Anda di halaman 1dari 119

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI DASAR

DENGAN PENYAKIT KULIT DI PONDOK PESANTREN


MODERN AL-KAUTSAR PEKANBARU
TAHUN 2022

SKRIPSI

OLEH :

ACHMAD RIZA BAYHAQI


NIM : 18.01.1.006

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
2022
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI DASAR
DENGAN PENYAKIT KULIT DI PONDOK PESANTREN
MODERN AL-KAUTSAR PEKANBARU
TAHUN 2022

Skripsi ini di ajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

ACHMAD RIZA BAYHAQI


NIM : 18.01.1.006

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
2022
PERSETUJUAN PEMBIMBING

JUDUL SKRIPSI :HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN


SANITASI DASAR DENGAN PENYAKIT KULIT DI
PONDOK PESANTREN MODERN AL-KAUTSAR
PEKANBARU TAHUN 2022
NAMA : ACHMAD RIZA BAYHAQI
NIM : 18.01.1.006
PEMINATAN : KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI : KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM : SARJANA

Skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan dihadapan
Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan
Universitas Hang Tuah Pekanbaru

Pekanbaru, 22 Agustus 2022


Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

(Winda Septiani, SKM, M.Kes) (Zulmeliza Rasyid, SKM, M.Kes)


NIDN : 1011099001 NIDN : 1011088802

i
HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI DASAR


DENGAN PENYAKIT KULIT DI PONDOK PESANTREN
MODERN AL-KAUTSAR PEKANBARU
TAHUN 2022

Yang dipersiapkan dan dipertahankan

ACHMAD RIZA BAYHAQI


NIM : 18.01.1.006

Telah diuji dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Penelitian


Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan
Universitas Hang Tuah
Pada tanggal 5 September 2022 dan
Dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Ketua Penguji

(Winda Septiani, SKM, M.Kes)


NIDN : 1011099001

Penguji I Penguji II

(DR. Yessi Harnani, SKM., M.Kes) (Nurlisis, SKM., M.Kes)


NIDN : 1021117901 NIDN : 1004078402

Pekanbaru, …………….. 2022


Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Program Sarjana
STIKes Hang Tuah Pekanbaru

(DR.Reno Renaldi, SKM., M.Kes)


No.Reg : 10306113207

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

ii
Yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : Achmad Riza Bayhaqi
NIM : 18.01.1.006
Tanggal Lahir : 16 September 2000
Tahun Masuk : 2018
Peminatan : Kesehatan Lingkungan

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penelitian skripsi


penelitian saya yang berjudul: “HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN
SANITASI DASAR TERHADAP PENYAKIT KULIT DI PONDOK
PESANTREN MODERN AL-KAUTSAR PEKANBARU 2022”.
Sepanjang Sepengetahuan saya tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan tidak terdapat
karya/pendapat yang pernah ditulis/diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka
saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Pekanbaru, 22 Agustus 2022


Yang membuat pernyataan

(ACHMAD RIZA BAYHAQI)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

iii
Nama Lengkap : Achmad Riza Bayhaqi
NIM : 18.01.1.041
Tempat/Tanggal Lahir : Tembilahan, 16 September 2000
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Jumlah Saudara : 3 Bersaudara
Alamat Rumah : Jl. Telaga Biru Lr. Setia Kawan
Riwayat Pendidikan : 1. MIN 1 Indragiri Hilir Tahun (2006-2012)
2. MtsN 2 Indragiri Hilir Tahun (2012-2015)
3. MAN 1 Indragiri Hilir Tahun (2015-2018)
4. Universitas Hang Tuah Pekanbaru Tahun (2018)
Riwayat Pekerjaan : Belum Bekerja

Pekanbaru, 20 Agustus 2022

(ACHMAD RIZA BAYHAQI)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


KESEHATAN LINGKUNGAN

iv
SKRIPSI

ACHMAD RIZA BAYHAQI

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI DASAR


TERHADAP PENYAKIT KULIT DI PONDOK PESANTREN MODERN
AL-KAUTSAR PEKANBARU TAHUN 2022.

xiii + 59 halaman, 11 tabel, 6 gambar, 12 lampiran

ABSTRAK

Penyakit kulit merupakan penyakit infeksi paling umum yang terjadi pada
berbagai usia, yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur yang dapat
merusak kulit. Penyakit kulit juga dapat terjadi karena personal hygiene dan
sanitasi dasar yang kurang. Pada catatan data penyakit di pondok pesantren
Modern Al-Kautsar Pekanbaru tedapat 38 santri yang menderita penyakit kulit
pada tahun 2021. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui personal hygiene dan
sanitasi dasar terhadap ppenyakit kulit di pondok pesantren Modern Al-Kautsar
Pekanbaru tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
pendekatan Cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 87 santri. Pengumpulan
data melalui observasi dan kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat dan
bivariat menggunakan uji chi-square. Lokasi penelitian dilakukan di pondok
pesantren modern al-kautsar pekanbaru tanggal 1 Agustus 2022. Hasil penelitian
menunjukan bahwa ada hubungan personal hygiene terhadap penyakit kulit yang
terkait pengetahuan (Pvalue=0,015 OR=3,913), personal hygiene kulit
(Pvalue=0,001 OR=8,795), personal hygiene kuku kaki dan tangan (Pvalue=0,001
OR=10,667), dan ada hubungan sanitasi dasar terhadap penyakit kulit yang terkait
pengelolaan sampah (Pvalue=0,001 OR=7,529), SPAL (Pvalue=0,003
OR=5,300), penyediaan air bersih (Pvalue=0,024 OR=3,497) di pondok pesantren
modern al-kautsar pekanbaru tahun 2022. Di harapkan kepada pihak pondok
pesantren untuk selalu memperhatikan kebersihan para santri dan sanitasi dasar di
pondok pesantren.

Daftar Pustaka : 26 (2011-2020)


Kata Kunci : Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, Penyakit Kulit

PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH


ENVIROMENTAL HEALTH

UNDERGRADUATE THESIS

v
ACHMAD RIZA BAYHAQI

THE RELATIONSHIP OF PERSONAL HYGIENE AND BASIC


SANITATION TO SKIN DISEASES IN THE MODERN AL-KAUTSAR
Islamic Boarding School PEKANBARU IN 2022.

Xiii + 59 pages, 11 tables, 6 images, 12 attachments

ABSTRACT

Penyakit kulit merupakan penyakit infeksi paling umum yang terjadi pada
berbagai usia, yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur yang dapat
merusak kulit. Penyakit kulit juga dapat terjadi karena personal hygiene dan
sanitasi dasar yang kurang. Pada catatan data penyakit di pondok pesantren
Modern Al-Kautsar Pekanbaru tedapat 38 santri yang menderita penyakit kulit
pada tahun 2021. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui personal hygiene dan
sanitasi dasar terhadap ppenyakit kulit di pondok pesantren Modern Al-Kautsar
Pekanbaru tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
pendekatan Cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 87 santri. Pengumpulan
data melalui observasi dan kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat dan
bivariat menggunakan uji chi-square. Lokasi penelitian dilakukan di pondok
pesantren modern al-kautsar pekanbaru tanggal 1 Agustus 2022. The results
showed that there was a relationship between personal hygiene and skin diseases
related to knowledge (Pvalue=0.015 OR=3.913), skin personal hygiene
(Pvalue=0.001 OR=8.795), toenail and hand personal hygiene (Pvalue=0.001
OR=10.667), and there is a relationship between basic sanitation and skin diseases
related to waste management (Pvalue=0.001 OR=7.529), SPAL (Pvalue=0.003
OR=5,300), clean water supply (Pvalue=0.024 OR=3.497) at the modern Islamic
boarding school al-kautsar Pekanbaru 2022. It is hoped that the Islamic boarding
school will always pay attention to the cleanliness of the students and basic
sanitation in the Islamic boarding school.

Bibliography : 26 (2011-2020)
Keywords : Personal Hygiene, Basic Sanitation, Skin Disease

KATA PENGANTAR

vi
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, karena atas segala
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneiti dapat menyusun dan menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Hubungan Personal Hygiene Dan Sanitasi Dasar
Dengan Penyakit Kulit Di Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru
Tahun 2022”.
Dalam Menyelesaikan Skripsi ini, peneliti merasakan betapa besarnya
manfaat dan bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak, sehubung dengan itu
peneiti mengucapkan terimakasih pada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini, mudah-mudahan mendapat pahala dari Allah SWT.
Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan banyak terimakasih
kepada:
1. Bapak dr. H. Zainal Abidin, MPH selaku Ketua Yayasan Hang Tuah
Pekanbaru.
2. Prof. Dr. Syafrani, M.Si selaku Rektor Universitas Hang Tuah Pekanbaru
3. Bapak Ns. Abdurahman H, M.Kep selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Hang Tuah Pekanbaru.
4. Bapak Ahmad Satria Efendi, SKM., M.Kes selaku Wakil Dekan Fakultas
Kesehatan Universitas Hang Tuah Pekanbaru.
5. Bapak Dr. Reno Renaldi, SKM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Hang Tuah Pekanbaru.
6. Bapak Beny Yulianto, SKM., M.KL. selaku Ketua Peminatan Kesehatan
Lingkungan yang memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk selama
penyusunana skripsi ini.
7. Ibu Winda Septiani, SKM., M.Kes. selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat
bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
8. Ibu Zulmeliza Rasyid, SKM, M.Kes selaku Pembimbing II yang telah
memberikan masukan serta petunjuk selama penyusunan skripsi ini.

9. Ibu Dr. Yessi Harnani, SKM., M.Kes. selaku penguji I yang telah banyak
memberikan kritikan dan saran yang berguna demi kesempurnaan penyusunan

vii
skripsi ini.
10. Ibu Nurlisis, SKM., M.Kes. selaku penguji II yang telah banyak memberikan
kritikan dan saran yang berguna demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini
11. Bapak dan Ibu Dosen Staff Program Studi Kesehatan Masyarakat Program
Sarjana yang telah membantu penyusunan skripsi ini.
12. Kepada Kedua Orang Tua yang telah memberikan motivasi, doa serta
kepercayaannya kepada saya. Dan sungguh berterimakasih atas kasih sayang
yang telah diberikan kedua orang tua dengan setulus hati.
13. Teman-teman seperjuangan dan sahabat Universitas Hang Tuah Pekanbaru
yang telah banyak memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
14. Serta semua pihak yang tidak disebutkan satu per satu yang telah memberikan
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
Pada penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi maupun dari segi teknik penyusunannya. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dengan maksud untuk menyempurnakan skripsi ini.

Pekanbaru, 20 Agustus 2022

Penulis

DAFTAR ISI

viii
Halaman
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT............................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... iv
ABSTRAK....................................................................................................... v
ABSTRACT...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR.................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 4
C. Pertanyaan Penelitian................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian......................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian....................................................................... 6
F. Ruang Lingkup Penelitian........................................................... 6

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN


A. Personal Hygiene......................................................................... 8
1. Pengertian Personal Hygiene................................................. 8
2. Tujuan Persoal Hygiene......................................................... 9
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene......... 9
4. Usaha Menjaga Personal Hygiene......................................... 10
a. Kebersihan Kulit.............................................................. 10
b. Kebersihan Rambut......................................................... 11
c. Kebersihan Mulut dan Gigi............................................. 12
d. Kebersihan dan Kesehatan Mata..................................... 12
e. Kebersihan Kuku Tangan dan Kuku Kaki....................... 13
5. Dampak yang Timbul Pada Masalah Personal Hygiene........ 14
B. Sanitasi Dasar.............................................................................. 14
1. Pengertian Sanitasi Dasar...................................................... 14
2. Komponen Sanitasi Dasar...................................................... 15
a. Penyediaan Air Bersih..................................................... 15
b. Jamban............................................................................. 20
c. Saluran Pembuangan Air Limbah.................................... 24
d. Pengelolaan Sampah........................................................ 25
C. Penyakit Kulit.............................................................................. 27
1. Definisi Kulit......................................................................... 27
2. Anatomi dan Fisiologi Kulit.................................................. 27
3. Fungsi Kulit........................................................................... 28
4. Faktor yang Mempengaruhi Kulit......................................... 29
5. Penyakit Kulit........................................................................ 29

ix
D. Landasan Teori............................................................................ 32
E. Kerangka Konsep......................................................................... 33
F. Hipotesis...................................................................................... 33
G. Penelitian Sejenis......................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian......................................................... 35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 35
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................... 35
D. Teknik Sampling.......................................................................... 36
E. Variabel Penelitian dan Definisi Istilah....................................... 37
F. Instrumen Penelitian.................................................................... 38
G. Jenis dan Cara Pengumpulan Data.............................................. 39
H. Pengolahan Data.......................................................................... 41
I. Analisis Data................................................................................ 42
J. Etika Penelitian............................................................................ 43

BAB IV HASIL
A. Gambaran umum lokasi penelitian.............................................. 44
B. Hasil Penelitian............................................................................ 45

BAB V PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian............................................................... 51
B. Pembahasan Penelitian................................................................ 52

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 58
B. Saran............................................................................................ 59

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

x
Halaman
Tabel 1 Penelitian Sejenis................................................................................34
Tabel 2 Variabel Penelitian dan Definisi Istilah..............................................37
Tabel 3 Matriks Informasi yang Diperlukan, Sumber Informasi, dan
Metode Pengumpulan Data.............................................................................40
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden.................................45
Tabel 5 Distribusi Analisis Univariat Berdasarkan Variabel Dependen
dan Independen.................................................................................46
Tabel 6 Hubungan Pengetahuan Terhadap Penyakit Kulit...........................47
Tabel 7 Hubungan Personal Hygiene Kulit Terhadap Penyakit Kulit..........48
Tabel 8 Hubungan Personal Hygiene Kuku Kaki dan Tangan
Terhadap Penyakit Kulit....................................................................48
Tabel 9 Hubungan Pengelolaan Sampah Terhadap Penyakit Kulit...............49
Tabel 10 Hubungan SPAL Terhadap Penyakit Kulit......................................49
Tabel 11 Hubungan Air Bersih Terhadap Penyakit Kulit...............................50

DAFTAR GAMBAR

xi
Halaman
Gambar 1 Jamban Bore Hole Latrine...........................................................21
Gambar 2 Jamban Overhung Latrine............................................................22
Gambar 3 Jamban Water Seal Latrine..........................................................22
Gambar 4 Jamban Septic Tank.....................................................................23
Gambar 5 Landasan Teori............................................................................32
Gambar 6 Kerangka Konsep.........................................................................33

DAFTAR LAMPIRAN

xii
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari Universitas Hang Tuah Pekanbaru
Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 3 Surat Etik Penelitian
Lampiran 4 Lembar Permohonan Responden dan Informan
Lampiran 5 Lembar Persetujuan Responden dan Informan
Lampiran 6 Lembar Observasi
Lampiran 7 Lembar Kuesioner Penelitian
Lampiran 8 Master Tabel
Lampiran 9 Output Analisa Data
Lampiran 10 Lembar Konsultasi Pembimbing I
Lampiran 11 Lembar Konsultasi Pembimbing II
Lampiran 12 Dokumentasi

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebersihan merupakan suatu hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan dikehidupan sehari-hari karena kebersihan mempengaruhi
kesehatan seseorang. Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan
dalam bentuk pemberian berbagai pelayanan kesehatan kepada seluruh
masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang
menyeluruh oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat secara
terarah, terpadu dan berkesinambungan, adil dan merata, serta aman,
berkualitas, dan terjangkau oleh masyarakat (UU No. 36 tahun 2014).
Memelihara kebersihan diri sangat penting untuk meningkatkan, dan
menjaga status kesehatan individu dan mencegah terjadinya penyakit secara
sadar dan inisiatif. Upaya dalam melakukan kebersihan diri mencakup
kebersihan rambut, tangan dan kuku, kulit, genetalia, serta kebersihan dalam
berpakaian. Personal Hygiene merupakan langkah awal dalam mewujudkan
kesehatan diri karena tubuh yang bersih meminimalkan risiko seseorang
terjangkit suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan
kebersihan diri yang buruk (Haswita dan Reni, 2017). Salah satu upaya
personal hygiene adalah merawat kebersihan kulit karena memliki fungsi
untuk memelihara suhu tubuh, melindungi permukaan tubuh, mengeluarkan
kotoran dan mencegah terjadinya penyakit kulit (Akmal, 2013).
Personal Hygiene dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kebudayaan,
lingkungan, agama, status sosial ekonomi, pengetahuan, serta kebiasaan
seseorang. Manfaat dari personal hygiene adalah data meningkatkan derajat
kesehataan seseorang, memelihara kebersihan diri seseorang, serta sebagai
pencegahan penyakit. Selain itu, dapat menimbulkan rasa relaksasi untuk
menghilangkan kelelahan, serta mencegah ganguan sirkulasi darah. Personal
hygiene yang baik apabila tidak didukung dengan sanitasi yang baik pula,

1
2

maka personal higiene tersebut tidak akan sempurna. Personal Hygiene


meliputi perawatan kulit, mandi, perawatan mata, mulut dan gigi, serta
kebersihan kuku tangan dan kuku kaki (Temitayo, 2016).
Sanitasi dasar merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesehatan
manusia dengan cara menyediakan lingkungan sehat yang mencakup syarat
kesehatan. Upaya sanitasi dasar pada masyarakat meliputi penyediaan air
bersih, jamban sehat, pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air
limbah. komponen tersebut merupakan suatu perihal yang penting untuk
membantu kehidupan manusia. Oleh karena itu, komponen sanitasi dasar
harus memiliki akses yang mudah dan terjaga kualitasnya (Chandra, 2012).
Rendahnya prioritas pembangunan sanitasi, kebijakan, serta peratuhan
hingga cakupan layanan fasilitas yang menjadi kendala utama bagi
peningkatan akses sanitasi yang baik bagi masyarakat. Rendahnya kualitas
sumber air minum dan sanitasi akan mengakibatkan munculnya berbagai
penyakit seperti diare, muntaber, dan macam penyakit kulit lainnya. Penyakit
kulit merupakan peradangan kulit pada lapisan epidermis dan dermis sebagai
respon terhadap faktor alergi, bakteri, ataupun jamur. Masalah-masalah kulit
yang umum ditemukan diantaranya kulit kering, tekstur kasar, bersisik pada
area tangan, kaki, atau wajah, ruam kulit, dermatitik kontak atau inflamasi
kulit dan abrasi atau hilangnya lapisan epidermis (Isro’in dan Andarmoyo,
2012). Timbulnya penyakit kulit dapat dipengaruhi oleh perilaku seseorang
dengan faktor-faktor tertentu seperti sikap dan pengetahuan terhadap
kebersihan diri yang masih kurang (Ariga dan Amelia, 2018).
Penyakit kulit dapat tertular melalui lingkungan. Kepadatan hunian
serta kontak fisik dengan seseorang dapat memudahkan terjadinya penyakit
kulit. Penyakit kulit termasuk 10 penyakit terbesar di kota pekanbaru yaitu di
urutan ke 7 dengan jumlah kasus 3.171 (Dinkes Riau, 2020). Berdasarkan
penelitian mengenai hygiene kulit yang pernah dilakukan oleh Dwiky Saputra
Armansyah tahun 2020 dengan judul gambaran personal hygiene dan
kejadian penyakit kulit di pondok pesantren Matla’ul Anwar dan pesantren
Walisongo bahwa pada pesantren Walisongo penyakit kulit terbanyak yang
3

diderita santri adalah panu (61,1%). Sedangkan presentase penyakit kulit


terbanyak pada pesantren Mathla’ul Anwar adalah scabies (52,5%).
Pondok pesantren merupakan suatu tempat dengan jumlah penghuni
yang cukup banyak, sehingga kebutuhan air secara kualitas dan kuantitas
sangat diperlukan sebagai penunjang sanitasi dasar dan higiene perorangan
penghuninya. Dilihat dari sisi kesehatan, pada umumnya pondok pesantren
masih memerlukan perhatian dari berbagai pihak yang terkait, baik dalam
aspek akses pelayanan kesehatan, perilaku sehat maupun aspek sanitasi
dasarnya. Pondok pesantren dinilai masih kurang memperhatikan kesehatan
santri dan lingkungannya. Penyakit menular yang berbasis lingkungan dan
perilaku seperti penyakit kulit masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang dominan di pondok pesantren.
Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru merupakan salah satu
pondok pesantren yang berada di Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru.
Pondok Pesantren ini didirikan oleh yayasan balai pendidikan pondok Al-
Kautsar Pekanbaru pada tahun 1998. Jumlah santri yang bermukim di Pondok
Pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru pada saat ini yaitu berjumlah 700
santri. Pembelajaran di pondok pesantren modern al-kautsar pekanbaru
terbagi menjadi dua semester yaitu semester ganjil pada bulan Juli-Desember
dan semester genap pada bulan Januari-Juni.
Pada observasi awal yang dilakukan penulis di Pondok Pesantren
Modern Al-Kautsar Pekanbaru, pondok pesantren ini merupakan pondok
pesantren dengan jumlah santri terbanyak pertama dari tiga pondok pesantren
lainnya yang telah penulis survey. Pada pondok pesantren Modern Al-Kausar
pekanbaru didapatkan hasil berupa catatan data penyakit dari buku kesehatan
santri Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru terdapat 38 (5,4%)
santri yang menderita penyakit kulit selama tahun 2021. Keluhan penyakit
kulit pada santri berupa gatal-gatal disertai bercak merah dan ruam pada
permukaan kulit. Dari survei pendahuluan juga melihat kondisi sanitasi dasar
yang kurang baik, diantaranya kondisi air di asrama yang kadang keruh,
saluran pembuangan air limbah yang terbuka dan pengelolaan sampah yang
4

masih di tumpuk disuatu tempat dan dibakar. Dilihat dari personal hygiene
santri masih banyak yang menggantung pakaian di dalam kamar, handuk
yang tidak dijemur dibawah sinar matahari dan beberapa santri terlihat
memiliki kuku yang tidak dijaga kebersihannya.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan
penelitian mengenai “Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar
Terhadap Penyakit Kulit di Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar
Pekanbaru Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kondisi personal hygiene yang tidak
baik dapat mengakibatkan dampak yang buruk bagi tubuh seperti penyakit,
ataupun beberapa bagian tubuh dapat menjadi sarang bakteri, seperti kuku
yang tidak dibersihkan, tidak mencuci tangan ketika hendak makan, dan
banyak hal lainnya yang merugikan diri sendiri apabila tidak meneprakan
personal hygiene dengan baik.
Di pondok pesantren tersebut karena banyaknya santri, sehingga
personal hygiene tidak terlaksana dengan baik, serta sanitasi dasar yang erat
kaitannya dengan personal hygiene. Berdasarkan hasil observasi awal penulis
bahwa sebagian santri pondok pesantren Modern Al-Kautsar masih kurang
memperhatikan personal hygiene, seperti menjaga kebersihan kulit, masih
terdapat santri yang kuku tangan dan kakinya panjang dan kotor serta kondisi
sanitasi dasar yang kurang baik, seperti kondisi air di asrama yang kadang
keruh, saluran pembuangan air limbah yang terbuka dan pengelolaan sampah
ditumpuk disuatu tempat kemudian dibakar.
Dalam uraian di atas maka penulis dalam hal ini tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar
Terhadap Penyakit Kulit di Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru
Tahun 2022.
5

C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diajukan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan kecendrungan aspek pengetahuan terhadap
penyakit kulit pada santri di pondok pesantren Modern Al-Kautsar
Pekanbaru Tahun 2022?
2. Apakah ada hubungan personal hygiene kulit terhadap penyakit kulit
pada santri di pondok pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru Tahun
2022?
3. Apakah ada hubungan personal hygiene kuku tangan dan kuku kaki
terhadap penyakit kulit pada santri di pondok pesantren Modern Al-
Kautsar Pekanbaru Tahun 2022?
4. Apakah ada hubungan proses pengolahan sampah terhadap penyakit
kulit di pondok pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru Tahun 2022?
5. Apakah ada hubungan keadaan saluran pembuangan air limbah
(SPAL) terhadap penyakit kulit di pondok pesantren Modern Al-
Kautsar Pekanbaru Tahun 2022?
6. Apakah ada hubungan penyediaan air bersih terhadap penyakit kulit di
pondok pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru Tahun 2022?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan personal hygiene dan sarana sanitasi
dasar terhadap penyakit kulit di Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar
Pekanbaru Tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan kecendrungan aspek pengetahuan terhadap
penyakit kulit pada santri di pondok pesantren Modern Al-Kautsar
Pekanbaru Tahun 2022.
6

b. Diketahuinya hubungan personal hygiene kulit terhadap penyakit kulit


pada santri di pondok pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru Tahun
2022.
c. Diketahuinya hubungan personal hygiene kuku tangan dan kuku kaki
terhadap penyakit kulit pada santri di pondok pesantren Modern Al-
Kautsar Pekanbaru Tahun 2022.
d. Diketahuinya hubungan proses pengolahan sampah terhadap penyakit
kulit di pondok pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru Tahun 2022.
e. Diketahuinya hubungan keadaan SPAL terhadap penyakit kulit di
pondok pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru Tahun 2022.
f. Diketahuinya hubungan Penyediaan air bersih terhadap penyakit kulit
di pondok pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru Tahun 2022.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai bentuk penerapan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari
dibangku perkuliahan mengenai penerapan personal hygiene dan sanitasi
dasar dengan benar
2. Bagi Pihak Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru
Sebagai masukan dan informasi untuk mengawasi personal
hygiene dan sanitasi dasar para penghuni pondok pesantren.
3. Bagi Universitas Hang Tuah Pekanbaru
Sebagai bahan masukkan dan sumber informasi dalam menyusun
program kesehatan, khususnya penerapan personal hygiene dan sanitasi
dasar yang tepat.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini yaitu hubungan personal hygiene dan


sanitasi dasar terhadap penyakit kulit di pondok pesantren Modern Al-
Kautsar Pekanbaru Tahun 2021. Penelitian ini bersifat metode penelitian
secara kuantitatif, dengan desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif
7

korelasi dengan pendekatan cross sectional untuk mendeskripsikan


hubungan pada variabel yang diteliti.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Untuk
mengetahui hubungan personal hygiene dan sanitasi dasar terhadap penyakit
kulit di pondok pesantren Modern Al- Kautsar Pekanbaru Tahun 2022 dilihat
dari beberapa variabel yaitu personal higiene pada kulit, personal higiene
pada kuku tangan dan kuku kaki, sanitasi pada pengelolaan sampah, sanitasi
SPAL, Penyediaan air bersih, serta kecendrungan aspek pengetahuan.
BAB II
TELAAH KEPUSTAKAAN

A. Personal Hygiene
1. Pengertian Personal Hygiene
Higyene merupakan upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring
untuk kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk
melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan. Higiene diartikan
sebagai upaya pencegahan suatu penyakit yang menitik beratkan pada
usaha kesehatan meliputi pada individu atau manusia serta lingkungan
sekitar.(Yulianto,2020).
Personal Hygiene merupakan cara perawatan diri individu untuk
memelihara kesehatan. Pemeliharaan kebersihan diri individu dilakukan
untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Perilaku
kebersihan diri merupakan faktor dasar karena perilaku kebersihan diri
yang baik menyebabkan resiko terpapar dengan penyakit sangat rendah
(Chairil & Hardiana, 2017).
Personal hygiene juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk
menjaga kebersihan seseorang demi mencapai kondisi fisik dan psikis
yang sejahtera. Bila seseorang tidak memelihara kebersihan pribadinya
dengan baik, maka akan menimbulkan dampak fisik maupun psikis bagi
orang tersebut. Gangguan fisik yang sering timbul ialah gangguan infeksi
kulit dan gangguan fisik pada kuku. Sedangkan gangguan psikis yang
biasanya timbul ialah gangguan interaksi sosial akibat menurunnya
kepercayaan diri dan timbulnya rasa kurang nyaman (Isro’in & Sulistyo,
2012).

8
9

2. Tujuan Personal Hygiene


Menurut rejeki (2015), tujuan dari personal hygiene adalah:
a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
b. Memelihara kebersihan diri seseorang
c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
d. Pencegahan penyakit
e. Meningkatkan percaya diri seseorang
f. Menciptakan keindahan
3. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Menurut Rejeki (2015), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
personal hygiene, yaitu:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya saat mempengaruhi
kebersihan diri, misalnya karena ada perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihannya.
b. Praktik sosial
Kelompok-kelompok sosial dalam pergaulan seseorang dapat
sangat memengaruhi hygiene. Saat usia anak-anak, praktik hygiene
didapatkan dari orang tua. Kebiasaan hidup di rumah, kebersihan
lingkungan rumah, dan bagaimana anak diajarkan cara merawat diri.
Seiring dengan bertambahnya usia, pergaulan di sekolah akan
merubah cara praktik personal hygiene.
c. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan biaya untuk membeli bahan-
bahan untuk membersihkan diri, sehingga pada masyarakat dengan
sosial ekonomi yang rendah mungkin akan mengesampingkan
perawatan dirinya sehingga personal hygiene mereka kurang.
10

d. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik tentang personal hygiene sangat penting
karena dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya penderita diabetes
militus harus selalu menjaga kebersihan dirinya agar kesehatannya
terjaga.
4. Usaha Menjaga Personal Hygiene
Menurut rejeki (2015), personal hygiene merupakan suatu usaha
dari seseorang untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya
sendiri. Beberapa usaha yang dimaksud antara lain:
a. Memelihara kebersihan diri, pakaian, rumah, dan lingkungannya.
Beberapa usaha dapat dilakukan antara lain seperti dengan mandi 2x
sehari, cuci tangan sebelum dan sesudah makan, dan buang air besar
pada tempatnya.
b. Memakan makanan yang sehat dan bebas dari bibit penyakit.
c. Cara hidup yang teratur
d. Meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan jasmani.
e. Menghindari terjadinya kontak dengan sumber penyakit.
f. Melengkapi rumah dengan fasilitas-fasilitas yang menjamin hidu sehat
seperti sumber air yang baik, kakus yang sehat.
g. Pemeriksaan kesehatan.
Selain itu usaha personal hygiene dapat dilakukan dengan cara,
antara lain meliputi kebersihan kulit, rambut, gigi, dan kebersihan kaki
dan kuku.
a. Kebersihan Kulit
Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang
dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman atau trauma sehingga
diperlukan perawatan dalam mempertahankan fungsinya. (Erlina
Yuni, 2015).
11

Menurut Rejeki (2015), hal-hal yang harus diperhatikan dalam


menjaga kebersihan kulit, yaitu:
1) Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri.
2) Mandi minimal 2x sehari.
3) Mandi memakai sabun.
4) Menjaga kebersihan pakaian.
5) Makan yang bergizi terutama sayur dan buah.
6) Menjaga kebersihan lingkungan.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
oleh Sylvie Puspita tahun 2018 dengan judul Hubungan Personal
Hygiene dengan Kejadian Skabies pada Santri, menyatakan bahwa
dari 40 santri hampir setengah responden mengalami gejala gatal-
gatal dan kunikulus sebelum pemberian pendidikan personal hygiene
sebanyak 14 santri (35%), sedangkan sebagian kecil responden
mengalami gejala gatal-gatal sebanyak 4 santri (10%), dan dengan
gejala gatal-gatal, kurikulus disela-sela jari sebanyak 8 santri (20%).
b. Kebersihan Rambut
Menurut Rejeki (2015), Terdapat usaha agar menjaga
kesehatan rambut dengan memperhatikan beberapa hal, antara lain:
1. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut
sekurang-kurangnya 2x seminggu.
2. Mencuci rambut menggunakan shampoo atau bahan pencuci
rambut lainnya, dengan menggunakan alat-alat pemeliharaan
rambut sendiri.
Kebersihan rambut yang dilakukan remaja adalah dengan
melakukan mencuci rambut minimal satu kali dalam seminggu dan
merapikan rambut.Kebersihan rambut yang buruk seperti tidak
keramas dan saling meminjamkan aksesoris rambut dengan teman
memiliki risiko terjadinya masalah kesehatan rambut seperti kutu
rambut dan ketombe (Potter & Perry, 2010).
12

c. Kebersihan Mulut dan Gigi


Menurut Rejeki (2015), adapun beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam kebersihan mulut dan gigi, yaitu:
1. Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap
sesudah makan.
2. Menggunakan sikat gigi sendiri.
3. Menghindari makanan yang dapat merusak gigi.
4. Makan buah-buahan yang menyehatkan gigi.
5. Memeriksa gigi secara teratur.
Kebersihan gigi dan mulut yang buruk seperti menyukai
makanan manis dan tidak melakukan gosok gigi setelah makan
mengakibatkan timbulnya plak pada gigi sehingga terjadi karies gigi.
Berdasarkan Penelitian Verarica Silalahi tahun 2017 dengan judul
Personal Hygiene Pada Anak Sd Negeri Merjosari 3 menyatakan
bahwa bahwa permasalahan personal hygiene pada mitra paling
banyak adalah masalah gigi berlubang (63%).
d. Kebersihan dan Kesehatan Mata
Menurut Rejeki (2015), adaun beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam memelihara kebersihan dan kesehatan mata, yaitu:
1. Membaca di tempat yang terang.
2. Memakan makanan yang bergizi.
3. Istirahat yang cukup dan teratur.
4. Memelihara kebersihan lingkungan
e. Kebersihan Telinga
Menurut Rejeki (2015), ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam menjaga kebersihan telinga, yaitu:
1. Membersihkan telinga dengan teratur, akan tetapi tidak
dianjurkan membersihkan telinga terlalu sering karena akan
menghilangkan bulu-bulu halus di dalam telinga yang
berfungsi sebagai enyaring kotoran yang masuk kedalam
13

telinga, dengan tujuan untuk menjaga kesehatan telinga


tersebut.
2. Membersihkan telinga tidak menggunakan benda tajam.
f. Kebersihan Kuku Tangan dan Kuku Kaki
Berdasarkan pendapat Entjang (2001), adapun beberaa hal yang
harus diperhatikan dalam kebersihan kuku tangan dan kuku kaki,
yaitu:
1) Membersihkan tangan menggunakan sabun sebelum makan, atau
setiap tangan kotor. Tangan yang dicuci menggunakan sabun
membuat kuman yang tertinggal di tangan menjadi mati.
2) Memotong kuku secara teratur, dan membersihkan kuku-kuku dari
kotoran.
3) Mencuci kaki apabila hendak tidur menggunakan air bersih.
4) Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan pada kaki, gunakan alas
kaki yang lembut, aman, dan nyaman. Jenis alas kaki yang dipakai
dapat berpengaruh pada masalah kaki dan kuku. Sepatu yang semit
atau kurang pas yang membuat tidak nyaman data menyebabkan
luka kulit tertentu dan mengganggu sirkulasi kaki. Menjaga
kebersihan seatu itu juga sangan penting. Ketika kaki berkeringat,
keringatnya akan langsung menempel ke sepatunya, sehingga
menjadi tempat tumbuhnya bakteri yang bisa menyebabkan
penyakit pada kaki.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Nurjannah
tahun 2017 dengan variabel personal hygiene kuku tangan dan kaki
yang berjudul Personal Hygiene Siswa Sekolah Dasar Negeri
Jatinangor menyatakan Personal hygiene kuku tangan dan kaki
responden mendapatkan hasil 69,8% tidak hygiene. Dalam penelitian
ini, masih banyak responden yang mengalami masalah pada kuku.
Masalah-masalah yang timbul yaitu kuku panjang, kotoran pada
bagian bawah kuku, kuku kusam, dan kutikula yang terkelupas.
Namun, masalah yang paling banyak dialami oleh responden adalah
14

masalah kotoran pada bagian bawah kuku yaitu sebanyak 59,5%


responden yang mengalami masalah tersebut. Menggigiti kuku tidak
boleh dilakukan karena bisa menyebabkan kuku menjadi rusak dan
bengkak. Kuku dan bagian bawah kuku serta kutikula bisa menjadi
tempat bersarangnya kuman dan tempat kuman berkembang biak.
5. Dampak yang Timbul pada Masalah Personal Hygiene
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene
(Tarwoto & Wartonah, 2010) meliputi:
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena
tidak terpelihara kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan
fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan
interaksi sosial.

B. Sanitasi Dasar
1. Pengertian Sanitasi Dasar
Sanitasi adalah suatu usaha untuk menyehatkan lingkungan hidup
manusia terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan udara. Sanitasi
merupakan sebuah perilaku yang disengaja untuk membudayakan hidup
dengan bersih dan bermaksud untuk mencegah manusia bersentuhan
secara langsung dengan bahan-bahan kotor dan berbahaya yang mana
perilaku ini menjadi usaha yang diharapkan bisa menjaga serta
meningkatkan kesehatan manusia. Jadi, dengan kata lain pengertian dari
sanitasi ini merupakan upaya yang dilakukan demi menjamin dan
15

mewujudkan kondisi yang sudah memenuhi syarat kesehatan (Rocket,


2017).
Sanitasi dasar merupakan komponen penting yang meliputi
penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban),
pengelolaan sampah dan pembuangan air limbah. Keberadaan komponen
tersebut merupakan suatu perihal yang penting untuk membantu
kehidupan manusia. Oleh karena itu, komponen sanitasi dasar harus
memiliki akses yang mudah dan terjaga kualitasnya (Chandra, 2012).
2. Komponen Sanitasi Dasar
a. Penyediaan Air Bersih
Air merupakan salah satu instrumen yang krusial bagi setiap
makhluk. Tanpa air, beragam mekanisme kehidupan tidak bisa
berjalan. Oleh sebab itu, penyediaan air merupakan suatu kebutuhan
pokok bagi manusia untuk kesinambungan kehidupan dan sebagai
penentu dalam kesehatan dan kesejahteraan umat. Kebutuhan manusia
terhadap air sungguh penting, antara lain untuk minum, masak, mandi,
mencuci, pertanian, perikanan, industri, dan keperluan-keperluan
lainnya. Demi kelangsungan hidup harus disadari bahwa sumber daya
air, perlu mendapatkan perlindungan yang selayaknya. Sumber daya
air yang terlindungi dapat memberi manfaat yang optimal dan
mencegah terjadinya penurunan kuantitas, kualitas serta terjadinya
penyakit yang ditularkan melalui sumber daya air (Sumantri, 2015).
Menurut peraturan Menteri Kesehatan No. 32 Tahun 2017
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan air yaitu standar baku
kesehatan dalam media air untuk memenuhi kebutuhan dan sanitasi
meliuti parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat berupa
parameter wajib dan parameter tambahan. Air untuk keerluan hygiene
sanitasi tersebut digunakan untuk pemeliharaan kebersihan perorangan
seperti mandi dan sikat gigi, serta untuk keperluan cuci bahan pangan,
peralatan makan, dan pakaian. Selain itu air untuk keperluan hygiene
sanitasi dapat digunkan sebagai air baku, air minum.
16

Dalam Rejeki (2015), Air yang memenuhi persyaratan air


minum menurut Kepmenkes RI No.907/Menkes/SK.VII/2002, secara
garis besar persyaratan kualitas air dapat digolongkan dengan empat
syarat:
1) Syarat fisik
Air minum yang digunakan sebaiknya tidak berasa, tidak
berbau, dan tidak berwarna (15 TCU), tidak keruh (maksimal 5
NTU), dan suhu udara maksimal ± 3°C dari udara sekitar.
2) Syarat kimia
Air minum yang dikonsumsi tidak mengandung zat-zat
organic dan anorganik melebihi standar yang ditetapkan, pH pada
batas maksimum dan minimum (6,5-8,5) dan tidak mengandung zat
kimia beracun sehingga menimbulkan gangguan kesehatan.
3) Syarat bakteriologis
Air minum yang digunakan harus terhindar dari kemungkinan
kontaminasi E.coli atau koliform tinja dengan tandar 0 dalam
100ml air minum.
4) Zat radioaktif
Air minum harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi
radiasi radioaktif yang melebihi batas maksimal yang diperolehkan.
Sedangkan parameter-parameter yang harus terpenuhi meliputi
(Rejeki, 2015) :
1) Parameter fisik meliputi: Bau, Rasa, Warna, Zat padat terlarut dan
Suhu.
2) Parameter kimia meliputi: Kimia Anorganik seperti air raksa,
Arsen, Fluorida, Kadmium, Kesadahan (Ca CO3), Khlorida,
Kromium Valensi-6, Mangan, Nitrat sebagai N, Nitrit sebagai N,
pH, Selenium, Seng, Sianida, Sulfat dan Timbal. Kimia organik
seperti Aldrin dan Dieldrin, Benzene, Benzo (a) pyrene, Chlordane
(total isomer), Chloroform, 2,4 D, DDT, Detergen, 2
Dichloroethane, 1,2 Dichloroethane, 1,1 Dichloroethane,
17

Heptachlor dan heptachlor epoxide, Hexachlorbezene, Gamma-


HCH (Lindane), Methoxychlor, Pentachlorophenol, Pestisiotalda
T, 3,4,6-Trichlorephenol, Zat organik (KMnO4).
3) Parameter Mikrobiologi meliputi: Total Caliform (MPN).
4) Parameter Radioaktifitas meliputi: Aktifitas Alpha (Gross Alpha
Activity), Aktivitas Beta (Gross Beta Activity).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air ( Rejeki, 2015 ) :
1) Kedalaman Permukaan Air Tanah
Kedalaman ermukaan air tanah merupakan permukaan
tertinggi dari air yang naik ke atas suatu sumuran atau tempat yang
rendah. Ketinggian air tanah antara lain dipengaruhi oleh jenis
tanah, curah hujan, penguapan, dan kedalaman aliran permukaan
terbuka (sungai). Kedalaman permukaan air tanah akan
berpengaruh pada penyebaran bakteri coliform secara vertikal.
2) Curah Hujan
Air hujan yang mengalir di permukaan tanah dapat
menyebabkan bakteri coliform yang ada dipermukaan tanah terarut
dalam air tersebut. Meresapnya air hujan ke dalam lapisan tanah
mempengaruhi bergeraknya bakteri coliform di dalam lapisan
tanah. Semakin banyak air hujan yang meresap ke dalam lapisan
tanah semakin besar kemungkinan terjadinya pencemaran.
3) Jenih Tanah
Jenis tanah berbeda mempunyai daya kandung air dan daya
melewatkan air yang berbeda pula. Daya kandung atau kemampuan
tanah untuk menyimpan air disebut porositas, yaitu rasio antara
pori-pori tanah dengan volume total tanah dan biasanya dinyatakan
dalam satuan persen, sedangkan kemampuan tanah untuk
melewatkan air disebut permeabilitas, yaitu jumlah air yang dapat
dilewatkan oleh tanah dalam satuan waktu per satuan luas
penampang. Porositas dan permeabilitas tanah akan berpengaruh
pada penyebaran bakteri coliform, mengingat air merupakan alat
18

transportasi bakteri dalam tanah. Makin besar permeabilitas tanah,


makin besar kemampuan melewatan air yang berarti jumlah bakteri
yang dapat bergerak mengikuti aliran juga makin besar.
Kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan pada umumnya
berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut (Rejeki, 2015):
1) Secara alamiah memang air tersebut tidak memenuhi syarat,
misalnya keruh, berwarna, berbau, dan mengandung besi atau
mangan dalam kadar yang berlebihan/tinggi.
2) Lingkungan sekitar sarana air bersih yang dapat mencemari air,
misalnya terdapat jamban, pembuangan sampah, kandang ternak
dan genangan air kotor pada jarak kurang dari 11 meter.
3) Kontruksi sarana air bersih yang tidak memenuhi persyaratan
teknis seperti sumur gali tanpa dilengkapi bibir, dinding, lantai dan
saluran pembuangan air bekas yang kedap air.
Ada beberaa cara untuk mengumpulkan air. Sumber air yang
utama adalah (Rejeki, 2015):
1) Air Permukaan (surface water)
Air Permukaan merupakan air yang jatuh ke tanah sebagai
hujan atau hujan es. Air ini dikumpulkan di daerah khusus. Air
tersebut kemudian disimpan secara alami dari buatan manusia yang
disebut bendungan atau reservoir. Bendungan biasanya
ditempatkan di ujung bawah dari lembah.
2) Sungai atau Danau (River or Lake)
Menampung air hujan dan mengalirkan ke danau secara
alami yang sumbernya berasal dari curah hujan
3) Sumber Mata Air (Springs)
Ini ditemukan di mana air bawah tanah mengalir keluar dari
tanah secara alami tanpa menggunakan bor, sumur, atau oma. Mata
air ini sering terjadi kea rah bagian bawah bukit atau tanah yang
miring.
19

4) Bendungan galian (Excavated dams)


Bendungan galian dibuat dengan menyendoki tanah untuk
membuat lubang dangkal yang besar. Bendungan ini kadang-
kadang ditempatkan dibagian bawah lereng untuk membantu
engumpulan air. Namun, ini hanya bisa dilakukan di daerah-daerah
di mana tanah tidak akan memungkinkan air untuk mengeringkan
diri dengan sangat mudah melalui tanah. Sebagai contoh, di tanah
liat.
5) Tangki Air Hitam (Rainwater tanks)
Air hujan yang jatuh di atap rumah sering dikumpulkan
dengan menggunakan atap talang melalui ipa ke tangki
penyimpanan.
6) Sumur Bor
Ini adalah lubang dibor ke dalam tanah cukup dalam untuk
menemukan permanen (tahan lama) badan air. Sebuah pipa beralan
menuruni lubang ke dalam air dan pompa yang digunakan untuk
mendapatkan air hingga permukaan tanah. Air tersebut kemudian
dipompa ke masyarakat.
Menurut Sumantri (2015) penularan penyakit melalui air terbagi
atas :
1) Waterborn Mechanism
Pada penularan ini, kuman penyakit yang terdapat dalam air
ditularkan terhadap manusia melewati mulut atau sistem
pencernaan. Terdapat beberapa penyakit yang merupakan golongan
Waterborn Mechanism. Penyakit yang ditularkan antara lain
thypoid, cholera, hepatitis dan lainnya.
2) Waterwashed Mechanism
Pada penularan ini, berkaitan dengan personal hygiene.
Penularan dapat terjadi melalui alat pencernaan seperti penyakit
20

diare, melalui kulit seperti penyakit scabies. Penularan juga dapat


terjadi melalui binatang pengerat seperti penyakit leptospirosis.
3) Water - based Mechanism
Pada penularan ini, agen penyakit melewati sebagian siklus
hidupnya di dalam tubuh vektor yang hidup di dalam air. Terdapat
beberapa penyakit yang merupakan golongan Water – based
Mechanism. Contohnya antara lain schistosomiasis dan penyakit
akibat dranculus medinensis.
4) Water - related Insect Vector Mechanism
Pada penularan ini, agen penyakit ditularkan melalui
gigitan serangga yang hidup di dalam air. Terdapat beberapa
penyakit yang merupakan golongan Water - related Insect Vector
Mechanism. Contoh penyakit yang ditularkan antara lain filariasis,
dengue, malaria, yellow fever.
b. Jamban
Jamban adalah tempat yang difungsikan oleh manusia untuk
membuang kotoran manusia berupa tinja dan air seni yang harus
dikeluarkan dari tubuh karna sudah tidak diperlukan lagi oleh tubuh.
Menurut Notoadmodjo (2011), syarat – syarat yang harus dipenuhi
untuk membangun jamban yang sehat diantaranya :
1) Jangan mencemari permukaan tanah di sekitar jamban tersebut.
2) Jangan mencemari air permukaan di sekelilingnya.
3) Jangan mencemari air tanah di sekelilingnya.
4) Tidak bisa dijangkau oleh serangga.
5) Tidak menyebabkan bau.
6) Bangunan jamban sebaiknya tertutup agar terlindung dari panas,
hujan dan pandangan orang lain.
7) Memiliki lantai yang kuat yang dapat dijadikan sebagai tempat
berpijak.
8) Terdapat perangkat pembersih seperti air atau kertas pembersih.
21

Menurut Kepmenkes RI/Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999,


sarana jamban dikategorikan baik apabila :
1) Tersedianya sarana jamban dan merupakan milik sendiri.
2) Memiliki leher angsa.
3) Memiliki septic tank.
Terdapat macam-macam jamban berdasarkan bentuknya (Atika,
2012):
1) Bore Hole Latrine, yaitu membuat lubang dengan dibor kemudian
ditutup dengan tanah, berdiameter 30-40 cm kedalaman 4-8 m.
adapun keuntungannya, yaitu: Tidak memerlukan pembersihan
setiap hari untuk memindahkan tinja, Lubangnya gelap dan tidak
cocok bagi lalat untuk berkembangbiak. Sementara itu kerugian
kerugian dari Bore Hole Latrine ini yaitu: lubang tersebut cepat
kecil karena kapasitas yang kecil, alat khusus untuk menggali
lubang tidak selalu tersedia.

Sumber: atikasatriagraini.blogsot.com
Gambar 1
Jamban Bore Hole Latrine
22

2) Overhung latrine (buang tinja di kolam ikan ), yaitu pembuangan


tinja ke kolam ikan, dimana ikan ppada kolam tersebut merupakan
ikan pemakan tinja yakni ikan lele.

Sumber: SSWM.info
Gambar 2
Jamban Overhung Latrine

3) Water Seal Latrine (WC leher angsa), jamban ini memilii beberapa
keuntungan yaitu, memenuhi syarat estetika, tidak menimbulkan
bau, aman untuk anak-anak, mencegah kontak dengan lalat.

Sumber: commons.wikimedia.org

Gambar 3
Jamban Water Seal Latrine
23

4) Septic tank, Merupakan cara yang efektif untuk pembuangan tinja


rumah tangga yang memiliki air yang mencukupi tetapi tidak
memiliki hubungan dengan sistem limbah penyaluran masyarakat.

Sumber: suarakarya.co.id
Gambar 4
Jamban Septic Tank
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Mila Sari
tahun 2020 dengan judul Edukasi Kepada Masyarakat Terhadap
Pemanfaatan Penggunaan Jamban Sehat Di Kelurahan Bukik Cangang
Kayu Ramang Bukittinggi bahwa proporsi penggunaan jamban tidak
sehat (42%) di kelurahan bukit cangang kayu ramang sedikit lebih
rendah dari penggunaan jamban sehat dimana hanya 58% penduduk
kelurahan bukit cangang kayu ramang yang membuang kotoran
mereka pada jamban.
Kondisi seperti ini dapat dijelaskan bahwa di kelurahan bukit
cangang kayu ramang diperlukan adanya dukungan dari apparat
kelurahan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), bidan desa atau
petugas puskesmas berupa ajakan atau himbauan serta pemberian
informasi tentang kesehatan lingkungan agar masyarakat tersebut mau
dan dapat merubah pola hidup bersih dan sehat, yang salah satu
diantaranya adalah menggunakan jamban sehat sebagai sarana buang
air besar keluarga dengan septictank yang tersedia maupun jamban
umum yang memiliki septictank komunal nya.
24

c. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)


Air limbah merupakan campuran dari cairan dan sampah cair
yang bersumber dari permukiman, perkantoran, pusat perbelanjaan,
dan pabrik yang kemungkinan tercampur dengan air tanah, air
permukaan, dan air angkasa. Berdasarkan sumber penghasilnya, air
limbah dihasilkan dari bermacam-macam kegiatan seperti perumahan,
industri, pertanian dan perkebunan. Air limbah perumahan terdiri atas
tinja, air seni dan air bekas cucian atau mandi. Sedangkan air limbah
industri menghasilkan kandungan yang berbeda tergantung dari jenis
industrinya. (Sumantri, 2015).
Air limbah yang tidak dikendalikan dengan tepat setelah
dibuang dapat menciptakan dampak negatif terhadap makhluk hidup
dan lingkungan. Dampak negatif yang ditimbulkan ialah gangguan
kesehatan, penurunan kualitas lingkungan, gangguan keindahan serta
gangguan kerusakan benda sehingga dibutuhkan pengolahan limbah
yang baik dan benar. Tujuan pengolahan air limbah yaitu untuk
menurunkan komposisi bahan pencemar air sehingga mencapai
tingkat konsentrasi yang layak saat dibuang ke lingkungan.
Pengolahan air limbah bisa dilakukan secara alami dengan
menggunakan kolam stabilisasi maupun dengan bantuan peralatan
khusus untuk mengolah air limbah (Sumantri, 2015).
Menurut Kepmenkes RI/Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999,
sarana pembuangan air limbah dikategorikan baik apabila :
1) Tersedianya sarana pembuangan air limbah.
2) Dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih
lanjut.
Adapun jenis-jenis SPAL sebagai berikut:
25

1) SPAL terbuka, keluar airnya bisa dilihat, bisa ceat dibersihkan


ketika tersumbat. Pada umumnya sarana ini dibuat dengan
corbeton.
2) SPAL tertutup, air dialirkan ke pipa besi, dan biasanya keluar
airnya tidak dapat dilihat. Kekurangannya sulit untuk dibersihkan
jika terjadi penyumbatan. Biasanya SPAL ini dibuat pada
bangunan bertingkat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Meliyanti
tahun 2018 dengan judul faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kepemilikan Saluran Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga di
Desa Belimbing, mengatakan bahwa SPAL rumah tangga dari jumlah
responden yaitu 127 lebih besar tidak memenuhi syarat sebanyak 77
responden (60,6%) berbeda dengan resonden SPAL rumah tangga
yang memenuhi syarat berjumlah 50 responden (39,4%). Untuk
pengetahuan kurang baik sebanyak 87 responden (68,5%) lebih besar
dibandingkan dengan yang berpengetahuan baik sebanyak 40
responden (31,5%). Kondisi sanitasi di Desa Belimbing masih harus
menjadi perhatian khusus. SPAL yang tidak berdasarkan kesehatan
standar mengakibatkan terjadinya penyebaran penyakit, serta
membuat lingkungan tersebut tidak nyaman.
d. Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut
derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak
ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan
setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi
karena di kehiduan manusia diartikan konsep lingkungan, maka
sampah ada beberapa jenisnya (Mundiatun,2015).
Menurut Kepmenkes RI/Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999, sarana
pembuangan sampah dikategorikan baik apabila :
1) Tersedianya sarana pembuangan sampah.
26

2) Terbuat dari bahan yang kedap air.


3) Memiliki tutup.

Adapun jenis sampah berdasarkan bentuknya (Mundiatun,2015):


1) Sampah padat, Merupakan bahan buangan selain kotoran manusia,
urine, dan sampah cair. Contoh sampah-sampah padat pada rumah
tangga yaitu: sampah kebun, sampah dapur, metal, plastic, gelas
tidak terpakai. Adapun pengelompokkan sampah menurut
bahannya yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah
organik berasal dari bahan yang mengandung organik, contohnya
seperti sisa sayuran, bangkai hewan, kertas, sisa-sisa kayu dari
pembuatan peralatan rumah tangga, ranting yang jatuh dari pohon,
serta rumput pada saat membersihkan kebun.
2) Sampah cair, merupakan bahan cairan yang telah digunakan dan
tidak diperlukan kembali dan limbah hitam adalah sampah cair
yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung pathogen yang
berbahaya. Limbah rumah tangga: cairan yang diperoleh dari
sampah dapur, tempat cucian, dan kamar mandi. Jenis sampah
yang dilepaskan dalam fase cair atau gas, terutama gas, sampah
dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi bisa dikaitkan dengan polusi.
Pada kehidupan manusia, sampah yang diperoleh dalam jumlah
yang besar berasal dari aktivitas industry seperti, kosumsi,
manufaktur, dan pertambangan. Hasil dari produk industry
menimbulkan sampah pada suatu waktu.
3) Sampah alam, sampah yang diproduksi di kehidupan liar
diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti halnya
daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Tetapi
sampah-sampah ini bisa menjadi masalah pada lingkungan
pemukiman seperti daun kering yang mengotori lingkungan.
4) Sampah manusia ialah istilah yang bisa digunakan terhadap hasil-
hasil pencernaan manusia, seperti fases dan urin. Salah satu usaha
27

manusia adalah mencegahnya penularan penyakit dengan cara


mengelola sampah manusia serta membiasakan diri dengan hidup
bersih. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori
penyaluran pipa. Sampah manusia bisa diminimalisir dan dipakai
ulang.
Pengelolaan sampah ada beberapa tahapan yaitu, pengumpulan,
pengangkutan, pemprosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari
sampah itu sendiri. Ini berdasarkan pada bahan sampah yang
bersumber dari kegiatan manusia, dan dikelola untuk mencegah
dampak pada keindahan, lingkungan, dan kesehatan. Pengelolaan
sampah juga bertujuan untuk mengembalikan sumber daya alam
(Mundiatun, 2015).

C. Penyakit Kulit
1. Definisi Kulit
Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia yang berstektur
lembut dan lentur. Kulit sangat berperan penting dan merupakan permukaan
luar organisme untuk membatasi lingkungan dalam tubuh dengan
lingkungan di luar tubuh. Kulit merupakan benteng pertahanan pertama dari
bermacam ancaman yang datang dari luar seperti kuman, virus, dan bakteri.
Kulit juga merupakan lapisan-lapisan jaringan yang terdapat di seluruh
bagian permukaan tubuh (Maharani, 2015).
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar seperti
jaringan tubuh lainya. Kulit juga dapat bernafas, menyerap oksigen yang
banyak dari aliran darah dan membuang karbondioksida yang lebih
banyak melalui aliran darah. Kulit juga merupakan salah satu alat indra
peraba karena di seluruh permukaan kulit tubuh terdapat banyak syaraf
peraba (Maharani, 2015).
2. Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ tubuh yang paling besar yaitu sekitar 15-20
persen dari berat badan. Kulit mempunyai tiga lapisan, yaitu:
28

a. Lapisan epidermis. Lapisan epidermis merupakan lapisan tipis pada


bagian terluar kulit dan langsung berhubungan dengan dunia luar.
Lapisan epidermis tersusun atas sel-sel tanduk (keratonosit) dan sel
melanosit. Epidermis mempunyai lima lapisan dan empat tipe sel.
Lima lapisan epidermis meliputi lapisan paling luar adalah stratum
korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum malpigi, dan
stratum germinativum, sedangkan tipe selnya adalah keratinosit,
melanosit, merkel dan sel Langerhans.
b. Lapisan Dermis. Lapisan dermis lebih tebal sekitar 1-4 mm berada di
bawah epidermis. Lapisan dermis tersusun atas fibroblas makrofag, sel
mast, dan limfosit untuk meningakatkan penyembuhan luka (Reni
Asmara Ariga, 2019). Pada lapisan ini juga terdapat limfatik kulit,
vascular dan jaringan saraf. Lapisan dermis dibagi menjadi dua bagian
yaitu papilla dermis dan retkular dermis. Lapisan papilla dermis
mengandung lebih banyak kolagen, pembuluh darah, kelenjar
keringat, dan elastin yang berhubungan langsung dengan epidermis.
Sedangkan lapisan retikuler mengandung jaringan ikat yang lebih
tebal,sel-sel fibrosa, sel histiosit, pembuluh darah, pembuluh getah
bening, saraf, kelenjar sabesa, sel lemak, dan otot penegak rambut.
Pada lapisan dermis membentuk jaringan kompleks serabut sensorik
yang sensitive terhadap nyeri, sentuhan, panas, dan dingin. Rasa nyeri
dapat disebabkan oleh fisik, kimia, dan stimulus mekanik.
c. Lapisan Subkutan. Lapisan subkutan merupakan lapisan khusus dari
jaringan penghubung atau disebut lapisan adipose karena mengandung
lemak. Fungsi dari lapisan subkutan adalah untuk penyimpanan
lemak, mencegah trauma, dan pengatur temperatur.
3. Fungsi Kulit
Fungsi kulit yang utama menurut Wahit Iqbal, dkk (2015) sebagai
berikut;
a. melindungi jaringan bawah dari mikroorganisme patoogen,
b. mengatur suhu tubuh melalui mekanisme,
29

c. konduksi: menghantarkan panas melalui kontak denga udara atau


benda lain,
d. konveksi: membuang panas ke udara melalui permukaan kulit,
e. evaporasi: membuang panas dengan mengeluarkan cairan
kepermukaan kulit,
f. menstransmisikan sensasi melalui reseptor saraf yang sensitif terhadap
rasa nyeri, temperatur, tekanan dan sentuhan,
g. menyekresi sebum atau substansi minyak,
h. mengekskresikan limbah,
i. mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit,
j. memproduksi dan mengabsorbsi vitamin D.
4. Faktor yang Mempengaruhi Kulit
Tiga faktor yang mempengaruhi kulit menurut Aziz (2009) yaitu:
a. Umur, perubahan kulit dapat ditentukan oleh umur seseorang, hal
ini dapat terlihat pada bayi yang berumur relatif masih muda,
kondisi kulit yang masih sangat rawan terhadap berbagai trauma
atau masukknya kuman. sebaliknya pada orang yang dewasa,
keutuhan kulit sudah memiliki kematangan sehingga fungsinya
sebagai pelindung sudah baik.
b. Jaringan kulit, perubahan dan keutuhan kulit dapat dipengaruhi
oleh struktur jaringan kulit. Apabila jaringan kulit rusak, maka
terjadi pada struktur kulit.
c. Kondisi/keadaan lingkungan, beberapa keadaan lingkungan atau
kondisi yang dapat memengaruhi keadaan kulit secara utuh,
antaranya keadaan panas, adanya nyeri akibat sentuhan dan
tekanan, dan sebagainya.
5. Penyakit Kulit
Penyakit kulit merupakan suatu penyakit yang menyerang pada
permukaan tubuh dan disebabkan oleh berbagai macam penyebab.
Penyakit kulit merupakan penyakit infeksi paling umum yang terjadi
pada berbagai usia. beberapa makhluk hidup dapat menyebabkan
30

penyakit kulit di akibatkan oleh bakteri, virus maupun jamur, yang


dapat merusak kulit dan menginfeksi kulit tetapi tidak pernah sampai
untuk mematikan (Susanto, 2013).
6. Gejala Penyakit Kulit
Diagnosis penyakit kulit dan penanganan terapeutik dilakukan
dengan terlebih dahulu mengenali perubahan pada kulit yang dapat
diamati secara klinis yaitu efloresen. Efloresen kulit dapat berubah pada
waktu berlangsungnya penyakit. Untuk mempermudah dalam pembuatan
diagnosis, ruam kulit dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu efloresen
primer yang terdapat pada kulit normal dan efloresen sekunder yang
berkembang pada kulit yang berubah (Maharani, 2015).
a. Efloresen primer
1) Bercak (manula)Bercak merupakan perubahan warna pada kulit,
misalnya oleh adanya dilatasi pembuluh darah (eritema), masuknya
darah ke dalam jaringan, hiperpigmentasi atau depigmentasi.
2) UrticaUrtica adalah bentol-bentol pada kulit yang berwarna merah
muda sampai putih dan disebabkan oleh udem.
3) PapulaPapula atau nodulud berbentuk sebesar kepala jarum pentul
sampai sebesar kacang hijau terjadi karena penebalan epidermis
secara local dan/atau adanya perbanyakan sel dalam korium.
4) Tuber (nodus)Tuber mirip dengan papula, akan tetapi tuber jauh
lebih besar.
5) VesikelVesikel memilki ukuran sebesar kepala jarum pentul
sampai sebesar biji kapri dan merupakan rongga beruang satu atau
banyak yang berisi cairan.
6) BullaBulla mirip dengan vesikel hanya ukurannya sedikit lebih
besar dan biasanya beruang satu.
7) Pastula merupakan vesikel yang berisi nanah, biasanya ada pada
kulit yang berubah karena peradangan atau ada pada folikel rambut.
31

8) Urtika merupakan penonjolan diatas kulit akibat edema setempat


dan dapat hilang perlahan-lahan, misalnya pada dermatitis
medikamentosa dan gigitas serangga.
9) Tumor adalah penonjolan diatas permukaan kulit berdasarkan
pertumbuhan sel atau jaringan tubuh.
10) Abses adalah kumpulan nanah dalam jaringan atau dalam kutis atau
subkutis.
b. Efloresen sekunder
1) Ketombe (squama) terdiri dari pecahan-pecahan stratum corneum.
2) Crusta terbentuk akibat mengeringnya seksudat, nanah, darah atau
obat. Biasanya di bawahnya terdapat kulit yang berubah, misalnya
erosion atau ulcer.
3) Erosio merupakan kerusakan kulit permukaan yang ada dalam
epidermis.
4) Ulcus disebabkan oleh hilangnya komponen kulit pada bagian yang
lebih dalam, epidermis, korium, dan kelengkapannya juga rusak.
5) Fisura merupakan epidermis yang retak, hinggadermis terlihat
sehingga menimbulkan nyeri pada kulit.
6) Ekskoriasi adalah kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris
sehingga kulit tampak merah disertai bintik-bintik perdarahan.
7) Luka parut (Cicatrix) adalah jaringan ikat yang menggantikan
epidermis dan dermis yang sudah hilang. Jaringan ikat ini dapat
cekung dari kulit sekitarnya, dapat lebih menonjol dan dapat
normal.
32

D. Landasan Teori

Faktor-faktor yang Faktor-faktor yang


mempengaruhi mempengaruhi sanitasi
personal hygiene dasar

1. Kebersihan 1. Penyediaan air


Kulit 1. Body Image bersih
2. Kebersihan 2. Praktik Sosial 2. Jamban
Rambut 3. Status Sosialita 3. SPAL
3. Kebersihan 4. Pengetahuan 4. Pengelolaan
Mulut Dan Sampah
Gigi
4. Kebersihan dan
Kesehatan
Mata
5. Kebersihan
Kuku Tangan
dan Kuku Kaki

Penyakit Kulit
1. Faktor yang
Mempengaruhi Kulit
a. Umur
b. Jaringan Kulit
c. Lingkungan
2. Gejala Penyakit Kulit :
a. Efloresen Primer
b. Efloresen Sekunder
33

Sumber: Modifikasi Rejeki (2015), Sumantri (2015), dan Siregar (2020)


Gambar 5
Landasan Teori

E. Kerangka Konsep

Variabel Independen :
1. Pengatahuan
Variabel Dependen :
2. Personah Hygiene Kulit Kejadian Penyakit
3. Personal Hygiene Kuku Kulit di Pondok
Pesantren Modern Al-
Tangan dan Kuku Kaki
Kautsar Pekanbaru
4. Pengolahan Sampah tahun 2022
5. SPAL
6. Penyediaan Air Bersih

Gambar 6
Kerangka Konsep

F. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan
penelitian. Hasil atas penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas
pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan didalam perencanaan
penelitian yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
(Notoatmodjo, 2012).
Hipotesis alternative (Ha) : Ada hubungan pengetahuan, personal
hygiene kulit, personal hygiene kuku tangan
dan kuku kaki, pengelolaan sampah, SPAL,
penyediaan air bersih di pondok pesantren
modern al-kautsar pekanbaru tahun 2022.
34

G. Penelitian Sejenis

Tabel 1
Penelitian Sejenis
Agsa Sajida, Devi
Penelitian Abdillah Saragih
Keterangan Nuraini Santi, dan
Sekarang (2022) (2021)
Evi Naria (2012)
Judul Hubungan Personal Hubungan Personal Hubungan Personal
Penelitian Hygiene dan Sarana Hygiene dan Sanitasi Hygiene dan
Sanitasi Dasar Lingkungan dengan Sanitasi
Terhadap Penyakit Kejadian Scabies di Lingkungan
Kulit di Pondok Pondok Pesantren dengan Keluhan
Pesantren Modern Modern Al-Kautsar Penyakit Kulit di
Al-Kautsar Simalungun Kelurahan Denai
Pekanbaru Kecamatan Medan
Denai Kota Medan
Tahun 2012
Desain Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif
Penelitian
Variabel 1. Kecendrungan 1. Kebersihan Kulit 1. Kebersihan Kulit
Aspek 2. Kebersihan 2. Kebersihan
Pengetahuan Genetalia tangan dan kuku
2. Kebersihan 3. Kebersihan Pakaian 3. Kebersihan
Kulit, 4. Kebersihan Handuk pakaian
3. Kebersihan Kuku 5. Kebersihan tempat 4. Kebersihan
Tangan dan tidur dan sprei handuk
Kaki, 6. Kepadatan hunian 5. Kebersihan
4. Pengelolaan 7. Kelembapan tempat tidur dan
Sampah 8. Pencahayaan sprei
5. Keadaan SPAL, 9. Sanitasi air bersih 6. Sarana air bersih
6. Penyediaan air 10. Sarana pembuangan 7. Jamban
bersih. kotoran 8. SPAL
11. Sarana pembuangan 9. Sarana
limbah pembuangan
12. Sanitasi dasar sampah
Subjek Hunian Pondok Hunian Pondok Hunian Pondok
Pesantren Pesantren Pesantren
35

Tempat Pondok Pesantren Pondok Pesantren Lingkungan


Modern Al-Kautsar Modern Al-Kautsar Kelurahan Denai
Pekanbaru Simalungun Kecamatan Medan
Denai Kota Medan
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian secara kuantitatif,
dengan desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan
pendekatan cross sectional untuk mendeskripsikan hubungan pada variabel
yang diteliti

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar
Pekanbaru dan waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus
2022.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri Pondok Pesatren
Modern Al-Kautsar Pekanbaru yang berjumlah 700 santri.
2. Penentuan subyek penelitian dalam penelitian ini dilakukan dengan
pengambilan subyek penelitian kuantitatif dengan menggunakan rumus
slovin untuk mencari jumlah sampel dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut:
n= N
1 + Ne2

n= 700
1 + 700 (0,1)2

n = 700
1+7

n = 700
8
n = 87,5
n = 87

35
36

Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = batas ketelitian yang diinginkan (0,1)

D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental
sampling. Yaitu Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah non probability sampling berupa accidental sampling, yaitu suatu
metode penentuan sampel dengan mengambil responden yang kebetulan ada
atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo,
2010). Adapun Kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi
a. Bersedia untuk diwawancara dan menanda tangani lembar
persetujuan.
b. Mampu berkomunikasi dengan baik.
c. Sedang berada di pondok pesantren.
d. Tinggal di kelurahan desa pandau jaya
2. Kriteria Eksklusi
a. Sedang dalam keadaan sakit
b. Responden yang berada di pondok pesantren, namun tidak bersedia
dalam mengisi kuesioner dikarenakan beberapa alas an.
c. Tidak berada di pondok pesantren pada saat penelitian.
37

E. Variabel Penelitian dan Definisi Istilah


Tabel 2
Variabel Penelitian dan Definisi Istilah
No. Variabel Definisi Istilah Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur

1. Kejadian Suatu keluhan yang Kuesioner Ordinal 0 = pernah/


Penyakit dirasakan atau yang di sedang
Kulit alami oleh responden pada mengalami
bagian kulit penyakit kulit

1 = tidak
pernah
2. Pengetahuan Suatu informasi atau Kuesioner Ordinal 0 = Rendah,
kebenaran yang diperoleh jika nilai
melalui proses median ≤ 7
pembelajaran.
1 = Tinggi,
jika nilai
median >7
3. Kebersihan Merupakan indra peraba Kuesioner Ordinal 0 = Buruk, jika
Kulit dimana terdapat kelenjar nilai median ≤
holokrin seeprti jaringan 4
tubuh, adapun ciri-ciri
kulit sehat yaitu tidak 1 = Baik, jika
terasanya gatal, dan tidak nilai median >
ada bercak merah pada 4
kulit.
4. Kebersihan Kuku yang bersih Kuesioner Ordinal 0 = Tidak
Kuku terhadap kotoran dan Bersih, jika
Tangan dan didalamnya, dimana dapat Lembar nilai median ≤
Kuku Kaki membuat tumbuhnya Observasi 3
bakteri. Beberapa ciri-ciri
kuku yang bersih yaitu 1 = Bersih, jika
kuku tidak panjang, kuku nilai median >
tidak berwarna kuning, 3
dan tidak terdapat kotoran
didalam kuku.
5. SPAL Saluran pengelolaan air Kuesioner, Ordinal 0 = Buruk, jika
limbah yang berbentuk Lembar nilai mean ≤ 3
pipa, biasanya berasal Observasi
dari rumah tangga 1 = Baik, jika
ataupun ndustry untuk nilai mean > 3
pembuangan air limbah
dari sumbernya hingga ke
tempat pembuangan.
38

6. Pengelolaan Pengelolaan dari material Kuesioner, Ordinal 0 = Buruk, jika


Sampah samah yang dihasilkan Lembar nilai median ≤
dari kegiatan manusia, Observasi 3
dan biasanya dikelola
untuk mengurangi 1 = Baik, jika
dampaknya terhadap nilai median >
kesehatan, lingkungan, 3
atau keindahan.
7. Penyediaan Salah satu jenis sumber Kuesioner, Ordinal 0 = Buruk, jika
Air Bersih daya berbasis air yang Lembar nilai median ≤
bermutu baik dan biasa Observasi 2
dimanfaatkan oleh
manusia untuk 1 = Baik, jika
dikonsumsi atau dalam nilai median >
melakukan aktivitas 2
mereka sehari-hari
termasuk diantaranya
adalah sanitasi

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian kuantitatif pengumpulan data penelitian dilakukan
dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan terkait kejadian
penyakit kulit, personal hygiene dan sanitasi dasar. Alat yang digunakan
untuk membantu adalah lembar kuesioner dan observasi serta handphone
sebagai alat dokumentasi.
Alat yang digunakan dalam menguji instrument adalah Uji Validitas
dan Uji Reliabilitas Instrumen.
1. Uji Validitas
Suatu instrument dikatakan valid berarti instrument tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,
2013:173). Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
2. Uji Reabilitas
Uji realibilitas digunakan untuk tujuan mengetahu konsistensi dari
pertanyaan kusioner . Instrumen yang digunakan adalah ukuran yang bila
39

digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan


menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2013: 173).

G. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
primer dan sekuder
a. Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari responden yang menjadi
objek dalam penelitian melalui kuesioner yang dirancang oleh peneliti
untuk kebutuhan tujuan penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berkaitan dengan penelitian
yang bersifat penelusuran dokumen, seperti profil pondok pesantren,
jumlah santri dan Pembina panti, serta kajian kepustakaan yang
berhubungan dengan variabel yang akan diteliti.
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri data kejadian
penyakit kulit di Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru dan
menyebarkan kuesioner kepada sampel sesuai dengan jumlah yang sudah
ditetapkan secara acak.
40

Tabel 3
Matriks Informasi yang Diperlukan, Sumber Informasi, dan
Metode Pengumpulan Data

Informasi Metode
Alat Pengumpulan
yang Sumber Informasi Pengumpula
Data
diperlukan n Data
Kejadian Pimpinan Pondok Wawancara Pedoman wawancara
Penyakit Kulit Pesantren singkat dan Kuesioner
Santri pengisian Alat pencatat
Pembina Panti kuesioner Alat perekam
Pengetahuan Santri Wawancara Pedoman wawancara
Pembina Panti singkat dan Kuesioner
pengisian Alat pencatat
kuesioner Alat perekam
Personal Santri Wawancara Pedoman wawancara
hygiene kulit mendalam Kuesioner
dan pengisian Alat pencatat
kuesioner Alat perekam
Personal Santri Wawancara Pedoman wawancara
hygiene kuku mendalam, Kuesioner
tangan dan pengisian Alat pencatat
kuku kaki kuesioner, Alat perekam
observasi Handphone
Proses Pimpinan Pondok Wawancara Pedoman wawancara
pengolahan Pesantren mendalam, Kuesioner
sampah Santri pengisian Alat pencatat
Pembina Panti kuesioner, Alat perekam
observasi Handphone
SPAL Pimpinan Pondok Wawancara Pedoman wawancara
Pesantren mendalam, Kuesioner
Santri pengisian Alat pencatat
Pembina Panti kuesioner, Alat perekam
observasi Handphone
Penyediaan air Pimpinan Pondok Wawancara Pedoman wawancara
bersih Pesantren mendalam, Kuesioner
Santri pengisian Alat pencatat
Pembina Panti kuesioner, Alat perekam
observasi Handphone
41

H. Pengolahan Data
Menurut Notoadmodjo (2018), Setelah data terkumpul, selanjutnya
dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Entry atau Processing
Jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode
(angka atau huruf) dimasukkan kedalam program software komputer
2. Editing
Editing adalah hasil angket atau pengamatan dari lapangan harus
dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.
3. Coding
Coding adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan. Pemberian kode ini sangat
penting dan memudahkan peneliti bila pengolahan dan analisa data
menggunakan computer. Adapun coding dalam penelitian ini meliputi:
a. Variabel Dependent
Kejadian Penyakit Kulit di tandai dengan kode 0 =
pernah/sedang mengalami penyakit kulit dan 1 = tidak pernah. Akan
di ukur berdasarkan skor dan di kategorikan untuk mengetahui
kejadian penyakit kulit.
b. Variabel Independen
1) Variabel pengetahuan di coding dengan angka 0 = rendah dan 1 =
tinggi. Akan di ukur berdasarkan skor dan di kategorikan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan responden.
2) Variabel personal hygiene kulit di coding dengan angka 0 = buruk
dan 1 = baik. Akan di ukur berdasarkan skor dan di kategorikan
untuk personal hygiene kulit responden.
3) Variabel personal hygiene kuku tangan dan kuku kaki di coding
dengan angka 0 = tidak bersih dan 1 = bersih. Akan di ukur
berdasarkan skor dan di kategorikan untuk mengetahui personal
hygiene kuku tangan dan kuku kaki repsonden.
42

4) Variabel pengolahan sampah di coding dengan angka 0 = buruk


dan 1 = baik. Akan di ukur berdasarkan skor dan di kategorikan
untuk mengetahui proses pengolahan sampah.
5) Variabel SPAL di coding dengan angka 0 = buruk dan 1 = baik.
Akan di ukur berdasarkan skor dan di kategorikan untuk
mengetahui keadaan SPAL di pondok pesantren.
6) Variabel penyediaan air bersih di coding dengan angka 0 = buruk
dan 1 = baik. Akan di ukur berdasarkan skor dan di kategorikan
untuk mengetahui ketersediaan air bersih di pondok pesantren.
4. Cleaning
Data responden yang telah dimasukkan harus dicek kembali untuk
melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau
koreksi.

I. Analisis Data
1. Analisa Univariate
Tujuan dari analisa univariate adalah menjelaskan atau
mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Dari analisis ini
kita mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel
guna mendapatkan gambaran umum dari variabel dependent dan variabel
independent.
2. Analisa Bivariate
Analisa yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara variabel independen (kecenderungan aspek pengetahuan, personal
hygiene kulit, personal hygiene kuku tangan dan kuku kaki, proses
pengoalahn sampah, keadaan SPAL, dan penyediaan air bersih) terhadap
variabel dependen (kejadian penyakit kulit). Analisis bivariat
menggunakan uji statistic Chi-Square dengn derajat kepercayaan 95%
jika p Value <_0,05, maka perhitungan secara statistik menunjukkan
bahwa adanya hubungan bermakna antara variabel independen dengan
43

variabel dependen. Jika P Value >0,05, maka perhitungan secara statistik


menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara variabel
independen dengan variabel dependent.

J. Etika Penelitian
Etika penelitian kesehatan sangat penting dalam penelitian. Etika
penelitian kesehatan harus diperhatikan karena penelitian ini secara langsung
relevan dan melibatkan orang-orang sebagai subjek penelitian. Dalam etika
kesehatan, perlu memperhatikan hal-hal berikut.
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Persetujuan adalah kesepakatan antara penulis dan penyedia
informasi penelitian melalui pemberian Persetujuan untuk tujuan subjek
mengerti mengetahui tujuan dan dampak nya. Berdasarkan Komite Etik
Penelitian STIKes Hang Tuah Pekanbaru, bentuk informed consent untuk
penelitian ini dilakukan dengan meminta izin kepada informan karena
menggunakan wawancara tatap muka dengan informan.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk melindungi kerahasiaan identitas dan informasi yang
diberikan oleh informan dan subjek survei yang menyaksikan
pengumpulan data Pada lembar pendataan lembar isian penelitian,.
Diberikan Kode berupa angka pada setiap lembarnya.
3. Kerahasiaan
Untuk menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan oleh
Informan, penulis hanya melaporkan kelompok data tertentu yang
disajikan bukan keseluruhan laporan hasil penelitian
BAB IV
HASIL

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Modern al-Kautsar Pekanbaru
Pondok Pesantren Modern al-Kautsar berdiri pada tanggal 02 Mei
1988. Awal mula berdirinya pesantren ini adalah merupakan inisiatif dan
wujud keinginan dari pada POSGORI (Persatuan Orangtua Santri Gontor
Riau), yang ingin mendirikan pesantren (seperti Gontor) di Riau sehingga
anak-anak Riau tidak perlu lagi pergi jauh menuntut ilmu ke Pesantren
Gontor-Jawa Timur.
Pondok Pesantren Modern al-Kautsar dibangun diatas tanah wakaf
yang terletak di Kecamatan Tenayan Raya kota Pekanbaru, sekitar 6,5
km dari pusat kota Pekanbaru Riau, dengan luas lahan tanah seluas 5 Ha.
Pondok Pesantren Modern al-Kautsar merupakan Lembaga Pendidikan
dibawah naungan Pondok Pesantren al-Kautsar cabang/binaan Pondok
Modern Gontor Ponoroga Jawa Timur yang Menggabungkan antara
Kurikulum KMI Pondok Modern Gontor dan Kurikulum Dinas
Pendidikan/Depag, dengan tingkatan Pendidikan Madrasah Tsanawiyah
dan Madrasah Aliyah yang bernaung dibawah Kementerian Agama,
memiliki keunggulan di bidang pemahaman agama dan pengembangan
bahasa Arab dan Inggris. Kedua bahasa inilah yang menjadi bahasa
percakapan siswa setiap hari dan sebagai bahasa pengantar dalam proses
belajar mengajar.
Pondok Pesantren Modern al-Kautsar pada saat ini dengan jumlah
700 santri. Perkembangan santri tiap tahun mengalami pertambahan yang
cukup signifikan. Pondok Pesantren ini khusus laki-laki dengan siswa
yang berdatangan dari seluruh kabupaten/kota di Propinsi Riau dan
beberapa daerah luar Propinsi Riau, bahkan dari Negara tetangga
(Malaysia).

44
45

B. Hasil Penelitian
Pada bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian yang dilakukan
mengenai hubungan personal hygiene dan sanitasi dasar terhadap penyakit
kulit di Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru Tahun 2022.
1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik dalam penelitian adalah berdasarkan umur dan
Pendidikan yang dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik n %
1 Umur
14 14 16,1
15 28 32,2
16 33 37,9
17 12 13,8
Total 87 100
2 Pendidikan
MTS 41 47,1
MA 46 52,9
Total 87 100

Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa Responden yang


berusia 14 tahun adalah sebanyak 14 orang (16,1%), 15 tahun sebanyak
28 orang (32,3%), 16 tahun sebanyak 33 orang(37,9), dan 17 tahun
sebanyak 12 orang (13,8%). Sedangkan pada tingkat pendidikan dapat
dilhat bahwa responden dengan tingkat pendidikan MTS sebanyak 41
orang (47,1%) dan 46 orang (52,9%) tingkat MA.
46

2. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendistribusikan variabel indep
enden dan variabel dependen. Adapun analisis univariat dalam penelitian
ini meliputi pengetahuan, personal hygiene kulit, personal hygiene kuku
kaki dan kuku tangan, pengelolaan sampah, SPAL dan penyediaan air
bersih.
Tabel 5
Distribusi Analisis Univariat berdasarkan Variabel Dependen dan
Independen
NO Variabel Kategori Frekuensi Persentase

Pernah 65 74,7
1 Penyakit Kulit
Tidak Pernah 22 25,3
Jumlah 87 100
Rendah 49 56.3
2 Pengetahuan
Tinggi 38 43.7
Jumlah 87 100
Buruk 48 55,2
3 Personal Hyiene Kulit
Baik 39 44,8
Jumlah 87 100

Personal Hygiene Kuku Tidak bersih 58 66,7


4
Tangan dan Kaki Bersih 29 33,3
Jumlah 87 100
Buruk 55 63,2
5 Pengelolaan Sampah
Baik 32 36,8
Jumlah 87 100

Saluran Pembuangan Buruk 63 72.4


6
Air Limbah (SPAL) Baik 24 27.6
Jumlah 87 100
Buruk 55 63.2
7 Penyediaan Air Bersih
Baik 32 36.8
Jumlah 87 100
47

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa dari 87 responden,


terdapat 65 (74,7%) responden yang pernah mengalami penyakit kulit, 49
(56,3%) responden dengan pengetahuan rendah, 48 (55,2%) personal
hygiene kulit yang buruk, 58 (66,7%) responden dengan persona hygiene
kuku yang tidak bersih, pengelolaan sampah yang buruk dengan
persentase (63,2%), SPAL yang buruk dengan persentase (72,4%), dan
ketersediaan air bersih yang buruk dengan persentase (63,2%).
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara v
ariabel independen dengan variabel dependen. Uji statistic yang digunaka
n dalam analisis bivariate ini adalah uji chi square dengan tingkat keperc
ayaan 95% (α = 0,05) dan Odds Ratio (OR).
a. Pengetahuan
Tabel 6
Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Penyakit Kulit
Pengetahuan Kejadian Penyakit Kulit
OR CI
Pernah Tidak Total PValue
95%
Pernah
n % n % n %
3,913
Rendah 42 85,7 7 14,3 49 100
0,015 (1,395-
Tinggi 23 60,5 15 39,5 38 100
10,974)
Total 65 74,7 22 25,3 87 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 49


responden dengan pengetahuan rendah, diketahui 42 (85,7%)
responden pernah mengalami penyakit kulit. Hasil uji statistic menggu
nakan uji chi-square diperoleh p value 0,015 < (0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan ada hubungannya dengan kejadian
penyakit kulit. Dan diperoleh nilai OR=3,913 (CI 95% 1,395-10,974)
artinya responden dengan pengetahuan rendah beresiko 4 kali
mengalami penyakit kulit daripada responden dengan pengetahuan
yang tinggi.
48

b. Personal Hygiene Kulit


Tabel 7
Hubungan Personal Hygiene Kulit dengan Kejadian Penyakit
Kulit
Personal Kejadian Penyakit Kulit
OR CI
Hygiene Pernah Tidak Total PValue
95%
Kulit Pernah
n % n % n %
9,429
Buruk 43 91,5 4 8,5 47 100
0,0001 (2,835-
Baik 22 55 18 45 40 100
31,356)
Total 65 74,7 22 25,3 87 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 47


responden dengan personal hygiene kulit yang buruk, diketahui 43
(91,5%) responden pernah mengalami penyakit kulit. Hasil uji statistic
menggunakan uji chi-square diperoleh p value 0,0001 < (0,05), maka
dapat disimpulkan bahwa personal hygiene kulit ada hubungannya
dengan kejadian penyakit kulit. Dan diperoleh nilai OR=9,429 (CI
95% 2,835-31,356) artinya responden dengan personal hygiene kulit
yang buruk beresiko 9 kali mengalami penyakit kulit daripada
responden dengan personal hygiene kulit yang baik.
c. Personal Hygiene Kuku Tangan dan Kaki
Tabel 8
Hubungan Personal Hygiene Kuku Kaki dan Tangan dengan
Kejadian Penyakit Kulit
Personal Kejadian Penyakit Kulit
OR CI
Hygiene Pernah Tidak Total PValue
95%
Kuku Pernah
Tangan n % n % n %
dan Kaki
10,667
Tidak 52 89,7 6 10,3 58 100
0,0001 (3,488-
Bersih
32,623)
Bersih 13 44,8 16 55,2 29 100
Total 65 74,7 22 25,3 87 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 58


responden dengan personal hygiene kuku kaki dan tangan yang tidak
bersih diketahui 52 (89,7%) responden pernah mengalami penyakit
kulit. Hasil uji statistic menggunakan uji chi-square diperoleh p value
49

0,0001 < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa personal hygiene


kuku tangan dan kaki ada hubungannya dengan kejadian penyakit
kulit. Dan diperoleh nilai OR=10,667 (CI 95% 3,488-32,623) artinya
responden dengan personal hygiene kuku tangan dan kaki yang tidak
bersih beresiko 11 kali mengalami penyakit kulit daripada responden
dengan personal hygiene kuku tangan dan yang bersih.
d. Pengelolaan Sampah
Tabel 9
Hubungan Pengelolaan Sampah dengan Kejadian Penyakit
Kulit
Pengelolaan Kejadian Penyakit Kulit
OR CI
Sampah Pernah Tidak Total PValue
95%
Pernah
n % n % n %
Buruk 48 88,9 6 11, 54 100
1 8,167
Baik 17 51,5 16 48, 33 100 0,0001 (2,732-
5 24,409)
Total 65 74,7 22 25, 87 100
3

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 54


responden dengan pernyataan pengelolaan sampah yang buruk,
diketahui 48 (89,7%) responden diantaranya pernah mengalami
penyakit kulit. Hasil uji statistic menggunakan uji chi-square diperole
h p value 0,0001 < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan sampah ada hubungannya dengan kejadian penyakit kulit.
Dan diperoleh nilai OR=8,167 (CI 95% 2,732-24,409) artinya
pengelolaan sampah yang buruk beresiko 8 kali menyebabkan
penyakit kulit daripada pengelolaan sampah yang baik.
e. SPAL
Tabel 10
Hubungan SPAL dengan Kejadian Penyakit Kulit
SPAL Kejadian Penyakit Kulit
OR CI
Pernah Tidak Total PValue
95%
Pernah
n % n % n % 0,003 5,300
Buruk 53 84,1 10 15,9 63 100 (1,860-
50

Baik 12 50 12 50 24 100 15,105)


Total 65 74,7 22 25,3 87 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 63


responden dengan pernyataan SPAL yang buruk, diketahui 53 (84,1%)
responden diantaranya pernah mengalami penyakit kulit. Hasil uji stati
stic menggunakan uji chi-square diperoleh p value 0,003 < (0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa SPAL ada hubungannya dengan
kejadian penyakit kulit. Dan diperoleh nilai OR=5,300 (CI 95% 1,860-
15,105) artinya kondisi SPAL yang buruk beresiko 5 kali
menyebabkan penyakit kulit daripada kondisi SPAL yang baik.
f. Air Bersih
Tabel 11
Hubungan Air Bersih dengan Kejadian Penyakit Kulit
Air Bersih Kejadian Penyakit Kulit
OR CI
Pernah Tidak Total PValue
95%
Pernah
n % N % n %
3,497
Buruk 46 83,6 9 16,4 55 100
0,024 (1,281-
Baik 19 59,4 13 40,6 32 100
9,544)
Total 65 74,7 22 25,3 87 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 55


responden dengan pernyataan ketersediaan air bersih yang buruk,
diketahui 46 (83,6%) responden diantaranya pernah mengalami
penyakit kulit. Hasil uji statistic menggunakan uji chi-square diperole
h p value 0,024 < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ketersediaan
air bersih ada hubungannya dengan kejadian penyakit kulit. Dan
diperoleh nilai OR=3,497 (CI 95% 1,281-9,544) artinya responden
yang menggunakan air yang tidak bersih beresiko 3 kali mengalami
penyakit kulit daripada responden yang menggunakan air yang bersih.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini keterbatasan ataupun kendala tidak
dapat dihindari. Adapun keterbatasan atau kendala yang ditemukan pada
penelitian ini yaitu metode penelitian yang digunakan mengandalkan daya
ingat atau catatan rekam medik dari Pondok Pesantren. Daya ingat responden
ini dapat menyebabkan terjadinya bias informasi, dikarenakan responden lupa
ataupun dari responden yang mengalami efek cenderung mengingat faktor
risiko yang dialami dari pada responden yang tidak ditemukannya efek.
Catatan rekam medik Pondok Pesantren yang digunakan untuk mendapatkan
data juga tidak begitu akurat sehingga validasi informasi sukar diperoleh.

B. Pembahasan Penelitian
1. Hubungan Pengetahuan dengan Keadaan Penyakit Kulit di Pondok
Pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru Tahun 2022.
Dari hasil analisis uji statistik diketahui bahwa tingkat pengetahuan
santri di pondok pesantren modern al-kautsar memiliki hubungan dengan
keadaan penyakit kulit (PVelue = 0,015).
Menurut teori Laili dan Sulistyo (2012) menyatakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi personal hygiene seseorang salah satunya
Pengetahuan dan Motivasi. Pengetahuan tentang higiene akan
mempengaruhi praktik higiene seseorang. Permasalahan yang sering
terjadi adalah ketiadaan motivasi karena kurangnya pengetahuan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hardono Tahun 2018
mengenai hubungan pengetahuan tentang personal hygiene dengan
kejadian penyakit kulit diperoleh bahwa santri yang menderita penyakit
kulit dengan pengetahuan kurang baik sebesar 59 (89,4%) dan yang
dengan pengetahuan baik sebesar 9 (18,8%). Berdasarkan hasil

51
52

pengolahan data pada penelitian ini yaitu pengetahuan personal hygiene


didapatkan hasil sebagian besar santri di Pondok Pesantren Bustanul
Ulum memiliki pengetahuan kurang baik tentang personal hygiene.
Menurut analisa peneliti, berdasarkan hasil statistic diketahui
bahwa dari 49 responden dengan pengetahuan rendah, diketahui 42
(85,7%) responden pernah mengalami penyakit kulit. Kondisi ini
dipengaruhi karena banyaknya santri dengan pengetahuan kurang baik
dikarenakan kurang nya sumber informasi yang didapatkan tentang
personal hyigiene yang baik.

2. Hubungan Personal Hygiene Kulit dengan Kejadian Penyakit Kulit


di Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru Tahun 2022.
Dari hasil analisis uji statistik diketahui bahwa Personal Hygiene
Kulit memiliki hubungan dengan kejadian penyakit kulit di pondok
pesantren modern al-kautsar pekanbaru tahun 2022 (PVelue = 0,0001).
Menurut Wartonah (2003), kebersihan diri termasuk kebersihan
kulit sangat penting dalam usaha pemeliharaan kesehatan seperti mandi 2
kali sehari menggunakan sabun. Selain kenyamanan fisik juga
merupakan kebutuhan integritas kulit, maka perawatan kulit sangat
diperlukan agar terhindar dari penyakit kulit.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sylvie Puspita tahun 2018
dengan judul Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Skabies pada
Santri, menyatakan bahwa dari 40 santri hampir setengah responden
mengalami gejala gatal-gatal dan kunikulus sebelum pemberian
pendidikan personal hygiene sebanyak 14 santri (35%), sedangkan
sebagian kecil responden mengalami gejala gatal-gatal sebanyak 4 santri
(10%), dan dengan gejala gatal-gatal, kurikulus disela-sela jari sebanyak
8 santri (20%).
Menurut analisa peneliti, berdasarkan dari hasil observasi yang
telah dilakukan kepada seluruh responden pada penelitian ini 47
responden dengan personal hygiene kulit yang buruk, diketahui 43
(91,5%) responden pernah mengalami penyakit kulit. Kondisi ini di
53

pengaruhi karena jumlah santri yang banyak sehingga dapat


menyebabkan resiko terkena penyakit kulit yang tinggi dan para santri
yang sering berkumpul atau berjamaah pada saat tidur maupun mandi.
3. Hubungan Personal Hygiene Kuku Kaki dan Tangan dengan
Kejadian Penyakit Kulit di Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar
Pekanbaru Tahun 2022.
Dari hasil analisis uji statistik diketahui bahwa personal hygiene
kuku kaki dan tangan memiliki hubungan dengan kejadian penyakit kulit
di pondok pesantren modern al-kautsar pekanbaru tahun 2022 (PVelue =
0,0001).
Menurut Andarmoyo (2012), mengabaikan tangan, kaki, dan kuku
rentan terhadap berbagai macam penyakit infeksi. Kebersihan dimulai
dengan mencuci tangan dan kaki menggunakan sabun dan
mengeringkannya dengan handuk, menghindari pemakaian sepatu
sempit, sedangkan perawatan kuku dilakukan dengan memotong kuku
jari tangan dan kaki.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Aqsa Sajida dengan judul
hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan keluhan
penyakit kulit di kelurahan denai kecamatan medan denai kota medan
tahun 2012 yang menyatakan bahwa kebersihan tangan dan kuku
sebanyak 49 responden menyatakan dalam kategori buruk. Hasil
wawancara dan observasi ditemukan anak mencuci tangan tidak
menggunakan sabun dan air mengalir. Mencuci tangan dengan cara yang
salah tidak dapat membunuh bakteri yang ada di tangan.
Menurut analisa peneliti, berdasarkan hasil observasi yang teah
dilakukan kepada seluruh responden sebanyak 58 responden dengan
personal hygiene kuku kaki dan tangan yag tidak bersih diketahui 52
(89,7%) responden pernah mengalami penyakit kulit. Kondisi ini
dipengaruhi karena para santri yang jarang mencuci tangan dan kaki
ketika hendak tidur, setelah membersihkan kamar mandi, serta ketika
sesudah buag air besar (BAB)/ buang air kecil (BAK).
54

4. Hubungan Pengelolaan Sampah dengan Kejadian Penyakit Kulit di


Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru Tahun 2022.
Dari hasil analisis uji statistik diketahui bahwa pengelolaan sampah
memiliki hubungan dengan kejadian penyakit kulit di pondok pesantren
modern al-kautsar pekanbaru tahun 2022 (PVelue = 0,0001).
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut
derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada
konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah
dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena di
kehiduan manusia diartikan konsep lingkungan, maka sampah ada
beberapa jenisnya (Mundiatun,2015).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Aqsa Sajida dengan judul
hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan keluhan
penyakit kulit di kelurahan denai kecamatan medan denai kota medan
tahun 2012 yang menyatakan bahwa Sarana pembuangan sampah
responden paling banyak memiliki yang tidak kedap air dan tidak ada
tutup. Kondisi tempat sampah yang tidak bertutup ini dapat
menimbulkan bau yang tidak enak dari segi estetika.
Menurut analisa peneliti, berdasarkan hasil observasi yang teah
dilakukan kepada seluruh responden sebanyak 54 responden menyatakan
bahwa pengelolaan sampah di pondok pesantren modern al-kautsar masih
tergolong buruk, diketahui 48 (88,9%) responden diantaranya pernah
mengalami penyakit kulit. ketika melakukan wawancara, peneliti juga
sekaligus melakukan observasi dan memperoleh data sebagai berikut :
masih banyaknya tumpukan sampah yang berserakkan, kurangnya
kesadaran dari santri untuk membuang sampah pada tempatnya, serta
minimnya penyediaan tempat sampah di lingkungan pondok pesantren
modern al-kautsar.
55

5. Hubungan SPAL dengan Kejadian Penyakit Kulit di Pondok


Pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru Tahun 2022.
Dari hasil analisis uji statistik diketahui bahwa SPAL memiliki
hubungan dengan kejadian penyakit kulit di pondok pesantren modern al-
kautsar pekanbaru tahun 2022 (PVelue = 0,003).
Air limbah merupakan campuran dari cairan dan sampah cair yang
bersumber dari permukiman, perkantoran, pusat perbelanjaan, dan pabrik
yang kemungkinan tercampur dengan air tanah, air permukaan, dan air
angkasa. Berdasarkan sumber penghasilnya, air limbah dihasilkan dari
bermacam-macam kegiatan seperti perumahan, industri, pertanian dan
perkebunan. Air limbah perumahan terdiri atas tinja, air seni dan air
bekas cucian atau mandi. Sedangkan air limbah industri menghasilkan
kandungan yang berbeda tergantung dari jenis industrinya. Air limbah
yang tidak dikendalikan dengan tepat setelah dibuang dapat menciptakan
dampak negatif terhadap makhluk hidup dan lingkungan. Dampak negatif
yang ditimbulkan ialah gangguan kesehatan, penurunan kualitas
lingkungan, gangguan keindahan serta gangguan kerusakan benda
sehingga dibutuhkan pengolahan limbah yang baik dan benar. (Sumantri,
2015).
Sarana pembuangan air limbah merupakan sistem pengaliran air
limbah yang aman dimiliki oleh responden. Sarana pembuangan iair
limbah berupa saluran air limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur
dan ruang cuci untuk menghindari genangan air limbah yang berpotensi
menimbulkan risisko bagi lingkungan. Air limbah adalah limbah dari
masyarakat dan rumah tangga, industri, air tanah, air permukaan dan
limbah lainnya yang seharusnya merupakan limbah umum (Nazila,
2020).
Peneitian ini sejalan dengan penelitian Aqsa Sajida Tahun 2012
mengenai kondisi SPAL di kelurahan denai kecamatan medan denai kota
medan bahwa Saluran pembuangan air limbah ada yang jarak dengan
sumber air <10m sehingga limbah cair dapat mencemari sumber air
56

bersih, dan ada juga responden yang air limbahnya dialirkan ke selokan
terbuka sehingga limbah cair dapat mencemari sumber air bersih dan
tidak mengalir dengan lancar.
Menurut analisa peneliti, berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan kepada seluruh responden sebanyak 63 responden dengan
pernyataan SPAL yang buruk, diketahui 53 (84,1%) responden
diantaranya pernah mengalami penyakit kulit. Kondisi SPAL di pondok
pesantren modern al-kautsar belum memenuhi syarat, dikarenakan masih
adanya sampah di dalam SPAL tersebut, dimana SPAL ini adalah SPAL
terbuka yang data menadi tempat perkembangbiakan vector penyakit
seperti tikus dan nyamuk di genangan air SPAL dan dapat menimbulkan
bau.
6. Hubungan Air Bersih dengan Kejadian Penyakit Kulit di Pondok
Pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru Tahun 2022.
Dari hasil analisis uji statistik diketahui bahwa air bersih memiliki
hubungan dengan kejadian penyakit kulit di pondok pesantren modern al-
kautsar pekanbaru tahun 2022 (PVelue = 0,024).
Air merupakan salah satu instrumen yang krusial bagi setiap
makhluk. Tanpa air, beragam mekanisme kehidupan tidak bisa berjalan.
Oleh sebab itu, penyediaan air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi
manusia untuk kesinambungan kehidupan dan sebagai penentu dalam
kesehatan dan kesejahteraan umat. Kebutuhan manusia terhadap air
sungguh penting, antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci,
pertanian, perikanan, industri, dan keperluan-keperluan lainnya. Demi
kelangsungan hidup harus disadari bahwa sumber daya air, perlu
mendapatkan perlindungan yang selayaknya. Sumber daya air yang
terlindungi dapat memberi manfaat yang optimal dan mencegah
terjadinya penurunan kuantitas, kualitas serta terjadinya penyakit yang
ditularkan melalui sumber daya air (Sumantri, 2015).
Peneitian ini sejalan dengan penelitian Azizah (2017) bahwa
terdapat ihubungan yang signifikan antara tempat penyediaan air bersih
57

dengan kejadian scabies di pondok pesantren Qomaruddin. Hasi analisis


menggunakan uji chi square (p=0,002). Beberapa santri memiliki
kebiasaan mandi di kamar mandi dengan sistem kolah (bak besar) yang
tentu saja membawa risiko infeksi yang lebih tinggi karena digunakan
bersama dengan terlalu banyak orang.
Menurut analisa peneliti, berdasarkan hasil observasi yang telah
dilakukan kepada seluruh responden sebanyak 55 responden dengan
pernyataan ketersediaan air bersih yang buruk, diketahui 46 (83,6%)
responden pernah mengalami penyakit kulit. Kondisi ini dipengaruhi
karena kondisi bak mandi yang jarang di bersihkan sehingga air yang ada
di bak mandi pada saat digunakan akan keruh, serta akibat banyaknya
jumlah santri di pondok pesantren yang menyebabkan mereka harus
mandi secara berjamaah atau berkumpul. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya penyakit kulit karena para santri mandinya secara berkumpul.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian di Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar
Pekanbaru Tahun 2022 mengenai Hubungan Hubungan Personal Hygiene dan
Sanitasi Dasar Terhadap Penyakit Kulit, maka di dapat hasil sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian penyakit kulit di
pondok pesantren modern al-kautsar pekanbaru tahun 2022 dengan nilai
OR=3,913 (CI 95% 1,395-10,974)
2. Ada hubungan antara personal hygiene kulit antara dengan kejadian
penyakit kulit di pondok pesantren modern al-kautsar pekanbaru tahun
2022 dengan nilai OR=8,795 (CI 95% 2,652-29,174)
3. Ada hubungan antara personal hygiene kuku kaki dan tangan dengan
kejadian penyakit kulit di pondok pesantren modern al-kautsar pekanbaru
tahun 2022 dengan nilai OR=10,667 (CI 95% 3,488-32,623)
4. Ada hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian penyakit kulit
di pondok pesantren modern al-kautsar pekanbaru tahun 2022 dengan
nilai OR=7,529 (CI 95% 2,534-22,376)
5. Ada hubungan antara SPAL dengan kejadian penyakit kulit di pondok
pesantren modern al-kautsar pekanbaru tahun 2022 dengan nilai
OR=5,300 (CI 95% 1,860-15,105)
6. Ada hubungan antara air bersih dengan kejadian penyakit kulit di pondok
pesantren modern al-kautsar pekanbaru tahun 2022 dengan nilai
OR=3,497 (CI 95% 1,281-9,544)

58
59

B. Saran
Berdasarkan Kesimpulan diatas, maka dikemukakan beberapa saran
dari peneliti yang kiranya dapat bermanfaat bagi semua pihak, yaitu :
1. Bagi Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru
Bagi pihak pondok pesantren modern al-kautsar pekanbaru
diharapkan dapat berkerjasama dengan pihak puskesmas di wilayah
setempat untuk melaksanakan pemberdayaan sumber daya manusia
dengan cara melakukan penyuluhan di pondok pesantren terkait
pentingnya menjaga personal hygiene dan sanitasi yang ada di
lingkungan pondok pesantren agar terhindar dari berbagai macam
penyakit, serta melaksanakan pemeriksaan rutin dan berkelanjutan untuk
kesehatan para santri.
2. Bagi Universitas Hang Tuah Pekanbaru
Penelitian ini diharapkan bisa untuk penambah ilmu pengetahuan,
juga dapat digunakan sebagai bahan bacaan di perpustakaan Hang Tuah
Pekanbaru dan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi penelitian
selanjutnya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan hasil penelitan ini dapat
dikembangkan oleh peneliti selanjutnya dengan identifikasi mengenai
hubungan personal hygiene dan sanitasi dasar terhadap penyakit kulit
dengan menggunakan desain penelitian selain Cross Sectional.
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, S. C., Semiarty, R., & Gayatri, G. (2013). Hubungan personal hygiene
dengan kejadian skabies di pondok pendidikan islam darul ulum, palarik air
pacah, kecamatan koto tangah padang tahun 2013. Jurnal Kesehatan
Andalas, 2(3), 164-167.

Ariga, Reni Asmara, & Amelia, R. (2018). Parents’ behavior in giving drug in
children with tuberculosis in polyclinic children RSUD. Dr. Pirngadi
Medan. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 11(Special
Issue 1), 239–242. https://doi.org/10.22159/ajpcr.2018.v11s1.26617

Ariga, Reni Asmara. (2019). Decrease anxiety among students who will do the
objective structured clinical examination with deep breathing relaxation
technique. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences, 7(16),
2619–2622. https://doi.org/10.3889/oamjms.2019.409

Armansyah, dwiky S. (2020) ‘Gambaran personal hygiene dan kejadian penyakit


kulit di pesantren mathla’ul anwar dan pesantren walisongo. skripsi’.

Aziz Alimul Hidayat. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:


Salemba Medika.

Chandra, B. (2012). Pengantar kesehatan lingkungan (Edisi ke-1). Jakarta: EGC.

Efendi, R., Adriansyah, A. A. and Ibad, M. (2020) ‘Hubungan Personal Hygiene


dengan Kejadian Scabies Pada Santri di Pondok Pesantren’, Jurnal
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 15(2), p. 25. doi:
10.26714/jkmi.15.2.2020.25-28.

Hasmi, DR. (2014). Metode Penelitian Kesehatan. Jayapura: In Media.

Isro'in, L., & Sulistyo, A. (2012). Personal hygiene (Edisi ke-1). Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Maharani, Ayu. 2015. Penyakit Kulit. yogyakarta: Pustaka Baru Press.


Meliyanti, F. (2018). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepemilikan
Saluran Pembuang Air Limbah Rumah Tangga. 3(1), 87-94.

Mentri Kesehatan RI, 2017. PERMENKES No. 32 Tahun 2017 Tentang Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk
Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang Solus Per Aqua,dan Pemandian
Umum.

Mundiatun, Daryanto. 2015. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta:


Gaa Media.

Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan masyarakat (ilmu dan seni) (Edisi ke-4).


Jakarta: Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka cipta.

Nurjannah Anna, Nurlita Lita. (2015). Personal hygiene siswa sekolah dasar
negeri jatinangor. 2, 1-14.

Puspita, S., Rustanti, E. and Wardani, meyliana kartika (2018) ‘Hubungan


Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies Pada Santri’, Keperawatan, pp.
33–38.

Rejeki, Sri. 2015. Sanitasi Hygiene Dan K3. Bandung: Rekayasa Sains.

Rofifah, T. N. and Utomo, B. (2018) ‘Hubungan Sanitasi Asrama Dan Personal


Hygiene Santri Dengan Kejadian Scabies Di Pondok Pesantren Al Ikhsan
Desa Beji Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas Tahun 2018’,
38(1), pp. 102–110.

Silalahi Verarica, Mahaji Putri Romasari. (2017). Personal Hygiene Pada Anak Sd
Negeri Merjosari 3. Jurnal Akses Pengabdian Indonesia, 2(2), 15-23.

Sumantri, Arif. 2015. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group.

Supriadi, S. and Chandra, E. (2018) ‘Penerapan Hygiene Dan Sanitasi Di Pondok


Pesantren As’Ad Seberang Kota Jambi Tahun 2016’, Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 18(1), p. 132. doi: 10.33087/jiubj.v18i1.441.

Susanto R. Clevere. 2013. Penyakit Kulit Dan Kelamin. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Wahit Iqbal Mubarak., Lilis Indrawati., Joko Susanto. (2015). Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.

Yulianto. 2020. Hygiene Sanitasi, Dan K3. (Edisi Ke-1). Yogyakarta: Graha Ilmu

Zakiudin, A. (2016) ‘Perilaku Kebersihan Diri (Personal Hygiene) Santri di


Pondok Pesantren Wilayah Kabupaten Brebes’, Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia, 11(2), pp. 64–83.
LEMBAR PERMOHONAN RESPONDEN

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Achmad Riza Bayhaqi
NIM : 18.01.1.006
Perguruan Tinggi : Universitas Hang Tuah Pekanbaru
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Peminatan : Kesehatan Lingkungan
Bermaksud akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan
Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar Dengan Penyakit Kulit di Pondok
Pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru Tahun 2022”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan personal hygiene dan sanitasi
dasar para santri terhadap kejadian penyakit kulit di pondok pesantren tersebut.
Sehubungan dengan hal itu, dengan kerendahan hati dan segala hormat
saya mohon kesediaan Anda agar dapat membantu saya dalam menyelenggarakan
penelitian ini atas kesediaannya untuk menjadi responden penelitian dalam
kegiatan pengisian kuesioner penelitian. Penelitian ini semata-mata untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, saya berharap pertanyaan-
pertanyaan ini dapat dijawab dengan sesungguhnya. Setiap jawaban yang
diberikan merupakan bantuan yang sangat berharga bagi penelitian ini. Atas
perhatian dan kesediaan Anda menjadi responden saya ucapkan terimakasih.

Pekanbaru, Juni 2022


Hormat Saya,

ACHMAD RIZA
BAYHAQI
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Tingkat pendidikan :
Kelas :
Telah mendapat penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan oleh Achmad
Riza Bayhaqi yang berjudul “Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar
Dengan Kejadian Penyakit Kulit di Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar
Pekanbaru Tahun 2022”.
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti maka saya setuju untuk menjadi
responden penelitian ini secara sukarela tanpa ada paksaan maupun tekanan dari
pihak manapun.

Pekanbaru, Juni 2022


Responden

( )
LEMBAR OBSERVASI

Kategori
No Pernyataan Observasi Keterangan
Ya Tidak
Kebersihan Kulit
1 Kulit bersih 
2 Kulit bersisik dan 
terkelupas
Kebersihan Kuku Tangan dan Kaki
1 Tangan bersih 
2 Kaki bersih 
3 Kuku tangan pendek dan 
bersih
4 Kuku kaki pendek dan 
bersih
Sanitasi Air Bersih
1 Kualitas air memenuhi 
parameter fisik (tidak bau,
tidak berwarna, tidak
berasa)
2 Lingkungan sekitar sarana 
air bersih tidak dapat
mencemari air
Keadaan SPAL
1 Tersedianya sarana 
pembuangan air limbah
2 Dialirkan ke selokan 
tertutup
Pengelolaan Sampah
1 Tersedianya sarana 
pembuangan sampah
2 Terbuat dari bahan yang 
kedap air
3 Memiliki tutup 
Gejala Penyakit Kulit
1 Menggaruk-garuk tangan 
pada saat bekerja
2 Kulit Kemerahan 
3 Kulit yang bersisik 
4 Adanya bentol-bentolan 
pada kulit
5 Tonjolan yang berisi nanah 
dan air
Lainnya…

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN


HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DAN SANITASI DASAR
TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT KULIT DI PONDOK PESANTREN
MODERN AL-KAUTSAR PEKANBARU TAHUN 2022

Petunjuk Pengisian kuesioner :


Isi lah data di bawah ini dengan benar dan jawablah pernyataan berikut yang sesuai
dengan Anda dengan memberi tanda cheklist (√) pada kotak yang telah tersedia
dibawah ini!
A. Identitas Responden
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Tingkat pendidikan :
Kelas :
Riwayat Alergi :
B. Kuesioner Penelitian
No Pernyataan Ya Tidak
Kejadian Penyakit Kulit
1 Pernah/sedang mengalami gangguan/penyakit kulit
Pengetahuan
1 Saya mengetahui pentingnya kebersihan diri dari
penanggung jawab santri (ustadz)
2 Saya mengetahui dampak tidak menjaga kebersihan
diri dan lingkungan saya
3 Saya mengetahui bahwa penyakit kulit termasuk
penyakit menular
4 Penyakit kulit disebabkan oleh bakteri, jamur,
maupun infeksi lainya
5 Tidak perlu tindak pengobatan ketika terkena
penyakit kulit
6 Saya mengetahui bahwa mencuci pakaian harus
menggunakan deterjen agar terbebas dari
mikrorganisme
7 Saya mengetahui tindak pencegahan agar terhindar
dari penyakit kulit
8 Apakah anda tidak mengetahui gejala awal
penyakit kulit?
9 Saya tidak rutin menjemur kasur
10 Saya merendam pakaian saya bersama pakaian
teman yang lain
Kebersihan Kulit
1 Saya mandi minimal 2x sehari
2 Saya mandi menggunakan sabun sendiri
3 Teman saya tidak pernah menggunakan sabun saya
4 Saya mandi berjamaah
5 Saya tidak menggosok badan saat mandi
6 Saya menggunakan handuk sendiri dan tidak
pernah bertukar dengan teman
7 Saya tidak mandi setelah melakukan
aktivitas/olahraga
8 Saya pernah memakai pakaian yang lembab/
pakaian yang tidak dicuci
9 Saya tidak sering mengganti handuk saya dengan
yang baru
Kebersihan tangan dan kuku
1 Saya mencuci tangan setelah membersihkan tempat
tidur
2 Saya mencuci tangan setelah membersihkan kamar
mandi
3 Saya tidak memotong kuku sekali seminggu
4 Saya mencuci tangan pakai sabun sesudah buang
air besar (BAB)/ buang air kecil (BAK)
5 Saya tidak mencuci tangan setelah menggaruk
badan
6 Saya menyikat kuku tetapi tidak menggunakan
sabun pada saat mandi
Pengolahan Sampah
1 Saya selalu tidak membuang sampah pada
tempatnya
2 Sampah dikumpulkan ditempat pembuangan yang
jauh dari aktivitas santri sehari-hari
3 Tidak terdapat sisa sampah yang tertinggal
4 Sampah diangkut/dibakar setiap hari
5 Sampah tidak dipilah terlebih dahulu
6 Setiap kelas tidak memiliki tempat sampah
Saluran Pembuangan Air limbah (SPAL)
1 Aliran SPAL lancer
2 Tidak tersumbat dan tidak terdapat genangan air
3 Sisa limbah yang dibuang jauh dari pemukiman
4 Selokan sekitar kelas tidak bersih dan tersumbat
5 Selokan sekitar kelas tidak rutin dibersihkan
6 SPAL tidak langsung ditangani jika terjadi
penyumbatan
Penyediaan Air Bersih
1 Sumber air bersih sesuai persyaratan kesehatan
(tidak kotor, tidak berwarna, tidak berbau)
2 Air mengalir dan tidak tercemar/terkontaminasi
3 Tidak ada pengawasan kesediaan air bersih
4 Air bersih yang disediakan cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari santri
5 Tangki air tidak rutin dibersihkan
6 Bak kamar mandi tidak rutin dibersihkan
MASTER TABEL
OUTPUT SPSS

UNIVARIAT

USIA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

14 14 16.1 16.1 16.1

15 28 32.2 32.2 48.3

Valid 16 33 37.9 37.9 86.2

17 12 13.8 13.8 100.0

Total 87 100.0 100.0

JK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid LK 87 100.0 100.0 100.0

PDDK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

MTS 41 47.1 47.1 47.1


Valid MA 46 52.9 52.9 100.0

Total 87 100.0 100.0

RIWAL

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

ADA 72 82.8 82.8 82.8

Valid TIDAK ADA 15 17.2 17.2 100.0

Total 87 100.0 100.0


KATPK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

PERNAH 65 74.7 74.7 74.7

Valid TIDAK PERNAH 22 25.3 25.3 100.0

Total 87 100.0 100.0

KATP

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

RENDAH 49 56.3 56.3 56.3

Valid TINGGI 38 43.7 43.7 100.0

Total 87 100.0 100.0

KATPHK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

BURUK 47 54.0 54.0 54.0

Valid BAIK 40 46.0 46.0 100.0

Total 87 100.0 100.0

KATPHKK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

TIDAK BERSIH 58 66.7 66.7 66.7

Valid BERSIH 29 33.3 33.3 100.0

Total 87 100.0 100.0

KATPS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

BURUK 54 62.1 62.1 62.1

Valid BAIK 33 37.9 37.9 100.0

Total 87 100.0 100.0


KATSPAL

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

BURUK 63 72.4 72.4 72.4

Valid BAIK 24 27.6 27.6 100.0

Total 87 100.0 100.0

KATPAB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

BURUK 55 63.2 63.2 63.2

Valid BAIK 32 36.8 36.8 100.0

Total 87 100.0 100.0

UJI NORMALITAS
Statistics

SKORP SKORPHK SKORPHKK SKORPS SKORSPAL SKORPAB

Valid 87 87 87 87 87 87
N
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 7.17 4.48 3.33 3.41 2.60 2.11
Std. Error of Mean .135 .080 .051 .062 .134 .125
Median 7.00 4.00 3.00 3.00 2.00 2.00
Mode 7a 4 3 3 2 2
Std. Deviation 1.259 .745 .474 .582 1.253 1.166
Skewness -.369 .319 .720 1.071 .227 .222
Std. Error of Skewness .258 .258 .258 .258 .258 .258
Kurtosis -.603 -.228 -1.518 .185 -.899 -.358
Std. Error of Kurtosis .511 .511 .511 .511 .511 .511
Minimum 4 3 3 3 0 0
Maximum 9 6 4 5 5 5

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown


UJI VALIDITAS DAN REABILITAS

PENGETAHUAN
Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 SKORP

Pearson Correlation 1 .212 .202 -.086 -.050 .161 .095 .396 *


.238 .053 .440*

P1 Sig. (2-tailed) .260 .285 .651 .794 .394 .617 .031 .206 .782 .015

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .212 1 .186 .212 .162 .284 .263 .199 .263 -.073 .440*
P2 Sig. (2-tailed) .260 .326 .260 .391 .129 .161 .293 .161 .702 .015
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .202 .186 1 .336 .471 **
.073 .000 .000 .000 .000 .463*
P3 Sig. (2-tailed) .285 .326 .069 .009 .702 1.000 1.000 1.000 1.000 .010
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation -.086 .212 .336 1 .629 **
.455 *
.095 -.009 .095 .251 .585**
P4 Sig. (2-tailed) .651 .260 .069 .000 .012 .617 .962 .617 .182 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation -.050 .162 .471 **
.629 **
1 .279 .048 -.126 .048 -.053 .494**
P5 Sig. (2-tailed) .794 .391 .009 .000 .136 .803 .508 .803 .782 .006
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .161 .284 .073 .455 *
.279 1 .617 **
.408 *
.154 .385 *
.732**
P6 Sig. (2-tailed) .394 .129 .702 .012 .136 .000 .025 .416 .036 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .095 .263 .000 .095 .048 .617** 1 .472** .100 .347 .573**
P7 Sig. (2-tailed) .617 .161 1.000 .617 .803 .000 .008 .599 .061 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .396 *
.199 .000 -.009 -.126 .408 *
.472 **
1 .331 .026 .537**
P8 Sig. (2-tailed) .031 .293 1.000 .962 .508 .025 .008 .074 .891 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .238 .263 .000 .095 .048 .154 .100 .331 1 .347 .480**
P9 Sig. (2-tailed) .206 .161 1.000 .617 .803 .416 .599 .074 .061 .007
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .053 -.073 .000 .251 -.053 .385 *
.347 .026 .347 1 .420*
P10 Sig. (2-tailed) .782 .702 1.000 .182 .782 .036 .061 .891 .061 .021
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .440 *
.440*
.463*
.585 **
.494 **
.732 **
.573 **
.537**
.480
**
.420
*
1

SKORP Sig. (2-tailed) .015 .015 .010 .001 .006 .000 .001 .002 .007 .021

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.685 10
Personal Hyegine Kulit
Correlations

PHK1 PHK2 PHK3 PHK4 PHK5 PHK6 PHK7 PHK8 PHK9 SKORS

Pearson Correlation 1 .186 .396* -.190 .321 .202 .279 -.132 .110 .483**

PHK1 Sig. (2-tailed) .326 .031 .314 .083 .285 .136 .486 .563 .007

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .186 1 .261 .095 .321 .336 .009 .161 -.165 .483**
PHK2 Sig. (2-tailed) .326 .164 .617 .083 .069 .962 .394 .384 .007
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .396 *
.261 1 .189 -.009 .000 .339 -.029 .191 .514**
PHK3 Sig. (2-tailed) .031 .164 .317 .962 1.000 .067 .878 .312 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation -.190 .095 .189 1 .095 .424 *
.094 .772 **
.000 .523**
PHK4 Sig. (2-tailed) .314 .617 .317 .617 .019 .619 .000 1.000 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .321 .321 -.009 .095 1 .336 .279 .161 .247 .602**
PHK5 Sig. (2-tailed) .083 .083 .962 .617 .069 .136 .394 .188 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .202 .336 .000 .424 *
.336 1 .267 .364 *
.000 .636**
PHK6 Sig. (2-tailed) .285 .069 1.000 .019 .069 .153 .048 1.000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .279 .009 .339 .094 .279 .267 1 -.117 .355 .554**
PHK7 Sig. (2-tailed) .136 .962 .067 .619 .136 .153 .539 .055 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation -.132 .161 -.029 .772** .161 .364* -.117 1 -.089 .436*
PHK8 Sig. (2-tailed) .486 .394 .878 .000 .394 .048 .539 .640 .016
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .110 -.165 .191 .000 .247 .000 .355 -.089 1 .363*
PHK9 Sig. (2-tailed) .563 .384 .312 1.000 .188 1.000 .055 .640 .049
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .483 **
.483**
.514**
.523 **
.602 **
.636**
.554 **
.436 *
.363*
1

SKORS Sig. (2-tailed) .007 .007 .004 .003 .000 .000 .001 .016 .049

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.647 9
Personal Hyegine Kuku Kaki dan Tangan
Correlations

PHKK1 PHKK2 PHKK3 PHKK4 PHKK5 PHKK6 SKORSP

Pearson Correlation 1 .796 **


.457 *
.033 .308 .172 .687**

PHKK1 Sig. (2-tailed) .000 .011 .864 .097 .363 .000

N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .796 **
1 .659 **
.226 .505 **
.226 .843**
PHKK2 Sig. (2-tailed) .000 .000 .230 .004 .230 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .457 *
.659 **
1 .591 **
.602 **
.172 .858**
PHKK3 Sig. (2-tailed) .011 .000 .001 .000 .363 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .033 .226 .591 **
1 .408 *
.139 .587**
PHKK4 Sig. (2-tailed) .864 .230 .001 .025 .465 .001
N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .308 .505 **
.602 **
.408 *
1 -.045 .676**
PHKK5 Sig. (2-tailed) .097 .004 .000 .025 .812 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .172 .226 .172 .139 -.045 1 .411*
PHKK6 Sig. (2-tailed) .363 .230 .363 .465 .812 .024
N 30 30 30 30 30 30 30
SKORSP Pearson Correlation .687 **
.843 **
.858 **
.587 **
.676 **
.411 *
1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000 .024


N 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.765 6
Pengelolaan Sampah
Correlations

PS1 PS2 PS3 PS4 PS5 PS6 SKORPS

Pearson Correlation 1 .426 *


.675 **
.398 *
.311 .139 .782**

PS1 Sig. (2-tailed) .019 .000 .029 .094 .465 .000

N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .426 *
1 .675 **
.234 .138 -.148 .625**
PS2 Sig. (2-tailed) .019 .000 .212 .466 .434 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .675 **
.675 **
1 .274 .033 .120 .755**
PS3 Sig. (2-tailed) .000 .000 .143 .861 .527 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .398 *
.234 .274 1 .709 **
.234 .712**
PS4 Sig. (2-tailed) .029 .212 .143 .000 .212 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .311 .138 .033 .709 **
1 .138 .565**
PS5 Sig. (2-tailed) .094 .466 .861 .000 .466 .001
N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .139 -.148 .120 .234 .138 1 .391*
PS6 Sig. (2-tailed) .465 .434 .527 .212 .466 .033
N 30 30 30 30 30 30 30
SKORPS Pearson Correlation .782 **
.625 **
.755 **
.712 **
.565 **
.391 *
1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001 .033


N 30 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.708 6
SPAL
Correlations

SPAL1 SPAL2 SPAL3 SPAL4 SPAL5 SPAL6 SKORSPAL

Pearson Correlation 1 -.213 .071 .154 .302 .185 .438*

SPAL1 Sig. (2-tailed) .258 .709 .415 .105 .329 .015

N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation -.213 1 .095 .111 .283 .000 .393*
SPAL2 Sig. (2-tailed) .258 .617 .558 .130 1.000 .032
N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .071 .095 1 -.005 .202 .247 .508**
SPAL3 Sig. (2-tailed) .709 .617 .978 .285 .188 .004
N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .154 .111 -.005 1 .236 .032 .433*
SPAL4 Sig. (2-tailed) .415 .558 .978 .208 .866 .017
N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .302 .283 .202 .236 1 .680 **
.834**
SPAL5 Sig. (2-tailed) .105 .130 .285 .208 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .185 .000 .247 .032 .680 **
1 .672**
SPAL6 Sig. (2-tailed) .329 1.000 .188 .866 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
SKORSPAL Pearson Correlation .438 *
.393 *
.508 **
.433 *
.834 **
.672 **
1

Sig. (2-tailed) .015 .032 .004 .017 .000 .000


N 30 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.643 6
Penyediaan Air Bersih
Correlations

PAB1 PAB2 PAB3 PAB4 PAB5 PAB6 SKORPAB

Pearson Correlation 1 .157 .267 .042 -.117 -.200 .452*

PAB1 Sig. (2-tailed) .407 .153 .825 .539 .288 .012

N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .157 1 .208 -.093 -.045 -.035 .451*
PAB2 Sig. (2-tailed) .407 .271 .626 .812 .856 .012
N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .267 .208 1 .079 -.073 .167 .611**
PAB3 Sig. (2-tailed) .153 .271 .679 .702 .379 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .042 -.093 .079 1 .327 .118 .485**
PAB4 Sig. (2-tailed) .825 .626 .679 .078 .534 .007
N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation -.117 -.045 -.073 .327 1 .218 .433*
PAB5 Sig. (2-tailed) .539 .812 .702 .078 .247 .017
N 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation -.200 -.035 .167 .118 .218 1 .394*
PAB6 Sig. (2-tailed) .288 .856 .379 .534 .247 .031
N 30 30 30 30 30 30 30
SKORPAB Pearson Correlation .452 *
.451 *
.611 **
.485 **
.433 *
.394 *
1

Sig. (2-tailed) .012 .012 .000 .007 .017 .031


N 30 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.605 6
BIVARIAT

Pengetahuan
Crosstab

KATPK Total

PERNAH TIDAK PERNAH

Count 42 7 49
RENDAH
% within KATP 85.7% 14.3% 100.0%
KATP
Count 23 15 38
TINGGI
% within KATP 60.5% 39.5% 100.0%
Count 65 22 87
Total
% within KATP 74.7% 25.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 7.187a 1 .007


Continuity Correctionb 5.916 1 .015
Likelihood Ratio 7.218 1 .007
Fisher's Exact Test .012 .007
Linear-by-Linear Association 7.104 1 .008
N of Valid Cases 87

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.61.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for KATP


3.913 1.395 10.974
(RENDAH / TINGGI)
For cohort KATPK =
1.416 1.069 1.876
PERNAH
For cohort KATPK = TIDAK
.362 .164 .798
PERNAH
N of Valid Cases 87

Personal Hygiene Kulit


Crosstab

KATPK Total

PERNAH TIDAK PERNAH

Count 43 4 47
BURUK
% within KATPHK 91.5% 8.5% 100.0%
KATPHK
Count 22 18 40
BAIK
% within KATPHK 55.0% 45.0% 100.0%
Count 65 22 87
Total
% within KATPHK 74.7% 25.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 15.229a 1 .000


Continuity Correction b
13.359 1 .000
Likelihood Ratio 15.980 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 15.054 1 .000
N of Valid Cases 87

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.11.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for KATPHK


8.795 2.652 29.174
(BURUK / BAIK)
For cohort KATPK =
1.663 1.240 2.231
PERNAH
For cohort KATPK = TIDAK
.189 .070 .513
PERNAH
N of Valid Cases 87

Personal Hygiene Kuku Kaki dan Tangan


Crosstab
KATPK Total

PERNAH TIDAK PERNAH

Count 52 6 58
TIDAK BERSIH
% within KATPHKK 89.7% 10.3% 100.0%
KATPHKK
Count 13 16 29
BERSIH
% within KATPHKK 44.8% 55.2% 100.0%
Count 65 22 87
Total
% within KATPHKK 74.7% 25.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 20.564a 1 .000


Continuity Correctionb 18.259 1 .000
Likelihood Ratio 19.919 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 20.327 1 .000
N of Valid Cases 87

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.33.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for KATPHKK


10.667 3.488 32.623
(TIDAK BERSIH / BERSIH)
For cohort KATPK =
2.000 1.323 3.023
PERNAH
For cohort KATPK = TIDAK
.188 .082 .428
PERNAH
N of Valid Cases 87

Pengelolaan Sampah
Crosstab

KATPK Total
PERNAH TIDAK PERNAH

Count 48 6 54
BURUK
% within KATPS 88.9% 11.1% 100.0%
KATPS
Count 17 16 33
BAIK
% within KATPS 51.5% 48.5% 100.0%
Count 65 22 87
Total
% within KATPS 74.7% 25.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 15.143a 1 .000


Continuity Correction b
13.230 1 .000
Likelihood Ratio 15.001 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 14.969 1 .000
N of Valid Cases 87

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.34.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for KATPS


7.529 2.534 22.376
(BURUK / BAIK)
For cohort KATPK =
1.725 1.223 2.434
PERNAH
For cohort KATPK = TIDAK
.229 .100 .527
PERNAH
N of Valid Cases 87

SPAL
Crosstab

KATPK Total

PERNAH TIDAK PERNAH

KATSPAL BURUK Count 53 10 63


% within KATSPAL 84.1% 15.9% 100.0%

Count 12 12 24
BAIK
% within KATSPAL 50.0% 50.0% 100.0%
Count 65 22 87
Total
% within KATSPAL 74.7% 25.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 10.713a 1 .001


Continuity Correction b
8.983 1 .003
Likelihood Ratio 9.988 1 .002
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear Association 10.590 1 .001
N of Valid Cases 87

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.07.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for KATSPAL


5.300 1.860 15.105
(BURUK / BAIK)
For cohort KATPK =
1.683 1.112 2.546
PERNAH
For cohort KATPK = TIDAK
.317 .158 .636
PERNAH
N of Valid Cases 87

Penyedian Air Bersih


Crosstab

KATPK Total

PERNAH TIDAK PERNAH

KATPAB BURUK Count 46 9 55

% within KATPAB 83.6% 16.4% 100.0%


Count 19 13 32
BAIK
% within KATPAB 59.4% 40.6% 100.0%
Count 65 22 87
Total
% within KATPAB 74.7% 25.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6.303a 1 .012


Continuity Correctionb 5.084 1 .024
Likelihood Ratio 6.140 1 .013
Fisher's Exact Test .020 .013
Linear-by-Linear Association 6.230 1 .013
N of Valid Cases 87

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.09.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for KATPAB


3.497 1.281 9.544
(BURUK / BAIK)
For cohort KATPK =
1.409 1.034 1.920
PERNAH
For cohort KATPK = TIDAK
.403 .194 .836
PERNAH
N of Valid Cases 87
Dokumentasi

Kondisi Sanitasi Di Pondok Pesantren Modern Al-Kautsar Pekanbaru

Wawancara
Penyebaran dan Pengisian Kuesioner

Anda mungkin juga menyukai