernaldi Bahar ................... 17
2.6 Kepatuhan ................................................................................... 19
2.7 Pengetahuan ................................................................................ 21
2.8 Sarana Prasarana Cuci Tangan .................................................... 23
2.9 Motivasi ...................................................................................... 26
2.10 Masa Kerja ................................................................................ 26
2.11 Pendidikan ................................................................................. 27
2.12 Penelitian Sebelumnya .............................................................. 27
2.13 Kerangka Teori.......................................................................... 28
2.14 Kerangka Konsep ...................................................................... 31
2.15 Hipotesis.................................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian ......................................................................... 33
3.2 Definisi Operasional.................................................................... 33
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 36

xi
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 36
3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 36
3.6 Instrumen Penelitian.................................................................... 37
3.7 Pengolahan Data.......................................................................... 39
3.8 Analisa Data ................................................................................ 40
3.9 Kaji Etik Penelitian ..................................................................... 41
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 42
4.2 Hasil Penelitian ........................................................................... 44
4.3 Pembahasan ................................................................................. 49
4.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ................................................................................. 60
5.2 Saran ............................................................................................ 60

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya ............................................................. 28

Tabel 3.1 Definisi Operasional................................................................. 34

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................... 38

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Unit kerja Responden di RS Ernaldi Bahar


Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2022 ................................... 44

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RS Ernaldi


Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2022 ......................... 44

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kepatuhan Cuci


Tangan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2022 .......................................................................................... 45

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan,


Sarana Prasarana, Masa Kerja, Pendidikan dan Sikap di RS
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2022 ............ 46

Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan, Sarana Prasarana, Pendidikan, Sikap


dengan Kepatuhan Cuci Tangan Tenaga Non Kesehatan di RS
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2022 ............ 47

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori............................................................................ 30


Bagan 2.2 Kerangka Konsep ........................................................................ 31

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian


Lampiran 2 Output SPSS
Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian

xv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit sebagai tempat untuk pencarian pengobatan, juga memiliki
potensi sebagai sumber bahaya yang mempengaruhi situasi dan kondisi di
rumahsakit. Adanya berbagai potensi bahaya yang ada di rumah sakit tersebut,
maka rumah sakit dituntut untuk menjamin kesehatan dan keselamatan, baik
terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja, maupun masyarakat sekitar.
Salah satu potensi bahaya di rumah sakit yaitu adanya bahaya penyakit infeksi
yang biasanya disebut infeksi nosokomial atau kini dikenal dengan istilah
infeksi rumah sakit (Hospital Acquired Infections/HAI) atau infeksi yang
berkaitan dengan pelayanan kesehatan (Healthcare-associated
Infections/HAIs) (Kemenkes RI, 2011; Unair, 2022).
Infeksi rumah sakit atau infeksi yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan itu sendiri dapat terjadi dan telah menjadi perhatian di seluruh
dunia, baik itu negara maju maupun negara berkembang (Unair News, 2021).
Hasil survei yang dilakukan WHO pada tahun 2016, menyatakan bahwa angka
kejadian Healthcare-associated Infections/HAIs di Eropa lebih dari 4 juta -
4,5 juta pasien setiap tahun. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 1,7 juta
pasien terkena Healthcare-associated Infections/HAIs setiap tahun (Riani &
Syafriani, 2019).
Kementerian kesehatan melakukan survei tahun 2013 di 10 RS
pendidikan, diperoleh angka Healthcare-associated Infections/HAIs cukup
tinggi yaitu sebesar 6-16% dengan rata-rata 9,8%. Survei yang dilakukan di 11
rumah sakit di DKI Jakarta menunjukkan bahwa 9,8% pasien rawat inap
mendapat infeksi baru selama dirawat. Selain itu, data survei menunjukkan
kejadian Healthcare-associated Infections/HAIs di rumah sakit pemerintah
dengan jumlah pasien 1.527 orang dari jumlah pasien yang berisiko 160.417
(55,1%), sedangkan untuk rumah sakit swasta dengan jumlah pasien 991
pasien dari jumlah pasien berisiko 130.047 (35,7%). Untuk rumah sakit ABRI
2

dengan jumlah pasien 254 pasien dari jumlah pasien berisiko 1.672 (9,1%)
(Hidayah & Ramadhani, 2019).
Pelayanan rumah sakit sesuai dengan fungsinya diharapkan tidak
mengakibatkan gejala penularan kepada pengguna rumah sakit itu sendiri
(infeksi). Penyakit infeksi merupakan penyebab utama tinginya angka
kesakitan dan kematian di dunia. Mengingat rumah sakit terkait dengan
kondisi yang rawan baik untuk pengelola maupun pengunjung serta pasiennya
diperlukan pengelolaan yang sangat serius mengingat beberapa jenis kuman
dapat tumbuh dan berkembang sesuai kondisi ideal yang dibutuhkan oleh jenis
kuman tersebut (Kemenkes RI, 2011). Salah satu komponen yang penting
untuk membatasi penyebaran dari HAIs adalah melaksanakan pengendalian
infeksi dengan baik. Cara pengendalian infeksi yang terbukti paling efektif
adalah memastikan perawat rumah sakit melaksanakan hand hygiene (HH)
sesuai aturan (Permenkes RI No. 27, 2017). Kebersihan tangan tenaga
kesehatan sangat membantu pencegahan penularan kuman berbahaya dan
mencegah infeksi terkait perawatan kesehatan. Hal ini dikarenakan tangan
adalah jalur utama penularan kuman selama perawatan pasien (Kemenkes RI,
2022).
Hand hygiene dibagi menjadi dua macam yaitu cuci tangan (handwash)
dan menggosok tangan (handrub). Mencuci tangan adalah proses yang secara
mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit kedua tangan dengan
menggunakan sabun dan air. Sedangkan menggosok tangan merupakan suatu
perawatan tangan dengan antiseptik penggosok tangan untuk mengurangi flora
transient tanpa berdampak pada flora kulit (Kemenkes RI, 2011). Mencuci
tangan adalah upaya untuk menghilangkan mikroorganisme dan kotoran yang
bersifat sementara dengan berbagai teknik dan menggunakan air, sabun atau
hand sanitizer (Pickering, Boehm, Mwanjali, & Davis, 2010).
Cuci tangan menjadi salah satu langkah yang penting untuk memutus
rantai penularan infeksi, sehingga insidensi infeksi nosokomial dapat
berkurang. Secara individu tangan dapat meningkatkan kebersihan yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan. Mencuci tangan merupakan cara penting
mengendalikan infeksi dan merupakan satu-satunya prosedur klinis yang
3

paling penting karena tangan merupakan perantara utama terjadinya infeksi


silang. Mencuci tangan merupakan rutinitas yang murah dan penting dalam
proses pengontrolan infeksi, dan merupakan metode terbaik mencegah
penularan mikroorganisme (Kemenkes RI, 2022). Kegagalan untuk
melakukan kebersihan tangan dengan baik dan benar merupakan penyebab
utama Infeksi nosokomial dan penyebaran mikroorganisme multiresisten di
fasilitas pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2011). Di tangan terdapat
mikroorganisme tidak tetap yang terdiri dari bakteri, jamur, virus dan parasit
yang dapat diperoleh melalui kontak langsung dengan pasien, petugas,
kesehatan lain dan permukaan lingkungan yang terkontaminasi dengan
mikroorganisme patogen berasal dari pasien. biasanya mikroorganisme ini
dapat ditemukan di telapak tangan, ujung jari dan di bawah kuku (Kemenkes
RI, 2022).
Kesadaran akan pentingnya mencuci tangan dilingkungan pelayanan
kesehatan telah menjadi perhatian global. Pelayanan kesehatan merupakan
lingkungan yang paling rentan dalam penyebaran berbagai mikroorganisme
(Khan, Baig, & Mehboob, 2017). Meskipun kampanye kebersihan tangan
telah lama dilakukan, masih banyak petugas yang ada di pelayanan kesehatan
belum mempraktikan secara optimal. Di dunia, kepatuhan tenaga kesehatan
dalam mencuci tangan secara umum sekitar 40%, angka ini sangat bervariasi
mulai dari 5% sampai 81%. Berbagai studi yang dilakukan di Indonesia juga
menunjukkan tingkat kepatuhan mencuci tangan pada tenaga kesehatan berada
dikisaran angka tersebut, kepatuhan mencuci tangan pada tenaga kesehatan
sebesar 32,0%. Rendahnya tingkat kepatuhan mencuci tangan pada tenaga
kesehatan dapat meningkatkan morbiditas, mortalitas dan pembiayaan di
rumah sakit (Octaviani & Fauzi, 2020).
Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Universitas North Carolina
menunjukkan bahwa peningkatan kepatuhan mencuci tangan pada tenaga
kesehatan di rumah sakit secara umum menurunkan kejadian infeksi
nosokomial (Sickbert-Bennett et al., 2016). Penelitan di Selandia Baru
menunjukkan bahwa biaya yang ditimbulkan akibat infeksi pembuluh darah
yang berkaitan dengan HAI sebesar $140 juta dengan kerugian setiap kasus
4

sebesar $20.000. Sedangkan biaya yang terjadi setiap kali petugas rumah sakit
tidak melakukan cuci tangan pada momen yang tepat sebesar 2 – 50 US Dollar
(Freeman et al., 2012). Studi lain di Viena, menunjukkan bahwa tingkat
kematian pada ibu melahirkan jauh lebih rendah ketika petugas rumah sakit
patuh mencuci tangan dengan antiseptik (Octaviani & Fauzi, 2020).
Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku individu yang bersangkutan
untuk mentaati atau mematuhi sesuatu, sehingga kepatuhan tenaga kesehatan
dalam melaksanakan Standar Prosedur Operasional (SPO) hand hygiene
tergantung dari perilaku tenaga kesehatan itu sendiri (Wa Ode Dinda Agustin,
2022). Terdapat banyak faktor yang berkaitan dengan kepatuhan petugas
rumah sakit dalam mencuci tangan. Hasil penelitian terkait dengan kepatuhan
mencuci tangan menunjukkan bahwa kepatuhan cuci tangan berhubungan
dengan keterbatasan fasilitas cuci tangan (W O D Agustin, 2022; Hikmayanti,
2015; Khairunnisa, 2018; Pateda & Rabbani, 2013). Selain keterbatasan
fasilitas sarana prsarana, kepatuhan cuci tangan juga berhubungan dengan
pengetahuan (Hikmayanti, 2015; Pateda & Rabbani, 2013; Wulandari &
Sholikah, 2017). Penelitian (Sudrajat, Purwanti, & Nurlaila, 2015)
menunjukkan bahwa kepatuhan cuci tangan berhubungan dengan motivasi.
Rumah sakit mempunyai tenaga medis dan non medis. Meskipun tidak
menangani pasien secara langsung, tenaga non medis tetap kontak dengan
pasien setiap harinya ketika bekerja, sehingga mereka juga berisiko untuk
tertular penyakit dari pasien atau menyebarkan infeksi ke pasien. Karenanya,
berbagai standar keselamatan pasien di rumah sakit selalu memasukkan tenaga
non medis sebagai target edukasinya, termasuk mengenai cuci tangan.
Data RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020
menunjukkan bahwa petugas yang patuh terhadap penerapan hand hygiene
sebesar 62,6% dan petugas yang tidak patuh sebesar 37,4%. Dari 37,4%
petugas yang tidak patuh, persentase paling tinggi adalah tenaga non
kesehatan (RS Ernaldi Bahar, 2020). Berdasarkan data RS Ernaldi bahar tahun
2021 menunjukkan bahwa hand hygiene yang dilakukan oleh tenaga medis di
RS sudah sesuai dengan ketentuan yaitu > 85% sedangkan untuk tenaga neon
kesehatan masih < 85%. Informasi yang peneliti peroleh bahwa baru didapat
5

hasil persentase saja belum dilakukan analisa lebih lanjut. Penelitian


sebelumnya melakukan penelitian kepatuhan kepada tenaga kesehatan
terutama dokter dan perawat, dan belum pernah dilakukan penelitian tentang
kepatuhan cuci tangan pada tenaga non kesehatan di RS Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “analisis kepatuhan cuci tangan tenaga non kesehatan di RS
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
diuraikan, diatas maka peneliti merumuskan permasalahan yaitu faktor apa
saja yang berhubungan dengan kepatuhan cuci tangan tenaga non kesehatan di
RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan?.

1.3 Tujuan Penelitian


a. Tujuan Umum
Menganalisis faktor yang berhubungan dengan kepatuhan cuci tangan
tenaga non kesehatan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
b. Tujuan Khusus
1) Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan cuci
tangan tenaga non kesehatan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan.
2) Menganalisis hubungan antara sarana prasarana dengan kepatuhan cuci
tangan tenaga non kesehatan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan.
3) Meganalisis hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan cuci
tangan tenaga non kesehatan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan.
4) Menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan
cuci tangan tenaga non kesehatan di RS Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan.
6

5) Menganalisis hubungan antara sikap dengan kepatuhan cuci tangan


tenaga non kesehatan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian


a. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi tentang pelayanan berkaitan dengan
pencegahan terjadinya infeksi melalui hand hygiene.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan evidence based practice dalam rangka
meningkatkan kepatuhan cuci tangan.
c. Bagi Peneliti Lain
Dijadikan data dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait
kepatuhan cuci tangan.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Infeksi


2.1.1 Pengertian
Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
dimaksudkan untuk tujuan perawatan atau penyembuhan pasien, bila
dilakukan tindakan tidak sesuai denga prosedur berpotensi untuk
menularkan penyakit infeksi, baik bagi pasien (yang lain) atau bahkan pada
petugas kesehatan itu sendiri. Karena seringkali tidak bisa secara pasti
ditentukan asal infeksi, maka sekarang istilah baru yaitu Helathcare-
associatedinfections (HAIs) dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya
di rumah sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Juga
tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas
kesehatan yang didapat pada saat melakukan tindakan keperawatan pasien.
Khusus untuk infeksi yang terjadi atau didapat di rumah sakit, selanjutnya
disebut sebagai infeksi rumah sakit (Unair News, 2021).
2.1.2 Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Strategi pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi antara lain :
a. Peningkatan daya tahan penjamu
b. Inaktivasi agen penyebab infeksi
c. Memutus rantai penularan
d. Tindakan pencegahan paska pajanan terhadap petugas kesehatan (Unair
News, 2021)
2.1.3 Penyakit Infeksi Nosokomial
Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang didapatkan penderita saat
sedang dirawat di rumah sakit dengan ditemukan tanda-tanda klinis dan
tidak sedang dalam masa inkubasi penyakit, tanda-tanda klinis infeksi yang
timbul setidaknya 3x24 jam sejak dirawat dirumah sakit dengan masa
perawatan pasien lebih lama (Unair, 2022). Infeksi merupakan keadaan
dimana organisme parasit masuk dan bertahan hidup pada penjamu (host)
dan menimbulkan respon inflamasi (Kemenkes RI, 2022). .Nosocomial
8

infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi
yang didapat saat klien dirawat di rumah sakit (Parenti, 2022).
Infeksi nosokomial mudah terjadi karena kondisi tertentu (Setiawati,
2022), misalnya :
1. Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit sehingga
jumlah dan jenis kuman penyakit yang ada lebih banyak daripada di
tempat lain.
2. Orang sakit mempunyai daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah
tertular
3. Di rimah sakit, seringkali penderita dilakukan tindakan intensif mulai
dari yang sederhana, misal pemberian obat suntikan sampai dengan
tindakan yang lebih invasif misalnya operasi
4. Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap antibiotik,
akibat penggunaan berbagai macam antibiotik yang seringkali tidak
rasional
5. Adanya kontak langsung antar pasien, atau petugas kesehatan dengan
pasien yang dapat nemularkan kuman patogen
6. Penggunaan alat/peralatan kedokteran yang telah terkontaminasi oleh
kuman.
2.1.4 Rantai Penularan
Rantai penularan infeksi perlu diketahui untuk mengetahui dan
melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi. Apabila mata
rantai dirusak atau dihilangkan maka infeksi dapat dicegah. Komponen yang
bisa menyebabkan infeksi nosokomial yaitu (Sardi, 2021):
a. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi. Pada manusia mikroorganisme dapat disebabkan
berupa bakteri, virus, jamur, ricketsia dan parasit.
b. Reservoir adalah tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh dan
berkembang biak dan siap ditularkan pada orang. Reservoir yang paling
umum adalah manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan
bahan-bahan organik lainnya serta dapat ditularkan melalui makanan atau
air yang tercemar.
9

c. Pintu Keluar (portal of exit) adalah jalan darimana infeksi meninggalkan


reservoir. Pintu keluar meliputi saluran pernapasan, pencernaan, saluran
kemih dan kelamin, kulit dan membrane mukosa, transplasenta dan darah
serta cairan tubuh lain. Setelah mikroorganisme meninggalkan reservoir
harus ada lingkungan yang cocok untuk dapat hidup sampai menginfeksi
orang lain.
d. Cara Penularan (Transmisi) adalah cara penularan mikroorganisme dari
reservoir ke penjamu (Host). Kontak transmisi yang paling sering terjadi
pada infeksi nosokomial. Ada beberapa cara penularan yaitu:
1) Transmisi langsung yaitu penularan langsung oleh mikroba patogen ke
pintu masuk yang sesuai dari pejamu, seperti memandikan pasien,
membalikkan pasien saat memberikan posisi dan menyentuh
permukaan tubuh pasien.
2) Transmisi tidak langsung yaitu penularan mikroba patogen yang
memerlukan adanya “media perantara“ seperti jarum, peralatan
instrument yang terkontaminasi, tangan terkontaminasi tidak cuci
tangan, dan pemakaian sarung tangan yang tidak diganti diantara
pasien.
3) Percikan (droplet transmission) yaitu penularan mikroorganismen
melalui batuk, bersin, berbicara dan saat melakukan tindakan khusus.
4) Airbone Transmisi (melalui udara), transmisi terjadi ketika menghirup
udara yang mengandung mikroorganisme patogen. Mikroorganisme
yang ditransmisikan melaui udara seperti mycobacterium tuberculosis,
rubella dan varicella virus.
5) Food Borne (makanan), transmisi mikroorganisme yang ditularkan
melalui makanan alat kesehatan dan peralatan yang terkontaminasi
mikroorganisme patogen.
6) Blood Borne (melalui darah) infeksi dapat berasal dari HIV, hepatitis
B dan C, melalui jarum suntik yang terkontaminasi.
e. Pintu Masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu bisa
melalui saluran pernapasan, pencernaan, saluran kemih dan kelamin,
selaput lender serta kulit yang tidak utuh (luka).
10

f. Pejamu (host) adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang
cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah terjadinya infeksi
atau penyakit.
2.1.5 Pencegahan Infeksi Nosokomial
Menyadari akan bahaya dan masalah yang dihadapi akibat terjadinya
infeksi nosokomial, maka diperlukan suatu program pengendalian yang
bertujuan untuk menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial, mencegah
terjadinya infeksi nosokomial dan untuk menjaga keselamatan pasien
maupun karyawan rumah sakit.
Kewaspadaan standar untuk pelayanan bagi pasien, kategori I artinya
sangat direkomendasikan untuk seluruh rumah sakit. Kategori I meliputi
(Kemenkes RI, 2022) :
1. Kebersihan tangan/hand hygiene
2. Penggunaan alat pelindung diri, meliputi penggunaan sarung tangan,
masker, goggle (kaca mata pelindung), face shield (pelindung wajah),
gaun
3. Kebersihan peralatan perawatan pasien
4. Pengendalian lingkungan
5. Pemrosesam peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
6. Kesehatan karyawan/perlindungan petugas kesehatan
7. Penempatan pasien
8. Hygiene repirasi/etika batuk
9. Praktek menyuntik yang amam
10. Praktek untuk lumbal punksi.

2.2 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)


Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan bertujuan untuk melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung
yang menerima pelayanan kesehatan serta masyarakat dalam lingkungannya
dengan cara memutus siklus penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan
standar dan berdasarkan transmisi. Bagi pasien yang memerlukan isolasi,
11

maka akan diterapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan


standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi (Kemenkes RI, 2022)
Dalam mengendalikan infeksi nosokomial di rumah sakit, ada tiga hal
yang perlu ada dalam program pengendalian infeksi nosokomial di antaranya
yaitu: adanya sistem surveilan yang mantap, adanya peraturan yang jelas, dan
tegas serta dapat dilaksanankan, adanya program pendidikan yang terus
menerus bagi semua petugas rumah sakit (Setiawati, 2022).

2.3 Cuci Tangan


Menurut WHO (2009) cuci tangan adalah suatu prosedur/ tindakan
membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir atau
Hand rub dengan antiseptik (berbasis alkohol). Kebersihan tangan merupakan
hal paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi yang dilakukan
bertujuan untuk menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat
atau membunuh mikoorganisme pada kulit, di mana mikroorganisme ini
diperoleh dari kontak dengan pasien dan lingkungan (Kemenkes RI, 2011).
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan
air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau
menggunakan alkohol (alcohol-based handrubs) bila tangan tidak tampak
kotor. Kuku petugas harus selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku
palsu, tanpa memakai perhiasan cincin. Kebersihan tangan dilakukan pada
saat sebelum kontak pasien, sebelum tindakan aseptik, setelah kontak darah
dan cairan tubuh, setelah kontak pasien dan setelah kontak dengan lingkungan
sekitar pasien (Kemenkes RI, 2022).
Ada dua cara mencuci tangan yaitu :
a. Cara mencuci tangan dengan sabun dan air (Susantiningsih, Yuliyanti,
Simanjuntak, & Arfiyanti, 2018).
1) Basahi tangan dengan air bersih yang mengalir
2) Tuangkan sabun cair 3-5 cc, untuk menyabuni seluruh permukaan
tangan sebatas pergelangan.
3) Gosok kedua telapak tangan hingga merata.
4) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan
dan sebaliknya.
12

5) Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.


6) Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
7) Gosok ibu jari kiri berputar kearah bawah dalam genggaman tangan
kanan dan sebaliknya.
8) Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya.
9) Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
10) Keringkan tangan dengan menggunakan handuk/kertas tisu sekali
pakai.
11) Gunakan handuk / kertas tisu tersebut untuk menutup keran sewaktu
mematikan air.
12) Sekarang tangan sudah bersih. Lama waktu yang dibutuhkan selama
40-60 detik.
b. Cara mencuci tangan dengan antiseptik berbasis alkohol (Susantiningsih et
al., 2018).
1) Tuangkan 2-3 cc antiseptik berbasis alkohol ke telapak tangan,
kemudian ratakan ke seluruh permukaan tangan.
2) Gosok kedua telapak tangan.
3) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan telapak tangan
kanan dan sebaliknya.
4) Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari tangan.
5) Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
6) Gosok berputar ibu jari tangan kiri dalam genggaman tangan kanan
dan sebaliknya.
7) Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya.
8) Sesudah kering, tangan sudah bersih. Lama waktu yang dibutuhkan
selama 20-30 detik.
Hasil yang ingin dicapai dalam kebersihan tangan adalah mencegah
agar tidak terjadi infeksi, kolonisasi pada pasien dan mencegah
kontaminasi dari pasien ke lingkungan termasuk lingkungan kerja petugas
13

(Kemenkes RI, 2022). Sedangkan menurut (WHO, 2009a), tujuan


dilakukannya cuci tangan yaitu untuk:
a. Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan
b. Mencegah infeksi silang (cross infection)
c. Menjaga kondisi steril
d. Melindungi diri dan pasien dari infeksi
e. Memberikan perasaan segar dan bersih
Menurut (WHO, 2009a), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
kebersihan tangan (hand hygiene) adalah:
a. Rawatlah tangan secara teratur menggunakan krim tangan pelindung
atau lotion, minimal satu kali per hari
b. Jangan rutin mencuci tangan dengan sabun dan air segera sebelum atau
setelah menggunakan pencuci tangan berbahan dasar alkohol;
c. Jangan gunakan air panas untuk membilas tangan;
d. Setelah handrub atau mencuci tangan (hand wash), biarkan tangan
benar-benar kering sebelum memakai sarung tangan;
e. Jangan memakai kuku buatan atau ekstender ketika kontak langsung
dengan pasien;
f. Sebaiknya menjaga kuku tetap pendek.
WHO (2009) menyatakan bahwa 6 langkah cuci tangan dengan
handwash dan handrub.
a. Cuci Tangan Handwash
Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir. Peralatan yang dibutuhkan
untuk mencuci tangan biasa adalah setiap wastafel dilengkapi dengan
peralatan cuci tangan sesuai sesuai standar rumah sakit (misalnya kran
air bertangkai panjang untuk mengalirkan air bersih, tempat sampah
injak tertutup yang dilapisi kantung sampah medis atau kantung plastik
berwarna kuning untuk sampah yang terkontaminasi atau terinfeksi, alat
pengering seperti tisu, lap tangan (hand towel), sabun cair atau cairan
pembersih tangan yang berfungsi sebagai antiseptik, lotion tangan, serta
dibawah wastafel terdapat alas kaki dari bahan handuk. Oleh karena itu
14

sarana serta prasarana juga harus memadai untuk mendukung cuci


tangan supaya dapat dilakukan dengan maksimal. Prosedur Hand-wash
sebagai berikut:
a) Melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin
atau jam tangan.
b) Membuka kran air dan membasahi tangan.
c) Menuangkan sabun cair ke telapak tangan secukupnya.
d) Melakukan gerakan tangan, mulai dari meratakan sabun dengan kedua
telapak tangan.
e) Kedua punggung telapak tangan saling menumpuk secara bergantian.
f) Bersihkan telapak tangan dan sela-sela jari seperti gerakan menyilang.
g) Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan.
h) Membersihkan ibu jari secara bergantian.
i) Posisikan jari-jari tangan mengerucut dan putar kedalam beralaskan telapak
tangan secara bergantian.
j) Bilas tangan dengan air yang mengalir.
k) Keringkan tangan dengan tisu sekali pakai.
l) Menutup kran air menggunakan siku atau siku, bukan dengan jari karena
jari yang telah selesai kita cuci pada prinsipnya bersih. Lakukan semua
prosedur diatas selama 40 – 60 detik.

Gambar 2.1 Handwash


Sumber: WHO Guidelines on Cuci tangan in Health Care (2009)
b. Cuci Tangan Handrub
Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan
dengan cairan berbasis alkohol, dilakukan sesuai lima waktu. Peralatan
15

yang dibutuhkan untuk mencuci tangan Hand-rub hanya cairan berbasis


alkohol sebanyak 2 – 3 cc. Prosedur cuci tangan Hand-rub sebagai
berikut:
1) Melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti
cincin atau jam tangan.
2) Cairan berbasis alkohol ke telapak tangan 2 – 3 cc.
3) Melakukan gerakan tangan, mulai dari meratakan sabun dengan
kedua telapak tangan.
4) Kedua punggung telapak tangan saling menumpuk secara
bergantian.
5) Bersihkan telapak tangan dan sela-sela jari seperti gerakan
menyilang.
6) Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan.
7) Membersihkan ibu jari secara bergantian.
8) Posisikan jari-jari tangan mengerucut dan putar kedalam beralaskan
telapak tangan secara bergantian. Lakukan semua prosedur diatas
selama 20 – 30 detik

Gambar 2.2 Handrub


Sumber: WHO Guidelines on Cuci tangan in Health Care (2009)
2.4 Prosedur Kebersihan Tangan
Prosedur kebersihan tangan antara lain (Permenkes RI No. 27, 2017):
16

a. Prosedur Handrub
1. Tuangkan 3-5cc antiseptik berbasis alkohol ke seluruh permukaan
tangan;
2. Gosok kedua telapak tangan hingga merata;
3. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya;
4. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari;
5. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci;
6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
sebaliknya;
7. Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan
kiri dan sebaliknya;
8. Dan tangan anda sudah bersih.
b. Prosedur Cuci Tangan (Hand Wash)
1. Basahi tangan dengan air
2. Tuangkan sabun 3-5cc untuk menyabuni seluruh permukaan tangan;
3. Gosok kedua telapak tangan hingga merata;
4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya;
5. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari;
6. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci;
7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
sebaliknya;
8. Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan
kiri dan sebaliknya;
9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir;
10. Keringkan dengan handuk atau tissue towel sekali pakai sampai benar-
benar kering;
11. Gunakan handuk tersebut untuk menutup keran;
12. Dan tangan anda sudah bersih.
17

2.5 Kebijakan Kebersihan Tangan di RS Ernaldi Bahar


Sesuai dengan Keputusan Direktur Runah Sakit Ernaldi Bahar Nomor
445/28450/RS.ERBA/2019 menyatakan bahwa kebersihan tangan dilakukan
oleh seluruh petugas klinis maupun non klinis, pasien dan keluarga pasien atau
pengunjung di seluruh lingkungan Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera selatan (RS Ernaldi Bahar, 2019).
Indikasi kebersihan tangan secara umum (RS Ernaldi Bahar, 2019):
a. Segera : setelah tiba ditempat kerja
b. Sebelum :
1. Kontak langsung dengan pasien.
2. Memakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan tindakan.
3. Invasif.
4. Menyediakan/mempersiapkan obat-obatan.
5. Mempersiapkan makanan.
6. Memberi makan pasien.
7. Meninggalkan rumah sakit
c. Diantara: prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan
terkontaminasi untuk menghindari kontaminasi silang.
d. Setelah
1. Kontak dengan pasien.
2. Melepas sarung tangan.
3. Melepas alat pelindung diri.
4. Kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ludah, dahak, muntahan,
urine, keringat dan peralatan yang diketahui atau kemungkinan
terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, pispot, urinal baik
menggunakan atau tidak menggunakan sarung tangan.
5. Menggunakan toilet, menyentuh/melap hidung dengan tangan
(batuk/bersin).
6. Menyentuh lingkungan di sekitar pasien.
Kebersihan tangan dilakukan pada 5 (lima) kesempatan/five moment menurut
WHO yaitu :
1. Sebelum kontak dengan pasien.
18

2. Sebelum melakukan tindakan aseptic.


3. Setelah kontak atau terkena carian tubuh pasien.
4. Setelah kontak dengan pasien.
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien (RS Ernaldi Bahar,
2019).
Kebijakan kebersihan tangan sesuai dengan WHO guidlines on hand hygiene
in helathcare (2009) menggunakan 6 (enam) langkah kebersihan tangan,
yaitu:
1. Petugas menggosok kedua telapak tangan hingga merata.
2. Petugas menggosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan
tangan kanan dan sebaliknya.
3. Petugas menggosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
4. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan petugas saling mengunci
5. Petugas menggosok ibu jari berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
6. Petugas menggosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri
dan sebaliknya (RS Ernaldi Bahar, 2019).
Sarana prasarana cuci tangan di RS Ernaldi Bahar yaitu:
1. Area Klinis (area perawatan/pelayanan langsung terhadap pasien)
a. Westafel dengan air yang mengalir
b. Larutan chlorhexidine 4% (indikasi kebersihan tangan nomor 2 dan 3)
IGD (area tindakan), poli gigi (ruang tindakan), laboratorium (ruang
pemeriksaan) dan unit sterilisasi (ruang dokumentasi)
c. Sabun biasa (handsoap): kamar pasien, pos perawat (indikasi
kebersihan tangan nomor 1, 4, 5), toilet, dapur dan laundry.
d. Larutan berbahan dasar alkohol (handrub): setiap tempat tidur pasien
diarea kritis (IGD, kamar periksapoliklinik), nurse station, di dekat
pintu masuk ruang rawat inap, dan meja trolly tindakan.
2. Area non-klinis (area pelayanan tidak langsung dengan pasien)
a. Westafel dengan air yang mengalir.
b. Sabun biasa (handsoap): toilet, dapur, perkantoran, kantin, sanitasi,
aula, ruang perawatan, laundry.
19

c. Larutan berbahan dasar alkohol (handrub): pintu keluar-masuk.


d. Petugas/pengunjung, ruang tunggu rawat jalan, farmasi, kamar
jenazah, perkantoran, Gedung Serba Guna (GSG) rumah sakit atau
area dimana fasilitas kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir
tidak tersedia/jauh letaknya (RS Ernaldi Bahar, 2019).
Kebersihan tangan efektif :
1. Tidak mengenakan jas lengan panjang saat melayani pasien.
2. Bagi smeua petugas yang berkontak langsung dengan pasien (klinis),
semua perhiasan yang ada (misalnya: jam tangan, cincin, gelang) harus
dilepaskan selama bertugas dan pada saat melakukan kebersihan tangan
oleh karena dapat menjadi tempat berkumpulnya mikroba.
3. Kuku dijaga tetap pendek tidak melebihi 1 mm, tidak menggunakan kuku
palsu dan cat kuku.
4. Jika tangan ada luka ditutup atau putar kran menggunakan tisue towel.
5. Tutuplah kran dengan siku tangan atau putar kran dengan menggunakan
tissue towel.
6. Membersihkan tangan dengan sabun cair dan air mengalir apabila tangan
terlihat kotor.
7. Memberihkan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub)
bila tangan tidak terlihat kotor diantara tindakan.
8. Keringkan tangan menggunakan handuk kecil sekali pakai atau tissue
towel.
9. Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan/mengenakan sarung
tangan.
10. Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih ada
isinya.
11. Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu apabila dilakukan
pengisian ulang (RS Ernaldi Bahar, 2019).

2.6 Kepatuhan
2.2.1 Pengertian
Kepatuhan berasal dari kata patuh yang artinya disiplin dan taat
(Parenti, 2022). Menurut Notoatmodjo (2010) kepatuhan adalah salah satu
20

perilaku pemeliharaan kesehatan yaitu usaha seseorang untuk memelihara


kesehatan atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan
apabila sakit. Menurut (Smet, 2006) kepatuhan adalah tingkat dimana
seseorang melaksanakan suatu aturan dan perilaku yang disarankan oleh
orang lain. Kepatuhan juga merupakan suatu bentuk perilaku. Perilaku
manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang
dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri
manusia. Kepatuhan adalah suka menurut perintah, taat pada perintah dan
disiplin pada aturan (Rosa, 2018). Kepatuhan merupakan istilah yang
digunakan untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah
ditetapkan yang mengacu pada situasi ketika perilaku individu sesuai
dengan tindakan yang disarankan atau yang diusulkan oleh praktisi
kesehatan.
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang,
yaitu: pendidikan, akomodasi, modifikasi faktor lingkungan dan sosial,
interaksi profesional, perubahan model kerja, dan pengetahuan (Niven,
2002). Kepatuhan merupakan salah satu bentuk perilaku pemeliharaan
kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Sesuai dengan pendapar Greeb (1980)
dalam Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa perilaku kesehatan
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
a) Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor sebelum
terjadinya suatu perilaku, yang menjelaskan alasan dan motivasi untuk
berperilaku termasuk dalam faktor predisposisi adalah pengetahuan,
keyakinan, nilai sikap dan demografi (umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, masa kerja).
b) Faktor-faktor Pendukung (enabling factors), agar terjadi perilaku
tertentu, diperlukan perilaku pemungkin, suatu motivasi yang terwujud
dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau
sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi,
jamban dan sebagainya.
21

c) Faktor-faktor Pendorong (reinforcing factors), merupakan faktor perilaku


yang memberikan peran dominan bagi menetapnya suatu perilaku yaitu
keluarga, petugas kesehatan dan petugas lain yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
Perilaku adalah keseluruhan pemahaman dan aktivitas seseorang
yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan kesternal. Faktor
internal adalah pengalaman, fasilitas dan sosial budaya. Faktor internal
adalah persepsi, pengetahuan, keyakinan keinginan, motivasi, niat dan sikap
(Notoatmodjo, 2012a).

2.7 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan yang dilakukan
sesuia dengan pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
rasa, penciuman, dan raba. Sebagian besar pengetahuan didapat melalui indra
penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2012a).
Menurut (Notoatmodjo, 2012a), pengetahuan mencakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
1. Tahu (know) tahu merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Pengetahuan dalam tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang telah dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan
yang paling rendah untuk mengukur seseorang tentang apa yang
dipelajarinya antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefisikan,
menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (comprehention) memahami adalah suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menerapkan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap suatu materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
22

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang


dipelajari.
3. Aplikasi (aplication) aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukumhukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks ataupun situasi yang lain.
4. Analisis (analysis) analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan
materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, masih terdapat kaitan antara satu dengan yang lainnya.
kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis) sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
membentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis merupakan
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang sudah ada.
6. Evaluasi (evaluation) evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut
berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang sudah ada.
Berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perihal yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers dalam (Notoatmodjo, 2012a)
menyatakan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku
baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, disingkat
menjadi AIETA. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui objek (stimulus) terlebih dahulu. Interest, yaitu orang
mulai tertarik kepada stimulus. Evaluation (menimbang-nimbang baik atau
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Dalam hal ini sikap responden
sudah lebih baik lagi. Trial, yakni orang telah mencoba perilaku baru.
23

Adoption, yakni objek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,


kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.8 Sarana Prasarana Cuci Tangan


Fasilitas yang disediakan di tempat kerja merupakan salah satu faktor
pemungkin yang mempengaruhi pembentukan perilaku seseorang (Green,
1980 dalam (Notoatmodjo, 2010)). Tanpa adanya sumber daya yang
memadai, seseorang tidak akan mampu menerapkan suatu perilaku dengan
baik. Fasilitas kebersihan tangan harus tersedia untuk membantu petugas
kesehatan dalam melaksanaan prosedur kebersihan tangan. Menurut Depkes
(Depkes RI, 2008) fasilitas tersebut meliputi :
a. Air mengalir
Sarana utama untuk cuci tangan adalah air mengalir dengan saluran
pembuangan atau bak penampung yang memadai. Guyuran air mengalir
dapat melepaskan mikroorganisme karena gesekan mekanis atau kimiawi
saat cuci tangan dan tidak menempel lagi dipermukaan kulit. Air mengalir
dapat berupa kran atau dengan cara mengguyur menggunakan gayung,
namun cara ini memiliki risiko yang cukup besar untuk terjadinya
pencemaran, baik melalui pegangan gayung ataupun percikan air bekas
cucian yang kembali ke bak penampung air bersih. Air kran bukan berarti
harus dari PAM, namun dapat diupayakan secara sederhana dengan tangki
berkran di ruang pelayanan atau perawatan kesehatan agar mudah
dijangkau oleh petugas kesehatan yang membutuhkan (Depkes RI, 2008).
b. Sabun
Sabun tidak membunuh mikroorganisme, tetapi menghambat dan
mengurangi jumlah mikroorganisme dengan mengurangi tegangan
permukaan sehingga mikroorganisme terlepas dari permukaan kulit dan
mudah terbawa oleh air. Jumlah mikroorganisme semakin berkurang
dengan meningkatnya frekuensi cuci tangan, namun sisi lain dengan
seringnya menggunakan sabun atau detergen maka lapisan lemak kulit
akan hilang sehingga membuat kulit menjadi kering dan pecah-pecah
(Depkes RI, 2008).
24

c. Larutan antiseptik
Larutan antiseptik atau antimikroba topikal dipakai pada kulit atau
jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau membunuh
mikroorganisme pada kulit. Antiseptik memiliki bahan kimia yang
memungkinkan untuk digunakan pada kulit dan selaput mukosa.
Antiseptik memiliki keragaman efektivitas, aktivitas, akibat dan rasa pada
kulit setelah dipakai sesuai dengan keragaman jenis antiseptik tersebut dan
reaksi kulit masing-masing individu. Kulit manusia tidak dapat disterilkan,
sehingga tujuan yang ingin dicapai adalah menurunkan jumlah
mikroorganisme pada kulit secara maksimal terutama kuman transien.
Cuci tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan cuci
tangan menggunakan sabun antimikrobial, selain itu iritasi kulit juga jauh
lebih rendah apabila menggunakan sabun biasa (Depkes RI, 2008).
Kriteria memilih antiseptik menurut (Depkes RI, 2008) adalah sebagai
berikut:
1. Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak mikroorganisme
secara luas (gram positif dan gram negatif, virus lipofilik, bacillus dan
tuberkulosis, fungi, endospora);
2. Efektivitas;
3. Kecepatan aktivitas awal;
4. Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam
pertumbuhan;
5. Tidak mengakibatkan iritasi kulit;
6. Tidak menyebabkan alergi;
7. Efektif sekali pakai, tidak perlu diulang-ulang;
8. Dapat diterima secara visual maupun estetik.
d. Lap tangan yang bersih dan kering
Apabila kertas lap tidak tersedia, keringkan kedua tangan dengan lap
bersih atau pengering. Lap yang digunakan secara bersama-sama dapat
terkontaminasi sehingga sebaiknya tidak digunakan. Untuk menghindari
penggunaan lap kotor, sebaiknya membawa lap kecil atau sapu tangan
sendiri dan harus dicuci setiap hari (Tietjen, Bossemeyer, & Intosh, 2004).
25

Jika tidak terdapat fasilitas air mengalir untuk mencuci tangan, maka
dapat dipertimbangkan untuk menggunakan larutan berbasis alkohol tanpa air
(handrub antiseptic). Penggunaan handrub ini akan lebih efektif dalam
penurunan jumlah flora tangan awal pada tangan yang bersih, dapat
melindungi dan melembutkan kulit karena berisi emolien seperti gliserin,
glisol propelin, atau sorbitol (WHO, 2009a).
Teknik untuk menggosok tangan dengan handrub antiseptic adalah
sebagai berikut (WHO, 2009a):
a. Tuangan handrub berbasis alkohol untuk dapat mencakup seluruh
permukaan tangan dan jari-jari (kira-kira 3-5 cc atau satu sendok teh);
b. Gosokkan kedua telapak tangan;
c. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya;
d. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari;
e. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci;
f. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya;
g. Gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan
sebaliknya;
h. Diamkan tangan hingga kering.
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kebersihan tangan dengan
menggunakan handrub antiseptic adalah kurang lebih 20-30 detik. Perlu
diperhatikan bahwa penggunaan handrub antiseptic ini tidak menghilangkan
kotoran atau zat organik, sehingga jika tangan sangat kotor atau
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh maka harus mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir terlebih dahulu. Selain itu, jika telah
menggunakan handrub antiseptic 5-10 kali maka tetap diperlukan untuk
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir untuk mengurangi
penumpukan emolien pada tangan (WHO, 2009a).
26

2.9 Masa Kerja


Masa kerja mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap pekerjaan dan
lingkungan tempat ia bekerja. Masa kerja dapat membuat seseorang
memahami tugas-tugas suatu pekerjaan sehingga dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan baik, di mana semakin lama ia bekerja maka semakin
banyak pengalamannya dan akan lebih terampil dalam mengerjakan
pekerjaannya (Handoko, 2009).
Lama kerja seseorang diketahui dapat mempengaruhi perilakunya.
Perawat yang sudah bekerja lebih dari satu tahun cenderung memiliki
perilaku yang baik dibandingkan dengan perawat dengan lama kerja kurang
dari satu tahun (Damanik, 2012). (Pancaningrum, 2012) juga menjelaskan
bahwa semakin sering individu melakukan suatu pekerjaan yang sama maka
akan semakin terampil pula ia dalam melakukan pekerjaannya.
Penelitian Damanik (2012) didapatkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara masa kerja (p=0,026) dengan kepatuhan petugas kesehatan
melakukan hand hygiene, di mana petugas kesehatan dengan masa kerja ≥ 2
tahun lebih patuh dalam melakukan hand hygiene dengan perolehan sebanyak
26 (44,8%) petugas kesehatan (Damanik, 2012).

2.10 Pendidikan
Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada proses
mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku, yaitu dari yang tidak
tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Pengetahuan
sangat erat hubungannya dengan pendidikan di mana diharapkan seseorang
dengan pendidikan tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan juga mempengaruhi
seseorang dalam mengambil keputusan sehingga semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang semakin mengerti dan memahami tentang suatu ilmu
serta akan berpengaruh pada perilakunya (Setiyawati, 2008). Tingkat
pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan dan penerimaan seseorang
terhadap suatu informasi. Maka dari itu, seseorang dengan tingkat pendidikan
yang tinggi memiliki kecenderungan untuk melakukan pekerjaannya secara
27

efektif sesuai dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperolehnya dari


masa pendidikan (Handojo, 2015). Menurut (Arikunto, 2010) pendidikan
dikategorikan menjadi pendidikan rendah dan pendidikan tinggi. Pendidikan
rendah (tidak sekolah, SD, dan SMP), pendidikan tinggi (SMA-pendidikan
lanjut).

2.11 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2012a). Sikap merupakan
penentu dari perilaku karena keduanya berhubungan dengan persepsi,
kepribadian, perasaan, dan motivasi. Sikap merupakan keadaan mental yang
dipelajari dan diorganisasikan melalui pengalaman, menghasilkan pengaruh
spesifik pada respon seseorang terhadap orang lain, objek, situasi yang
berhubungan. Sikap menentukan pandangan awal seseorang terhadap pekerjaan
dan tingkat kesesuaian antara individu dan organisasi (Gibson, Ivancevich, &
Donnelly, 2003).
Sikap merupakan suatu keadaan mental yang dipelajari dan
diorganisasikan melalui pengalaman yang kemudian menghasilkan pengaruh
spesifik pada respon seseorang terhadap orang lain, objek maupun situasi yang
berhubungan. Sikap menjadi penentu perilaku karena keduanya berhubungan
dengan persepsi, kepribadian, perasaan dan motivasi (Ivancevich, Konopaske,
& Matteson, 2007). Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2010).
Sikap memiliki beberapa karekteristik yaitu (Notoatmodjo, 2012a):
1) Sikap merupakan kecenderungan berpikir, berpersepsi dan bertindak
2) Sikap mempunyai daya pendorong (motivasi);
3) Sikap relatif lebih menetap dibanding emosi dan pikiran;
4) Sikap mengandung aspek penilaian atau evaluatif terhadap objek yang
meliputi komponen kognitif, afektif dan konatif.
2.12 Penelitian sebelumnya
Berdasarkan hasil penelitian (Sumariyem, Syaifudin, & Kurniawati, 2015)
menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara motivasi dengan kepatuhan
28

perawat dalam praktek hand hygiene. Hasil penelitian (Sinaga, 2015)


menunjukkan bahwa ada hubungan antara sarana prasarana, lama bekerja dan
supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan melakukan hand hygiene. Hasil
penelitian (Widyanita & Listiowati, 2014) bahwa ada hubungan antara
pengetahuan dengan kepatuhan pelaksanaan hand hygiene.

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya

No Judul Penelitian Variabel Hasil


1 Hubungan Pelaksanaan Tindakan a. Variabel Independen : Pelaksanaan cuci tangan
Cuci Tangan Perawat dengan Pelaksanaan Cuci Tangan berhubungan dengan kejadian
Kejadian Infeksi Rumah Sakit b. Variabel Dependen : infeksi
Sumber Waras Grogol Kejadian Infeksi
(Alvadri, 2016)
2 Faktor Determinan Kepatuhan a. Variabel Independen : Ada hubungan antara usia, jenis
Pelaksanaan Hand Hygiene pada Usia, Jenis Kelamin, Masa kelamin dan masa kerja dengan
Perawat IGD RSUD dr Iskak Kerja, Pendidikan kepatuhan hand hygiene
Tulung Agung b. Variabel Dependen :
Kepatuhan Hand Hygiene Tidak ada hubungan antara
(Pratama & Rokhmad, 2015) tingkat pendidikan dengan hand
hygiene
3 Hubungan Motivasi dengan a. Variabel Independen Ada hubungan antara motivasi
Kepatuhan Perawat dalam Praktik : Motivasi dengan kepatuhan perawat dalam
Hand Hygiene di Ruang Cendana b. Variabel Dependen : praktek hand hygiene.
IRNA Dr. Sardjityo Yogyakarta Kepatuhan Hand
Hygiene
(Sumariyem et al., 2015)
4 Penerapan Hand Hygiene Perawat a. Variabel Independen Ada hubungan antara sarana
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit : sarana prasarana prasarana dengan pelaksanaan
b. Variabel Dependen : hand hygiene pada perawat
(Ernawati, Rachmi, & Wiyanto, Pelaksanaan Hand
2014) Hygiene
5 Penerapan Hand Hygiene Perawat di Kepatuhan perawat Kepatuhan hand hygiene perawat
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit dalam penerapan hand ruang rawat inap rumah sakit
hygiene masih rendah (35%). Angka
(Ernawati et al., 2014) kepatuhan yang tinggi ditemukan
pada momen sesudah kontak atau
melakukan tindakan sedangkan
kepatuhan cuci tangan sebelum
kontak sangat rendah bahkan nol
pada momen sebelum kontak
dengan pasien
6 Kepatuhan Hand Hygiene di a. Variabel independen Ada hubungan antara sarana
Rumah Sakit Misi Rangkas Bitung : sarana prasarana, prasarana, lama bekerja dan
lama kerja, supervisi supervisi kepala ruangan dengan
kepala Ruangan kepatuhan melakukan hand
29

(Sinaga, 2015) b. Variabel dependen : hygiene


Kepatuhan Hand
Hygiene
7 Hubungan Kualitas Supervisi a. Variabel independen : ada hubungan antara kualitas
Kepala Ruang Terhadap Kepatuhan Supervisi supervisi kepala ruang terhadap
Perawat Melakukan Standar Cuci b. Variabel Dependen : kepatuhan perawat melakukan
tangan di Instalasi Rawat Inap RST Kepatuhan Perawat standar cuci tangan di Instalasi
Dr. Soedjono Magelang melakukan Standar Rawat Inap RST Dr. Soedjono
Cuci Tangan Magelang (p value = 0,001).
(Utami, 2016)
8 Hubungan Tingkat Pengetahuan a. Variabel indepnden : Ada hubungan antara
Hand Hygiene dengan Kepatuhan Pengetahuan pengetahuan dengan kepatuhan
Pelaksanaan Hand Hygiene pada b. Variabel dependen : pelaksanaan hand hygiene
Peserta Program Pendidikan Kepatuhan pelaksanaan
Profesi Doktor Hand Hygiene
(Widyanita & Listiowati, 2014)

2.13 Kerangka Teori


Model Teori Perilaku Terencana atau yang biasa disebut Theory Of
Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan dari teori pendahulunya
yaitu Theory Of Reasoned Action (TRA). Model Theory Of Planned Behavior
merupakan model teori yang mengungkapkan bahwa perilaku terencana
menekankan pada niat perilaku sebagai akibat atau hasil kombinasi beberapa
kepercayaan. Niat merupakan konsepsi dari tindakan terencana dalam
mencapai tujuan perilaku. Dalam pengembangannya, Icek Ajzen dan Martin
Fishbein tidak hanya berfokus pada variabel niat, tetapi juga ditambahkannya
variabel Perceived Behavior Control (Persepsi Kontrol Perilaku). Theory Of
Planned Behavior diciptakan oleh Ajzen sebagai jawaban untuk mengatasi
kekurang dekatan yang ditemukan oleh Ajzen dan Fishbein dalam penelitian-
penelitian mereka dengan menggunakan Theory of Reasoned Action. Selain itu
pembentukan niat dan perilaku dalam Theory Of Planned Behavior juga
dipengaruhi oleh 3 faktor (variabel) penting yaitu Sikap (Attitude), Norma
Subjektif (Subjective Norm), dan Persepsi Kontrol Perilaku (Perceived
Behavior Control) (Ajen, 2005).
30

Sumber : (Ajen, 2005)


Sebagai acuan dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan teori
perilaku dari Green (1980) dalam (Notoatmodjo, 2010). Adapun kerangka
teori tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Predisposing Factors :
- Pengetahuan
- Sikap
- Kepercayaan
- Keyakinan
- Nilai
- (Variabel demografi lainnya
seperti usia, jenis kelamin,
pendidikan, masa kerja) 1
6
7
Enabling Factors :
- Tersadianya sarana kesehatan
- Akses ke sarana kesahatan Masalah
- Prioritas dan komitmen 2 11
Perilaku Sehat
masyarakat/ pemerintah terhadap Spesifik
kesehatan
- Keterampilan yang berkaitan
4
dengan kesehatan 4
- Informasi kesehatan 12
3
5 8 10

Reinforcing Factors :
- Keluarga
- Teman
- Guru
- Majikan Lingkungan
9
- Petugas Kesehatan (Conditions of
living)
Bagan 2.1 Kerangka Teori (Notoatmodjo, 2010)
31

Bagan diatas menunjukkan bahwa sehat/sakit yang dirasakan oleh


seseorang berhubungan dengan masalah perilaku spesifik dan lingkungan.
Sedangkan perilaku sendiri secara langsung dipengaruhi oleh empat faktor
yaitu faktor predisposing, enabling, reinforcing dan lingkungan. Predisposing
faktor terdiri dari pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai dan
variabel demografi lainnya seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, masa
kerja. Faktor enabling terdiri dari tersadianya sarana kesehatan, akses ke
sarana kesahatan, prioritas dan komitmen masyarakat/pemerintah terhadap
kesehatan, keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan, informasi
kesehatan. Faktor reinforcing terdiri dari keluarga, teman, guru, majikan dan
petugas kesehatan.

2.14 Kerangka Konsep


Berdasarkan kerangka teoritis, kerangka konsep yang diamati dalam
penelitian ini sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen

- Pengetahuan
- Sarana Prasarana
- Masa kerja Kepatuhan Cuci Tangan
- Pendidikan
- Sikap

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.15 Hipotesis penelitian


Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan cuci tangan tenaga
non kesehatan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
2. Ada hubungan antara sarana prasarana dengan kepatuhan cuci tangan
tenaga non kesehatan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
3. Ada hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan cuci tangan tenaga non
kesehatan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
32

4. Ada hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan cuci tangan tenaga


non kesehatan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
5. Ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan cuci tangan tenaga non
kesehatan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
33

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Jenis penelitian dengan rancangan cross sectional ini bertujuan
untuk mempelajari korelasi atau hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2012), menyatakan
bahwa cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan
observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach). Artinya setiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap variabel subjek penelitian diamati pada saat
yang sama (Notoatmodjo, 2012b). Peneliti ingin mengetahui determinan
kepatuhan cuci tangan tenaga non kesehatan di RS Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan.

3.2 Definisi Operasional


Definisi operasional penelitian adalah sebagai berikut :
34

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Kepatuhan Cuci Tindakan nyata yang Angket Kuesioner 1. Tidak patuh, jika tidak Ordinal
Tangan dilakukan oleh melakukan ke 11
responden dalam Jawaban : pertanyaan
melakukan cuci - Ya (2) 2. Patuh, jika melakukan ke
tangan saat berada di - Tidak (1) 11 pertanyaan
lingkungan rumah Sumber : (Ferdinah, 2017)
sakit
2 Pengetahuan Pemahaman Angket Kuesioner 1. Kurang baik, jika skor Ordinal
responden tentang total < median (22,5)
cuci tangan mulai Jawaban : 2. Baik, jika skor total >
dari pengertian cuci - Benar (2) median (22,5)
tangan, tujuan cuci - Salah (1) Sumber : (Arimurti, 2019)
tangan, langkah-
langkah cuci tangan,
waktu pelaksanaan
cuci tangan, manfaat
cuci tangan, durasi
pelaksanaan cuci
tangan
3 Sarana Prasarana Persepsi responden Angket Kuesioner 1. Kurang mendukung, jika Ordinal
tengang ketersediaan Jawaban : skor total < median (24)
sarana dan prasarana - Selalu ada (3) 2. Mendukung, jika skor
yang digunakan - Jarang ada (2) total > median (24)
dalam kegiatan cuci - Tidak ada (1) Sumber : (Syamsulastri,
tangan 2017)
35

4 Masa kerja Lamanya responden Angket Kuesioner 1. Baru, Jika bekerja < 10 Ordinal
telah bekerja tahun
dihitung dari 2. Lama, jika bekerja > 10
pertama kali bekerja tahun
hingga penelitian Sumber: (Tarwaka.,
dilakukan Solichul BA., 2004)
5 Pendidikan Pendidikan formal Angket Kuesioner 1. Pendidikan Rendah Ordinal
terakhir yang (Tidak sekolah, SD dan
dijalankan oleh SMP)
responden 2. Pendidikan Tinggi
(SMA-Pendidikan
Lanjut)
Sumber : (Arikunto, 2010)
6 Sikap Respon atau reaksi Angket Kuesioner 1. Kurang baik, jika skor Ordinal
responden tentang Jawaban : total < median (28)
cuci tangan Pertanyaan positif 2. Baik, jika skor total >
(1-7) median (28)
- Setuju (3)
- Ragu-ragu (2) Sumber : (Syamsulastri,
- Tidak Setuju (1) 2017)
Pertanyaan
negatif (8-10)
- Setuju (1)
- Ragu-ragu (2)
- Tidak Setuju (3)
36

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan dan dilaksanakan pada bulan Maret 2022.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian


3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga non kesehatan di RS Ernaldi
Bahar Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2022 sebanyak 98 orang.
3.4.2 Sampel
Sampel penelitian ini berjumlah 98 tenaga non kesehatan di RS Ernaldi
Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
3.4.3 Teknik Sampling
Penelitian ini menggunakan teknik total populasi yaitu semua anggota
populasi menjadi sampel. Subjek penelitian yang diambil sebagai sampel
harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu :
a. Tenaga non kesehatan RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
b. Bersedia menjadi responden penelitian dan dilakukan observasi/
pengamatan.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu tenaga non kesehatan yang
sedang cuti pada saat pengumpulan data, tidak ada ditempat selama 3 kali
berturut-turut saat peneliti melakukan penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini bersumber dari data primer. Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden. Dalam penelitian
ini data primer meliputi hasil dari jawaban angket kuesioner yang diisi oleh
responden.
Sebelum pengumpulan data peneliti mengikuti prosedur pengambilan data
sebagai berikut :
37

1. Prosedur Administrasi
Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Dekan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya yang ditujukan
kepada Direktur Utama RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
2. Prosedur Teknis
a. Mengurus surat ijin penelitian ke RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan untuk memperoleh ijin penelitian.
b. Menemui calon responden dan meminta kesediaannya untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini.
c. Menyebarkan kuesioner kepada responden
d. Setelah kuesioner diisi oleh responden peneliti langsung mengambil
kembali kuesioner tersebut dan selanjutnya di cek kelengkapan
datanya, jika ada yang tidak lengkap meminta kembali dilengkapi jika
responden bersedia.
e. Peneliti mulai melakukan proses data editing.
f. Selain melakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner,
peneliti melakukan observasi tentang langkah/cara cuci tangan dan
hitung waktunya pada tenaga non kesehatan. Peneliti mengambil subjek
untuk dilakukan observasi berdasarkan jenis kelamin dan tingkat
pendidikan.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dibantu oleh 2 orang
enumerator yaitu mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya yang telah
mendapatkan penjelasan tentang prosedur penelitian sehingga terampil
dalam pengumpulan data.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data (Notoatmodjo, 2012b). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah daftar pertanyaan berupa kuesioner yang terdiri atas:
a. Kuesioner Kepatuhan Cuci Tangan
Kuesioner ini berjumlah 11 butir pertanyaan yang diadopsi dari penelitian
Syamsulastri (2017), dari penelitiannya pada kuesioner ini terdiri dari dua
jawaban yaitu ya dan tidak. Ya diberi skor 2 dan tidak diberi skor 1.
38

b. Kuesioner Pengetahuan
Kuesioner ini berjumlah 13 butir pertanyaan yang diadopsi dari penelitian
Arimurti (2019), dari penelitiannya jika responden menjawab pertanyaan
dengan benar diberi skor 2 dan jika responden menjawab pertanyaan salah
diberi skor 1.
c. Kuesioner Sarana Prasarana.
Kuesioner ini berjumlah 8 butir pertanyaan yang diadopsi dari penelitian
Syamsulastri (2017), dari penelitiannya pada kuesioner ini terdiri dari tiga
jawaban yaitu selalu ada, jarang ada dan tidak ada. Selalu ada diberi skor
3, jarang ada diberi skor 2 dan tidak ada diberi skor 1.
d. Kuesioner Sikap
Kuesioner ini berjumlah 10 butir pertanyaan yang diadopsi dari penelitian
Syamsulastri (2017), dari penelitiannya pada kuesioner ini terdiri dari tiga
jawaban yaitu setuju, ragu-ragu dan tidak setuju. Untuk pertanyaan nomor
1 s/d 7 jika responden menjawab setuju diberi skor 3, ragu-ragu diberi skor
2 dan tidak setuju diberi skor 1. Untuk pertanyaan nomor 8 s/d 10 jika
responden menjawab setuju diberi skor 1, ragu-ragu diberi skor 2 dan tidak
setuju biberi skor 3.
Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan di RSJ Daerah Jambi
sebanyak 30 tenaga non kesehatan di RSJ Daerah Jambi. Kuesioner dikatakan
valid jika nilai r-hitung > r-tabel (0,361). Dan kuesioner dikatakan reliabel jika
nilai alpha > 0,6. Hasil uji validitas tergambar pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner


No Variabel n r-hitung r-tabel alpha Kesimpulan
1 Pengetahuan 30 0,447-0,803 0,361 0,894 Valid dan reliabel
2 Sarana Prasarana 30 0,468-0,790 0,361 0,859 Valid dan reliabel
3 Sikap 30 0,391-0,904 0,361 0,859 Valid dan reliabel
4 Kepatuhan Cuci
30 0,425-0,882 0,361 0,928 Valid dan reliabel
Tangan

Variabel pengetahuan terdiri dari 13 butir soal. Berdasarkan hasil


perhitungan uji validitas dengan menggunakan SPSS, diperoleh nilai r-hitung
39

dari 13 soal tersebut antara 0,447 sampai dengan 0,803. Karena nilai r-hitung
tersebut > r tabel (0,361) maka pertanyaan ke 13 butir tersebut valid. Hasil
SPSS juga diperoleh nilai alpa (0,894) > 0,6 sehingga dinyatakan reliabel.
Variabel sarana prasarana terdiri dari 8 butir soal. Berdasarkan hasil
perhitungan uji validitas dengan menggunakan SPSS, diperoleh nilai r-hitung
dari 8 soal tersebut antara 0,468 sampai dengan 0,790. Karena nilai r-hitung
tersebut > r tabel (0,361) maka pertanyaan ke 8 butir tersebut valid. Hasil SPSS
juga diperoleh nilai alpa (0,859) > 0,6 sehingga dinyatakan reliabel.
Variabel sikap terdiri dari 10 butir soal. Berdasarkan hasil perhitungan
uji validitas dengan menggunakan SPSS, diperoleh nilai r-hitung dari 10 soal
tersebut antara 0,391 sampai dengan 0,904. Karena nilai r-hitung tersebut > r
tabel (0,361) maka pertanyaan ke 10 butir tersebut valid. Hasil SPSS juga
diperoleh nilai alpa (0,859) > 0,6 sehingga dinyatakan reliabel.
Variabel kepatuhan cuci tangan terdiri dari 11 butir soal. Berdasarkan
hasil perhitungan uji validitas dengan menggunakan SPSS, diperoleh nilai r-
hitung dari 11 soal tersebut antara 0,425 sampai dengan 0,882. Karena nilai r-
hitung tersebut > r tabel (0,361) maka pertanyaan ke 11 butir tersebut valid.
Hasil SPSS juga diperoleh nilai alpa (0,928) > 0,6 sehingga dinyatakan
reliabel.

3.7 Pengolahan Data


Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dilakukan pengelolaan data
untuk mendapatkan analisis penelitian dengan informasi yang benar
(Hastono, 2010). Tahapan pengelolaan data yang harus dilalui adalah :
1. Editing
Kegiatan ini dilakukan untuk menilai kelengkapan data yang diperoleh
dari responden. Setelah responden mengisi kuesioner akan dilakukan
pengecekan apakah jawaban yang ada sudah lengkap terisi semua dan
dapat dibaca dengan baik. Setelah dilihat ternyata ada satu kuesioner
yang tidak lengkap datanya sehingga di dropout.
40

2. Coding
Tahap kedua pengelolaan data adalah proses coding dimana proses ini
penting dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam mengelola
berbagai data yang masuk. Coding dilakukan dengan memberikan kode
pada setiap kuesioner tiap responden.
3. Processing
Data yang sudah terkumpul dimasukkan ke dalam program analisa data
menggunakan komputer. Data dimasukkan sesuai nomor responden
pada kuesioner dan jawaban responden dimasukkan kedalam komputer
dalam bentuk angka sesuai dengan skor jawaban yang telah ditentukan
ketika melakukan koding.
4. Cleaning
Suatu pembersihan seluruh data agar terbebas dari kesalahan sebelum
dilakukan analisis data, baik kesalahan dalam memberi kode maupun
dalam membaca kode. Kesalahan juga dimungkinkan terjadi pada saat
memasukkan data ke komputer. Pengelompokan data yang salah akan
diperbaiki hingga tidak ditemukan kembali data yang tidak sesuai,
sehingga data siap dianalisis.
3.8 Analisis Data
Setelah tahap pengelolaan data selesai, maka dilanjutkan dengan
analisa data. Analisa data dalam penelitian ini melalui 2 tahap sebagi
berikut :
1. Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk melihat tampilan distribusi variabel.
Informasi hasil analisa univariat yang disajikan adalah informasi utama
dan tampilan untuk data katagorik dalam bentuk distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel bebas dan
variabel terikat. Dengan menggunakan uji statistik Chi- square (tabel silang)
tingkat kepercayaan 95% dengan menggunakan analisa komputer. Dengan
batas kemaknaan α 0,05 sehingga di dapat :
41

1) Jika p-Value ≤ 0,05 berarti adanya hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat (Keputusan Ha diterima dan Ho di tolak).
2) Jika p-Value > 0,05 berarti tidak adanya hubungan antara variabel bebas
dan variabel terikat (Keputusan Ha ditolak dan Ho diterima).

3.9 Kaji Etik Penelitian


Tesis ini telah dilakukan kaji etik di Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya dengan Nomor
280/UN9.FKM/TU.KKE/2022.
42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian


Rumah Sakit Ernal di Bahar pada mulanya bernama Rumah Sakit Jiwa
yang didirikan pada tahun 1920 seperti tertuang dalam besluit tanggal 21 Mei
1920 No. 21 dari Burgelijke Geneeskunding Dienst, kemudian Besluit No 41
tanggal 25 Februari 1922 tentang personalia yang betugas ditempat itu. Pada
tahun 1923 dibangun “Verpleechtehuiz” (rumah perawatan) pertama di
Indonesia yaitu di Ujung Pandang dan Palembang. Rumah perawatan di
Palembang terletak di Jln. Wirangga Wiro Sentiko yang sekarang ditempati
oleh Polisi Militer Kodam II Sriwijaya. Pada tahun 1942 dipindahkan ke
Baturaja kemudian dipindahkan lagi ke Kurungan Nyawa Ogan Komering Ulu
(OKU) yang dipimpin oleh R.R. Setiardjo.
Rumah Sakit Jiwa Palembang mulai dibangun tahun 1954-1955 dengan
nama Rumah Sakit Suka Bangun. Karena situasi keamanan saat itu maka
sebagian bangunan ditempati oleh Batalion Basis TNI AD. Setelah keadaan
aman pada tahun 1957 mulai dirintis berdirinya Unit pelayanan Kesehatan
jiwa berupa : Poliklinik Penyakit Jiwa dan Syaraf yang dipimpin oleh Dr.
Chasanah Goepito, dan secara resmi dibuka pada tanggal 13 Juli 1958.
Berdasarkan surat Pimpinan Rumah Perawatan Sakit Jiwa Kurungan
Nyawa tgl 4 Januari 1957 No. 10/20/A/ Rpsd dan tgl 3 Juli 1958 No
365/20/B/Rpsd/V/58 dan tanggal 24 Juli 1958 No 258/Peg/V/58 pegawai
Rumah Sakit Jiwa Suka Bangun dan Kurungan Nyawa dipindahkan ke Rumah
Sakit Jiwa Suka Bangun berdasarkan SK Menkes No.4287/PAL/ 1958 disertai
mutasi 21 orang pegawai rumah sakit kurungan nyawa. Pada tanggal 18
Agustus 1958 dilakukan peresmian oleh Kepala Bagian Penyakit Jiwa
KEMKES RI menjadi Rumah Sakit Jiwa Suka Bangun yang dipimpin oleh Dr.
Chasanah Goepito.
Selanjutnya sesuai perkembangannya Rumah Sakit Ernaldi Bahar yang
merupakan Unit Pelaksana Tehnis Daerah (UPTD) Provinsi Sumatera Selatan
dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan No. 9
43

Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah (Perda)


Provinsi Sumatera Selatan No. 3 Tahun 2006 kemudian Peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Selatan No. 9 tahun 2008, pasal 47 mempunyai wewenang
menyelenggarakan tugas umum pemerintahan di bidang kesehatan, khususnya
pelayanan kesehatan jiwa sebagai unggulan dan kesehatan dasar lainnya.
Sesuai Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor
841/KPTS/BPKAD/2013 tanggal 09 Desember 2013 tentang penetapan
Rumah Sakit Ernaldi Bahar sebagai satuan kerja perangkat daerah yang
menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah (PPK-
BLUD) bertahap, kemudian pada tahun 2016 sesuai dengan Keputusan
Gubernur Sumatera Selatan Nomor 437/KPTS/BPKAD/2016 tentang
Peningkatan Status Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah pada Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan, bahwa
RS Ernaldi Bahar telah ditingkatkan menjadi Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) penuh.
Dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat, saat ini Rumah Sakit Ernaldi Bahar mempunyai produk layanan :
Pelayanan Gawat Darurat; Pelayanan Rawat Jalan meliputi : Pelayanan
Psikiatri Anak dan Remaja, Pelayanan Psikiatri Adiksi, Pelayanan Psikiatri
Dewasa dan Lanjut Usia, Pelayanan Psikiatri Forensik, Pelayanan Konseling
dan Psikoterapi, Pelayanan Rehabilitasi Medik; Pelayanan Spesialis Anak;
Pelayanan Spesialis Penyakit Dalam; Pelayanan Spesialis Syaraf; Pelayanan
Spesialis Kulit dan Kelamin; Pelayanan Spesialis THT-KL; Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut; Pelayanan Geriatri; Pelayanan Anestesi; Pelayanan
Napza Terpadu.
Pelayanan rawat inap meliputi : Rawat Inap Intensif Psikiatri atau Unit
Perawatan Intensif Psikiatri (UPIP); Rawat Inap Stabilisasi; Rehabilitasi
Napza. Pelayanan penunjang medik dan non medik meliputi : Pelayanan
Radiologi; Pelayanan Laboratorium; Pelayanan Farmasi; Pelayanan Gizi;
Pelayanan Ambulance; Pelayanan Laundry; Pelayanan Transit Pemulasaraan
Jenazah; Pelayanan Rehabilitasi Mental dan Psikososial; Pelayanan Rekam
Medik; Pendidikan dan penelitian (Diklat); Pelayanan Pemeliharaan Sarana
44

Rumah Sakit; Pelayanan K3 dan Penyehatan Lingkungan; Pelayanan


Teknologi Informasi; Pelayanan Humas dan Pengaduan Masyarakat;
Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS); Pelayanan Elektromedik;
Pelayanan Sterilisasi; Pelayanan Darah; Pelayanan Immunosupresi.

4.2 Hasil Penelitian


4.2.1 Bagian Unit Kerja
Unit kerja responden tergambar pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Unit kerja Responden di RS Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2022

Unit Kerja Jumlah Persentase (%)


Keuangan dan Bendahara 21 21,4
Perencanaan dan Pengembangan 15 15,3
Pramusaji dan Portir Antar Makanan 11 11,2
Driver 6 6,1
Kepegawaian 13 13,3
Umum dan Perlengkapan 15 15,3
IPSRS 8 8,2
Loket Pendaftaran 7 7,1
Humas 2 2,0
Jumlah 98 100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (21,4%)


bekerja di bagian keuangan dan bendahara.
4.2.2 Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi jenis kelamin dan
umur. Adapun distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RS Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2022

Karakteristik Jumlah Persentase (%)


Jenis Kelamin
Laki-laki 61 62,2
Perempuan 37 37,8
Umur
< 30 tahun 36 36,7
> 30 tahun 62 63,3
45

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah laki-laki


(62,2%) orang. Mayoritas responden berusia > 30 tahun (63,3%) orang.
4.2.3 Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian mendeskripsikan atau menjelaskan
karakteristik setiap variabel dimulai dari jenis kelamin, kepatuhan,
pengetahuan, sarana, masa kerja, pendidikan dan sikap.
1. Gambaran Variabel Dependen
Variabel dependen penelitian adalah kepatuhan cuci tangan tenaga
non kesehatan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan. hasil
analisis univariat tergambar pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kepatuhan Cuci
Tangan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2022

Kepatuhan Cuci Tangan Jumlah Persentase (%)


Tidak Patuh 39 39,8
Patuh 59 60,2
Jumlah 98 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden


memiliki kepatuhan cuci tangan yang baik yaitu sebesar 59 (60,2%)
orang.
2. Gambaran Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian imi terdiri dari pengetahuan,
sarana prasarana, masa kerja, pendidikan dan sikap. Hasil analisis
univariat tergambar pada tabel sebagai berikut :
46

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan,


Sarana Prasarana, Masa Kerja, Pendidikan dan Sikap di RS
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2022

Variabel Jumlah Persentase (%)


Pengetahuan
Kurang Baik 49 50,0
Baik 49 50,0
Sarana Prasarana
Kurang Mendukung 46 46,9
Mendukung 52 53,1
Masa Kerja
Baru (< 10 tahun) 60 61,2
Lama (> 10 tahun) 38 38,8
Pendidikan
Rendah 9 9,2
Tinggi 89 90,8
Sikap
Kurang Baik 48 49,0
Baik 50 51,0

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki


pengetahuan yang baik (50,0%), 53,% responden menyatakan sarana
prasarana mendukung, 61,2% responden bekerja dengan masa kerja
kategori baru, sebagian besar responden memiliki latar belakang
pendidikan kategori tinggi (90,8%) dan sebagian besar responden
memiliki sikap baik (51,0%).

4.2.4 Analisis Bivariat


Analisis bivariat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen. Analisis bivariat
dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil analisis bivariat tergambar pada
tabel sebagai berikut :
47

Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan, Sarana Prasarana, Pendidikan, Sikap


dengan Kepatuhan Cuci Tangan Tenaga Non Kesehatan di RS
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2022

Kepatuhan Cuci Tangan


Total p- OR (95%
Variabel Tidak Patuh Patuh
value CI)
n % n % n %
Pengetahuan
Kurang Baik 33 67,3 16 32,7 49 100 0,000 14,8 (5,2-
Baik 6 12,2 43 87,8 49 100 41,9)
Sarana Prasarana
Tidak Mendukung 28 60,9 18 39,1 46 100 0,000 5,8 (2,4-
Mendukung 11 21,2 41 78,8 52 100 14,1)
Pendidikan
Rendah 6 66,7 3 33,3 9 100 0,170 3,4 (0,8-
Tinggi 33 37,1 56 62,9 89 100 14,5)
Sikap
Kurang Baik 36 75,0 12 25,0 48 100 0,000 47,0 (12,3-
Baik 3 6,0 47 94,0 50 100 179,1)
Masa Kerja
Baru 33 55,0 27 45,0 60 100 0,000 6,5 (2,4-
Lama 6 15,8 32 84,2 38 100 17,9)

Tabel 4.5 menunjukkan hubungan antara pengetahuan dengan


kepatuhan cuci tangan menunjukkan bahwa responden yang memiliki
pengetahuan baik, melakukan kepatuhan mencuci tangan sebesar 87,8%.
Hasil uji statistik diperoleh p-value=0,000, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan cuci tangan
pada tenaga non kesehatan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2022. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai OR = 14,8 (5,2-41,9)
sehingga responden yang memiliki pengetahuan baik 14,8 kali lebih besar
untuk patuh mencuci tangan jika dibandingkan dengan responden yang
memiliki pengetahuan kurang baik.
Hubungan antara sarana prasarana dengan kepatuhan cuci tangan
menunjukkan hasil bahwa responden yang sarana prasarana mendukung,
melakukan kepatuhan mencuci tangan sebesar 78,8%. Hasil uji statistik
diperoleh p-value=0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara sarana prasarana dengan kepatuhan cuci tangan pada tenaga non
kesehatan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2022.
Hasil uji statistik juga diperoleh nilai OR = 5,8 (2,4-14,1) sehingga
48

responden yang sarana prasarana mendukung 5,8 kali lebih besar untuk
patuh mencuci tangan jika dibandingkan dengan responden yang sarana
prasarananya tidak mendukung.
Hubungan antara sikap dengan kepatuhan cuci tangan menunjukkan
bahwa responden yang memiliki sikap baik, melakukan kepatuhan mencuci
tangan sebesar 94,0%. Hasil uji statistik diperoleh p-value=0,000, sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan cuci
tangan pada tenaga non kesehatan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2022. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai OR = 47,0 (12,3-
179,1) sehingga responden yang memiliki sikap baik 47,0 kali lebih besar
untuk patuh mencuci tangan jika dibandingkan dengan responden yang
memiliki sikap kurang baik.
Hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan cuci tangan
menunjukkan hasil bahwa responden yang bekerja dengan masa kerja lama,
melakukan kepatuhan mencuci tangan sebesar 84,2%. Hasil uji statistik
diperoleh p-value=0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara masa kerja dengan kepatuhan cuci tangan pada tenaga non kesehatan
di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2022. Hasil uji
statistik juga diperoleh nilai OR = 6,5 (2,4-17,9) sehingga responden yang
memiliki masa kerja lama 6,5 kali lebih besar untuk patuh mencuci tangan
jika dibandingkan dengan responden dengan masa kerja baru.
Hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan cuci tangan
menunjukkan bahwa responden yang memiliki pendidikan tinggi,
melakukan kepatuhan mencuci tangan sebesar 62,9%. Hasil uji statistik
diperoleh p-value=0,170, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan cuci tangan pada tenaga non
kesehatan di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2022.
49

4.3 Pembahasan
4.3.1 Kepatuhan Cuci Tangan
Berdasarkan distribusi data tentang kepatuhan cuci tangan pada tenaga
non kesehatan di RS Ernaldi Bahar mayoritas responden berkategori patuh
dalam melakukan cuci tangan yaitu sebanyak 60,2% dan yang tidak patuh
dalam mencuci tangan sebanyak 39,8%. Di RS Ernaldi Bahar sudah dibuat
kebijakan bahwa seluruh tenaga kerja baik tenaga kesehatan dan non
kesehatan wajib melakukan cuci tangan selama berada di rumah sakit. Hal
tersebut dikarenakan untuk mencegah terjadinya cross infection (infeksi
silang), sehingga dapat menurunkan angka kejadian HAis. Karena ada
kebijakan tersebut maka tenaga non kesehatan yang menjadi responden
dalam penelitian ini sebagian besar patuh dalam melakukan cuci tangan.
Jika dibandingkan dengan cakupan kepatuhan cuci tangan yang dilakukan
oleh RS Ernaldi bahar tidak jauh berbeda. Data RS Ernaldi Bahar tentang
kepatuhan cuci tangan sebesar 62,6%.
Rumah Sakit Ernaldi Bahar mempunyai tenaga medis dan non medis.
Meskipun tidak menangani pasien secara langsung, tenaga non medis tetap
kontak dengan pasien setiap harinya ketika bekerja, sehingga mereka juga
berisiko untuk tertular penyakit dari pasien atau menyebarkan infeksi ke
pasien. Karenanya, berbagai standar keselamatan pasien di rumah sakit
selalu memasukkan tenaga non medis sebagai target edukasinya, termasuk
mengenai cuci tangan. Di Rumah Sakit Ernaldi Bahar telah membuat
kebijakan mewajibkan seluruh tenaga kerja baik medis maupun non medis
untuk melakukan cuci tangan dan RS menyediakan fasilitias cuci tangan.
Kebijakan yang dibuat oleh Rumah Sakit Ernaldi Bahar tentang
pelaksanaan cuci tangan yaitu segera setelah tiba di tempat kerja, sebelum
kontak langsung dengan pasien, sebelum memakai sarung tangan sebelum
pemeriksaan klinis dan tindakan, sebelum mempersiapkan atau
menyediakan obat-obatan, sebelum mempersiapkan makanan, sebelum
memberi makan pasien, sebelum meninggalkan rumah sakit, setelah kontak
dengan pasien, setelah melepas sarung tangan, setelah melepas APD dan
setelah kontak dengan cairan tubuh pasien, setelah menggunakan toilet dan
50

setelah menyentuh lingkungan di sekitar pasien.


Tenaga non kesehatan dalam penelitian ini terdiri dari 9 (sembilan)
unit kerja yaitu keuangan dan bendahara, perencanaan dan pengembangan,
pramusaji dan portir antar makanan, driver, kepegawaian, umum dan
perlengkapan, IPSRS, loket pendaftaran, humas. Dari kesembilan unit kerja
tersebut, unit kerja yang memiliki tingkat kepatuhan paling tinggi adalah
loket pendaftaran (100%), IPSRS (100%), Pramusaji dan Portir Antar
Makanan (81,8%), umum dan perlengkapan (80,0%). Mereka patuh dalam
cuci tangan karena mereka mengetahui bahwa kerjanya berisiko untuk
tertular maupun menularkan penyakit infeksi, mereka saat bekerja
melakukan kontak langsung dengan pasien atau keluarga pasien yang
berkunjung serta lingkungan pasien sehingga menyadari bahwa mereka
berisiko tertular penyakit infeksi dan melakukan cuci tangan untuk
mencegah penyakit infeksi.
Kepatuhan cuci tangan juga dipengaruhi oleh karakteristik individu
seperti usia dan jenis kelamin. Sebagian besar responden berjenis kelamin
laki-laki dan sebagian besar berusia > 30 tahun. Semakin bertambahnya usia
maka semakin banyak pengalaman yang dimilikinya sehingga akan
berpengaruh terhadap pengetahuan. Responden yang berusia > 30 tahun
akan memiliki pengalaman banyak tentang cuci tangan sehingga berdampak
pada pengetahuan tentang cuci tangan. Responden yang memiliki
pengetahuan baik akan mempengaruhi perilakunya dalam melakukan cuci
tangan.
Sebagian besar responden penelitian ini berjenis kelamin laki-laki.
Responden laki-laki menjadi tulang punggung keluarga sehingga mereka
harus tetap sehat, agar tetap sehat dan tidak tertular penyakit infeksi maka
mereka melakukan cuci tangan dengan baik. Mereka juga tidak mau
menularkan penyakit kepada anggota keluarga sehingga mereka termotivasi
untuk melakukan cuci tangan dengan baik.
Unit kerja yang tidak patuh dalam mencuci tangan adalah keuangan
dan bendahara, perencanaan dan pengembangan, kepegawaian. Mereka
tidak patuh dalam mencuci tangan dikarenakan beberapa alasan seperti
51

mereka beranggapan bekerja di dalam ruangan yang tidak kontak langsung


dengan pasien, kesadaran yang rendah, tangan tidak kotor, sarana atau
fasilitas cuci tangan di bagian keuangan dan bendahara, pengembangan dan
perencanaan, dan kepegawaian tidak ada sarana cuci tangan. Responden
yang tidak patuh cuci tangan berisiko menularkan dan tertular penyakit
infeksi. Data rumah sakit angka HAIs selama tahun 2021 sebanyak 8 kasus,
jika dibandingkan dengan ketentuan RS maka tidak boleh ada angka HAIs.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 37,8% responden tidak
melakuakan hand rub selama 20-30 detik. Sebesar 31,6% responden tidak
melakukan handwash selama 40-60 detik. Hal tersebut dikarenakan
responden tergesa-gesa saat melakukan cuci tangan dan responden
beragumen bahwa tangannya masih bersih sehingga tidak perlu mencuci
tangan sesuai dengan ketentuan. Responden juga belum mendapatkan
informasi tentang tatacara mencuci tangan, ditambah lagi pihak rumah sakit
belum memasang poster atau leaflet tentang cuci tangan. Hasil jawaban
responden menunjukkan bahwa sebesar 21,4% menjawab jaraang ada poster
dan 15,3% menjawab tidak ada poster tentang cuci tangan. Sebanyak 19,4%
responden menjawab jarang ada leaflet dan sebanyak 14,3% responden
menjawab tidak ada leaflet cuci tangan. Ketersediaan fasilitas juga
mempengaruhi pelaksanaan cuci tangan, sebesar 37,8% responden
menjawab jarang ada tisu atau handuk sekali pakai.
Sesuai dengan WHO menyatakan bahwa tenaga yang ada di Rumah
Sakit berisiko untuk tertular penyakit infeksi sehingga diperlukan kegiatan
cuci tangan. Cuci tangan dapat mengurangi kotoran dan demu yang ada di
permukaan kulit serta mengurangi jumlah mikroorganisme yang ada di
permukaan tangan. WHO mencetuskan lima momet pelaksanaan cuci
tangan yaitu sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur
bersih dan steril, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien, setelah
bersentuhan dengan pasien dan setelah bersentuhan dengan lingkungan
sekitar pasien (WHO, 2009a).
Kepatuhan cuci tangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis
kelamin, fasilitas cuci tangan (WHO, 2009a). Widianingrum (2010)
52

menyatakan bahwa kepatuhan cuci tangan dipengaruhi oleh jenis kelamin,


umur, tingkat pendidikan, status ekonomi, pekerjaan, ras, motivasi dan
pengetahuan. Teori Notoatmodjo menyebutkan bahwa perilaku dipengaruhi
oleh tiga faktor, yaitu: faktor predisposisi yang terdiri dari pengetahuan,
sikap, kepercayaan, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, dan sebagainya;
faktor pendukung yang terdiri dari ketersediaan sarana dan prasarana
kesehatan; faktor penguat yang terdiri dari sikap dan perilaku petugas
kesehatan (Notoatmodjo, 2012a).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di Rumah Sakit Cimahi
menunjukkan hasil bahwa sebagian besar petugas kesehatan patuh dalam
melakukan kegiatan hand hygiene sebesar 61,9% (Ningsih, Noprianty, &
Somantri, 2017). Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Tanjungpura
Pontianak bahwa petugas rumah sakit yang patuh melakukan cuci tangan
sebesar 44,0% (Kusumawardani, Nevita, & Zakiah, 2017). Penelitian di RS
Hermina Galaxy Bekasi menunjukkan bahwa tenaga kesehatan yang taat
cuci tangan sebesar 32,0% (Octaviani & Fauzi, 2020).
4.3.2 Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Cuci Tangan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan p-value sebesar 0,000. Jika p-
value<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan dengan kepatuhan cuci tangan pada tenaga non kesehatan di
RS Ernaldi Bahar. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden
yang memiliki pengetahuan baik lebih patuh 14,8 kali mencuci tangan jika
dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan kurang.
Responden yang mengetahui akan pentingnya cuci tangan dalam
mengurangi penyebaran bakteri dan mencegah terjadinya kontaminasi pada
tangan, mengerti tentang teknik melakukan cuci tangan yang benar,
tersedianya fasilitas cuci tangan maka akan berdampak pada perilaku
mencuci tangan yang baik. Responden memiliki pengetahuan yang baik
salah satunya dikarenakan memiliki pendidikan yang tinggi. Pendidikan
akan mempengaruhi pola pikir responden sehingga pengetahuan yang
dimilikinya juga semakin baik.
53

Sesuai dengan pendapat (Notoatmodjo, 2003) mengatakan bahwa


pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang
meningkatkan kualitas hidup. Apabila seseorang memiliki pendidikan yang
tinggi, maka ia dengan mudah menyesuaikan dengan hal-hal yang baru.
Semakin mudah pula untuk menerima informasi dan pada akhirnya makin
banyak pula pengetahuan yang dimilikinya tentang cuci tangan.
Notoatmodjo juga berpendapat bahwa pengetahuan seseorang
diperoleh melalui pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber,
misalnya media massa, media elektronik, kerabat dekat dan sebagainya.
Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang
berperilaku sesuai keyakinan tersebut (Notoatmodjo, 2003). Hand hygiene
berhubungan dengan pengetahuan, pengetahuan yang tinggi menjadi
penyebab baiknya perilaku seseorang dalam melakukan hand hygiene
(WHO, 2009b). Petugas rumah sakit yang mengetahui akan teknik hand
hygiene atau standar hand hygiene menjadi pendorong petugas rumah sakit
tersebut melakukan hand hygiene (Depkes RI, 2008).
Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Bandung menunjukkan
bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik lebih patuh mencuci
tangan jika dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan
kurang baik. Hal tersebut disebabkan responden mengetahui cara cuci
tangan dan pentingnya cuci tangan bagi tenaga yang bekerja di rumah sakit.
Responden juga mengetahui bahwa cuci tangan merupakan cara sederhana
dan efektif dalam mencegah penularan penyakit infeksi (Rikayanti & Arta,
2014).
Penelitian di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Tanjungpura
Pontianak menunjukkan bahwa pegawai rumah sakit yang memiliki
pengetahuan baik lebih patuh mencuci tangan jika dibandingkan dengan
pegawai rumah sakit yang memiliki pengetahuan kurang baik. Pegawai
rumah sakit mengetahui moment yang diharuskan untuk mencuci tangan di
54

rumah sakit, cara mencuci tangan dengan sabun, langkah posisi pertama
mencuci tangan yang benar, tujuan dari mencuci tangan di fasilitas
pelayanan kesehatan. Pengetahuan yang baik menyebabkan pegawai rumah
sakit selalu patuh mencuci tangan (Kusumawardani et al., 2017).
Penelitian di RSUD Sukoharjo menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan dengan penerapan five moments cuci
tangan. Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki oleh perawat maka
semakin patuh dalam penerapan five moments cuci tangan. Perawat
mengetahui bahwa dirinya berisiko mengalami penyakit infeksi dan salah
satu cara untuk mencegah terjadinya penularan penyakit infeksi dengan
melakukan five moments cuci tangan. Baiknya pengetahuan yang dimiliki
oleh perawat karena pihak rumah sakit telah memberikan pelatihan tentang
five moments cuci tangan dan memasang poster tentang cuci tangan serta
menyediakan sarana prasarana cuci tangan (Wulandari & Sholikah, 2017).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
menunjukkan hasil bahwa kepatuhan cuci tangan pada tenaga kerja di
rumah sakit berhubungan dengan pengetahuan (p<0,05) (Hikmayanti, 2015;
Pateda & Rabbani, 2013; Wulandari & Sholikah, 2017).
4.3.3 Hubungan Sarana Prasarana dengan Kepatuhan Cuci Tangan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan p-value sebesar 0,000. Jika p-
value<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sarana
prasarana dengan kepatuhan cuci tangan pada tenaga non kesehatan di RS
Ernaldi Bahar. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sarana prasarana
berhubungan dengan kepatuhan cuci tangan. Responden dengan sarana
prasarana mendukung akan lebih patuh 5,8 kali mencuci tangan jika
dibandingkan dengan responden dengan sarana prasarana tidak mendukung.
Hasil analisis univariat juga diperoleh sebagian besar yakni 53,1%
menyatakan bahwa sarana prasarana cuci tangan di rumah sakit sudah
mendukung. Fasilitas cuci tangan yang telah disediakan oleh RS Ernaldi
Bahar adalah westafel dan air mengalir, sabun cuci tangan antiseptik, hand
sanitizer, tempat sampah untuk tisue dan tempat cuci tangan tersebut
terjangkau. Tersedianya fasilitas cuci tangan tersebut menjadikan responden
55

melakukan cuci tangan dengan baik. Ketersediaan sarana dan prasarana


mencuci tangan yang cukup dan terjangkau memiliki peranan yang sangat
penting untuk meningkakan kepatuhan pelaksanaan mencuci tangan menjadi
optimal sesuai dengan standar.
Sesuai dengan (Wahyuni & Kurniawidjaja, 2022) menyatakan bahwa
fasilitas yang memadai akan menimbulkan motivasi dan semangat dalam
diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Pada perilaku cuci tangan
tenaga kesehatan, penyediaan alat cuci tangan yang memadai seperti
wastafel, sabun, air yang mengalir lancar, letaknya yang mudah dijangkau,
akan membuat tenaga kesehatan semakin semangat dan termotivasi dalam
melakukan cuci tangan tangan. Menurut Green dalam Notoatmodjo (2012)
menyatakan bahwa fasilitas merupakan salah satu faktor pemungkin yang
mempengaruhi pembentukan perilaku seseorang. Tanpa adanya sumber
daya yang memadai, seseorang tidak akan mampu menerapkan suatu
perilaku dengan baik.
Penelitian yang dilakukan di RS Siloam Cikarang menunjukkan
bahwa perawat dengan sarana parasarana mendukung lebih patuh mencuci
tangan jika dibandingkan dengan perawat dengan sarana prasarana cuci
tangan tidak mendukung. Tersedianya sarana prasarana cuci tangan
memudahkan perawat melakukan cuci tangan. Sarana prasarana cuci tangan
yang disediakan rumah sakit adalah handrub, westafel, tisu habis pakai,
sabun cuci tangan (Hikmayanti, 2015). Penelitian di Rumah Sakit Y Jakarta
menunjukan bahwa perawat lebih banyak yang patuh karena tersedianya
sarana prasarana hand hygiene. Rumah sakit menyediakan handrub disetiap
ruangan dan mudah dijangkau oleh semua orang, rumah sakit juga
menyediakan wastafel yang diletakkan disetiap toilet dan sudut gedung.
Rumah sakit juga menyediakan sabun dan air mengalir (Ferdinah, 2017).
Kemudahan dalam mengakses persediaan alat-alat untuk melakukan hand
hygiene, bak cuci tangan, sabun, detergen, atau alkohol jell adalah sangat
penting untuk membuat ketaatan menjadi optimal sesuai dengan standar
(Comer, Ibrahim, McMillan, Baker, & Patterson, 2009).
56

4.3.4 Hubungan Masa Kerja dengan Kepatuhan Cuci Tangan


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan p-value sebesar 0,000. Jika p-
value<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara masa kerja
dengan kepatuhan cuci tangan pada tenaga non kesehatan di RS Ernaldi
Bahar. Responden yang bekerja dengan masa kerja lama lebih patuh 6,5 kali
mencuci tangan jika dibandingkan dengan responden yang bekerja dengan
masa kerja baru. Peneliti berpendapat bahwa seseorang yang telah bekerja
dalam waktu yang lama akan mendapat pengalaman dan keterampilan yang
lebih banyak pula. Semakin lama responden bekerja maka akan semakin
banyak pengalaman yang dimilikinya karena sudah menyesuaikan diri
dengan lingkungan pekerjaannya. Pengalaman yang dimiliki oleh responden
akan mempengaruhi pengetahuannya terkait dengan hand hygiene.
Responden yang memiliki masa kerja lama akan lebih mengetahui
pentingnya hand hygiene sehingga responden tersebut patuh dalam
penerapan hand hygiene. Responden yang masa kerjanya lama merasa
berisiko untuk tertular penyakit jika dibandingkan dengan responden dengan
masa kerja baru sehingga responden tersebut lebih patuh dalam melakukan
cuci tangan.
Lama kerja seseorang dapat mempengaruhi perilakunya. Semakin
lama seseorang bekerja maka akan semakin berpengalaman sehingga tingkat
prestasi dan kecakapannya semakin tinggi, dan prestasi yang tinggi tersebut
didapat dari perilaku yang baik (Notoatmodjo, 2003). Perawat yang bekerja
lebih dari satu tahun cenderung memiliki perilaku cuci tangan yang baik jika
dibandingkan dengan perawat dengan lama kerja kurang dari satu tahun
(Damanik, 2012).
Penelitian yang dilakukan di Yogyakarta menunjukkan bahwa ada
perbedaan lama kerja dengan kepatuhan melaksanakan praktik hand hygiene
antara perawat yang memiliki lama kerja baru dan lama kerja lama, dimana
perawat yang memiliki lama kerja lama lebih patuh melaksanakan hand
hygiene jika dibandingkan dengan perawat yang lama kerjanya baru
(Sumariyem et al., 2015). Penelitian sebelumnya yang dilaksanakan di RS
Rangkas Bitung juga menunjukkan hasil yang sama bahwa terdapat
57

hubungan yang signifikan antara lama kerja perawat dengan tingkat


kepatuhan perawat dalam melakukan hand hygiene (Sinaga, 2015).
Penelitian sebelumnya di RS Immanuel Bandung juga memperoleh hasil
yang sama bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja
terhadap kepatuhan hand hygiene di Rumah Sakit Bandung.
4.3.5 Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan Cuci Tangan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan p-value sebesar 0,170. Jika p-
value>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
pendidikan dengan kepatuhan cuci tangan pada tenaga non kesehatan di RS
Ernaldi Bahar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar yakni
90,8% tingkat pendidikan responden kategori tinggi (tamatan SMA dan
perguruan tinggi). Sebagian besar responden memiliki pendidikan tinggi
sesuai dengan unit kerja, dimana sebagian besar responden bekerja di bagian
keuangan dan bendahara, perencanaan dan pengembangan, kepegawaian,
umum dan perlengkapan dimana bagian-bagian tersebut harus memiliki
latar belakang pendidikan minimal S1. Jika dilihat dari nilai persentasi
tersebut maka variabel pendidikan bisa dikatakan tidak memiliki variasi atau
dengan kata lain homogen sehingga menyebabkan tidak ada hubungan
antara pendidikan dengan kepatuhan cuci tangan pada tenaga non kesehatan
di RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang ada dimana salah satu
faktor yang berhubungan dengan perilaku seseorang adalah pendidikan.
Semakin tinggi pendidikan yag dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi
pengetahuan sehingga berdampak pada perilaku orang tersebut
(Notoatmodjo, 2012a). Pendidikan juga mempengaruhi seseorang dalam
mengambil keputusan sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
semakin mengerti dan memahami pula tentang suatu ilmu serta akan
berpengaruh pada perilakunya (Setiyawati, 2008). Handojo (2015) juga
menyatakan bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan
dan penerimanaan seseorang terhadap suatu informasi.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di
Rumah Sakit Telogorejo Semarang yang menunjukkan hasil bahwa ada
58

hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan tingkat kepatuhan


dalam melakukan cuci tangan. Responden yang memiliki pendidikan tinggi
lebih patuh mencuci tangan jika dibandingkan dengan responden yang
memiliki pendidikan rendah (Kusumaningtiyas, 2013). Hasil penelitian di
RS PKU Muhammadiyah Gamping Slemen menunjukkan hasil bahwa ada
perbedaan yang signifikan tingkat kepatuhan hand hygiene pada perawat
yang berpendidikan tinggi dan perawat yang berpendidikan rendah
(Septiani, 2016).
4.3.6 Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Cuci Tangan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan p-value sebesar 0,000. Jika p-
value<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap
dengan kepatuhan cuci tangan pada tenaga non kesehatan di RS Ernaldi
Bahar. Responden yang memiliki sikap baik lebih patuh 47 kali mencuci
tangan jika dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap kurang
baik. Hal tersebut dikarenakan responden beranggapan bahwa pekerjaannya
berisiko untuk tertular infeksi sehingga responden memiliki sikap yang baik
dalam melakukan cuci tangan. Responden juga beranggapan tidak ingin
menularkan penyakit kepada anggota keluarga di rumah sehingga responden
patuh mencuci tangan. Sesuai dengan hasil analisis univariat yang
menunjukkan bahwa sebesar 51,0% responden memiliki sikap yang baik
dalam mencuci tangan.
Sesuai dengan pendapat (Notoatmodjo, 2010) menyatakan bahwa
sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan sesorang.
Semakin baik sikap seseorang maka semakin baik tindakan yang
dilakukannya, begitu sebaliknya semakin kurang baik sikap yang
dimilikinya maka semakin kurang baik tindakan yang dilakukan. Green
(1980) dalam (Notoatmodjo, 2012a) menyatakan bahwa perilaku kesehatan
dipengaruhi oleh faktor predisposisi, dimana sikap termasuk dalam faktor
ini. Sikap merupakan aspek psikis yang dipelajari, sehingga sikap ini dapat
berubah. Perubahan ini tidak terjadi dengan sendirinya, akan tetapi
dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di RSUD
59

Kota Semarang yang diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna
antara sikap dengan kepatuhan cuci tangan di RSUD Kota Semarang.
Reponden yang memiliki sikap positif lebih banyak patuh mencuci tangan
jika dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap negatif (Setiaman,
2015). Penelitian yang dilakukan di RSUD Sleman diperoleh hasil bahwa
ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan hand hygiene. Kepatuhan
hand hygiene lebih tinggi pada responden yang memiliki sikap baik jika
dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap kurang baik
(Suhartini, 2017).
4.4 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan yang bisa
dijadikan bahan pertimbangan, keterbatasan tersebut antara lain adalah
desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain cross sectional.
Disain cross sectional merupakan disain penelitian dimana variabel-variabel
yang diteliti, baik variabel dependen maupun independen, didapat dalam
waktu yang bersamaan. Oleh karena itu, desain ini sulit mengetahui
variabel mana yang terlebih dahulu menjadi penyebab atau akibat.
Adanya variabel lain yang tidak diteliti oleh peneliti seperti pengawasan
dari pihak rumah sakit, motivasi, dukungan dari keluarga atau atasan dan
pihak rumah sakit. Dalam penelitian ini menggunakan data primer yang
dikumpulkan menggunakan kuesioner sehingga data ini amat dipengaruhi oleh
kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan sehingga kemungkinan
terjadinya bias informasi. Untuk mengurangi adanya bias informasi maka
peneliti meyakinkan kepada responden bahwa data ini hanya untuk
penyelesain tesis.
60

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai bahwa :
a. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan cuci tangan pada
tenaga non kesehatan di RS RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2022 ( p-value = 0,000; OR = 14,8 (5,2-41,9)).
b. Terdapat hubungan antara sarana prasarana dengan kepatuhan cuci tangan
pada tenaga non kesehatan di RS RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2022 ( p-value = 0,000; OR = 5,8 (2,4-14,1).
c. Terdapat hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan cuci tangan pada
tenaga non kesehatan di RS RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2022 ( p-value = 0,000; OR = 6,5 (2,4-17,9)).
d. Terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan cuci tangan pada tenaga
non kesehatan di RS RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2022 ( p-value = 0,000; OR = 47,0 (12,3-179,1)).
e. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan cuci tangan pada
tenaga non kesehatan di RS RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2022 ( p-value = 0,170).
5.2 Saran
a. Bagi Rumah Sakit
1. Diharapkan rumah sakit untuk melakukan sosialisasi dan pelatihan
tentang hand hygiene untuk meningkatkan pengetahuan tenaga non
kesehatan tentang hand hygiene.
2. Pihak rumah sakit melengkapi sarana cuci tangan seperti cairan
handrub sehingga dapat digunakan oleh tenaga yang ada di rumah sakit
baik tenaga medis maupun non medis.
3. Memasang poster tentang cuci tangan sehingga dapat dibaca oleh
tenaga rumah sakit sehingga dapat menumbuhkan kesadaran dalam cuci
tangan.
4. Diharapkan adanya dukungan dan reward bagi tenaga non kesehatan
yang melaksanakan kepatuhan cuci tangan dengan baik supaya tenaga
61

non kesehatan di RS Ernaldi Bahar lebih memiliki sikap yang positif


lagi dalam melakukan cuci tangan.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan agar menambah jumlah sampel,
jumlah variabel lain yang belum diteliti dalam penelitian ini seperti
motivasi, persepsi, beban kerja, keyakinan, dukungan sosial serta
melakukan penelitian kepatuhan cuci tangan pada tenaga kesehatan di RS
Ernaldi Bahar
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, W O D. (2022). Hubungan Kepatuhan Perawat dengan Penerapan 5


Momen Cuci Tangan di RSUD Kabupaten Buton Tahun 2020. Window of
Public Health Journal, 1(1), 1–10.
Ajen, I. (2005). Attitudes, Personality and Behaviour (2nd ed.). England: Open
University Press.
Alvadri, Z. (2016). Hubungan Pelaksanaan Tindakan Cuci Tangan Perawat
dengan Kejadian Infeksi Rumah Sakit Sumber Waras Grogol. Retrieved from
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-7874-JURNAL
PENELITIAN.pdf
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arimurti, G. (2019). Hubungan Antara Pengetahuan dan Beban Kerja Perawat
Terhadap Tingkat Kepatuhan Cuci Tangan Pada Ruang HCU IPD di Rumah
Sakit Malang. Universitas Brawijaya.
Comer, M. M., Ibrahim, M., McMillan, V. J., Baker, G. G., & Patterson, S. G.
(2009). Reducing The Spread Of Infectious Disease Through Hand Washing.
Journal Of Extention, 47.
Damanik, S. M. (2012). Kepatuhan Hand Hygiene di Rumah Sakit Immanuel
Bandung. Universitas Padjadjaran.
Depkes RI. (2008). Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. Jakarta: Depkes RI.
Ernawati, E., Rachmi, A. T., & Wiyanto, S. (2014). Penerapan Hand Hygiene
Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Medical
Journal of Brawijaya, 28(1), 89–95.
Ferdinah, R. (2017). Gambaran Perilaku hand Hygiene dan Determinannya Pada
Perawat di Ruang Rawat Inap Gedung X Rumah Sakit Y Jakarta Tahun
2017. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Freeman, J., Sieczkowski, C., Anderson, T., Morris, A. J., Keenan, A., & Roberts,
S. A. (2012). Improving Hand Hygiene In New Zealand Hospitals To
Increase Patient Safety And Reduce Costs: Results From The First Hand
Hygiene National Compliance Audit For 2012. The New Zealand Medical
Journal, 125(1357), 178–181.
Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., & Donnelly, J. H. (2003). Organisasi: Perilaku,
Struktur, Proses, Jilid I. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.
Handojo, L. H. (2015). Pengetahuan Perawat tentang Infeksi Nosokomial di
Ruang D2 dan D3 Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya. Adi
Husada Nursing Journal, 1(1), 1–5.
Handoko, T. H. (2009). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE.
Hastono, S. P. (2010). Analisa Data Kesehatan. Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Hidayah, N., & Ramadhani, N. F. (2019). Kepatuhan Tenaga Kesehatan Terhadap
Implementasi Hand Hygiene Di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Kota
Makassar. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS.Dr. Soetomo, 5(2),
182.
Hikmayanti, K. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan
Perawat Dalam Mencuci Tangan 5 Moment di Ruang Perawatan
Crysanthenum dan Orchid Siloam Hospitals Cikarang Tahun 2015. Jurnal
Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang, 5(1).
Ivancevich, J. M., Konopaske, R., & Matteson, M. T. (2007). Perilaku dan
manajemen organisasi. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Kemenkes RI. (2011). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2022). Panduan Cuci Tangan Pakai Sabun. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Khairunnisa. (2018). Implementasi Program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Daerah Tuan Rondahaim
Pematang Raya Simalungun. Universitas Sumatera Utara.
Khan, H. A., Baig, F. K., & Mehboob, R. (2017). Nosocomial Infections:
Epidemiology, Prevention, Control And Surveillance. Asian Pacific Journal
of Tropical Biomedicine, 7(5), 478–482.
Kusumaningtiyas, et al. (2013). aktorFaktor yang Berhubungan dengan Tingkat
Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di RS. Telogorejo Semarang.
Artikel Penelitian.
Kusumawardani, R., Nevita, & Zakiah, M. (2017). Gambaran Pengetahuan dan
Perilaku Tentang Cuci Tangan Pada Pegawai Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Tanjungpura Pontianak Tahun 2017. Artikel Penelitian, 1–21.
Ningsih, S. S. R., Noprianty, R., & Somantri, I. (2017). Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan Kebersihan Tangan Oleh Petugas Kesehatan di Rumah Sakit
Cimahi. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 3(1).
Niven, N. (2002). Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat dan Profesional
Kesehatan Lain. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. (2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012a). Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012b). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Octaviani, E., & Fauzi, R. (2020). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Kepatuhan Mencuci Tangan pada Tenaga Kesehatan di RS Hermina Galaxy
Bekasi. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 16(1), 12–19.
Pancaningrum, D. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat
Pelaksana di Ruang Rawat Inap dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di
RS Haji Jakarta Tahun 2011. Universitas Indonesia.
Parenti, D. M. (2022). Nosocomial Infections. USA. Retrieved from
https://slideplayer.com/slide/4653959/
Pateda, V., & Rabbani, I. (2013). Hubungan Pengetahuan Terhadap Perilaku Cuci
Tangan Petugas Kesehatan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak BLU RSUP Prof
Dr RD Kandou Manado. Jurnal Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado, 3(5).
Permenkes RI No. 27. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan Penaggulangan
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Produk Hukum.
Pickering, A. J., Boehm, A. B., Mwanjali, M., & Davis, J. (2010). Efficacy of
Waterless Hand Hygiene Compared With Handwashing With Soap: A Field
Study in Dar es Salaam, Tanzania. Am J Trop Med Hyg, 82(2), 270–278.
Pratama, B. S., & Rokhmad, M. K. K. (2015). Faktor Determinan Kepatuhan
Pelaksanaan Hand Hygiene pada Perawat IGD RSUD dr Iskak Tulung
Agung. Jurnal Kedokteran Medical Journal of Brawijaya, 28(2), 195–199.
Riani, & Syafriani. (2019). Hubungan Antara Motivasi dengan Kepatuhan
Perawat Melaksanakan Hand Hygiene Sebagai Tindakan Pencegahan Infeksi
Nosokomial di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit A. Jurnal Ners, 3(23), 49–
59.
Rikayanti, K. H., & Arta, S. K. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan
Perilaku Mencuci Tangan Petugas Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah
Badung Tahun 2013. Community Health, II(1), 21–31.
Rosa, E. M. (2018). Kepatuhan (Compliance). Yogyakarta: UMY Magister
Administrasi Rumah Sakit.
RS Ernaldi Bahar. (2019). Keputusan Direktur Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Nomor 445/28450/RS.ER/2019 Tentang Kebersihan Tangan (Hand Hygiene)
di Lingkungan Rumah Sakit Ernaldi bahar Provinsi Sumatera Selatan.
Sumatera Selatan: RS Ernaldi Bahar.
Sardi, A. (2021). Infeksi Nosokomial : Jenis Infeksi dan Patogen Penyebabnya.
Seminar Nasional Riset Kedokteran 2 (SENSORIK), 2(1), 117–125.
Septiani, D. (2016). Gambaran Faktor-faktor yang mempengaruhi Hand Hygiene
Perawat di Bangsal Ar Royan RS PKU Muhammadiyah Gamping Sleman.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Setiaman, S. (2015). Hubungan Sikap dan Kepatuhan Cuci Tangan Pada Perawat
Rawat Inap RSUD Kota Semarang. JKM: Jurnal Kesehatan Masyarakat,
7(2).
Setiawati, E. P. (2022). Surveilans Infeksi Nosokomial. Jatinangor: Unpad.
Setiyawati, W. (2008). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Kepatuhan Perawat dalam pencegahan Infeksi Luka Operasi di Ruang Rawat
Inap RSUD DR. Moewardi Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan, 1(2), 87–
92.
Sickbert-Bennett, E. E., DiBiase, L. M., Willis, T. M. S., Wolak, E. S., Weber, D.
J., & Rutala, W. A. (2016). Reduction of Healthcare-Associated Infections
by Exceeding High Compliance with Hand Hygiene Practices. Emerg Infect
Dis, 22(9), 1628–1630.
Sinaga, S. E. N. (2015). Kepatuhan Hand Hygiene di Rumah Sakit Misi Rangkas
Bitung. Jurnal Kesehatan Caring and Enthusiasm, 1(1), 7–12. Retrieved
from http://ejournal.stikesborromeus.ac.id/file/6-2.pdf
Smet, B. (2006). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Sudrajat, F., Purwanti, E., & Nurlaila. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan Hand Hygiene Sebelum
Tindakan Keperawatan di RSUD dr. Soedirman Kebumen. Jurnal
Keperawatan Universitas Muhammadiyah, 1(1), 1–7.
Suhartini, E. (2017). Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Perawat dalam Hand
Hygiene Five Moment di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Sleman.
STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. Retrieved from
http://repository.unjaya.ac.id/2236/2/ESTI SUHARTINI_2213097_pisah.pdf
Sumariyem, Q., Syaifudin, & Kurniawati, T. (2015). Hubungan Motivasi dengan
Kepatuhan Perawat dalam Praktik Hand Hygiene di Ruang Cendana IRNA
Dr. Sardjityo Yogyakarta. Naskah Publikasi, 1–11. Retrieved from
http://digilib.unisayogya.ac.id/220/1/naskah publikasi.pdf
Susantiningsih, T., Yuliyanti, R., Simanjuntak, K., & Arfiyanti, A. (2018). PKM
Pelatihan Mencuci Tangan Menggunakan Sabun Sebagai Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat Untuk Masyarakat Rt 007/Rw 007 Desa Pangkalan Jati,
Kecamatan Cinere Kota Depok. Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, 1(2),
75–84.
Syamsulastri. (2017). Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Perawat
dalam Melakukan Hand Hygiene. Universitas Muhammadiyah Pontianak.
Tarwaka., Solichul BA., L. S. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan
Kerja dan Produktivitas. Surakarta : UNIBA PRESS.
Tietjen, L., Bossemeyer, D., & Intosh, N. M. (2004). Panduan Pencegahan
Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya
Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Unair. (2022). Infeksi Nosokomial. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Surabaya: FK Unair.
Unair News. (2021). Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit. Retrieved from http://news.unair.ac.id/2021/05/01/program-
pencegahan-dan-pengendalian-infeksi-di-rumah-sakit/
Utami, N. (2016). Hubungan Kualitas Supervisi Kepala Ruang Terhadap
Kepatuhan Perawat Melakukan Standar Cuci tangan di Instalasi Rawat Inap
RST Dr. Soedjono Magelang. STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.
Wahyuni, & Kurniawidjaja, M. (2022). Kepatuhan Perilaku Cuci Tangan Tenaga
Kesehatan Pada Masa Pandemi Covid-19: A Systematic Review.
PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 168–277.
WHO. (2009a). Hand Hygiene: Why, How & When? USA: Library Cataloguing-
inPublication Data.
WHO. (2009b). WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care: a Summary.
Switzerland: World Health Organization.
Widyanita, A., & Listiowati, E. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Hand
Hygiene dengan Kepatuhan Pelaksanaan Hand Hygiene pada Peserta
Program Pendidikan Profesi Doktor. Biomedika, 13(2).
Wulandari, R., & Sholikah, S. (2017). Pengetahuan dan Penerapan Five Moments
Cuci Tangan Perawat di RSUD Sukoharjo. Gaster, XV(1), 18–27.
Lampiran : Kuesioner Penelitian

KEPATUHAN CUCI TANGAN PADA TENAGA NON KESEHATAN DI


RS ERNALDI BAHAR PROVINSI SUMATERA SELATAN

Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Masa Kerja :
A. Kepatuhan Cuci Tangan
Petunjuk pengisian :
1. Isilah data dibawah ini dengan memberikan tanda check list (√) pada kolom
yang tersedia sesuai yang anda kerjakan
2. Dimohon kepada saudara/i untuk TIDAK mengosongkan jawaban
walaupun hanya satu pertanyaan
Kepatuhan
No Pertanyaan
Ya Tidak
1 Mencuci tangan saat tiba di ruangan
2 Mencuci tangan sebelum pulang kerumah
3 Mencuci tangan setelah kontak dengan
lingkungan pasien
4 Menuangkan cairan handrub pada telapak tangan
kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan
secara lembut dengan arah memutar
5 Mengusap dan menggosok kedua punggung
tangan secara bergantian
6 Menggosok sela-sela jari tangan hingga bersih
7 Membersihkan ujung jari secara bergantian
dengan posisi saling mengunci
8 Menggosok dan putar kedua ibu jari secara
bergantian
9 Meletakkan ujung jari ke telapak tangan
kemudian gosok perlahan
10 Melakukan Hand rub (selama 20-30 detik)
11 Melakukan Handwash (selama 40-60 detik)
Sumber : (Syamsulastri, 2017)
B. Pengetahuan
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang dianggap benar
2. Dimohon kepada saudara/i untuk TIDAK mengosongkan jawaban
walaupun hanya satu pertanyaan
1 Definisi dari cuci tangan adalah ?
a. Tindakan membersihkan tangan dengan tepat dan benar dengan
menggunakan cairan yang berbasis alkohol maupun dengan
menggunakan sabun dan air yang mengalir
b. Proses membersihkan tangan dengan menggunakan air saja
c. Proses yang dilakukan petugas kesehatan saja
2 Apakah tujuan cuci tangan di rumah sakit?
a. Supaya tangan terlihat bersih
b. Supaya tidak terjadi penularan infeksi ke pasien yang lain dan
petugas kesehatan
c. Supaya menambah kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan
3 Manfaat dari cuci tangan adalah?
a. Mengurangi kolonisasi mikroorganisme yang berada ditangan
b. Agar tangan terlihat bersih
c. Agar terhindar dari kuman penyakit
4 Berapa lama proses melakukan langkah mencuci tangan dengan air
mengalir?
a. 20-30 detik
b. 40-60 detik
c. 60-80 detik
5 Pelaksanaan cuci tangan yang ditetapkan oleh WHO adalah?
a. Tujuh moment
b. Enam moment
c. Lima moment
6 Momen pertama dalam cuci tangan lima moment adalah?
a. Sebelum menyentuh pasien
b. Sebelum melakukan tindakan aseptik/bersih
c. Setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien
7 Setelah menyentuh lingkungan/ benda sekitar pasien termasuk moment
ke ?
a. 1
b. 3
c. 5
8 Momen kedua dalam cuci tangan lima moment adalah?
a. Sebelum melakukan tindakan aseptik/bersih
b. Setelah menyentuh pasien
c. Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien
9 Setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien termasuk dalam momen
ke berapa?
a. 2
b. 3
c. 4
10 Momen keempat dalam cuci tangan lima moment adalah?
a. Setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien
b. Setelah menyentuh pasien
c. Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien
11 Mengeringkan tangan menggunakan tissue bersih/handuk sekali pakai
dilakukan saat ?
a. Setiap selesai melakukan handrub
b. Setiap selesai melakukan hand washing
c. Setiap selesai melakukan hand washing dan handrub
12 Durasi cuci tangan menggunakan larutan antiseptik/handrub adalah
a. 30-40 detik
b. 20-30 detik
c. 40-60 detik
13 Pengertian dari handwashing adalah
a. Mencuci tangan dengan sabun antisptik dan air mengalir
b. Mencuci tangan dengan alkohol antiseptik
c. Mencuci tangan dengan air mengalir
Sumber : (Arimurti, 2019)

C. Sarana Prasarana
Petunjuk pengisian:
1. Isilah data dibawah ini dengan memberikan tanda check list (√) pada
kolom yang tersedia
2. Dimohon kepada saudara/i untuk TIDAK mengosongkan jawaban
walaupun hanya satu pertanyaan
Jawaban
No Pertanyaan Selalu Jarang Tidak
Ada Ada Ada
1 Westafel dan air mengalir
2 Kertas tissue/handuk sekali pakai
3 Sabun cuci tangan antiseptik
4 Alkohol hand rub (Hand Sanitaizer)
5 Tempat sampah untuk tissue
6 Tempat cuci tangan terjangkau
7 Poster cuci tangan
8 Leaflet bergambar tentang proses cuci
tangan yang baik dan benar
Sumber : (Syamsulastri, 2017)
D. Sikap
Petunjuk pengisian
1. Berilah tanda cheklist (√) pada jawaban yang telah disediakan
S : Setuju R : Ragu-Ragu TS : Tidak Setuju
2. Dimohon kepada saudara/i untuk TIDAK mengosongkan jawaban
walaupun hanya satu pertanyaan.
Jawaban
No Pertanyaan
S R TS
1 Saya mengeringkan tangan menggunakan
tisu bersih/ handuk sekali pakai setiap selesai
melakukan hand washing
2 Saya memerlukan lap yang bersih dan kering
untuk mengeringkan tangan setelah
melakukan hand washing
3 Saya melakukan cuci tangan untuk
membersihkan tangan dari bakteri atau
kuman yang ada ditangan
4 Setelah kontak dengan lingkungan sekitar
pasien perlu melakukan cuci tangan
5 Saya segera melakukan cuci tangan sesuai
standar setelah tiba di rumah sakit, setelah
dari lingkungan pasien, setelah dari dari toilet
dan sebelum balik dari rumah sakit
6 Mencegah resiko tinggi infeksi nosokomial
salah satunya dengan cuci tangan
7 Saya menganggap bahwa perlu mematuhi
hand hygiene
8 Saya merasa tidak perlu terlalu sering
melakukan cuci tangan dapat membuat
tangan menjadi kering, iritasi dan tidak
nyaman
9 Mematuhi hand hygiene sesuai standar dapat
membuang waktu dan menghambat untuk
segera menyelesaikan pekerjaan
10 Kesibukan yang tinggi membuat saya tidak
sempat untuk melakukan hand hygiene sesuai
standar
Sumber : (Syamsulastri, 2017)
HASIL UJI VALIDITAS

Variabel kepatuhan cuci tangan

Reliability
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,928 11

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Kepatuhan Cuci Tangan 1 1,83 ,379 30
Kepatuhan Cuci Tangan 2 1,70 ,466 30
Kepatuhan Cuci Tangan 3 1,90 ,305 30
Kepatuhan Cuci Tangan 4 1,80 ,407 30
Kepatuhan Cuci Tangan 5 1,73 ,450 30
Kepatuhan Cuci Tangan 6 1,80 ,407 30
Kepatuhan Cuci Tangan 7 1,73 ,450 30
Kepatuhan Cuci Tangan 8 1,67 ,479 30
Kepatuhan Cuci Tangan 9 1,73 ,450 30
Kepatuhan Cuci Tangan 10 1,50 ,509 30
Kepatuhan Cuci Tangan 11 1,67 ,479 30

Item-Total Statistics
Scale Corrected
Scale Mean if Variance if Item-Total Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Correlation if Item Deleted
Kepatuhan Cuci Tangan 1 17,23 11,978 ,530 ,929
Kepatuhan Cuci Tangan 2 17,37 10,999 ,743 ,920
Kepatuhan Cuci Tangan 3 17,17 12,006 ,669 ,924
Kepatuhan Cuci Tangan 4 17,27 11,237 ,774 ,919
Kepatuhan Cuci Tangan 5 17,33 11,402 ,628 ,925
Kepatuhan Cuci Tangan 6 17,27 11,237 ,774 ,919
Kepatuhan Cuci Tangan 7 17,33 10,713 ,882 ,913
Kepatuhan Cuci Tangan 8 17,40 10,593 ,862 ,914
Kepatuhan Cuci Tangan 9 17,33 10,713 ,882 ,913
Kepatuhan Cuci Tangan 10 17,57 11,771 ,425 ,936
Kepatuhan Cuci Tangan 11 17,40 11,076 ,692 ,922

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
19,07 13,513 3,676 11
Variabel Pengetahuan

Reliability
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,894 13

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Pengetahuan 1 1,70 ,466 30
Pengetahuan 2 1,67 ,479 30
Pengetahuan 3 1,73 ,450 30
Pengetahuan 4 1,70 ,466 30
Pengetahuan 5 1,87 ,346 30
Pengetahuan 6 1,83 ,379 30
Pengetahuan 7 1,20 ,407 30
Pengetahuan 8 1,27 ,450 30
Pengetahuan 9 1,57 ,504 30
Pengetahuan 10 1,77 ,430 30
Pengetahuan 11 1,83 ,379 30
Pengetahuan 12 1,77 ,430 30
Pengetahuan 13 1,67 ,479 30

Item-Total Statistics
Scale
Variance if
Scale Mean if Item Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Deleted Total Correlation if Item Deleted
Pengetahuan 1 19,87 11,499 ,803 ,875
Pengetahuan 2 19,90 11,679 ,716 ,879
Pengetahuan 3 19,83 12,144 ,609 ,885
Pengetahuan 4 19,87 12,326 ,523 ,889
Pengetahuan 5 19,70 12,907 ,494 ,890
Pengetahuan 6 19,73 12,547 ,582 ,886
Pengetahuan 7 20,37 12,585 ,521 ,889
Pengetahuan 8 20,30 12,286 ,560 ,887
Pengetahuan 9 20,00 12,414 ,447 ,894
Pengetahuan 10 19,80 11,890 ,735 ,879
Pengetahuan 11 19,73 12,616 ,555 ,888
Pengetahuan 12 19,80 12,166 ,634 ,884
Pengetahuan 13 19,90 12,231 ,535 ,889

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
21,57 14,254 3,775 13
Variabel sarana prasarana

Reliability

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,859 8

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Sarana Prasarana 1 2,97 ,183 30
Sarana Prasarana 2 2,93 ,254 30
Sarana Prasarana 3 2,93 ,365 30
Sarana Prasarana 4 2,87 ,507 30
Sarana Prasarana 5 2,80 ,610 30
Sarana Prasarana 6 2,80 ,610 30
Sarana Prasarana 7 2,73 ,691 30
Sarana Prasarana 8 2,73 ,691 30

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Sarana Prasarana 1 19,80 7,959 ,790 ,851
Sarana Prasarana 2 19,83 7,868 ,614 ,852
Sarana Prasarana 3 19,83 7,178 ,764 ,832
Sarana Prasarana 4 19,90 6,921 ,610 ,841
Sarana Prasarana 5 19,97 6,930 ,468 ,861
Sarana Prasarana 6 19,97 6,102 ,773 ,819
Sarana Prasarana 7 20,03 5,964 ,700 ,832
Sarana Prasarana 8 20,03 6,102 ,651 ,839

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
22,77 8,806 2,967 8
Variabel Sikap

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,921 10

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
Sikap 1 2,37 ,928 30
Sikap 2 2,50 ,777 30
Sikap 3 2,50 ,861 30
Sikap 4 2,63 ,669 30
Sikap 5 2,67 ,606 30
Sikap 6 2,80 ,407 30
Sikap 7 2,53 ,819 30
Sikap 8 2,47 ,819 30
Sikap 9 2,27 ,980 30
Sikap 10 2,43 ,898 30

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Deleted
Sikap 1 22,80 28,372 ,762 ,910
Sikap 2 22,67 28,644 ,904 ,901
Sikap 3 22,67 29,816 ,660 ,915
Sikap 4 22,53 31,292 ,672 ,915
Sikap 5 22,50 31,638 ,697 ,914
Sikap 6 22,37 34,723 ,391 ,926
Sikap 7 22,63 29,137 ,786 ,908
Sikap 8 22,70 29,252 ,772 ,909
Sikap 9 22,90 30,024 ,538 ,925
Sikap 10 22,73 27,513 ,897 ,901

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
25,17 36,764 6,063 10
Interpretasi Hasil
1. Variabel Kepatuhan Cuci Tangan
Uji Validitas & Reliabilitas Kepatuhan Cuci Tangan
No Kepatuhan n r-hitung r-tabel alpha kesimpulan
1 Pertanyaan 1 30 0,530 0,361 0,928 Valid dan reliabel
2 Pertanyaan 2 30 0,743 0,361 0,928 Valid dan reliabel
3 Pertanyaan 3 30 0,669 0,361 0,928 Valid dan reliabel
4 Pertanyaan 4 30 0,774 0,361 0,928 Valid dan reliabel
5 Pertanyaan 5 30 0,628 0,361 0,928 Valid dan reliabel
6 Pertanyaan 6 30 0,774 0,361 0,928 Valid dan reliabel
7 Pertanyaan 7 30 0,882 0,361 0,928 Valid dan reliabel
8 Pertanyaan 8 30 0,862 0,361 0,928 Valid dan reliabel
9 Pertanyaan 9 30 0,882 0,361 0,928 Valid dan reliabel
10 Pertanyaan 10 30 0,425 0,361 0,928 Valid dan reliabel
11 Pertanyaan 11 30 0,692 0,361 0,928 Valid dan reliabel

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai r-hitung > r tabel sehingga pertanyaan
tersebut valid, sedangkan nilai alpha > r tabel sehingga pertanyaan tersebut
reliabel.
2. Variabel Pengetahuan
Uji Validitas & Reliabilitas Pengetahuan
No Pengetahuan n r-hitung r-tabel alpha kesimpulan
1 Pertanyaan 1 30 0,803 0,361 0,894 Valid dan reliabel
2 Pertanyaan 2 30 0,716 0,361 0,894 Valid dan reliabel
3 Pertanyaan 3 30 0,609 0,361 0,894 Valid dan reliabel
4 Pertanyaan 4 30 0,523 0,361 0,894 Valid dan reliabel
5 Pertanyaan 5 30 0,494 0,361 0,894 Valid dan reliabel
6 Pertanyaan 6 30 0,582 0,361 0,894 Valid dan reliabel
7 Pertanyaan 7 30 0,521 0,361 0,894 Valid dan reliabel
8 Pertanyaan 8 30 0,560 0,361 0,894 Valid dan reliabel
9 Pertanyaan 9 30 0,447 0,361 0,894 Valid dan reliabel
10 Pertanyaan 10 30 0,735 0,361 0,894 Valid dan reliabel
11 Pertanyaan 11 30 0,555 0,361 0,894 Valid dan reliabel
12 Pertanyaan 12 30 0,634 0,361 0,894 Valid dan reliabel
13 Pertanyaan 13 30 0,535 0,361 0,894 Valid dan reliabel

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai r-hitung > r tabel sehingga pertanyaan
tersebut valid, sedangkan nilai alpha > r tabel sehingga pertanyaan tersebut
reliabel.
3. Variabel Sarana Prasarana
Uji Validitas & Reliabilitas Sarana Prasarana
N
Sarana Prasarana n r-hitung r-tabel alpha kesimpulan
o
1 Pertanyaan 1 30 0,790 0,361 0,859 Valid dan reliabel
2 Pertanyaan 2 30 0,614 0,361 0,859 Valid dan reliabel
3 Pertanyaan 3 30 0,764 0,361 0,859 Valid dan reliabel
4 Pertanyaan 4 30 0,610 0,361 0,859 Valid dan reliabel
5 Pertanyaan 5 30 0,468 0,361 0,859 Valid dan reliabel
6 Pertanyaan 6 30 0,773 0,361 0,859 Valid dan reliabel
7 Pertanyaan 7 30 0,700 0,361 0,859 Valid dan reliabel
8 Pertanyaan 8 30 0,651 0,361 0,859 Valid dan reliabel

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai r-hitung > r tabel sehingga pertanyaan
tersebut valid, sedangkan nilai alpha > r tabel sehingga pertanyaan tersebut
reliabel.
4. Variabel Sikap
Uji Validitas & Reliabilitas Sikap
No Sikap n r-hitung r-tabel alpha kesimpulan
1 Pertanyaan 1 30 0,762 0,361 0,921 Valid dan reliabel
2 Pertanyaan 2 30 0,904 0,361 0,921 Valid dan reliabel
3 Pertanyaan 3 30 0,660 0,361 0,921 Valid dan reliabel
4 Pertanyaan 4 30 0,672 0,361 0,921 Valid dan reliabel
5 Pertanyaan 5 30 0,697 0,361 0,921 Valid dan reliabel
6 Pertanyaan 6 30 0,391 0,361 0,921 Valid dan reliabel
7 Pertanyaan 7 30 0,786 0,361 0,921 Valid dan reliabel
8 Pertanyaan 8 30 0,772 0,361 0,921 Valid dan reliabel
9 Pertanyaan 9 30 0,538 0,361 0,921 Valid dan reliabel
10 Pertanyaan 10 30 0,897 0,361 0,921 Valid dan reliabel

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai r-hitung > r tabel sehingga pertanyaan
tersebut valid, sedangkan nilai alpha > r tabel sehingga pertanyaan tersebut
reliabel.
HASIL PENELITIAN

Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kepatuhan 98 100,0% 0 0,0% 98 100,0%
Pengetahuan 98 100,0% 0 0,0% 98 100,0%
Sarana 98 100,0% 0 0,0% 98 100,0%
Sikap 98 100,0% 0 0,0% 98 100,0%
Umur 98 100,0% 0 0,0% 98 100,0%
Masa Kerja 98 100,0% 0 0,0% 98 100,0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Kepatuhan Mean 20,23 ,236
95% Confidence Interval for Lower Bound 19,77
Mean
Upper Bound 20,70
5% Trimmed Mean 20,35
Median 22,00
Variance 5,439
Std. Deviation 2,332
Minimum 16
Maximum 22
Range 6
Interquartile Range 5
Skewness -,668 ,244
Kurtosis -1,463 ,483
Pengetahuan Mean 21,58 ,345
95% Confidence Interval for Lower Bound 20,90
Mean
Upper Bound 22,27
5% Trimmed Mean 21,62
Median 22,50
Variance 11,648
Std. Deviation 3,413
Minimum 16
Maximum 26
Range 10
Interquartile Range 7
Skewness -,142 ,244
Kurtosis -1,516 ,483
Sarana Mean 22,37 ,217
95% Confidence Interval for Lower Bound 21,94
Mean Upper Bound 22,80
5% Trimmed Mean 22,55
Median 24,00
Variance 4,606
Std. Deviation 2,146
Minimum 15
Maximum 24
Range 9
Interquartile Range 3
Skewness -1,111 ,244
Kurtosis ,272 ,483
Sikap Mean 25,54 ,446
95% Confidence Interval for Lower Bound 24,66
Mean
Upper Bound 26,43
5% Trimmed Mean 25,71
Median 28,00
Variance 19,509
Std. Deviation 4,417
Minimum 18
Maximum 30
Range 12
Interquartile Range 9
Skewness -,438 ,244
Kurtosis -1,450 ,483
Umur Mean 34,30 ,939
95% Confidence Interval for Lower Bound 32,43
Mean
Upper Bound 36,16
5% Trimmed Mean 34,07
Median 34,00
Variance 86,355
Std. Deviation 9,293
Minimum 19
Maximum 56
Range 37
Interquartile Range 12
Skewness ,381 ,244
Kurtosis -,613 ,483
Masa Kerja Mean 7,73 ,627
95% Confidence Interval for Lower Bound 6,48
Mean
Upper Bound 8,97
5% Trimmed Mean 7,25
Median 5,00
Variance 38,522
Std. Deviation 6,207
Minimum 0
Maximum 27
Range 27
Interquartile Range 9
Skewness ,967 ,244
Kurtosis ,305 ,483

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Kepatuhan ,377 98 ,000 ,675 98 ,000
Pengetahuan ,161 98 ,000 ,888 98 ,000
Sarana ,307 98 ,000 ,761 98 ,000
Sikap ,221 98 ,000 ,834 98 ,000
Umur ,088 98 ,061 ,966 98 ,013
Masa Kerja ,185 98 ,000 ,891 98 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Frequencies
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 61 62,2 62,2 62,2
Perempuan 37 37,8 37,8 100,0
Total 98 100,0 100,0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 3 3,1 3,1 3,1
SMP 6 6,1 6,1 9,2
SMA 57 58,2 58,2 67,3
D3 9 9,2 9,2 76,5
S1 17 17,3 17,3 93,9
S2 6 6,1 6,1 100,0
Total 98 100,0 100,0

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 30 Tahun 36 36,7 36,7 36,7
>=30 Tahun 62 63,3 63,3 100,0
Total 98 100,0 100,0
HASIL UNIVARIAT
Frequencies

Kepatuhan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Patuh 39 39,8 39,8 39,8
Patuh 59 60,2 60,2 100,0
Total 98 100,0 100,0

Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Baik 49 50,0 50,0 50,0
Baik 49 50,0 50,0 100,0
Total 98 100,0 100,0

Sarana
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Mendukung 46 46,9 46,9 46,9
Mendukung 52 53,1 53,1 100,0
Total 98 100,0 100,0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pendidikan Rendah 9 9,2 9,2 9,2
Pendidikan Tinggi 89 90,8 90,8 100,0
Total 98 100,0 100,0

Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Baik 48 49,0 49,0 49,0
Baik 50 51,0 51,0 100,0
Total 98 100,0 100,0

Masa Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baru (< 10 Tahun) 60 61,2 61,2 61,2
Lama (>=10 tahun) 38 38,8 38,8 100,0
Total 98 100,0 100,0
HASIL BIVARIAT
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan * Kepatuhan 98 100,0% 0 0,0% 98 100,0%

Pengetahuan * Kepatuhan Crosstabulation


Kepatuhan
Tidak Patuh Patuh Total
Pengetahuan Kurang Baik Count 33 16 49
Expected Count 19,5 29,5 49,0
% within Pengetahuan 67,3% 32,7% 100,0%
Baik Count 6 43 49
Expected Count 19,5 29,5 49,0
% within Pengetahuan 12,2% 87,8% 100,0%
Total Count 39 59 98
Expected Count 39,0 59,0 98,0
% within Pengetahuan 39,8% 60,2% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 31,048 1 ,000
b
Continuity Correction 28,791 1 ,000
Likelihood Ratio 33,406 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 30,731 1 ,000
N of Valid Cases 98

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pengetahuan 14,781 5,213 41,909
(Kurang Baik / Baik)
For cohort Kepatuhan = 5,500 2,535 11,932
Tidak Patuh
For cohort Kepatuhan = ,372 ,246 ,564
Patuh
N of Valid Cases 98
Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sarana * Kepatuhan 98 100,0% 0 0,0% 98 100,0%

Sarana * Kepatuhan Crosstabulation


Kepatuhan
Tidak Patuh Patuh Total
Sarana Kurang Mendukung Count 28 18 46
Expected Count 18,3 27,7 46,0
% within Sarana 60,9% 39,1% 100,0%
Mendukung Count 11 41 52
Expected Count 20,7 31,3 52,0
% within Sarana 21,2% 78,8% 100,0%
Total Count 39 59 98
Expected Count 39,0 59,0 98,0
% within Sarana 39,8% 60,2% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 16,069 1 ,000
b
Continuity Correction 14,454 1 ,000
Likelihood Ratio 16,505 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 15,905 1 ,000
N of Valid Cases 98

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,31.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Sarana 5,798 2,379 14,130
(Kurang Mendukung /
Mendukung)
For cohort Kepatuhan = 2,877 1,621 5,107
Tidak Patuh
For cohort Kepatuhan = ,496 ,337 ,731
Patuh
N of Valid Cases 98
Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Masa Kerja * 98 100,0% 0 0,0% 98 100,0%
Kepatuhan

Masa Kerja * Kepatuhan Crosstabulation


Kepatuhan
Tidak
Patuh Patuh Total
Masa Kerja Baru (< 10 Count 33 27 60
Tahun) Expected Count 23,9 36,1 60,0
% within Masa Kerja 55,0% 45,0% 100,0%
Lama (>=10 Count 6 32 38
tahun) Expected Count 15,1 22,9 38,0
% within Masa Kerja 15,8% 84,2% 100,0%
Total Count 39 59 98
Expected Count 39,0 59,0 98,0
% within Masa Kerja 39,8% 60,2% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) (2-sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 14,930 1 ,000
b
Continuity Correction 13,338 1 ,000
Likelihood Ratio 16,021 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 14,777 1 ,000
N of Valid Cases 98
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,12.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Masa Kerja 6,519 2,375 17,887
(Baru (< 10 Tahun) / Lama
(>=10 tahun))
For cohort Kepatuhan = Tidak 3,483 1,614 7,517
Patuh
For cohort Kepatuhan = Patuh ,534 ,391 ,730
N of Valid Cases 98
Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pendidikan * Kepatuhan 98 100,0% 0 0,0% 98 100,0%

Pendidikan * Kepatuhan Crosstabulation


Kepatuhan
Tidak Patuh Patuh Total
Pendidikan Pendidikan Rendah Count 6 3 9
Expected Count 3,6 5,4 9,0
% within Pendidikan 66,7% 33,3% 100,0%
Pendidikan Tinggi Count 33 56 89
Expected Count 35,4 53,6 89,0
% within Pendidikan 37,1% 62,9% 100,0%
Total Count 39 59 98
Expected Count 39,0 59,0 98,0
% within Pendidikan 39,8% 60,2% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2,987 1 ,084
b
Continuity Correction 1,879 1 ,170
Likelihood Ratio 2,921 1 ,087
Fisher's Exact Test ,150 ,087
Linear-by-Linear Association 2,956 1 ,086
N of Valid Cases 98

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,58.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pendidikan 3,394 ,795 14,485
(Pendidikan Rendah /
Pendidikan Tinggi)
For cohort Kepatuhan = 1,798 1,053 3,071
Tidak Patuh
For cohort Kepatuhan = ,530 ,207 1,353
Patuh
N of Valid Cases 98
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sikap * Kepatuhan 98 100,0% 0 0,0% 98 100,0%

Sikap * Kepatuhan Crosstabulation


Kepatuhan
Tidak Patuh Patuh Total
Sikap Kurang Baik Count 36 12 48
Expected Count 19,1 28,9 48,0
% within Sikap 75,0% 25,0% 100,0%
Baik Count 3 47 50
Expected Count 19,9 30,1 50,0
% within Sikap 6,0% 94,0% 100,0%
Total Count 39 59 98
Expected Count 39,0 59,0 98,0
% within Sikap 39,8% 60,2% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 48,665 1 ,000
b
Continuity Correction 45,828 1 ,000
Likelihood Ratio 55,065 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 48,169 1 ,000
N of Valid Cases 98

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,10.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Sikap 47,000 12,337 179,056
(Kurang Baik / Baik)
For cohort Kepatuhan = 12,500 4,123 37,899
Tidak Patuh
For cohort Kepatuhan = ,266 ,162 ,436
Patuh
N of Valid Cases 98
Frequencies
Kepatuhan Cuci Tangan 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 35 35,7 35,7 35,7
Ya 63 64,3 64,3 100,0
Total 98 100,0 100,0

Kepatuhan Cuci Tangan 2


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 26 26,5 26,5 26,5
Ya 72 73,5 73,5 100,0
Total 98 100,0 100,0

Kepatuhan Cuci Tangan 3


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 10 10,2 10,2 10,2
Ya 88 89,8 89,8 100,0
Total 98 100,0 100,0

Kepatuhan Cuci Tangan 4


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 1 1,0 1,0 1,0
Ya 97 99,0 99,0 100,0
Total 98 100,0 100,0

Kepatuhan Cuci Tangan 5


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 2 2,0 2,0 2,0
Ya 96 98,0 98,0 100,0
Total 98 100,0 100,0

Kepatuhan Cuci Tangan 6


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 98 100,0 100,0 100,0
Kepatuhan Cuci Tangan 7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 5 5,1 5,1 5,1
Ya 93 94,9 94,9 100,0
Total 98 100,0 100,0

Kepatuhan Cuci Tangan 8


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 7 7,1 7,1 7,1
Ya 91 92,9 92,9 100,0
Total 98 100,0 100,0

Kepatuhan Cuci Tangan 9


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 19 19,4 19,4 19,4
Ya 79 80,6 80,6 100,0
Total 98 100,0 100,0

Kepatuhan Cuci Tangan 10


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 37 37,8 37,8 37,8
Ya 61 62,2 62,2 100,0
Total 98 100,0 100,0

Kepatuhan Cuci Tangan 11


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 31 31,6 31,6 31,6
Ya 67 68,4 68,4 100,0
Total 98 100,0 100,0

Pengetahuan 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 98 100,0 100,0 100,0
Pengetahuan 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 24 24,5 24,5 24,5
Benar 74 75,5 75,5 100,0
Total 98 100,0 100,0

Pengetahuan 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 42 42,9 42,9 42,9
Benar 56 57,1 57,1 100,0
Total 98 100,0 100,0

Pengetahuan 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 13 13,3 13,3 13,3
Benar 85 86,7 86,7 100,0
Total 98 100,0 100,0

Pengetahuan 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 48 49,0 49,0 49,0
Benar 50 51,0 51,0 100,0
Total 98 100,0 100,0

Pengetahuan 6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 8 8,2 8,2 8,2
Benar 90 91,8 91,8 100,0
Total 98 100,0 100,0

Pengetahuan 7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 36 36,7 36,7 36,7
Benar 62 63,3 63,3 100,0
Total 98 100,0 100,0
Pengetahuan 8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 44 44,9 44,9 44,9
Benar 54 55,1 55,1 100,0
Total 98 100,0 100,0

Pengetahuan 9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 67 68,4 68,4 68,4
Benar 31 31,6 31,6 100,0
Total 98 100,0 100,0

Pengetahuan 10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 66 67,3 67,3 67,3
Benar 32 32,7 32,7 100,0
Total 98 100,0 100,0

Pengetahuan 11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 42 42,9 42,9 42,9
Benar 56 57,1 57,1 100,0
Total 98 100,0 100,0

Pengetahuan 12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 40 40,8 40,8 40,8
Benar 58 59,2 59,2 100,0
Total 98 100,0 100,0

Pengetahuan 13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 3 3,1 3,1 3,1
Benar 95 96,9 96,9 100,0
Total 98 100,0 100,0
Sarana Prasarana 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang ada 5 5,1 5,1 5,1
Selalu ada 93 94,9 94,9 100,0
Total 98 100,0 100,0

Sarana Prasarana 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak ada 2 2,0 2,0 2,0
Jarang ada 37 37,8 37,8 39,8
Selalu ada 59 60,2 60,2 100,0
Total 98 100,0 100,0

Sarana Prasarana 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang ada 9 9,2 9,2 9,2
Selalu ada 89 90,8 90,8 100,0
Total 98 100,0 100,0

Sarana Prasarana 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang ada 1 1,0 1,0 1,0
Selalu ada 97 99,0 99,0 100,0
Total 98 100,0 100,0

Sarana Prasarana 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang ada 3 3,1 3,1 3,1
Selalu ada 95 96,9 96,9 100,0
Total 98 100,0 100,0

Sarana Prasarana 6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Jarang ada 3 3,1 3,1 3,1
Selalu ada 95 96,9 96,9 100,0
Total 98 100,0 100,0
Sarana Prasarana 7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak ada 15 15,3 15,3 15,3
Jarang ada 21 21,4 21,4 36,7
Selalu ada 62 63,3 63,3 100,0
Total 98 100,0 100,0

Sarana Prasarana 8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak ada 14 14,3 14,3 14,3
Jarang ada 19 19,4 19,4 33,7
Selalu ada 65 66,3 66,3 100,0
Total 98 100,0 100,0

Sikap 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 1 1,0 1,0 1,0
Ragu-Ragu 35 35,7 35,7 36,7
Setuju 62 63,3 63,3 100,0
Total 98 100,0 100,0

Sikap 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 5 5,1 5,1 5,1
Ragu-Ragu 33 33,7 33,7 38,8
Setuju 60 61,2 61,2 100,0
Total 98 100,0 100,0

Sikap 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ragu-Ragu 29 29,6 29,6 29,6
Setuju 69 70,4 70,4 100,0
Total 98 100,0 100,0

Sikap 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ragu-Ragu 31 31,6 31,6 31,6
Setuju 67 68,4 68,4 100,0
Total 98 100,0 100,0
Sikap 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ragu-Ragu 32 32,7 32,7 32,7
Setuju 66 67,3 67,3 100,0
Total 98 100,0 100,0

Sikap 6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 1 1,0 1,0 1,0
Ragu-Ragu 17 17,3 17,3 18,4
Setuju 80 81,6 81,6 100,0
Total 98 100,0 100,0

Sikap 7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Setuju 1 1,0 1,0 1,0
Ragu-Ragu 12 12,2 12,2 13,3
Setuju 85 86,7 86,7 100,0
Total 98 100,0 100,0

Sikap 8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 32 32,7 32,7 32,7
Ragu-Ragu 17 17,3 17,3 50,0
Tidak Setuju 49 50,0 50,0 100,0
Total 98 100,0 100,0

Sikap 9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 30 30,6 30,6 30,6
Ragu-Ragu 10 10,2 10,2 40,8
Tidak Setuju 58 59,2 59,2 100,0
Total 98 100,0 100,0

Sikap 10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Setuju 37 37,8 37,8 37,8
Ragu-Ragu 7 7,1 7,1 44,9
Tidak Setuju 54 55,1 55,1 100,0
Total 98 100,0 100,0

Anda mungkin juga menyukai