Anda di halaman 1dari 108

HUBUNGAN USIA, MASA KERJA, DAN BEBAN KERJA MENTAL

TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA KONSTRUKSI

DI PT. X KOTA BATAM

TAHUN 2022

SKRIPSI

Oleh :

Lili Angelia
NPM: 182410027

PROGRAM STUDI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKes)
UNIVERSITAS IBNU SINA
TAHUN 2022
HUBUNGAN USIA, MASA KERJA, DAN BEBAN KERJA MENTAL

TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA KONSTRUKSI

DI PT. X KOTA BATAM

TAHUN 2022

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Oleh :

Lili Angelia
NPM: 182410027

PROGRAM STUDI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKes)
UNIVERSITAS IBNU SINA
TAHUN 2022

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah diperiksa, disetujui, dan telah diseminarkan dihadapan Tim

Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibnu Sina.

Batam, 23 Juni 2022

Komisi Pembimbing :

Pembimbing I

Ice Irawati, SKM, M.Kes


NIDN. 1027018201

Pembimbing II

Trisna Dewita, SKM, M.Kes


NIDN. 1009098705

iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan telah dipertahankan

dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan dan

Keselamatan Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Ibnu Sina

Batam, 23 Juni 2022

Komisi Pembimbing:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ice Irawati, SKM, M.Kes Trisna Dewita, SKM, M.Kes


NIDN. 1027018201 NIDN. 1009098705

DISAHKAN OLEH :

Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Ibnu Sina

Dekan

Fitri Sari Dewi, M.KKK


NUP. 777.0608.455

iv
PERNYATAAN PENGUJI SKRIPSI

Skripsi dengan judul


HUBUNGAN USIA, MASA KERJA, DAN BEBAN KERJA MENTAL
TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA KONSTRUKSI
DI PT. X KOTA BATAM
TAHUN 2022

Yang dipersiapkan dan dipertahankan

Oleh :

LILI ANGELIA
NPM. 182410027

Telah diuji dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi pada tanggal 23 Juni

2022 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Komisi Penguji

Ketua Penguji, Wakil Ketua Penguji,

Ice Irawati, SKM, M.Kes Trisna Dewita, SKM, M.Kes


NIDN. 1027018201 NIDN. 1009098705

Penguji I, Penguji II,

Rizqi Ulla Amaliah, M. KKK Fitri Sari Dewi, S.KM, M.KKK


NIDN. 1030098702 NIDN. 0417048201

v
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya tidak terdapat karya yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam skripsi

dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Batam, 20 Juni 2022

Lili Angelia

vi
PROGRAM STUDI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS IBNU SINA
Skripsi, 20 Juni 2022

LILI ANGELIA, 182410027@uis.ac.id

HUBUNGAN USIA, MASA KERJA, DAN BEBAN KERJA MENTAL


TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA KONSTRUKSI DI PT. X
KOTA BATAM TAHUN 2022

107 Halaman + 12 Tabel + 14 Lampiran

ABSTRAK

Tiap aspek dalam dunia kerja dapat menjadi sumber penyebab stres kerja.
Stres dapat membuat seorang pekerja tidak produktif dan membuat seorang pekerja
terjangkit penyakit, tak hanya timbul dari satu varian pembangkit stres, tapi dari
sejumlah pembangkit stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan
Usia, Masa Kerja, dan Beban Kerja Mental terhadap stres kerja pada pekerja
konstruksi di PT. X Kota Batam tahun 2022. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif analitik dengan desain pendekatan cross sectional. Penelitian ini
menggunakan instrumen berupa kuesioner Nasa-TLX dan Kuesioner Stres Kerja.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja konstruksi di PT. X Kota
Batam tahun 2022, dengan jumlah sampel sebanyak 55 responden dan analisis
statistik menggunakan uji chi square dengan instrumen penelitian kuesioner. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan usia terhadap stres kerja pada
pekerja konstruksi (p value = 0,000); hubungan masa kerja terhadap stres kerja (p
value = 0,014); Hubungan beban kerja mental terhadap stres kerja (p value =
0,001). Dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara usia, masa
kerja, dan beban kerja mental terhadap stres kerja. Saran untuk perusahaan agar
memberikan sosialisasi terkait stres kerja dan penghargaan kepada pekerja agar
pekerja merasa diberikan apresiasi.

Daftar Pustaka : 61 (1988 – 2021)


Kata Kunci : Usia, Masa Kerja, Beban Kerja Mental, Stres Kerja

vii
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY
FACULTY OF HEALTH SCIENCES IBNU SINA UNIVERSITY
Thesis, 20 June 2022

LILI ANGELIA, 182410027@uis.ac.id

RELATIONSHIP BETWEEN AGE, TENURE, AND MENTAL WORKLOAD


TO WORK STRESS ON CONTRUCTION WORKERS AT PT. X BATAM CITY
IN 2022

107 Page + 12 Tables + 14 Appendices

ABSTRACT

Every aspect of the world of work can be a source of work stress. Stress can
make a worker unproductive and make a worker sick, not only arising from one
variant of stress generator but several stress generators. This study aims to
determine the relationship between age, tenure, and mental workload to work
stress on construction workers at PT. X Batam City in 2022. This research is a
quantitative analytic study with a cross-sectional approach design. This study used
instruments in the form of a Nasa-TLX questionnaire and a Job Stress
Questionnaire. The population in this study were all construction workers at PT. X
Batam City in 2022, with a total sample of 55 respondents and statistical analysis
using the chi-square test with a questionnaire research instrument. The results of
this study indicate that there is a relationship between age and work stress in
construction workers (p-value = 0.000); the relationship between tenure and work
stress (p-value = 0.014); The relationship between mental workload and work
stress (p-value = 0.001). It can be concluded that there is a significant relationship
between age, tenure, and mental workload on work stress. Suggestions for
companies to provide socialization related to work stress and awards to workers so
that workers feel appreciated.

Bibliography :61 (1988 – 2021)


Keywords :Age, tenure, mental workload, work stress

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan atas kehadirat Allah Subhanu wa Ta’ala atas

segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Hubungan Usia, Masa Kerja, dan Beban Kerja Mental

Terhadap Stres Kerja Pada Pekerja Konstruksi di PT. X Kota Batam Tahun 2022”.

Penelitian skripsi ini dimaksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu

syarat kelulusan program studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Fakultas Ilmu

Kesehatan (FIKes) Universitas Ibnu Sina.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dukungan dari

berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu

peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. drg. Andi Tenri Ummu selaku Ketua Yayasan Pendidikan Ibnu Sina

Batam.

2. Assoc. Prof. DR. Haji Mustaqim Syuaib, MM selaku Ketua Rektor

Universitas Ibnu Sina.

3. Fitri Sari Dewi, SKM, M.KKK selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Ibnu Sina dan Dosen Penguji II dalam sidang skripsi.

4. Rizqi Ulla Amaliah, M.KKK selaku Dosen Penguji I dalam sidang

skripsi.

5. Trisna Dewita, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi Kesehatan dan

Keselamatan Kerja, Dosen Pembimbing Akademik, serta sekaligus

Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam skripsi

ini.

ix
6. Ice Irawati, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dalam skripsi ini.

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibnu

Sina yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat untuk peneliti.

8. Orang tua yang selalu memberikan dukungan, do’a, dan kasih sayang

kepada peneliti.

9. Seluruh pihak di PT. X dan responden yang telah berpartisipasi dalam

pengambilan data penelitian ini.

10. Semua pihak yang tidak sempat disebutkan yang telah membantu dalam

penyelesaian skripsi ini.

11. Terima kasih kepada diri saya sendiri yang telah berusaha apapun

keadaannya.

Semoga Allah membalas kebaikan semua pihak yang telah terlibat dan

membantu peneliti. Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menyadari masih jauh dari

kesempurnaan dan banyak terdapat kekurangan baik dari segi teknik penulisan

maupun isi materinya. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati peneliti

mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi

ini.

Akhir kata, dengan keterbatasan yang ada, semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Batam, 20 Juni 2022

Peneliti

x
BIODATA

Nama : Lili Angelia

Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Pinang/10 November 1999

Alamat : Komp. Ruko Centre View Blok A No. 9

Nomor Telp/HP : 0812-7005-0103

Email : 182410027@uis.ac.id

Pendidikan : SDN 002 Seri Kuala Lobam (2005-2011)

SMP K Immanuel Lubuk Baja (2011-2014)

SMK Kolese Tiara Bangsa (2014-2017)

Universitas Ibnu Sina (Program Studi S-1

Kesehatan dan Keselamatan Kerja) (2018-2022)

xi
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................... i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................iii
PERNYATAAN PENGUJI SKRIPSI..................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN..............................................................................vi
ABSTRAK............................................................................................................ vii
ABSTRACT.......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR..........................................................................................ix
BIODATA.............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xvi
DAFTAR SINGKATAN...................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian...................................................................................6
1.3.1. Tujuan Umum...............................................................................6
1.3.2. Tujuan Khusus..............................................................................6
1.4. Manfaat Penelitian.................................................................................7
1.4.1. Manfaat Bagi Mahasiswa.............................................................7
1.4.2. Manfaat Bagi Universitas Ibnu Sina............................................7
1.4.3. Manfaat Bagi Perusahaan.............................................................7
1.4.4. Manfaat Bagi Pekerja...................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................8
2.1. Usia........................................................................................................ 8
2.1.1. Pengertian Usia............................................................................8
2.1.2. Kategori Usia...............................................................................8
2.2. Masa Kerja............................................................................................ 9
2.2.1. Pengertian Masa Kerja................................................................9
2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Masa Kerja...................................10
2.2.3. Dimensi dan Indikator Masa Kerja............................................12
2.3. Beban Kerja.........................................................................................12

xii
2.3.1. Definisi Beban Kerja..................................................................12
2.3.2. Aspek-Aspek Beban Kerja.........................................................12
2.3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja......................13
2.3.4. Jenis-Jenis Beban Kerja..............................................................14
2.4. NASA-TLX......................................................................................... 16
2.4.1. Metode Pengukuran Beban Kerja Mental Dengan Nasa-TLX . 16
2.4.2.Prosedur NASA-TLX.................................................................18
2.5. Stres Kerja........................................................................................... 23
2.5.1. Pengertian Stres Kerja...............................................................23
2.5.2. Penyebab Stres Kerja.................................................................25
2.5.3. Penilaian Tingkat Stres Kerja....................................................27
2.6. Kerangka Teori....................................................................................30
2.7. Kerangka Konsep................................................................................31
2.8. Hipotesis.............................................................................................. 31
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................33
3.1. Jenis dan Desain Penelitian.................................................................33
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................33
3.2.1. Lokasi Penelitian........................................................................33
3.2.2. Waktu Penelitian.........................................................................33
3.3. Populasi dan Subjek Penelitian............................................................33
3.3.1. Populasi Penelitian.....................................................................33
3.3.2. Subjek Penelitian........................................................................34
3.4. Besar Sampel.......................................................................................34
3.5. Teknik Sampel.....................................................................................34
3.6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.....................................35
3.6.1. Variabel Penelitian.....................................................................35
3.6.2. Definisi Operasional...................................................................36
3.7. Jenis dan Prosedur Pengumpulan Data................................................38
3.7.1. Data Primer.................................................................................38
3.7.2. Data Sekunder.............................................................................38
3.8. Proedur Pengolahan Data....................................................................38
3.8.1. Editing........................................................................................38
3.8.2. Coding........................................................................................38
3.8.3. Entry.......................................................................................... 38
3.8.4. Cleaning.....................................................................................39
3.9. Analisis Data........................................................................................39

xiii
3.9.1. Analisis Univariat.......................................................................39
3.9.2. Analisis Bivariat.........................................................................39
3.10. Jadwal Penelitian.................................................................................40
BAB IV HASIL PENELITIAN..............................................................................41
4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian..........................................................41
4.1.1. Profil Perusahaan.......................................................................41
4.2. Hasil Penelitian........................................................................................ 41
4.2.1. Analisis Univariat......................................................................41
4.2.2. Analisis Bivariat........................................................................44
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................48
5.1. Analisis Univariat....................................................................................48
5.1.1. Usia Pekerja Konstruksi di PT. X Kota Batam.........................48
5.1.2. Masa Kerja Pekerja Konstruksi di PT. X Kota Batam..............49
5.1.3. Beban Kerja Mental Pekerja Konstruksi di PT. X Kota Batam 51
5.1.4. Stres Kerja Pekerja Konstruksi di PT. X Kota Batam...............53
5.2. Analisis Bivariat.......................................................................................55
5.2.1. Hubungan Usia terhadap Stres Kerja Pekerja Konstruksi
di PT. X Kota Batam.................................................................55
5.2.2. Hubungan Masa Kerja terhadap Stres Kerja Pekerja Konstruksi
di PT. X Kota Batam.................................................................57
5.2.3. Hubungan Beban Kerja Mental terhadap Stres Kerja Pekerja
Konstruksi di PT. X Kota Batam...............................................59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................62
6.1. Kesimpulan.............................................................................................. 62
6.2. Saran......................................................................................................... 63
6.2.1. Bagi Perusahaan.........................................................................63
6.2.2. Bagi Pekerja...............................................................................63
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 64
LAMPIRAN.......................................................................................................... 69

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Indikator Beban Kerja Mental.........................................................18

Tabel 2.2. Perbandingan Berpasangan NASA-TLX...........................................20

Tabel 2.3. Penilaian Tingkat Stres Kerja..........................................................27

Tabel 3.1. Definisi Operasional........................................................................36

Tabel 3.2 Jadwal Pelaksaan Proposal dan Skripsi............................................40

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Usia Pekerja di PT. X....................................41

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja di PT. X.........................42

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Beban Kerja Mental Pekerja di PT. X...........43

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Stres Kerja Pekerja di PT. X..........................43

Tabel 4.5. Hubungan Usia terhadap Stres Kerja Pekerja PT. X.......................44

Tabel 4.6. Hubungan Masa Kerja Terhadap Stres Kerja Pekerja di PT. X......45

Tabel 4.7. Hubungan Beban Kerja Mental Terhadap Stres Kerja

Pekerja di PT. X...............................................................................46

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Rating Sheet NASA-TLX............................................................21

Gambar 2.2. Kerangka Teori............................................................................30

Gambar 2.3. Kerangka Konsep.........................................................................31

xvi
DAFTAR SINGKATAN

APA : American Psychological Association

BPS : Badan Pusat Statistik

CSSD : Central Sterile Services Department

E : Effort

FR : Frustation Level

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

MD : Mental Demand

NIOSH : National Institute for Occupational Safety and Health

NNLI : Northwestern National Life Insurance

P : Performance

PD : Physical Demand

PT : Perseroan Terbatas

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

SMK3 : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

TD : Temporal Demand

TLX : Taks Load Index

WWL : Weighted Workload

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Pengambilan

Data Lampiran 2 : Surat Balasan Perusahaan

Lampiran 3 : Bukti Konsultasi Pembimbing

Skripsi Lampiran 4 : Kuesioner NASA-TLX

Lampiran 5 : Kuesioner Stres Kerja

Lampiran 6 : Distribusi Frekuensi Usia, Masa Kerja, dan Stres

Kerja Lampiran 7 : Hasil Statistik Usia

Lampiran 8 : Hasil Statistik Masa Kerja

Lampiran 9 : Hasil Statistik Beban Kerja

Mental Lampiran 10 : Hasil Statistik Stres Kerja

Lampiran 11 : Crosstab Usia*Stres Kerja Pekerja di PT. X Kota Batam

Lampiran 12 : Crosstab Masa Kerja*Stres Kerja Pekerja di PT. X Kota

Batam Lampiran 13 : Crosstab Beban Kerja Mental*Stres Kerja Pekerja di

PT. X

Kota Batam

Lampiran 14 : Dokumentasi Pengambilan Kuesioner

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Mangkunegara

(2002) merupakan pemikiran serta upaya demi menjamin keutuhan dan

kesempurnaan dalam segi jasmani ataupun rohani terkhususnya pada para

pekerja, untuk membentuk budaya menuju kemakmuran.

Bidang konstruksi turut mengambil bagian pada bidang industri dalam

pembangunan nasional. Berbagai aspek kehidupan dapat ditunjang dengan

adanya pembangunan infrastruktur, beberapa aspek tersebut, yakni ekonomis,

politis, sosio-kultural, dan lain sejenisnya. Kesuksesan yang dicapai dalam

pembangunan infrastruktur dengan diperolehnya dengan dukungan sumber

daya yang layak. Tolak ukur keberhasilan tersebut adalah dengan

terpenuhinya sumber daya manusia. Sumber daya manusia mempunyai

peranan krusial pada proses pengerjaan proyek infrastruktur. Hal ini

membuat mutu sumber daya manusia menjelma determinasi kesuksesan

sebuah proyek, dengan mutu yang memadai, produktivitas perusahaan pun

mengalami peningkatan (Rachman, 2011).

Dikutip dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum, keselamatan

dan kesehatan kerja konstruksi adalah semua kegiatan untuk menjamin dan

1
melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dalam pekerjaan konstruksi.

Melalui publikasinya, Health and Safety Executive (2019) menuturkan,

sepanjang 2018-2019 di Inggris, sejumlah 602.000 pekerja menghadapi

gangguan seperti stres, depresi, atau kecemasan karena dunia kerja (baik

pekerja baru maupun lama). Akibatnya, waktu kerja selama 12,8 juta jam

lenyap begitu saja. Disebutkan juga oleh Health and Safety Executive tentang

pekerja di sektor industrial, sebagian prevalensi stres, depresi, atau

kecemasan karena pekerjaan mencapai 1.380 kasus pada tiap 100.000 pekerja

sepanjang 2016 -2017 dan 2018 -2019.

Dikutip dalam laman resmi The America Institue of Architects

menyatakan, dalam survei yang yang dilaksanakan pada 2006

memperlihatkan beban pekerjaan adalah faktor penyebab stres dengan

persentase sebanyak 46%. American Psychological Association (APA) (2017)

dalam tulisan yang diterbitkannya menyebut, pekerjaan juga uang menjadi

alasan banyaknya keluhan stres.

Riset Northwestern National Life Insurance (NNLI) mengenai

implikasi stres di tempat kerja, menyimpulkan bahwa sejuta absensi di

tempat kerja dikarenakan masalah stress. Sebesar 27% menuturkan, aspek

pekerjaan memunculkan tingkat stres tertinggi bagi kehidupan pekerja.

Sebanyak 46% memandang bahwa tingkat stres karena pekerjaan menjadi

tingkat stres amat tinggi, sepertiga pekerja hendak langsung mengajukan

pengunduran diri akibat stres selama bekerja. Dan 70% lainnya beranggapan

stres kerja sudah

2
mendestruksi kesehatan fisik dan mental ketika melakukan pekerjaan

(Lousyk, 2007).

Faktor keadaan individual dapat memunculkan stres pekerjaan, seperti

usia, periode pekerjaan, dan status perkawinan. Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan Rahyu (2018) mengenai beragam faktor yang berhubungan

dengan stres pekerjaan para perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. H.B Sa’aanin

Padang, ada korelasi antara usia dan stres pekerjaan (p=0.034). Menurut

kajian yang dilakukan Musfiyah (2017) terkait analisis hubungan antara

periode pekerjaan dan stres pekerjaan para perawat di ruang-ruang rawat inap

Rumah Sakit Islam Surabaya, ada hubungan krusial antara periode pekerjaan

dan stres kerja (p=0,011). Berdasar hasil penelitian Arief Sasumba terhadap

perawat di ruang perawatan bedah RSUD Wates, perawat yang telah berumah

tangga bertendensi menghadapi stres pekerjaan yang berat (13,3%).

Periode pekerjaan berdampak positif pada psikologi pegawai. Dengan

kata lain, makin panjang masa kerja satu individu, psikologinya pun kian

meningkat. Secara khusus, perasaan saling memerlukan antara pegawai dan

korporasi yang telah berjalan lama (Dickson dan Lorenz, 2009).

Menurut hasil penelitian Yudha (2010), didapatkan hasil p value 0,01 ˂

0,05 yang menandakan adanya relasi antara periode pekerjaan dan stres

pekerjaan di bagian produksi industri furnitur PT. CHIA JIAN Indonesia

Furniture. Hal ini menyatakan semakin lama periode pekerjaan satu orang,

level stres pekerjaan turut menanjak pula.

3
Periode pekerjaan bisa pula menjadi faktor munculnya stres pekerjaan.

Munandar (2001) menyatakan, periode pekerjaan yang berkorelasi dengan

stres pekerja sangat terhubung dengan kejenuhan di dunia kerja. Pekerja yang

sudah mengabdi lebih dari lima tahun memiliki level kejenuhan lebih berat

dibanding pekerja baru. Hingga hal ini menjadi peluang stres dalam

pekerjaan. Hal inipun sejalan dengan penelitian Adila (2015) yang menyebut

terdapat korelasi mayor antara periode pekerjaan dan stres pekerjaan.

Peluang mengalami stres pekerjaan pasti dialami disetiap tempat kerja,

karena tiap tempat kerja memiliki bahaya psikologi. Telah dijelaskan dalam

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 tahun 2018 tentang Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja mengenai sumber bahaya di tempat

kerja mencakup faktor fisik, faktor kimiawi, faktor biologis, faktor

ergonomis, dan faktor psikologis.

PT. X merupakan perusahaan yang bergerak dibidang general

kontraktor. Perusahaan ini mengerjakan proyek pembangunan gedung,

perumahan, infrastuktur, dan salah satunya kini sedang ikut andil

mengerjakan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Minyak dan Gas 30 Mega

Watt.

Tiap aspek dalam dunia kerja bisa menjelma katalisator stres pekerjaan,

yang mendeterminasi seberapa jauh keadaan yang dialami adalah situasi stres

atau tidak pekerja dalam interaksi dengan diri-sendiri di tempat lain. Stres

yang membuat seorang pegawai tidak produktif atau yang membuat seorang

pegawai terjangkit penyakit, tak hanya timbul dari satu varian pembangkit

4
stres, tapi dari sejumlah pembangkit stres. Mayoritas waktu digunakan

manusia untuk melakukan pekerjaan. Pembangkit stres di dunia kerja

menjadi pembangkit stres utama pada berkurangnya kinerja atau menurunnya

kondisi kesehatan pekerja (Suprapto, 2008).

Relasi antarpribadi dan komunikasi yang efektif akan berpengaruh di

tempat kerja bagi kondisi mental setiap pekerjanya. Sebaliknya, relasi

antarpribadi yang tidak efektif kelak menyebabkan masalah mental dan

tekanan psikologis, misalnya kecemasan, depresi, dan stres di lingkungan

kerja (Aziz, Wahyuni, dan Wargadinata, 2017).

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada pekerja

konstruksi di PT. X, peneliti menemukan pekerja dengan rentang usia dari

remaja hingga lansia dengan masa kerja bervariasi mulai kurang dari satu

tahun hingga ada yang bekerja lebih dari 5 tahun dengan tanggung jawab

pekerjaan serta beban kerja yang berbeda-beda. Maka, berdasarkan hal

tersebut peneliti tertarik untuk melakukan kajian dengan judul “Hubungan

Usia, Masa Kerja, dan Beban Kerja Mental Terhadap Stres Kerja Pada

Pekerja Konstruksi di PT. X Kota Batam Tahun 2022” untuk mencari tahu,

apakah terdapat hubungan antara usia, masa kerja, dan beban kerja mental

pekerja terhadap stres kerja.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Apakah ada hubungan antara usia, masa kerja, dan beban kerja

5
mental terhadap stres kerja pada pekerja kontruksi di PT. X Kota Batam

Tahun 2022?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antara usia, masa kerja, dan beban kerja mental terhadap stres

kerja pada pekerja kontruksi di PT. X Kota Batam Tahun 2022.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mencari tahu distribusi frekuensi usia pekerja di PT. X

Kota Batam tahun 2022.

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi masa kerja pekerja di PT.

X Kota Batam tahun 2022.

3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi beban kerja mental

pekerja di PT. X Kota Batam tahun 2022.

4. Untuk mengetahui distribusi frekuensi stres kerja pekerja PT. X

Kota Batam tahun 2022.

5. Untuk mengetahui hubungan usia terhadap stres kerja pekerja di

PT. X Kota Batam tahun 2022.

6. Untuk mencari tahu hubungan masa kerja dengan stres kerja

pekerja di PT. X Kota Batam pada 2022.

7. Untuk mengetahui hubungan beban kerja mental dengan stres

kerja pekerja di PT. X Kota Batam pada 2022

6
1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Bagi Mahasiswa

Wawasan dan pengetahuan mengenai bidang K3 meningkat dan

peneliti dapat menerapkan ilmu yang didapatkan dalam perkuliahan

dalam penelitian terutama terkait judul yang didalami oleh peneliti

mengenai hubungan penyebab stres kerja.

1.4.2. Manfaat Bagi Universitas Ibnu Sina

Sebagai koleksi literatur dan bahan bacaan tambahan untuk

perpustakaan yang dapat membantu mahasiswa mencari referensi

pembelajaran khususnya mengenai ilmu K3 di Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Ibnu Sina.

1.4.3. Manfaat Bagi Perusahaan

Sebagai bahan evaluasi bagi perusahaan untuk meningkatkan

kualitas kesehatan para pekerja terutama mengenai beban kerja mental

dan penyebab stres kerja.

1.4.4. Manfaat Bagi Pekerja

Sebagai bahan masukan untuk pekerja dan pengetahuan mengenai

beban kerja mental terhadap stres kerja.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usia

2.1.1. Pengertian Usia

Menurut Robbins yang dialihbahasakan oleh Molan (2010)

Hubungan kinerja dengan usia sangat erat kaitannya, alasannya adalah

adanya keyakinan yang meluas bahwa kinerja merosot dengan

meningkatnya usia. Pada karyawan yang berusia tua juga dianggap kurang

luwes dan menolak tekhnologi baru. Namun di lain pihak ada sejumlah

kualitas positif yang ada pada karyawan yang lebih tua, meliputi

pengalaman, pertimbangan, etika kerja yang kuat, sehingga diharapkan

dapat bekerja keras dan pada umumnya mereka belum berkeluarga atau

bila sudah berkeluarga anaknya relatif masih sedikit. Karyawan yang lebih

tua kecil kemungkinan akan berhenti karena masa kerja mereka yang lebih

panjang cenderung memberikan kepada mereka yang lebih panjang

cenderung memberikan kepada mereka tingkat gaji yang lebih tinggi,

liburan dengan gaji yang lebih panjang, dan tunjangan pension yang lebih

menarik.

Menurut Amron (2009) usia tenaga kerja cukup menentukan

keberhasilan dalam melakukan suatu pekerjaan baik sifatnya fisik yang

lemah dan terbatas, sebaliknya tenaga kerja yang berusia muda

mempunyai kemampuan fisik yang kuat.

2.1.2. Kategori Usia

Menurut Kemenkes RI dalam Al Amin (2017), kategori usia,

meliputi: Masa balita = 0 – 5 tahun, masa kanak-kanak = 5 – 11 tahun,

8
masa remaja awal =12 – 16 tahun, masa remaja Akhir =17 – 25 tahun,

masa dewasa awal =26- 35 tahun, masa dewasa akhir =36- 45 tahun, masa

lansia awal = 46- 55 tahun, masa lansia akhir = 56 – 65 tahun, masa

manula = 65 – sampai atas.

Penduduk usia produktif adalah penduduk usia kerja yang sudah bisa

menghasilkan barang dan jasa. Di indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS)

mengambil penduduk usia 10 tahun keatas sebagai kelompok usia kerja.

Akan tetapi sejak tahun 1998 mulai menggunakan usia 15 tahun ke atas

atau lebih tua datri batas usia kerja pada periode sebelumnya.

2.2. Masa Kerja

2.2.1. Pengertian Masa Kerja

Menurut Melati (2013) Masa kerja adalah panjangnya waktu

terhitung mulai pertama kali masuk kerja hingga saat penelitian. Tekanan

melalui fisik (beban kerja) pada suatu waktu tertentu mengakibatkan

berkurangnya kinerja otot, gejala yang ditunjukkan juga berupa pada

makin rendahnya gerakan. Keadaaan ini tidak hanya disebabkan oleh

suatu sebab tunggalseperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh

tekanan–tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang

panjang.

Menurut Hermanto (2012) Masa kerja dapat dikatakan sebagai

loyalitas karyawan kepada perusahaan. Rentang waktu masa kerja yang

cukup, sama dengan orang yang memiliki pengalaman yang luas baik

hambatan dan keberhasilan. Waktu yang membentuk pengalaman

seseorang. Maka masa kerja adalah waktu yang telah dijalani seorang

9
teknisi selama menjadi tenaga kerja/karyawan perusahaan. Masa kerja

memberikan pengalaman kerja, pengetahuan dan keterampilan kerja

seorang karyawan. Pengalaman kerja menjadikan seseorang memiliki

sikap kerja yang terampil, cepat, mantap, tenang, dapat menganalisa

kesulitan dan siap mengatasinya.

Pada keseluruhan keluhan yang dirasakan tenaga kerja dengan

masa kerja 6 bulan sampai 1 tahun paling banyak mengalami keluhan.

Kemudian keluhan tersebut berkurang pada tenaga kerja setelah bekerja

selama 1-5 tahun. Namun, keluhan akan meningkat pada tenaga kerja

setelah bekerja pada masa kerja lebih dari 5 tahun (Meilasari, 2018).

Masa kerja yang berhubungan dengan stres kerja berkaitan dalam

menimbulkan kejenuhan dalam bekerja. Pekerja yang telah bekerja lebih

dari lima tahun biasanya memiliki tingkat kejenuhan kerja yang lebih

tinggi dibandingkan dengan pekerja baru. Kejenuhan ini yang kemudian

dapat berdampak pada timbulnya stres di tempat kerja (Meilasari, 2018).

2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Masa Kerja

Faktor yang mempengaruhi keterikatan kerja menurut Demerouti

dalam (Puspita, 2012) sebagai berikut:

1. Tuntutan Kerja (job demands)

Tuntutan kerja merupakan aspek-aspek fisik, sosial, maupun

organisasi dari pekerjaan yang membutuhkan usaha terus-menerus

baik secara fisik maupun psikologis demi mencapai atau

mempertahankannya. Tuntutan kerja meliputi empat faktor yaitu:

beban kerja yang berlebihan (work overload), tuntutan emosi

10
(emotional demands), ketidaksesuaian emosi (emotional

dissonance), dan perubahan terkait organisasi (organizational

changes).

2. Sumber daya pekerjaan (Job Resources)

Keterikatan kerja juga dapat dipengaruhi oleh sumber daya

pekerjaan, yaitu aspek-aspek fisik, sosial, maupun organisasi yang

berfungsi sebagai media untuk mencapai tujuan pekerjaan,

mengurangi tuntutan pekerjaan dan harga, baik secara fisiologis

maupun psikologis yang harus dikeluarkan, serta menstimulasi

pertumbuhan dan perkembangan personal individu. Sumber daya

pekerjaan meliputi empat faktor yaitu: otonomi (autonomy),

dukungan sosial (social support), bimbingan dari atasan

(supervisory coaching), dan kesempatan untuk berkembang secara

profesional (opportunities for professional development).

3. Sumber daya pribadi (Personal Resource)

Sumber daya pribadi merupakan aspek diri yang pada

umumnya dihubungkan dengan kegembiraan dan perasaan bahwa

diri mampu memanipulasi, mengontrol dan memberikan dampak

pada lingkungan sesuai dengan keinginan dan kemampuannya.

Beberapa tipikal sumber daya pribadi yaitu: Self-efficacy

(keyakinan diri) merupakan persepsi individu terhadap kemampuan

dirinya untuk melaksanakan dan menyelesaikan suatu tugas atau

tuntutan dalam berbagai konteks. Organizational-based self-esteem

didefinisikan sebagai tingkat keyakinan anggota organisasi bahwa

11
mereka dapat memuaskan kebutuhan mereka dengan berpartisipasi

dan mengambil peran atau tugas dalam suatu organisasi. Optimis

terkait dengan bagaimana seseorang meyakini bahwa dirinya

mempunyai potensi untuk berhasil dan sukses dalam hidupnya.

4. Kepribadian (Personality)

Kepribadian berhubungan erat dengan keterikatan kerja yang

juga dapat dikarakteristikkan dengan watak, menggunakan dimensi

aktivasi dan kesenangan sebagai suatu kerangka kerja.

2.2.3. Dimensi dan Indikator Masa Kerja

Dimensi dalam penelitian ini mengacu pada (Balai Pustaka

Departemen pendidikan dan kebudayaan, 2013) yang menjelaskan

pengembangan dimensi dan indikator instrumen masa kerja yaitu:

Lamanya waktu masa percobaan atau magang, lamanya bekerja di

perusahaan, dan lamanya waktu bekerja pada posisi pekerjaan saat ini.

2.3.Beban Kerja

2.3.1. Definisi Beban Kerja

Menurut Danang Sunyoto (2012) dijelaskan bahwa beban kerja

ialah suatu pekerjaan yang dilimpahkan terlalu banyak yang berakibat

ketegangan dalam diri pekerja hingga dapat menimbulkan stres.

2.3.2. Aspek-Aspek Beban Kerja

Menurut Munandar (2001) ada dua aspek yang menjadi beban

kerja :

1) Beban kerja sebagai tuntutan fisik

12
Kondisi kerja tertentu dapat menghasilkan prestasi kerja

yang optimal di samping dampaknya terhadap kinerja pegawai,

kondisi fisik berdampak pula terhadap kesehatan mental seorang

tenaga kerja. Kondisi fisik pekerja mempunyai pengaruh terhadap

kondisi fatal dan psikologi seseorang. Dalam hal ini bahwa kondisi

kesehatan pegawai harus tetap dalam keadaan sehat saat

melakukan pekerjaan, selain istirahat yang cukup juga dengan

dukungan sarana tempat kerja yang nyaman dan memadai.

2) Beban kerja sebagai tuntutan tugas

Kerja shift sering kali menyebabkan kelelahan bagi para

pegawai akibat dari beban kerja yang berlebihan. Beban kerja

berlebihan dan beban kerja terlalu sedikit dapat berpengaruh

terhadap kinerja pegawai.

2.3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja

Menurut Soleman (2011) adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi beban kerja :

1) Faktor Eksternal

Faktor ini berasal dari bagian luar tubuh pekerja, sebagai

berikut :

a. Tugas (task)

Meliputi tugas bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata

ruang kerja, kondisi sekitar lingkungan kerja, sikap kerja,

cara angkut, beban yang diangkat. Sedangkan untuk tugas

13
yang bersifat mental seperti tanggung jawab, kompleksitas

pekerjaan, emosi pekerja, dan sebagainya.

b. Organisasi kerja

Meliputi durasi kerja, durasi istirahat, shift kerja,

sistem kerja, dan sebagainya.

c. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja ini dapat memberikan beban

tambahan seperti lingkungan kerja fisik, kimiawi, biologis,

dan lingkungan kerja psikologis.

2) Faktor Internal

Faktor ini berasal dari bagian dalam tubuh pekerja karena

reaksi beban kerja eksternal, yang berpotensi sebagai stressor,

seperti :

a. Faktor somatis

Faktor ini seperti jenis kelamin, usia, ukuran tubuh,

status gizi, kondisi kesehatan, dan sebagainya.

b. Faktor psikis

Faktor ini meliputi motivasi, persepsi, kepercayaan,

keinginan, kepuasaan, dan sebagainya.

2.3.4. Jenis-Jenis Beban Kerja

Salah satu penyebab kinerja atau produktivitas menurun karena

beban kerja berlebih, beban kerja dibagi dua (Adipurnomo, 2020) :

1) Beban kerja fisik

14
Menurut Arasyandi dan Bakhtiar (2016), beban kerja fisik

dapat kita lihat output-nya dari hasil pekerjaan.

2) Beban kerja mental

Menurut Made dan Wulanyani (2015), didefinisikan

sebagai sebuah interaksi antara tuntutan tugas dengan kemampuan

manusian atau sumber daya. Beban kerja mental/psikologis dapat

berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang

dimiliki individu dengan individu lainnya.

Meshkati dan Hancock (1988), menuturkan beban kerja

mental mempunyai lima (5) syarat sebagai dasar pengukuran,

sebagai berikut :

1. Relevant : Secara langsung berhubungan dengan

komponen beban kerja mental.

2. Sensitive : Daya uji tinggi sehubungan dengan

perubahan dalam beban kerja mental.

3. Concordant : Hasil sesuai dengan populasi

4. Reliable : Memiliki hasil yang sama dan stabil pada

setiap percobaan

5. Convienient : Mudah dipelajari untuk digunakan dalam

penelitian

Beban kerja yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kebingungan,

kegelisahan, frustasi, dan masalah kesehatan. Efek selanjutnya adalah

timbul stress pada pekerja, apabila stres tidak segera ditangani maka akan

15
membutuhkan pengendalian yang besar bahkan dapat menurunkan

produktivitas dan kinerja (Meshkati dan Hancock, 1988).

2.4. NASA – TLX

Metode NASA-TLX adalah kaidah yang dipakai untuk menganalisis

beban kerja mental yang diterima oleh pekerja yang telah melakukan

berbagai kegiatan pada pekerjaannya. Metode ini dikembangkan oleh Sandra

G. Hart dari NASA-Ames Research Center dan Lowell E. Staveland dari San

Jose State University pada tahun 1981 berdasarkan munculnya kebutuhan

pengukuran subjektif yang terdiri dari skala sembilan faktor (kesulitan tugas,

tekanan waktu, jenis aktivitas, usaha fisik, usaha mental, performansi,

frustasi, stress dan kelelahan). Dari sembilan faktor ini disederhanakan lagi

menjadi 6 yaitu Mental Demand (MD), Physical Demand (PD), Temporal

Demand (TD), Performance (P), Effort (E), Frustation Level (FR).

NASA-TLX (Nasa Task Load Index) adalah sebuah metode

pengukuran beban kerja mental secara subjektif. Pengukuran metode NASA-

TLX dibagi menjadi dua tahap, yaitu perbandingan tiap skala (Paired

Comparison) dan pemberian nilai terhadap pekerjaan (Event Scoring).

2.4.1. Metode Pengukuran Beban Kerja Mental Dengan Nasa-TLX

Metode ini untuk menganalisis beban kerja mental pada pekerja

yang melakukan berbagai aktivitas dalam pekerjaannya. Dalam penelitian

Surya, Fathimahhayati dan Sitania (2018) menjelaskan tentang 6 dimensi

dari beban kerja mental yaitu :

1) Kebutuhan Fisik (physical demand)

16
Seberapa besar kegiatan fisik yang dibutuhkan (seperti:

mendorong, menarik, memutar, mengendalikan, dan

mengaktifkan)

2) Kebutuhan Mental (mental demand)

Seberapa besar kegiatan mental dan perceptual yang

dibutuhkan (seperti: berpikir, memutuskan, menghitung,

menghapal, melihat dan mencari) apakah tugas tersebut simple

atau kompleks, mudah atau sulit.

3) Kebutuhan Waktu (temporal demand)

Seberapa tertekankah anda akan batas waktu yang

diberikan untuk mengerjakan tugas. Apakah kecepatan atau

tempo kerja anda rendah atau tinggi.

4) Performansi (performance)

Seberapa sukses anda dalam mencapai tujuan

pekerjaan yang telah ditetapkan dalam eksperimen. Merasa

puaskan anda dengan hasil pekerjaan anda.

5) Usaha (effort)

Seberapa keras anda harus bekerja (baik fisik maupun

mental) untuk mencapai tingkat performansi yang telah anda

gapai.

6) Tingkat stress (frustration level)

Seberapa terganggu, bosan, menjengkelkan, atau stress

anda, saat mengerjakan tugas anda.

17
2.4.2. Prosedur NASA-TLX

Hancock dan Meshkati (1998) dalam penelitian Surya,

Fathimahhayati, dan Sitania (2018) merupakan salah satu peneliti yang

dapat menjelaskan langkah-langkah dalam pengukuran beban kerja mental

dengan menggunakan metode NASA-TLX, yaitu :

1) Penjelasan indikator beban mental yang akan diukur

Tabel 2. 1 Indikator Beban Kerja Mental


Skala
No Skala Keterangan
Rating
1 Kebutuhan Rendah- Seberapa besar
Mental Tinggi kegiatan mental dan
(mental kemampuan yang
demand) dibutuhkan untuk
melihat, mengingat,
dan mencari.
Apakah pekerjaan
tersebut mudah atau
sulit, sederhana atau
kompleks, longgar
atau ketat.
2 Kebutuhan Rendah- Keseluruhan
Fisik Tinggi aktivitas fisik yang
(physical dikeluarkan untuk
demand) (misal mendorong,
menarik,
mengontrol putaran,
dll).
3 Kebutuhan Rendah-
Waktu Tinggi Jumlah tekanan yang
(temporal berkaitan dengan
demand) waktu yang
dirasakan selama
kegiatan pekerjaan
berlangsung. Apakah
pekerjaan perlahan
atau santai atau
cepat dan
melelahkan.

18
Skala
No Skala Keterangan
Rating
4 Performansi Baik- Peluang keberhasilan
(performance) Buruk seseorang pada
pekerjaannya dan
seberapa puas
dengan hasil
kerjanya.
5 Usaha (effort) Rendah Seberapa keras kerja
-Tinggi mental dan fisik
yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan
pekerjaan.
6 Tingkat Rendah Seberapa tidak
frustasi -Tinggi aman, putus asa,
(frustration tersinggung,
level)
terganggu,
dibandingkan
dengan perasaan
aman, puas, nyaman,
dan kepuasan diri
yang dirasakan.
Sumber: Surya, R. A., Fathimahhayati, L. D., & Sitania, F. D.
(2018). Analisis Pengaruh Shift Kerja Terhadap Beban Kerja
Mental Pada Operator Distributed Control System (DCS)
Dengan Metode Nasa-Taks Load Index (TLX) (Studi Kasus:
PT. Cahaya Fajar Kaltim). Matrik, 19(1), 63.
https://doi.org/10.30587/matrik.v19i1.510

2) Pembobotan

Pada tahap pembobotan pekerja diminta untuk memilih

salah satu dari dua indikator yang dirasakan pekerja lebih

dominan menimbulkan beban kerja mental terhadap pekerjaan

tersebut. Kuesioner dari NASA-TLX yang diberikan

berbentuk komparasi berpasangan yang berjumlah 15

komparasi berpasangan. Jumlah tally ini selanjutnya akan

menjadi bobot untuk tiap indikator beban kerja mental.

19
Tabel 2. 2 Perbandingan Berpasangan NASA-TLX

No Indikator Beban Kerja Mental

1 Tingkat Usaha (TU) Performance (P)

2 Kebutuhan Waktu (KW) Tingkat Frustasi (TF)

3 Kebutuhan Waktu (KW) Tingkat Usaha (TU)

4 Kebutuhan Fisik (KF) Tingkat Frustasi (TF)

5 Performance (P) Tingkat Frustasi (TF)

6 Kebutuhan Fisik (KF) Kebutuhan Waktu (KW)

7 Kebutuhan Fisik (KF) Performance (P)

8 Kebutuhan Waktu (KW) Kebutuhan Mental (KM)

9 Tingkat Frustasi (TF) Tingkat Usaha (TU)

10 Performance (P) Kebutuhan Mental (KM)

11 Performance (P) Kebutuhan Waktu (KW)

12 Kebutuhan Mental (KM) Tingkat Usaha (TU)

13 Kebutuhan Mental (KM) Kebutuhan Fisik (KF)

14 Tingkat Usaha (TU) Kebutuhan Fisik (KF)

15 Tingkat Frustasi (TF) Kebutuhan Mental (KM)

Sumber: Surya, R. A., Fathimahhayati, L. D., & Sitania, F.


D. (2018). Analisis Pengaruh Shift Kerja Terhadap Beban
Kerja Mental Pada Operator Distributed Control System
(DCS) Dengan Metode Nasa-Taks Load Index (TLX) (Studi
Kasus: PT. Cahaya Fajar Kaltim). Matrik, 19(1), 63.
https://doi.org/10.30587/matrik.v19i1.510

3) Pemberian Rating

Pada tahap pemberian rating pekerja diminta untuk

memberi nilai terhadap keenam indikator beban kerja mental.

20
Rating yang diberikan adalah subjektif tergantung pada beban

kerja mental yang dirasakan oleh pekerja tersebut.

Untuk mendapatkan nilai (score) beban kerja mental

NASA-TLX, bobot dan rating untuk setiap indikator dikalikan,

selanjutnya dijumlahkan dan dibagi 15 (jumlah perbandingan

berpasangan). Berdasarkan skala rating sheet pada metode

NASA-TLX menggunakan skala dari 0 hingga 100, nilai 0

berada pada range 1 rendah (low) dan nilai 100 berada pada

range tinggi (high).

Gambar 2. 1 Rating Sheet NASA-TLX

Berikut penjabaran mengenai langkah-langkah mengolah

data NASA-TLX :

a. Menghitung produk

21
Produk diperoleh dengan cara mengkalikan rating

dengan faktor untuk masing-masing deskriptor. Dengan

demikian dihasilkan 6 nilai produk untuk 6 indikator (KM,

KW, KF, P, TU, dan TF).

Produk = Rating X Bobot Kerja

b. Menghitung weighted workload (WWL)

WWL diperoleh dengan cara menjumlahkan keenam

nilai produk

WWL = ∑Produk

c. Menghitung rata-rata WWL

Rata-rata WWL diperoleh dengan cara membagi WWL

dengan bobot total.

∑(𝑅𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔×𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡)
Skor = 15

d. Interpretasi Nilai (score)

Dari penjelasan Hart dan Staveland dalam penelitian

Surya, Fathimahhayati and Sitania (2018), dalam teori

NASA-TLX, skor beban kerja mental yang diperoleh dapat

diinterpretasikan sebagai berikut :

1) Nilai skor > 80 menyatakan beban pekerjaan berat

2) Nilai skor 50-79 menyatakan beban pekerjaan

sedang

3) Nilai skor < 50 menyatakan beban pekerjaan ringan

22
2.5.Stres Kerja

2.5.1. Pengertian Stres Kerja


Manusia merupakan makhluk hidup yang sangat kompleks.

Manusia memiliki rasa suka dan benci, gembira, sedih, berani, takut, dan

lain sebagainya. Manusia mempunyai kehendak, kemauan, angan-angan,

dan cita-cita. Manusia memiliki dorongan-dorongan hidup tertentu. Selain

itu, manusia mempunyai pikiran-pikiran dan pertimbangan-pertimbangan

yang menentukan sikap dan pendiriannya. Juga, manusia mempunyai

pergaulan hidup, baik di rumah ataupun di tempat kerja serta di

masyarakat luas, sehingga manusia cenderung mendapat stres fisik dan

psikologis. Udara dingin menyebabkan stres fisik pada tubuh sehingga

timbul respons perubahan sirkulasi, pernapasan dan denyut jantung.

Paparan terhadap virus, penyakit, serta udara berasap dan berkabut

semuanya menyebabkan stres fisik (faktor lingkungan). Batasan waktu

suatu pekerjaan, kecemasan akan acara sosial khusus, atau kehilangan

teman dekat adalah salah satu contoh stres psikologis. (Swarth, 2004).

Terdapat beberapa pengertian tentang stres yang dapat dimaknai

dari beberapa sudut pandang keilmuan. Levi (dalam Tarwaka, 2010),

menyebutkan beberapa definisi stres kerja, sebagai berikut:

1. Dalam bahasa teknik, stres dapat diartikan sebagai kekuatan

dari bagian- bagian dalam tubuh.

2. Dalam bahasa biologi dan kedokteran, stres dapat diartikan

sebagai proses tubuh untuk beradaptasi terhadap pengaruh luar

dan perubahan lingkungan terhadap tubuh.

23
3. Secara umum, stres dapat diartikan sebagai tekanan psikologis

yang dapat menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit

jiwa.

Menurut Manuaba (2000), stres adalah segala rangsangan atau aksi

dari tubuh manusia baik yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh

itu sendiri yang dapat menimbulkan bermacam-macam dampak yang

merugikan mulai dari menurunkan kesehatan sampai kepada dideritanya

suatu penyakit.

Stres akibat kerja adalah respons emosional dan fisik yang bersifat

mengganggu atau merugikan yang terjadi pada saat tuntutan tugas tidak

sesuai dengan kapasitas, sumber daya, atau keinginan pekerja (NIOSH,

1999). Adapun menurut European Commission (1999), stres akibat kerja

adalah suatu bentuk emosi, kognitif, perilaku, dan reaksi fisiologis

berhadap aspek-aspek pekerjaan, organisasi kerja, dan lingkungan kerja

yang bersifat merugikan.

Menurut Tarwaka (2010), stres merupakan tekanan psikologis

yang dapat menyebabkan berbagai bentuk penyakit, baik penyakit secara

fisik maupun mental (kejiwaan), dan secara konsep stres dapat

didefinisikan menurut variabel kajian berikut ini:

1. Stres sebagai stimulus,

2. Stres sebagai respons,

3. Stres sebagai interaksi antara individu dan lingkungannya.

24
Menurut Pandji Anoraga (2001), stres kerja adalah suatu bentuk

tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan

di lingkunganya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya

terancam.

Jadi, stres kerja adalah segala rangsangan atau respons emosional

dan fisik yang mengganggu dan merugikan yang dapat menyebabkan

berbagai penyakit baik fisik maupun psikis serta dapat mengakibatkan

dirinya terancam.

2.5.2. Penyebab Stres Kerja

Sumber stres adalah suatu kondisi, situasi, atau peristiwa yang

dapat menyebabkan stres. Menurut Munandar (2001) stres ditentukan pula

oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya sebagai penuh

stres, sedangkan menurut Muchlas (2005), variabel-variabel individual

dapat berupa karakteristik biografik. Karakteristik biografik tersebut

adalah jenis kelamin, usia, status pernikahan, dan masa kerja.

1. Jenis kelamin

Perempuan dan laki-laki berusaha mengelola stres dengan cara

yang sangat berbeda. Mereka juga merasakan kemampuan mereka

dan hal-hal yang menghalangi mereka dengan cara yang sangat

berbeda. Laki-laki tidak lebih mampu untuk melakukan pekerjaan

yang berhubungan dengan orang lain secara lebih baik

dibandingkan dengan perempuan dan hal ini penting untuk strategi

manajemen stres (APA, 2010).

25
2. Usia

Usia merupakan salah satu faktor penting dalam menanggapi

stres. Berdasarkan hasil penelitian Yane (2017) bahwa pekerja

yang memiliki Usia lebih muda lebih rentan untuk mengalami stres

kerja. The White Paper dikutip dari International Labour

Oorganization (ILO) pada tahun 2016 tentang Pencegahan Bunuh

Diri di Jepang pada Tahun 2012 menyatakan bahwa masalah

terkait pekerjaan menyebabkan pria yang berusia 20-59 tahun

melakukan bunuh diri dengan persentase antara 7,6% dan 12,3%.

Sedangkan menurut Gunarsa (2008) seseorang akan rentan

mengalami stres pada usia 21–40 tahun dan pada usia 40–60 tahun.

3. Status pernikahan

Pernikahan atau perkawinan memaksakan peningkatan

tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang dapat

membuat suatu pekerjaan yang tetap menjadi lebih berharga dan

penting. Pekerja yang sudah menikah kemungkinan besar lebih

tekun daripada pekerja yang belum menikah (Wahjono, 2010).

4. Masa kerja

Masa kerja merupakan jumlah waktu seorang pekerja telah

bekerja di perusahaan. Masa kerja berhubungan dengan stres

kerja dalam hal kejenuhan. Pekerjaan yang monoton banyak

mengalami tekanan waktu dan keterampilan kurang memadai.

Situasi tersebut dapat membuat individu mengalami perasaan

tidak puas sehingga ia merasa bosan dan jenuh dalam tugasnya

26
yang pada akhirnya membuat dirinya tertekan dan stres

(Wijono, 2010).

2.5.3. Penilaian Tingkat Stres Kerja

Berdasarkan Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, terdapat standar faktor psikologi

yang dibuat demi mengetahui sejauh mana segala keadaan pekerjaan

menjadi sumber stres pada pekerja. Adapun bentuk penilaian tingkat stres

oleh Tamara (2019) dimodifikasi dari Permenaker No. 5 Tahun 2018

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3. Penilaian Tingkat Stres Kerja


SKALA PENILAIAN
N

Kadang
Pernah

Sering

Selalu
Tidak
PERTANYAAN
O

1 Tujuan tugas-tugas dan pekerjaan saya


tidak jelas
2 Saya tidak memiliki kesempatan yang
cukup untuk berkembang pada
pekerjaan saya
3 Saya menghabiskan waktu terlalu
banyak untuk pertemuan yang tidak
penting dan menyita waktu saya
4 Tugas-tugas yang diberikan kepada
saya terlalu sulit
5 Saya bertanggung jawab membantu
pekerja lain menyelesaikan
masalahnya
6 Saya tidak memiliki kuasa untuk
melaksanakan tanggung jawab
pekerjaan saya
7 SOP yang telah ada tidak dipatuhi
8 Saya membuat keputusan dan
bertindak untuk mempengaruhi
keselamatan orang lain
9 Saya mendapatkan lebih banyak tugas
daripada pekerja lain
10 Atasan mengharapkan saya melebihi
kemampuan yang saya miliki

27
SKALA PENILAIAN
N

Kadang
Pernah

Sering

Selalu
Tidak
PERTANYAAN
O

11 Saya hanya memiliki sedikit


kesempatan untuk berkembang dan
belajar pengetahuan serta
keterampilan
baru dalam pekerjaan saya
12 Tanggug jawab saya dalam pekerjaan
lebih mengenai orang daripada barang
13 Saya tidak mengerti bagian yang
diperankan pekerjaan saya dalam
memenuhi tujuan organisasi
keseluruhan
14 Saya merasa bahwa saya betul-betul
tidak memiliki waktu untuk istirahat
berkala
15 Saya kurang terlatih dan kurang
pengalaman untuk melaksanakan tugas
saya
Jumlah Skor per Kolom
TOTAL SKOR
Sumber: Kuesioner Modifikasi Tamara (2019)

Dari kuesioner tersebut skala penilaian yang digunakan ialah

sebagai berikut:

1. Tidak Pernah :-

2. Kadang : 1-2 kali dalam sebulan merasakannya

3. Sering : Merasakan lebih dari 3 kali dalam sebulan

4. Selalu : Merasakan lebih dari 7 kali dalam sebulan

Klasifikasi penilaian tingkat stres dibagi menjadi 3 bagian

berdasarkan teori modifikasi Tamara (2019) dari Permenaker No. 5 Tahun

2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.

Tingkat penilaian stres diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Total skor 15-30 atau mencapai 25%-51% dari total skor

termasuk dalam kategori stres ringan.

28
2. Total skor 31-45 atau mencapai 52%-76% dari total skor

termasuk dalam kategori stres sedang.

3. Total skor 46-60 atau mencapai 77%-100% dari total skor

termasuk dalam kategori stres berat.

29
2.6. Kerangka Teori

Dari berbagai teori yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan

penelitian, di bawah ini adalah faktor-faktor yang diperkirakan dapat

menyebabkan risiko stres kerja pada pekerja konstruksi area lapangan PT. X

Kota Batam tahun 2022, dengan perumusan kerangka teori sebagai berikut :

Jenis Kelamin

Usia
Faktor Status Pernikahan
Individual Masa Kerja

Tingkat Stres

Fisik

Beban Kerja
Mental

Ket:
Yang tidak diteliti

Yang diteliti
Gambar 2. 2 Kerangka Teori
Sumber: Teori Modifikasi Adipurnomo (2020), Priyoto (2014), Yane (2017),
dan Wijono (2010)

30
2.7. Kerangka Konsep

Dari berbagai teori yang telah dikemukakan dalam tinjauan pustaka, maka

perlu dilakukan identifikasi faktor-faktor yang diperkirakan dapat

menyebabkan stres kerja pada pekerja konstruksi di PT. X Kota Batam tahun

2022. Variabel independen yang diteliti adalah usia, masa kerja, dan beban

kerja mental. Sedangkan variabel dependen yang diteliti adalah stres kerja

dengan perumusan konsep sebagai berikut:

Variabel Independen
Variabel Dependen

Usia

Masa Kerja Stres Kerja

Beban Kerja Mental

Gambar 2. 3 Kerangka Konsep

2.8. Hipotesis

Berdasarkan tujuan khusus penelitian, maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha1 : Adanya hubungan usia terhadap stres kerja di PT. X tahun

2022

Ho1 : Tidak adanya hubungan usia terhadap stres kerja di PT. X

tahun 2022

31
Ha2 : Adanya hubungan masa kerja terhadap stres kerja di PT. X

tahun 2022

Ho2 : Tidak adanya hubungan masa kerja terhadap stres kerja di

PT. X tahun 2022

Ha3 : Adanya hubungan beban kerja mental terhadap stres kerja di

PT. X tahun 2022

Ho3 : Tidak adanya hubungan beban kerja mental terhadap stres

kerja di PT. X tahun 2022

32
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif analitik yang

diarahkan untuk menjelaskan keadaan menggunakan pendekatan cross

sectional (potong-lintang). Karena peneliti bertujuan untuk mengidentifikasi

ada atau tidaknya hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen dalam satu waktu pengukuran menggunakan alat ukur berupa

kuesioner. Sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono (2013) metode yang

memperlajari objek dalam jenjang waktu tertentu atau tak berkesinambungan

dalam jangka waktu panjang ialah cross sectional.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi kajian dilaksanakan di PT. X Kota Batam, yang berlokasi di

Jln. Sudirman No. 01, Sukajadi, Kota Batam.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu dilaksanakannya penelitian di PT. X Kota Batam pada bulan

Januari hingga April tahun 2022.

3.3. Populasi dan Subjek Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Sugiyono (2013) mengatakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang memiliki kualitas serta karakteristik khusus yang

33
ditetapkan oleh periset guna dipelajari dan kemudian menarik kesimpulan

ialah populasi.

Pada kajian berikut, keseluruhan pekerja bagian lapangan yang

berjumlah 55 orang merupakan populasi.

3.3.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan keseluruhan pekerja di PT. X Kota

Batam bagian lapangan yang menjadi subjek kajian.

3.4. Besar Sampel

Amirullah (2015) Sampel adalah sebuah bagian kelompok dari

populasi yang dipilih dan digunakan dalam penelitian. Sampel pada

penelitian ini merupakan seluruh pekerja di bagian lapangan PT. X.

3.5. Teknik Sampel

Peneliti menggunakan teknik sampel Nonprobability Sampling dalam

penelitian ini. Nonprobability Sampling merupakan teknik yang tidak

memberikan kesempatan atau peluang yang sama bagi setiap unsur atau

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik Nonprobability

Sampling yang dipilih yaitu dengan total sampling. Total sampling adalah

teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil. Istilah lain

total sampling adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan

sampel (Susilana, 2015).

34
3.6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.6.1. Variabel Penelitian

Sugiyono (2007) mengemukakan bahwa variabel penelitian ialah

suatu atribut ataupun sifat ataupun nilai dari individu, objek, serta

aktivitas yang memiliki variasi tetap yang oleh pengkaji ditetapkan guna

dipelajari ataupun ditarik kesimpulannya.

Variabel penelitian juga bentuk kongkrit dari kerangka konsep yang

telah disusun.

a. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi

atau terjadi sebab-sebab perubahan atau munculnya variabel

dependen (terikat) (Sugiyono, 2016). Variabel ini juga biasa

disebut variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel

bebas adalah Usia, Masa Kerja, dan Beban Kerja Mental.

b. Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2016), mengatakan bahwa variabel ini

biasa disebut variabel terikat ialah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Pada kajian

berikut yang menjadi variabel terikat ialah Stres Kerja.

35
3.6.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional


Alat Cara
No. Variabel Definisi Operasional Hasil Skala
Pengukuran Pengukuran
(0) 17 - 25 Tahun (Remaja Akhir)
(1) 26 – 35 Tahun (Dewasa Awal)
Usia merupakan waktu lamanya hidup atau
(2) 36 – 45 Tahun (Dewasa Akhir) Skala
1 Usia ada (sejak dilahirkan atau diadakan) Kuesioner Wawancara
(3) 46 – 55 Tahun (Lansia Awal) Ordinal
(Hoetomo, 2005).
(4) 56 – 65 Tahun (Lansia Akhir)
(Kemenkes RI, dalam Al Amin, 2017)
Menurut Siagian (2001) menyatakan (0) < 1 Tahun
Masa bahwa masa kerja adalah jangka waktu atau (1) 1 – 5 Tahun Skala
2 Kuesioner Wawancara
Kerja lamanya seseorang bekerja pada instansi, (2) > 5 Tahun Rasio
kantor, dan sebagainya. (Meilasari, 2018)
(0) Skor >80 Menyatakan Beban
Kerja Mental Berat
Menurut Made and Wulanyani (2015),
Beban (1) Skor 50-79 Menyatakan
didefinisikan sebagai sebuah interaksi Kuesioner Skala
3 Kerja Kuesioner Beban Kerja Mental Sedang
antara tuntutan tugas dengan kemampuan NASA-TLX Ordinal
Mental (2) Skor <50 Menyatakan Beban
manusia atau sumber daya.
Kerja Mental Ringan
(Surya et al., 2018)

36
(0) Skor 15 – 30 termasuk
dalam kategori stres ringan
Stres kerja adalah perasaan tertekan yang (1) Skor 31 - 45 termasuk dalam
Stres Skala
4 dialami karyawan dalam menghadapi Kuesioner Wawancara kategori stres sedang
Kerja Ordinal
pekerjaan (Mangkunegara, 2013). (2) Skor 46 - 60 termasuk dalam
kategori stres berat
(Tamara, 2019)

37
3.7. Jenis dan Prosedur Pengumpulan Data

3.7.1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh periset untuk tujuan

menuntaskan persoalan yang tengah dikaji. Data dihimpun periset

secara langsung dari sumber paling awal atau tempat objek penelitian

dikerjakan (Suharsimi, 2006). Data primer dalam penelitian ini

didapatkan lewat pengamatan dan hasil kuesioner responden.

3.7.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan untuk

tujuan selain menyesuaikan masalah yang sedang dihadapi serta dapat

ditemukan dengan cepat (Suharsimi, 2006). Data sekunder penelitian

ini diperoleh dari jurnal, modul, e-book, regulasi, dan dokumen resmi

perusahaan yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.8. Prosedur Pengolahan Data

3.8.1. Editing

Editing merupakan tahap untuk meneliti kembali setiap data

yang dilihat sebagai kelengkapan jawaban (Rusdy, 2012).

3.8.2. Coding

Coding merupakan tahap pemberian kode untuk masing-

masing variabel yang diteliti baik variabel independen maupun

variable dependen (Rusdy, 2012).

3.8.3. Entry

Entry merupakan tahap memasukkan data yang didapat ke

38
dalam file data dengan menggunakan program statistik

komputer (Rusdy, 2012).

3.8.4. Cleaning

Cleaning merupakan tahap dimana data yang telah

dimasukkan ke dalam komputer diperiksa kebenaran yang

dilihat dari data yang salah (Rusdy, 2012).

3.9.Analisis Data

3.9.1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang bertujuan

untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-

masing variabel yang diteliti (NORA, 2015). Analisis univariat

dalam penelitian ini menggambarkan distribusi frekuensi usia,

masa kerja, dan beban kerja mental.

3.9.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan untuk

melihat hubungan antara variabel bebas (independent) terhadap

variabel terikat (dependent) (NORA, 2015). Analisis bivariat

dalam penelitian ini menggunakan uji statistik chi-square guna

mengoneksikan variabel kategoris dan kategoris, dengan

dugaan bahwa :

1. Jika p-value < 0,05 bermakna ada korelasi yang krusial

antara variabel independen dan variabel dependen.

2. Jika p-value ≥ 0,05 bermakna tidak ada korelasi yang

krusial antara variabel independen dan variabel dependen.

39
3.10. Jadwal Penelitian

Sesuai dengan kalender akademik FIKes Universitas Ibnu Sina,


jadwal penelitian ini dimulai pada bulan Januari-Juni 2022 dengan
kegiatan sebagai berikut:

Tabel 3.2. Jadwal Pelaksanaan Proposal dan


Skripsi
2022
No Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1 Pembuatan
Proposal

2 Seminar
Proposal

3 Perbaikan
Proposal

4 Pengumpulan
Data

5 Pengolahan
dan Analisis
Data

6 Penulisan
Skripsi

7 Sidang Ujian
Skripsi

8 Perbaikan
Skripsi

40
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

4.1.1. Profil Perusahaan

PT. X merupakan perusahaan yang bergerak dibidang general contractor

yang yang berlokasi di Kota Batam, Kepulauan Riau, Indonesia yang sudah

berdiri sejak tahun 1998 sebagai bagian dari Harada Indonesia Group.

Perusahaan ini mengerjakan proyek pembangunan gedung, perumahan,

infrastuktur, dan salah satunya kini sedang ikut andil mengerjakan proyek

PLTMG (Pembangkit Listrik Tenaga Minyak dan Gas) 30 Mega Watt yang

berlokasi di Baloi, Kota Batam.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi serta

persentase usia, masa kerja, beban kerja mental, dan stres kerja pada pekerja

konstruksi di PT. X tahun 2022 Kota Batam.

a. Distribusi Frekuensi Usia

4.1. Distribusi Frekuensi Usia Pekerja Konstruksi


Di PT. X Kota Batam Tahun 2022

Persentase
Usia Frekuensi
(%)
17 – 25 Tahun (Remaja Akhir) 10 18,2
26 – 35 Tahun (Dewasa Awal) 18 32,7
36 – 45 Tahun (Dewasa Akhir) 17 30,9
46 – 55 Tahun (Lansia Awal) 9 16,4
56 – 65 Tahun (Lansia Akhir) 1 1,8
Total 55 100

41
Dari tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Usia Pekerja Kontruksi di PT. X

Kota Batam dari 55 responden, didapatkan mayoritas data usia pekerja

didominasi oleh pekerja berusia 26-35 tahun (dewasa awal) sebanyak 18

responden (32,7%) dan urutan kedua adalah pekerja dengan usia 36-45 tahun

sebanyak 17 responden (30,9%). Sementara responden yang berusia 17-25

tahun (remaja akhir) terdapat sebanyak 10 responden (18,2%), usia pekerja

46-55 tahun (lansia awal) sebanyak 9 responden (16,4%), dan pekerja dengan

usia 56-65 tahun (lansia akhir) berjumlah sebanyak 1 orang (1,8%). Dari

keterangan di atas menunjukkan bahwa usia pekerja konstruksi di PT. X Kota

Batam tahun 2022 mayoritas berusia 26-35 tahun (dewasa awal).

b. Distribusi Frekuensi Masa Kerja

4.2. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja Konstruksi


Di PT. X Kota Batam Tahun 2022

Persentase
Masa Kerja Frekuensi
(%)
<1 Tahun 10 18,2

1 – 5 Tahun 33 60,0

>5 Tahun 12 21,8

Total 55 100

Dari tabel 4.2. Persebaran frekuensi masa kerja pekerja konstruksi di PT.

X Kota Batam Tahun 2022, didapati data pekerja dengan masa kerja 1 – 5

tahun terdapat 33 responden (60,0%), pekerja yang telah bekerja dengan

masa kerja sebanyak lebih dari 5 tahun sebanyak 12 responden (21,8%), dan

pekerja dengan masa kerja kurang dari 1 tahun sebanyak 10 responden

(18,2%). Dari keterangan di atas jumlah karyawan yang bekerja dalam masa

42
kerja 1 – 5 tahun merupakan mayoritas dari responden di PT. X Kota Batam

tahun 2022.

c. Distribusi Frekuensi Beban Kerja Mental

4.3.Distribusi Frekuensi Beban Kerja Mental Pekerja Konstruksi


Di PT. X Kota Batam Tahun 2022
Klasifikasi Beban Persentase
Frekuensi
Kerja Mental (%)
Beban Kerja Mental
6 10,9
(Berat)
Beban Kerja Mental
40 72,7
(Sedang)
Beban Kerja Mental
9 16,4
(Ringan)
Total 55 100

Dari tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Beban Kerja Mental Pekerja

Konstruksi di PT. X Kota Batam Tahun 2022, pekerja yang mengalami

beban kerja mental sedang sebanyak 40 responden (72,7%), pekerja yang

mengalami beban kerja mental ringan sebanyak 9 responden (16,4%),

pekerja yang mengalami beban kerja mental berat sebanyak 6 responden

(10,9%). Dari keterangan di atas menunjukkan sebanyak 40 responden

mengalami beban kerja mental sedang, hal ini dapat terjadi karena perbedaan

pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan oleh pekerja konstruksi di PT. X Kota

Batam tahun 2022.

d. Distribusi Frekuensi Stres Kerja

4.4.Distribusi Frekuensi Stres Kerja Pekerja Konstruksi


Di PT. X Kota Batam Tahun 2022
Persentase
Klasifikasi Stres Frekuensi
(%)
Stres Ringan 14 25,5
Stres Sedang 29 52,7
Stres Berat 12 21,8
Total 55 100

43
Dari tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Stres Kerja Pekerja Konstruksi di PT.

X Kota Batam tahun 2022, didapati bahwa mayoritas pekerja mengalami

stres sedang sebanyak 29 responden (52,7%), pekerja yang mengalami stres

berat sebanyak 12 responden (21,8%), dan pekerja yang mengalami stres

ringan sebanyak 14 responden (25,5%).

4.2.2. Analisi Bivariat

a. Hubungan Usia terhadap Stres Kerja pada Pekerja Konstruksi


di PT. X Kota Batam Tahun 2022
Hubungan Usia terhadap Stres Kerja pada Pekerja Konstruksi

di PT. X Kota Batam Tahun 2022 disajikan dalam bentuk tabel:

4.5.Hubungan Usia terhadap Stres Kerja pada Pekerja Konstruksi


di PT. X Kota Batam Tahun 2022
Klasifikasi Stres Kerja
Klasifikasi Stres Stres Total P-Value
Stres Berat
Usia Ringan Sedang
P P P P
F F F F
(%) (%) (%) (%)
17 – 25 Tahun
9 90,0 1 10,0 0 0,0 10 100,0
(Remaja Akhir)
26 – 35 Tahun
(Dewasa Awal)
4 22,2 14 77,8 0 0,0 18 100,0
36 – 45 Tahun 0,000
(Dewasa Akhir) 0 0,0 12 70,6 5 29,4 17 100,0
46 – 55 Tahun
0 0,0 2 22,2 7 77,8 9 100,0
(Lansia Awal)
56 – 65 Tahun
(Lansia Akhir) 1 100,0 0 0,0 0 0,0 1 100,0
Total 14 25,5 29 52,7 12 21,8 55 100,0

Dari hasil pada tabel 4.5.Hubungan usia terhadap stres kerja

pada pekerja konstruksi di PT. X Kota Batam, didapati pekerja yang

mengalami stres sedang didominasi oleh kelompok usia 26-35 tahun

(dewasa awal) sebanyak 14 responden (77,8%) dari total jumlah usia

dewasa awal sebanyak 18 responden, pekerja yang mengalami stres

44
berat didominasi oleh kelompok usia 46-55 tahun (lansia awal)

sebanyak 7 responden (77,8%) dari seluruh jumlah lansia awal

sebanyak 9 responden, dan pekerja yang mengalami stres ringan

didominasi oleh kelompok usia 17-25 tahun (remaja akhir) dengan

jumlah 9 responden (90,0%) dari total usia remaja akhir sebanyak 10

responden.

Dari hasil uji chi-square pada variabel usia terhadap stres kerja

didapatkan hasil uji statistik p-value (0,000) yang menyatakan

terdapat hubungan yang signifikan pada usia terhadap masa kerja

pada pekerja konstruksi di PT. X Kota Batam tahun 2022.

b. Hubungan Masa Kerja terhadap Stres Kerja pada Pekerja


Konstruksi di PT. X Kota Batam tahun 2022

4.6.Hubungan Masa Kerja terhadap Stres Kerja pada Pekerja


Konstruksi di PT. X Kota Batam Tahun 2022
Klasifikasi Stres Kerja
Stres Stres Total P-Value
Masa Kerja Stres Berat
Ringan Sedang
P P P P
F F F F
(%) (%) (%) (%)
<1 Tahun 6 60,0 4 40,0 0 0,0 10 100,0
1-5 Tahun 8 24,2 18 54,5 7 21,2 33 100,0 0,014
>5 Tahun 0 0,0 7 58,3 5 41,7 12 100,0
Total 14 25,5 29 52,7 12 21,8 55 100,0
Dari hasil pada tabel 4.6.Hubungan masa kerja terhadap stres

kerja pada pekerja konstruksi di PT. X Kota Batam tahun 2022,

didapati bahwa pekerja yang mengalami stres sedang didominasi

pekerja dengan masa bekerja lebih dari 5 tahun sebanyak 7

responden (58,3%), pekerja yang mengalami stres berat juga

didominasi oleh pekerja dengan masa kerja lebih dari 5 tahun

sebanyak 5 responden (41,7%) dan pekerja yang mengalami stres

45
ringan didominasi oleh pekerja dengan masa kerja kurang dari 1

tahun sebanyak 6 responden (60,0%).

Dari hasil uji chi-square dari variabel masa kerja terhadap

stres kerja didapatkan hasil p-value (0,014) yang menyatakan

adanya hubungan antara masa kerja terhadap stres kerja pada

pekerja konstruksi di PT. X Kota Batam tahun 2022.

c. Hubungan Beban Kerja Mental terhadap Stres Kerja pada


Pekerja Konstruksi di PT. X Kota Batam tahun 2022

4.7.Hubungan Beban Kerja Mental terhadap Stres Kerja pada


Pekerja Konstruksi di PT. X Kota Batam Tahun 2022
Klasifikasi Stres Kerja
Klasifikasi
Stres Stres Total P-Value
Beban Kerja Stres Berat
Mental
Ringan Sedang
P P P P
F F F F
(%) (%) (%) (%)
Beban Mental
Berat 0 00,0 1 16,0 5 83,3 6 100,0
0,000
Beban Mental
8 20,0 27 67,5 5 12,5 40 100,0
Sedang
Beban Mental
6 66,7 1 11,1 2 22,2 9 100,0
Ringan
Total 14 25,5 29 52,7 12 21,8 55 100,0
Dari hasil pada tabel 4.7. Hubungan beban kerja mental

terhadap stres kerja pada pekerja konstruksi di PT. X Kota Batam

tahun 2022, didapati bahwa pekerja yang merasakan stres kerja

sedang didominasi oleh pekerja yang memiliki beban kerja mental

sedang sebanyak 27 responden (67,5%), pekerja yang merasakan

stres ringan didominasi pekerja yang merasakan beban kerja mental

ringan sebanyak 6 responden (66,7%), dan pekerja yang mengalami

stres berat didominasi oleh pekerja yang merasakan beban kerja

mental berat sebanyak 5 responden (83,3%). Dari hasil uji chi-

46
square dari variabel beban kerja mental terhadap stres kerja

didapatkan hasil p-value (0,000), hal ini menyatakan terdapat

hubungan antara beban kerja mental terhadap stres kerja pada

pekerja konstruksi di PT. X Kota Batam tahun 2022.

47
BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Analisis Univariat

5.1.1. Usia Pekerja di PT. X Kota Batam

Hasil data penelitian menampilkan, pekerja didominasi oleh pekerja

berusia 26-35 tahun (dewasa awal) sebanyak 18 responden (32,7%) dan

pekerja berusia 36-45 tahun (dewasa akhir) sebanyak 17 responden (30,9%).

Menurut asumsi peneliti dalam status usia pekerja di PT. X Kota

Batam, pekerja yang bekerja di PT. X didominasi dengan dewasa awal dan

dewasa akhir, di mana rentang usia ini merupakan rentang usia optimal untuk

bekerja. Hal ini dikarenakan, pada rentang usia tersebut, para pekerja sudah

memiliki pengalaman dalam bekerja serta memiliki kondisi fisik yang masih

kuat. Pada rentang usia tersebut, pekerja mulai dapat mengelola stres dalam

bekerja karena sudah beradaptasi pada keadaan ditempat kerja.

Menurut Tarwaka et al. (2004), kapasitas fisik teroptimal yang satu

individu miliki berada di rentang usia 25-30 tahun, kemudian kapabilitas fisik

kian turun satu persen setiap tahunnya. Riset yang dikerjakan Priyono (2010)

menerangkan, pekerja lansia (> 41 tahun), dianjurkan untuk tidak melakukan

pekerjaan pada tempat panas dikarenakan kelenjar keringatnya punya

cakupan respon yang sangat lambat daripada pekerja dengan usia yang lebih

muda.

Keterampilan individu yang paling utama seperti kegesitan,

ketangkasan, kekuatan, dan koordinasi akan turun sejalan dengan menuanya

usia manusia, serta akan memunculkan kejenuhan yang berkelanjutan hingga

bisa menimbulkan stres kerja terjadi (Robbin, 2006).

48
Bagi Zulkifli et al. (2019) usia berkaitan dengan tingkat stres kerja,

dengan bertambahnya usia maka akan mengalami penurunan kemampuan

fisik seperti kemampuan berpikir sehingga menyebabkan pekerja merasa

mengalami tekanan yang melebihi kapasitas yang dimiliki.

Pada hasil penelitian oleh Faris (2015) pada 13 responden, pekerja

usia 21-40 tahun terdapat 7 responden (53%), dan 6 responden berusia 41-60

tahun (46,2%). Pada responden yang mengalami stres kerja tinggi adalah

responden dengan usia 41-60 tahun.

Pada hasil penelitian Zulkifi et al. (2019) mengenai hubungan usia

dengan stres kerja pada karyawan di PT. Elnusa Tbk wilayah Muara Badak

tahun 2018 terlihat responden dengan usia dewasa madya (41 -60 tahun)

mengalami stres kerja sebanyak 13 responden (32,5%) dari keseluruhan

responden berjumlah 100.

Penelitian serupa yang dilakukan oleh Hanif (2019) pada 47

responden pekerja yang mengalami stres kerja berkisar pada usia 34 -38 tahun

dan 39-43 tahun masing-masing sejumlah 12 responden.

5.1.2. Masa Kerja Pekerja di PT. X Kota Batam

Hasil data penelitian menampilkan, masa kerja yang paling banyak

responden di PT. X adalah rentang masa kerja 1-5 tahun sebanyak 33

responden (60,0%) dan pekerja dengan masa kerja lebih dari 5 tahun

sebanyak 12 responden (21,8%) dan kurang dari 1 tahun sebanyak 10

responden (18,2%).

Menurut asumsi peneliti, pekerja dengan masa kerja 1-5 tahun masih

memiliki kemampuan untuk mengelola kejenuhan ditempat kerja

49
dibandingkan pekerja dengan masa kerja lebih dari 5 tahun, hal ini

dikarenakan pada rentang masa kerja 1-5 tahun, pekerja berusaha beradaptasi

dengan lingkungan kerja, sehingga banyak hal-hal yang dipelajari dan

pekerja. Berbeda halnya dengan pekerja dengan masa kerja lebih dari 5

tahun, para pekerja di PT. X mulai merasa beban dan tanggung jawab dalam

pekerjaan semakin banyak, karena perusahaan sudah mengetahui kemampuan

para pekerja, sehingga para pekerja dengan masa kerja 5 tahun lebih mudah

merasakan tekanan stres akibat beban dari pekerjaan yang diberikan.

Menurut Zulkifli et al. (2019), pekerja dengan masa kerja paling lama

dan memiliki banyak pengalaman dapat mengalami stres kerja dikarenakan

kegiatan pekerjaan yang monoton dan menimbulkan kebosanan disertai

dengan keadaan lingkungan kerja yang terbatas. Hal ini disebabkan karena

semakin lama masa kerja maka akan semakin besar beban dan tanggung

jawab yang harus dipegang. Pekerjaan yang dilakukan secara rutin dan

berulang secara umum dialami sebagai suatu hal yang membosankan dan

monoton, sehingga pekerja merasakan jenuh yang dapat menimbulkan stres.

Pengaruh negatif yang dirasakan oleh pekerja yang memiliki periode

pekerjaan lama yaitu pekerja merasa makin jenuh dan capai, sebab menurut

pekerja tidak ada hal baru yang dapat dilakukan dan terasa sangat monoton

hingga menimbulkan stres (Ulum, 2018). Namun, menurut Ibrahim (2016),

masa kerja baru ataupun lama bisa menjelma stimulan stres kerja, sebab

adanya kebiasaan rutin yang berulang hingga akhirnya menimbulkan stres.

Pada total keluhan yang dialami pekerja dengan masa kerja 6 bulan

sampai setahun yang terbanyak merasakan keluhan. Lantas keluhan tersebut

50
kian sedikit dirasakan pekerja sesudah bekerja dalam waktu satu sampai

tahun. Tapi, keluhan menjadi kian intens menjangkit pekerja sesudah bekerja

di atas lima tahun (Meilasari, 2018).

Masa kerja berkorelasi dengan stres kerja untuk memunculkan

kejenuhan dalam pelaksanaan kerja. Tenaga kerja yang sudah melakukan

pekerjaan di atas lima tahun mempunyai level kejenuhan kerja yang lebih

besar dibanding pekerja baru. Kejenuhan ini yang lantas bisa berimbas pada

munculnya stres di tempat kerja (Meilasari, 2018).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurini et al. (2017) dari 60

responden, pekerja yang memiliki masa kerja kurang dari lima tahun

mengeluhkan stres kerja ringan sebesar 31,7% dan yang stres kerja berat

sejumlah (1,7%). Sementara itu, masa kerja ≥ 5 tahun yang mengeluhkan

stres kerja ringan sejumlah (15,0%) dan stres kerja berat sejumlah (51,7%).

Penelitian yang dilakukan oleh Apriliani (2018) pada 100 responden,

pekerja yang memiliki masa kerja 5- 15 tahun mengalami stres kerja sedang

sebanyak 26 responden dengan presentase (41,9%), masa kerja kurang dari 5

tahun mengalami stres rendah masing-masing sebanyak 8 responden (13%).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Arief et al. (2020) pada 18

responden, pekerja yang memiliki masa kerja 1-2 tahun sebanyak 47,4% dari

100% , dan para pekerja memiliki berbagai permasalahan dan keluhan yang

dirasakan dan pekerja menyebutkan mengalami stres dalam bekerja.

5.1.3. Beban Kerja Mental Pekerja di PT. X Kota Batam

Pada hasil data penelitian menampilkan, pekerja yang mengalami

beban kerja mental sedang di PT. X sebanyak 40 responden (72,7%), pekerja

51
yang mengalami beban kerja mental ringan sebanyak 9 responden (16,4%),

dan pekerja yang mengalami beban kerja mental berat sebanyak 6 responden

(10,9%). Dat ini menunjukkan pekerja di PT. X kebanyakan mengalami

beban kerja mental ringan.

Menurut asumsi dari peneliti, beban kerja mental yang dialami oleh

pekerja di PT. X dikarenakan penggunaan tenaga dalam pekerjaan secara

fisik sehingga menimbulkan kelelahan. Pekerjaan yang terus menerus

dilakukan ini, selain menimbulkan kelelahan, dapat juga menimbulkan beban

perasaan tertekan sehingga berubah menjadi beban kerja secara mental dan

menjadi penyebab stres kerja.

Menurut Suprijono (2008), dikatakan beban kerja mental ialah sebuah

konsep yang tidak menjauhkan faktor psikologis dengan faktor fisik dalam

diri manusia, tiap-tiap kegiatan mental kelak selalu menginklusikan unsur

persepsi, penafsiran, dan kerja mental dari sebuah informasi yang diterima

oleh organ sensorik untuk ditarik keputusan tertentu atau merawat ingatan

atau informasi yang tersimpan.

Menurut Prabawati (2012), beban kerja mental yang besar dapat

menjadi faktor penyebab munculnya rangsangan di sistem saraf pusat hingga

mengakibatkan rasa sakit, dan apabila beban kerja mental melampaui

kapasitas tubuh, dapat menimbulkan perasaan tidakk nyaman, kecapaian,

cedera, dan turunnya kinerja hingga menimbulkan terjadinya stres kerja.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ella et al. (2017),

ditemukan bahwa responden yang mengalami beban mental dengan tingkatan

tinggi juga mengalami stres tinggi yaitu sebanyak 26 responden (52%).

52
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hanif (2018), diketahui

sebanyak 12 pekerja (75%) dari pegawai yang memiliki beban kerja mental

berat mengeluhkan stres kerja sedang. Lalu, sejumlah tiga pekerja (18,8%)

berbeban kerja mental berat mengeluhkan stres kerja berat. Lantas, sejumlah

19 pekerja (76%) berbeban kerja mental sedang menghadapi stres kerja

sedang.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Dikky (2017) pekerja memiliki

beban kerja sedang dan level stres kerja sedang sejumlah enam orang

(85,7%) dari tujuh orang. Sementara itu, pekerja yang punya beban kerja

rendah dengan level stres kerja rendah berjumlah empat orang ( 100%).

5.1.4. Stres Kerja Pekerja di PT. X Kota Batam

Dari hasil data penelitian, pekerja di PT. X banyak yang mengalami

stres sedang sebanyak 29 responden (52,7%), stres ringan sebanyak 14

responden (25,5%), dan stres berat sebanyak 12 responden (21,8%).

Menurut asumsi peneliti, stres yang dialami oleh pekerja dapat

dipengaruhi oleh usia, masa kerja, serta beban kerja mental yang dirasakan.

Seperti yang dijelaskan oleh Muchlas (2005) faktor penyebab stres bisa

berbentuk karakteristik biografik yang mencakup jenis kelamin, usia, masa

kerja, dan status pernikahan. Hal lain yang dapat menyebabkan stres adalah

faktor individu dalam melihat situasi pekerjaan dan mengelola perasaan stres

(Munandar, 2001).

Masih menurut asumsi peneliti, stres kerja yang meningkat dialami

oleh pekerja dikarenakan faktor individu dalam pengelolaan perasaan stres,

dalam hal ini perusahaan kurang memberikan kelonggaran waktu dalam

53
penyelesaian pekerjaan sehingga pekerja merasa sangat tertekan dengan

kondisi dalam pekerjaan yang diberikan. Dalam observasi yang dilakukan

peneliti, perusahaan tidak pernah memberikan edukasi terkait stres yang akan

timbul karena pekerjaan, perusahaan juga meniadakan kegiatan award atau

penghargaan kepada pekerja sehingga hal ini membuat pekerja merasa jenuh

dalam menjalankan pekerjaannya hingga timbullah perasaan stres.

Pendapat tersebut sejalan dengan Tarwaka (2010) bahwa respons

antar-individu kerap dikarenakan faktor psikologis dan sosial yang dapat

mengubah pengaruh stressor terhadap individu.

Dalam penelitian Rizkiah et al. (2021) gangguan psikologis berwujud

perasaan lelah yang berat dan bermuara pada depresi nantinya menjelma

penyakit paling mematikan kedua sesudah penyakit jantung. Hasil riset yang

dilaksanakan oleh Kementerian Tenaga Kerja Jepang pada 12.000 korporasi

yang melibatkan sekira 16.000 pekerja di negara itu—pemilihan sampel

secara acak memperlihatkan, 65% pekerja mengalami kelelahan fisik karena

ritme pekerjaan yang rutin, 28% mengalami kelelahan mental, dan sekira

tujuh persen pekerja mengeluhkan stres berat dan merasa terpinggirkan.

Dalam kajian Widyastuti (2017), stres kerja yang mayoritas ditemui

dari responden adalah stres kerja sedang berjumlah sembilan orang

responden atau senilai 60% dari seluruh responden. Sementara itu, seorang

responden atau 6,67% dari seluruh responden punya stres kerja ringan, dan

sisanya berjumlah lima orang responden atau 33,33% dari seluruh responden

punya stres kerja berat.

54
Dalam penelitian Harahap (2015) tentang sebab yang berkorelasi

dengan fenomena stres kerja dari perawat ICU di Rumah Sakit Umum Daerah

Rantauprapat memperlihatkan, perawat yang mengeluh stres ringan sejumlah

10 responden (58,8%), dan yang mengeluh stres sedang sejumlah tujug

responden (41,2%). Faktor karakteristik seseorangg yang berkorelasi dengan

stres kerja semacam usia, masa kerja, faktor iklim tempat kerja, serta beban

tanggung jawab tugas.

5.2. Analisis Bivariat

5.2.1. Hubungan Usia terhadap Stres Kerja pada Pekerja Konstruksi di


PT. X Kota Batam Tahun 2022

Hasil dari penelitian yang dilakukan pada buruh konstruksi di PT. X

Kota Batam tahun 2022 tentang relasi usia terhadap stres kerja dan uji

statistik dapat dipaparkan bahwa p-value 0,000, di mana p-value <0,05. Hal

ini bermakna bahwa terdapat hubungan antara usia terhadap stres kerja yang

dialami oleh pekerja konstruksi di PT. X Kota Batam Tahun 2022.

Menurut asumsi dari peneliti, tingkatan stres yang dialami pekerja

memiliki hubungan dengan usia para pekerja di PT. X, dikarenakan pekerja

dengan usia muda lebih banyak mengalami stres ringan. Responden yang

berusia muda rata-rata belum banyak memiliki pengalaman, sehingga beban

pekerjaan yang diterima belum begitu banyak. Lalu, responden dengan usia

dewasa awal hingga dewasa akhir sudah memiliki pengetahuan dalam bidang

pekerjaan, hal ini dapat membuat stres yang dirasakan tidak terlalu berat

karena pekerja sudah beradaptasi pada bidang pekerjaannya. Sedangkan,

pada pekerja berusia lansia, pekerja mulai merasakan beban yang diterima

cukup

55
berat dan produktifitas mulai menurun hingga pekerja mudah merasakan

stres.

Dalam penelitian Mochtar (2013) ada hubungan yang signifikan

antara usia dan tingkat stres pekerja, pada pekerja berusia 31 tahun, pekerja

dapat mengontrol stres karena memiliki kemampuan mengendalikan gejala-

gejala penyebab stres, berbeda dengan pekerja yang berusia 36 tahun

bertendensi gampang mengeluhkan gejala-gejala stress kerja dikarenakan

faktor usia yang makin tua melemahkan kondisi fisik ataupun mental mereka

dalam bekerja secara rutin.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Azizah (2013)

yang melakukan uji hubungan variabel usia terhadap stres kerja memakai uji

korelasi rank spearman memperlihatkan p-value yang didapat sebanyak

0,031

< 0,05 yang bermakna terdapat relasi usia terhadap stres kerja. Usia berkaitan

erat dengan stres, dikarenakan semakin tua usia seseorang maka akan

menyebabkan kondisi fisik dan organ dalam menurun, sehingga sangat

mudah diserang stress. Sementara usia rentan individu menghadapi stres pada

usia 21-40 tahun dan pada usia 40-60 tahun.

Penelitian Galuh (2015) yang menyebutkan ada hubungan yang

bermakna antara usia dengan dengan stres kerja pada pengemudi taksi New

Atlas Semarang ditemukan pada pekerja dengan usia kurang dari 40 tahun

mengalami tingkat stres tinggi sebesar 5 responden (11,4%), dan yang

berusia lebih dari 40 tahun mengalami stres tinggi sebanyak 3 responden

(6,8%) dari 30 responden.

56
Pada penelitian Ilham (2020) mayoritas memasuki masa dewasa-

muda (18-41 tahun) menampilkan stres kerja sedang. Hasil pengujian

statistik didapati nilai p value = 0,006 < α 0,05. Ini memperlihatkan, terdapat

relasi yang krusial antara usia dan stres kerja. Hal ini terjadi saat individu

mengalami tekanan dengan meningkatnya beban kerja hingga memicu

terjadinya stres kerja.

5.2.2. Hubungan Masa Kerja terhadap Stres Kerja pada Pekerja


Konstruksi di PT. X Kota Batam Tahun 2022

Hasil dari penelitian yang dilakukan pada pekerja konstruksi di PT. X

Kota Batam tahun 2022 tentang hubungan masa kerja terhadap stres kerja

pada uji statistik dapat dipaparkan bahwa p-value 0,014, di mana p-value

<0,05. Hal ini bermakna bahwa terdapat hubungan antara masa kerja

terhadap stres kerja yang dialami oleh pekerja konstruksi di PT. X Kota

Batam Tahun 2022.

Menurut asumsi dari peneliti, masa kerja dapat menjadi faktor

munculnya stres kerja dikarenakan pekerja dengan masa kerja lebih lama

memiliki tuntutan tugas lebih banyak dikarenakan memiliki pengetahuan

lebih baik daripada pekerja dengan masa kerja yang baru. Masa kerja juga

dapat menjadi penyebab kejenuhan pekerja, pekerja yang melakukan kegiatan

yang berulang setiap harinya dapat merasakan kelelahan dan kebosanan,

sehingga hal ini menjadi penyebab pekerja merasakan stres kerja.

Menurut Wijono (2010) masa kerja sangat berhubungn terhadap stres

kerja dalam hal kebosanan. Pekerjaan yang berulang membuat pekerja

mengalami perasaan tidak puas dan merasa bosan dengan kegiatan dan

57
tugasnya hingga hal ini membuatnya merasa tertekan dan mengalami stres

kerja. Dalam Munandar (2001), masa kerja baru ataupun lama dapat menjadi

pemicu munculnya stres kerja dengan adanya beban kerja yang berat, rutinitas

ini yang mempengaruhi timbulnya stres pada pekerja

Dari hasil penelitian yang dilakukan Tamara (2010) dari 48

responden, pekerja yang memiliki masa kerja lebih dari 2,5 tahun punya

peluang lebih tinggi menghadapi stres kerja sejumlah 27 responden,

sedangkan pekerja yang baru bekerja kurang dari 2,5 tahun mengalami stres

kerja sebanyak 21 responden, menurut peneliti stres kerja yang dialami

adalah akibat perasaan jengah yang timbul karena rutinitas yang sama dalam

kesehariannya.

Pada penelitian Zulkifli et al. (2019) hasil uji statistik didapatkan p

value = 0,017 < 0,05 sehingga Ho ditolak, yang mana terdapat relasi antara

masa kerja dan stress kerja. Menurut peneliti, dari hasil 19 responden,

meskipun pekerja memiliki pengalaman yang banyak namun rutinitas

pekerjaan yang monoton serta iklim tempat kerja yang terbatas dapat

menimbulkan kebosanan yang memicu stres kerja. Kerja rutinan yang terus-

menerus secara general dihadapi sebagai ihwal yang membosankan dan

stagnan, tak ayal, pekerja merasakan kejenuhan dan bisa memunculkan stres.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudha

(2010), yang mendapatkan hasil p-value 0,01 < 0,05 yang bermakna adanya

hubungan antara masa kerja terhadap stres kerja pada bagian produksi

industri. Tak pelak. bisa disebut makin lama masa kerja, makin besar pula

stres yang dihadapi.

58
5.2.3. Hubungan Beban Kerja Mental terhadap Stres Kerja pada
Pekerja Konstruksi di PT. X Kota Batam Tahun 2022

Dari hasil uji chi-square dari variabel beban kerja mental terhadap

stres kerja diperoleh hasil p-value (0,000). Dengan kata lain, ada relasi antara

beban kerja mental dan stres kerja pada pekerja konstruksi di PT. X Kota

Batam tahun 2022.

Menurut asumsi peneliti, beban kerja mental berpengaruh pada stres

kerja pekerja konstruksi di PT. X Kota Batam tahun 2022 dikarenakan

banyak indikator beban yang dihadapi pekerja. Pekerja dituntut untuk dapat

menyelesaikan pekerjaan dalam waktu yang telah ditentukan, pekerjaan fisik

yang sangat banyak terutama dalam mengangkat beban yang sangat berat,

sehingga hal ini menyebabkan pekerja bekerja dengan banyak tekanan. Selain

itu, dengan beban kerja dan masa kerja yang lama, membuat pekerja berada

pada situasi tertekan dan kejenuhan, apabila hal ini dirasakan pekerja secara

terus menerus, maka hal ini akan menimbulkan stres kerja pada pekerja. Hal

ini pun sejalan dengan penjelasan Winarsunu (2008), beban pekerjaan yang

bersifat mental dan tanggung jawab dari pekerjaan mampu menjadi pemicu

tingginya tingkat stres pekerja, karena pekerja tidak mampu menanggung

beban kerja mental melebihi kemampuannya.

Masih menurut asumsi peneliti, beban kerja mental yang dialami oleh

pekerja dapat disebabkan karena pekerja tidak memanfaatkan waktu istirahat

dengan optimal, rata-rata pekerja berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan

secepat mungkin tanpa memikirkan kondisinya. Hal ini akan semakin

menambah beban yang dirasakan oleh pekerja, baik secara fisik dan mental.

59
Tidak jarang perusahaan memerintahkan pekerjaan tanpa melihat kondisi

kesehatan pekerja dan pekerjapun enggan mengatakan mengenai kondisi

fisiknya agar tetap bekerja dan menerima upah sebagaimana mestinya.

Santoso (2004), beban kerja mental yang lebih besar dari kemampuan

tubuh akan menimbulkan perasaan tidak nyaman, kelelahan, cedera,

kecelakaan, penyakit, sampai produktifitas menurun hingga menimbukan

terjadinya stres. Hal inipun sama seperti yang disampaikan oleh Chen (2010),

bahwa beban kerja yang dialami dalam waktu yang lama kelak memengaruhi

kesehatan pekerja, baik dalam segi fisik maupun mental. Tak pelak, respons

yang ditimbulkan tubuh adalah rasa takut, cemas, bersalah, sedih, putus asa,

dan stres.

Disebutkan oleh Risma (2010) bahwa faktor yang mempengaruhi

beban kerja mental seseorang dalam suatu pekerjaan antara lain jenis

pekerjaan, situasi pekerjaan, waktu respon, waktu penyelesaian yang tersedia,

dan faktor individu berupa tingkat motivasi, keahlian, kelelahan, kejenuhan,

serta toleransi kemampuan yang diizinkan.

Pada penelitian Zetli (2019) untuk beban kerja mental terhadap stres

kerja memiliki nilai nilai sig. < α yaitu 0.000 < 0.005 maka terdapat korelasi

yang signifikan antar beban kerja mental dengan stress kerja. Hal ini dapat

terjadi dikarenakan tuntutan kerja fisik memiliki hubungan pengaruh terhadap

kondisi psikologis pada pekerja, sehingga dapat memicu beban kerja secara

mental hingga menimbulkan stres.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi et al. (2016) memperoleh hasil

analisis dengan chi-square nilai p-value = 0,001 dengan nilai p-value < α

60
yakni 0,001 < 0,05 yang menandai beban kerja mental punya hubungan yang

krusial bagi stres kerja. Hal ini disebabkan karena nilai beban mental yang

tinggi menyebabkan kelelahan hingga menimbulkan stres kerja.

Dari hasil analisis data relasi antara beban kerja mental dan stres kerja

yang dikaji Dikky (2017) diperoleh nilai p value (0,002) yang

mengartikulasikan nilai p < 0,05 maka ho ditolak. Dengan kata lain. terdapat

relasi antara beban kerja mental dan stres kerja pada pekerja Instalasi CSSD

Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Hal ini dikarenakan kelelahan dan

tekanan yang dirasakan hingga menimbulkan stres kerja.

Penelitian ini sejalan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kiki (2019) pada Masinis UPT Crew KA Blitar DAOP VII Madiun dari 24

pekerja didapatkan 14 responden (77,8%) mengalami beban kerja mental

berat dengan tingkat stres yang tinggi, hal ini dikarenakan kelelahan yang

dirasakan oleh para masinis dalam menjalankan tugas.

61
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan usia,

masa kerja, dan beban kerja mental terhadap stres kerja pada pekerja konstruksi

di PT. X Kota Batam tahun 2022 dengan 55 responden didapatkah kesimpulan:

1. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi usia pada pekerja konstruksi di

PT. X Kota Batam tahun 2022 didapati usia pekerja yang paling

banyak berada direntang 26 – 35 tahun (dewasa awal) sebanyak 18

responden dengan persentase (32,7%) dan pada usia 36 – 45 tahun

(dewasa akhir) sebanyak 17 responden (30,9%).

2. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi masa kerja pada pekerja

konstruksi di PT. X Kota Batam tahun 2022, pekerja dengan rentang

masa kerja 1-5 tahun terdapat sebanyak 33 responden dengan

persentase (60,0%).

3. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi beban kerja mental pada pekerja

konstruksi di PT. X Kota Batam tahun 2022, mayoritas pekerja yang

mengalami beban kerja mental sedang ada sebanyak 40 responden

dengan persentase (72,7%).

4. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi stres kerja pada pekerja

konstruksi di PT. X Kota Batam tahun 2022, pekerja yang mengalami

stres sedang terdapat sebanyak 27 responden (49,1%) dan yang

mengalami stres berat sebanyak 15 responden (27,3%).

62
5. Terdapatnya hubungan usia terhadap stres kerja pada pekerja

konstruksi di PT. X Kota Batam Tahun 2022 berdasarkan uji statistik

chi square dengan p-value sebesar 0,000 (a<0,05).

6. Terdapat hubungan antara masa kerja terhadap stres kerja pada pekerja

konstruksi di PT. X Kota Batam tahun 2022 berdasarkan uji statistik

chi square dengan p-value sebesar 0,014 (a<0,05).

7. Terdapat hubungan antara beban kerja mental terhadap stres kerja

pada pekerja konstruksi di PT. X Kota Batam tahun 2022 berdasarkan

uji statistik chi-square dengan p-value 0,000 (a<0,05).

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Perusahaan

1. Perusahaan dapat memberikan sosialisasi terkait stres kerja di

perusahaan agar para pekerja memiliki pemahaman mengenai stres

kerja dan bagaimana cara mengatasi stres.

2. Perusahaan dapat memberikan motivasi kepada para pekerja dengan

mengadakan penghargaan pada pekerja yang bekerja dengan baik serta

pada pekerja yang telah lama bekerja pada perusahaan sebagai bentuk

terima kasih dan apresiasi perusahaan terhadap pekerja.

6.2.2. Bagi Pekerja

1. Pekerja dapat memanfaatkan waktu istirahat untuk mengoptimalkan

keadaan tubuh yang kelelahan, sehingga mengurangi risiko stres kerja.

2. Apabila pekerja merasa lelah dan kondisi kesehatan tidak baik,

diharapkan pekerja mengkomunikasikan kepada pimpinan perusahaan

untuk istirahat, agar menjaga produktifitas pekerjaan.

63
DAFTAR PUSTAKA

Adelina Simanjuntak, Risma. (2010). Analisis beban kerja mental dengan metode
Nasa-TLX. Teknik industri, Institusi sains & Teknologi AKPRIND:
Yogyakarta.

Adipurnomo. (2020). Standar Pengukuran Beban Kerja.

Agus, Suprijono. (2008). "Cooperative Learning". Surabaya: Bumi Aksara.

Al Amin, Muchammad dan Dwi Juniati. 2017. “Klasifikasi Kelompok Umur Manusia
Berdasarkan Analisis Dimensi Fraktal Box Counting dari Citra Wajah Dengan
Deteksi Tepi Canny”. MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika 2

American Psychological Association (APA). (2017). Stress in America: The State


of Our Nation. https://www.apa.org/news/press/releases/stress/2017/state-
nation. (Diakses pada tanggal 17 Januari 2022, Pukul 21.45).

Apligo. (2011). Pengukuran Workload Dengan Pendekatan Subyektif


Menggunakan Framework Dari NASA-TLX.
Https://aplikasiergonomi.wordpress.com/2011/12/23/pengukuran-mental-
workload-dengan-nasa-tlx/ (Diakses pada tanggal 12 Februari 2022).

Apriliani et al., (2018). "Hubungan Antara Masa Kerja Dan Beban Kerja Dengan
Stres Kerja Pada Tenaga Kerja Di Pt. Pertamina Tbbm Bitung". Jurnal
KESMAS, Vol. 7 No. 5, 2018

Arasyandi, M., & Bakhtiar, A. (2016). Analisa Beban Kerja Mental dengan
Metode NASA TLX pada Operator Kargo di PT Dharma Bandar Mandala
(PT DBM). Industrial Engineering Online Journal, 5(4), 1–6.

Astuti, Galuh Dwi. (2021). "Pengaruh Fasilitas Kerja, Pemberian Insentif Dan
Pelatihan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di Kspps Btm Surya Madinah
Tulungagung Dan Bmt Pahlawan Tulungagung". Skripsi. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.

Aziz, Rahmat, Esa N., & Wildana. (2017). “Kontribusi Bersyukur Dan
Memaafkan Dalam Mengembangkan Kesehatan Mental Di Tempat Kerja. ”
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental 2(1): 33.

Chen, Shupping, Xia Chen, Qiang Chen. (2010). Are Family Firms more Tax
Aggressive than non-family firms?. Journal of Financial Economics 95, 41-
61

Danang, S. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Buku Seru

Dewi, I. R., Hartanti, R. I., Dewi, A., & Sujoso, P. (2016). Hubungan antara
Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja pada Dosen di Universitas Jember
( The Correlation Between Mental Workload and Job Stress of Lecturers at
Jember University ). Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa, 5–9.

64
E. M. Pertiwi, H. M. Denny, and B. Widjasena, "Hubungan Antara Beban Kerja
Mental Dengan Stres Kerja Dosen Di Suatu Fakultas", Jurnal Kesehatan
Masyarakat (Undip), vol. 5, no. 3, pp. 260-268, Aug. 2017

Fadillah, Arief Ilham (2020) "Hubungan Beban Kerja, Masa Kerja Dan Usia
Dengan Stress Kerja Pada Pengemudi Ojek Online Di Kota Banjarbaru
Tahun 2020". Diploma thesis, Universitas Islam Kalimantan MAB.

Fahamsyah, Dikky. (2017). Analisis Hubungan Beban Kerja Mental Dengan


Stres Kerja Di Instalasi CSSD Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. The
Indonesian Journal of Occupational Safety and Health. 6. 107.
10.20473/ijosh.v6i1.2017.107-115.

Fitri Azizah M. (2013). Analisis Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan


Kejadian Stres Kerja pada Karyawan Bank. Jurnal Kesehatan 96
Masyarakat. Vol. 2, No. 1.

Gempur Santoso, (2004). “Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja”.


Ghalia Indonesia, Bogor selatan.

Harahap, L. K. (2018). Pengaruh Stress Kerja Dan Lama Kerja Terhadap


Tingkat Kelelahan Karyawan Di PT. Zaitun Indo Citra Perkasa Medan.
Skripsi.

Health and Safety Executive. (2019). 'Work-related Stress and How to Tackle it'.
Http://www.hse.gov.uk/stress/what-to-do.htm. (Diakses pada 13 Februari
2022, pukul 10.30).

Ibrahim, H., Munawir A., Githa N Y. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan


dengan Stres Kerja pada Pekerja Factory 2 PT. Maruki International
Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol 8 No. 1, Januari
2016.

Irkhami, Faris Lazwar. (2015). “Faktor yang berhubungan dengan Stres Kerja
pada Penyelam di PT.X”. Health Safety Evironmental (HSE) Pertamina
Gresik. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health Vol.4
No.1

Malaikatul, Ilham (2020) Pengaruh Beban Kerja Dan Stres Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Bagian Produksi Cv. Media Group Sampang. Other
thesis, UPN "Veteran" Jawa Timur.

Made, N., & Wulanyani, S. (2015). Tantangan dalam Mengungkap Beban Kerja
Mental. Buletin Psikologi, 21(2), 80. https://doi.org/10.22146/bpsi.7372.

Mangkunegara. 2002. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Definisi,


indikator, penyebab, dan tujuan penerapan K3.

Meilasari, T. (2018). Analisis Faktor Risiko Kejadian Stres Akibat Kerja Pada
Pekerja Sektor Formal Di Kota Semarang.
http://repository.unimus.ac.id/id/eprint/1850.

Meshkati, H. &. (1988). Human Mental Workload. Elsevier Science Publishers.

65
Muchlas, M. (2005). Perilaku Organisasi (Edisi ke-1). Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Munandar. (2001). Stress dan keselamatan Kerja, Psikologi Industri dan


organisasi. Universitas Indonesia.

Nurini et al. (2017). Faktor yang berhubungan dengan Stres Kerja pada
Karyawan di PT. PLN (Persero) JTBT APP Ccirebon. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.

Nora. (2015). Hubungan Cemas Dengan Gaji. Jurnal ilmu keperawatan, 5,


hlm.70.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Noviyanti., Azwar, Yesi., Santi, Eva. (2021). "Faktor-faktor yang Berhubungan


dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Welding" Health
Care: Jurnal Kesehatan.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 05 Tahun 2018. Tentang Keselamatan dan


Kesehatan Lingkungan Kerja. Kementrian Ketenagakerjaan Republik
Indonesia.

Prabawati, R., (2012). Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja pada
Perawat Rawat Inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten. Skripsi.
Universitas Sebelas Maret.

Priyono. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Surabaya: Zifatama


Publisher.

Rachman, Efendi, & Wicaksana. 2011. Panduan Lengkap Perencanaan CSR.


Jakarta: Penebar Swadaya.

Rusdy, M. D. R. (2012). Analisis Gejala Neurotoksik Akibat Pajanan Pelarut


Organik Xylene pada Pekerja Pembuatan Cat PT. X Tahun 2012. Thesis
tidak diterbitkan. Program Magister K3 Universitas Indonesia, Depok.

Robbin, Stephen (2006). Perilaku Organisasi. Jilid 2 Edisi Bahasa Indonesia.


Jakarta: Prenhallindo.

Siregar, T. T. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada


Pengendara GO-JEK Community Medan Tahun 2018. 89.
https://ejournal.unsrat.ac.id

Soleman, A. (2011). Jurnal artikel Analisis Beban Kerja Ditinjau dari Faktor Usia
Dengan Pendekatan Recommended Weight Limit. Analisa Beban Kerja
Dengan Pendekatan RWL, Volume 5 N(2), 84–98.

Sudiharto. (2001). Hubungan Beban Kerja dengan Kepuasan Kerja Perawat


Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan. Thesis Universitas Indonesia.

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta.

66
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. CV


Alfabeta.

Suprapto. (2008). Faktor Stres Kerja Pada Polisi Lalu Lintas Puncak Bogor
Tahun 2008. Skripsi. Banten: UIN Syarif Hidayatullah.

Surya, R. A., Fathimahhayati, L. D., & Sitania, F. D. (2018). Analisis Pengaruh


Shift Kerja Terhadap Beban Kerja Mental Pada Operator Distributed Control
System (DCS) Dengan Metode Nasa-Taks Load Index (TLX) (Studi Kasus:
PT. Cahaya Fajar Kaltim). Matrik, 19(1), 63.
https://doi.org/10.30587/matrik.v19i1.510

Tarwaka. (2004). Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan


Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press.

Tarwaka. (2010). Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan Press.

Tarwaka. (2011). Ergonomi Industri, Dasar|Dasar Pengetahuan Ergonomi Dan


Aplikasi Di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Tarwaka. (2015). Ergonomi Industri (Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomic dan


Aplikasi Di tempat Kerja). Harapan Press.

Ulum, M.B, & Ida, W. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Stres
Kerja pada Pengemudi Bus Rapid Transit (BRT) Koridor II Kota Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 6, No. 5, Oktober 2018.

Widiasih, W., & Nuha, H. (2018). Pengukuran Beban Kerja Mental Karyawan
Dengan Kuisioner NASA TLX ( Studi Kasus : Universitas ABC ). 59–65.

Widyastuti, Augyantantri Dwivira., (2017). Hubungan Stress Kerja Dengan


Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Konstruksi Box Truck. The
Indonesian Journal of Occupational Safety and Health. Vol.6, No.2,
Hlm.216-224.

Wijono, S., (2010). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Fajar Interpratama
Offset.

Winarsunu, T., (2008). Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: UMM Press.

Prabowo, Yudha Fandy. (2010). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Stres Kerja Pada Bagian Produksi Industri Mebel Pt. Chia Jiann Indonesia
Furniture Di Wedelan Jepara. Skripsi. Semarang:Universitas Negeri
Semarang.

Trisminingsih, Kiki Astrea. (2019). "Hubungan antara Beban Kerja Mental


dengan Stres Kerja pada Masinis UPT Crew Kereta Api Blitar Daerah
Operasional VII Madiun PT. Kereta Api Indonesia (Persero). MTPH
Journal, Volume 3, No. 2.

67
Y. Marshanty. (2020). Hubungan Beban Kerja Mental, Masa Kerja, dan Usia
Terhadap Kejadian Stres pada Pekerja Perusahaan Akuakultur di
Banyuwangi. Journal of Community Mental Health and Public Policy.

Yulia Handayani, Hidayat, Suharni A. Fachrin. "Faktor yang Berhubungan


dengan Stres Kerja pada Karyawan PT. Prima Karya Manunggal
Kabupaten Pangkep", Window of Public Health Journal, 2022.

Zetli, Sri. (2019). Hubungan Beban Kerja Mental Terhadap Stres Kerja pada
Jurnal Rekayasa Sistem Industri. Jurnal Rekayasa Sistem Industri (2019)
4(2) 63-70

Zulkifli, Rahayu, Shinta, Akbar & Alfianto, S. (2019). Hubungan Usia, Masa
Kerja dan Beban Kerja Dengan Stres Kerja Pada Karyawan Service Well
Company PT. ELNUSA TBK Wilayah Muara Badak. KESMAS
UWIGAMA: Jurnal Kesehatan Masyarakat.

68
LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Izin Penelitian Skripsi

69
Lampiran 2: Surat Balasan Izin Penelitian

70
Lampiran 3: Bukti Konsultasi dan Acc Pembimbing

71
72
73
74
Lampiran 4: Kuesioner NASA-TLX

IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Usia :
Jenis Pekerjaan :
Tingkat Pendidikan : SD/SMP/SMA/….
Masa bekerja...............................tahun
Status kerja : Tetap/Tidak Tetap

KUESIONER NASA-TLX
A. Menurut anda, dari pasangan indikator di bawah ini, pilihlah pasangan
indikator yang paling dominan dalam menyelesaikan pekerjaan anda (coret
yang tidak dominan).
Contoh :
No Indikator Beban Mental
1 Kebutuhan Mental (KM) Kebutuhan Fisik (KF)
Artinya ‘Kebutuhan Mental (KM)’ dominan dari pada ‘Kebutuhan Fisik
(KF)’.

No Indikator Beban Mental


1 Kebutuhan Mental (KM) Kebutuhan Fisik (KF)
2 Kebutuhan Mental (KM) Kebutuhan Waktu (KW)
3 Kebutuhan Mental (KM) Performansi (P)
4 Kebutuhan Mental (KM) Tingkat Usaha (TU)
5 Kebutuhan Mental (KM) Tingkat Frustasi (TF)
6 Kebutuhan Fisik (KF) Kebutuhan Waktu (KW)
7 Kebutuhan Fisik (KF) Performansi (P)
8 Kebutuhan Fisik (KF) Tingkat Usaha (TU)
9 Kebutuhan Fisik (KF) Tingkat Frustasi (TF)
10 Kebutuhan Waktu (KW) Performansi (P)
11 Kebutuhan Waktu (KW) Tingkat Usaha (TU)
12 Kebutuhan Waktu (KW) Tingkat Frustasi (TF)
13 Performansi (P) Tingkat Usaha (TU)
14 Performansi (P) Tingkat Frustasi (TF)
15 Tingkat Usaha (TU) Tingkat Frustasi (TF)

B. Berilah skala jawaban Anda dengan tanda “X” pada skala jawaban
dibawah ini,
Contoh :
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Rendah Tinggi

75
1. Kebutuhan Mental (KM)
Seberapa besar usaha mental yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pekerjaan ini (seperti berfikir, memutuskan, menghitung, mengingat,
mencari, melihat, dan sebagainya)?
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Rendah Tinggi

2. Kebutuhan Fisik (KF)


Seberapa besar usaha fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pekerjaan ini (seperti menarik, mendorong, berjalan, dan sebagainya)?
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Rendah Tinggi

3. Kebutuhan Waktu (KW)


Seberapa besar tekanan yang dirasakan berkaitan dengan waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan ini ? Apakah pekerjaan tersebut dilakukan
dengan pelan dan ada waktu istirahat atau cepat dan tidak ada jeda
istirahat?
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Rendah Tinggi

4. Performansi (P)
Seberapa besar tingkat keberhasilan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini ? Apakah Anda merasa puas dengan
performansi Anda didalam menyelesaikan pekerjaan?
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Rendah Tinggi

5. Tingkat Usaha (TU)


Seberapa besar kerja mental dan fisik yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini?
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Rendah Tinggi

6. Tingkat Frustasi (TF)


Seberapa besar kecemasan, perasaan tertekan, dan stress yang
dirasakan untuk menyelesaikan pekerjaan ini?
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Rendah Tinggi

76
Lampiran 5: Kuesioner Stres Kerja

1. Tidak Pernah :-
2. Kadang : 1-2 kali dalam sebulan dirasakan
3. Sering : Lebih dari 3x dirasakan dalam sebulan
4. Selalu : Lebih dari 7x dirasakan dalam sebulan
SKALA
PENILAIAN
NO PERTANYAAN

Kadang
Pernah

Sering
Selalu
Tidak
1 Tujuan tugas-tugas dan pekerjaan
saya tidak jelas
2 Saya tidak memiliki kesempatan yang
cukup untuk berkembang pada
pekerjaan saya
3 Saya menghabiskan waktu terlalu
banyak untuk pertemuan yang tidak
penting dan menyita waktu saya
4 Tugas-tugas yang diberikan
kepada saya terlalu sulit
5 Saya bertanggung jawab membantu
pekerja lain
menyelesaikan
masalahnya
6 Saya tidak memiliki kuasa
untuk melaksanakan tanggung
jawab
pekerjaan saya
7 SOP yang telah ada tidak dipatuhi oleh
pekerja
8 Saya membuat keputusan dan
bertindak untuk mempengaruhi
keselamatan orang lain
9 Saya mendapatkan lebih banyak
tugas daripada pekerja lain
10 Atasan mengharapkan saya
melebihi keterampilan atau
kemampuan yang
saya miliki
11 Saya hanya memiliki sedikit
kesempatan untuk berkembang dan
belajar pengetahuan serta
keterampilan
baru dalam pekerjaan saya
12 Tanggung jawab saya dalam pekerjaan
lebih mengenai orang daripada barang

77
13 Saya tidak mengerti bagian yang
diperankan pekerjaan saya dalam
memenuhi tujuan organisasi

78
keseluruhan
14 Saya merasa bahwa saya betul-betul
tidak memiliki waktu untuk
istirahat berkala
15 Saya kurang terlatih dan kurang
pengalaman untuk melaksanakan tugas
saya
Jumlah Skor per Kolom

TOTAL SKOR
Sumber: Kuesioner Modifikasi Tamara (2019)

79
Lampiran 6: Distribusi Frekuensi Usia, Masa Kerja, Beban Kerja Mental, dan
stres kerja

Nama Masa Klasifikasi Beban


Samaran
Usia Code bekerja Code Score Kerja CODE Score CODE
No
<1
1 R1 25 0 Tahun 0 62,333 Beban Mental Sedang 1 28 0
1-5
2 R2 23 0 Tahun 1 49 Beban Mental Ringan 2 29 0
<1
3 R3 23 0 Tahun 0 47,667 Beban Mental Ringan 2 28 0
1-5
4 R4 26 1 Tahun 1 75 Beban Mental Sedang 1 32 1
1-5
5 R5 26 1 Tahun 1 78,667 Beban Mental Sedang 1 31 1
1-5
6 R6 23 0 Tahun 1 46,333 Beban Mental Ringan 2 29 0
<1
7 R7 25 0 Tahun 0 63,333 Beban Mental Sedang 1 28 0
1-5
8 R8 38 2 Tahun 1 45 Beban Mental Ringan 2 36 1
>5
9 R9 40 2 Tahun 2 53 Beban Mental Sedang 1 40 1
1-5
10 R10 41 2 Tahun 1 73,333 Beban Mental Sedang 1 32 1
1-5
11 R11 37 2 Tahun 1 71,667 Beban Mental Sedang 1 32 1
<1
12 R12 32 1 Tahun 0 73,667 Beban Mental Sedang 1 31 1
1-5
13 R13 32 1 Tahun 1 79 Beban Mental Sedang 1 28 0
<1
14 R14 28 1 Tahun 0 78,333 Beban Mental Sedang 1 29 0
>5
15 R15 44 2 Tahun 2 85,333 Beban Mental Tinggi 0 48 2
>5
16 R16 42 2 Tahun 2 79 Beban Mental Sedang 1 31 1
1-5
17 R17 35 1 Tahun 1 70,667 Beban Mental Sedang 1 34 1
1-5
18 R18 31 1 Tahun 1 78,667 Beban Mental Sedang 1 29 0
1-5
19 R19 43 2 Tahun 1 77,667 Beban Mental Sedang 1 47 2
>5
20 R20 46 3 Tahun 2 74 Beban Mental Sedang 1 41 1
>5
21 R21 37 2 Tahun 2 71,667 Beban Mental Sedang 1 35 1
1-5
22 R22 40 2 Tahun 1 48,333 Beban Mental Ringan 2 46 2
>5
23 R23 40 2 Tahun 2 49,333 Beban Mental Ringan 2 47 2
1-5
24 R24 38 2 Tahun 1 78,667 Beban Mental Sedang 1 33 1
>5
25 R25 52 3 Tahun 2 75,667 Beban Mental Sedang 1 50 2

80
Nama Masa Klasifikasi Beban
Usia Code Code Score CODE Score CODE
No Samaran bekerja Kerja
1-5
26 R26 33 1 Tahun 1 78 Beban Mental Sedang 1 32 1
1-5
27 R27 36 2 Tahun 1 78 Beban Mental Sedang 1 33 1
1-5
28 R28 25 0 Tahun 1 48,667 Beban Mental Ringan 2 30 0
1-5
29 R29 48 3 Tahun 1 73,667 Beban Mental Sedang 1 46 2
1-5
30 R30 53 3 Tahun 1 78,667 Beban Mental Sedang 1 38 1
1-5
31 R31 34 1 Tahun 1 74,667 Beban Mental Sedang 1 35 1
<1
32 R32 29 1 Tahun 0 78,667 Beban Mental Sedang 1 32 1
<1
33 R33 23 0 Tahun 0 47,333 Beban Mental Ringan 2 29 0
1-5
34 R34 46 3 Tahun 1 78,333 Beban Mental Sedang 1 49 2
1-5
35 R35 56 4 Tahun 1 74,667 Beban Mental Sedang 1 30 0
1-5
36 R36 51 3 Tahun 1 69 Beban Mental Sedang 1 46 2
1-5
37 R37 33 1 Tahun 1 67,667 Beban Mental Sedang 1 35 1
1-5
38 R38 27 1 Tahun 1 49,333 Beban Mental Ringan 2 31 0
>5
39 R39 37 2 Tahun 2 78 Beban Mental Sedang 1 37 1
>5
40 R40 33 1 Tahun 1 69,667 Beban Mental Sedang 1 31 1
>5
41 R41 35 1 Tahun 2 82,333 Beban Mental Tinggi 0 36 1
1-5
42 R42 34 1 Tahun 1 65,667 Beban Mental Sedang 1 30 1
1-5
43 R43 44 2 Tahun 1 81,667 Beban Mental Tinggi 0 47 2
1-5
44 R44 55 3 Tahun 1 80,333 Beban Mental Tinggi 0 46 2
>5
45 R45 53 3 Tahun 2 81 Beban Mental Tinggi 0 48 2
1-5
46 R46 34 1 Tahun 1 61 Beban Mental Sedang 1 36 1
<1
47 R47 33 1 Tahun 0 65 Beban Mental Sedang 1 32 1
1-5
48 R48 35 1 Tahun 1 71 Beban Mental Sedang 1 33 1
1-5
49 R49 39 2 Tahun 0 67,667 Beban Mental Sedang 1 33 1
1-5
50 R50 36 2 Tahun 1 62,333 Beban Mental Sedang 1 34 1
>5
51 R51 49 3 Tahun 2 80,333 Beban Mental Tinggi 0 46 2
1-5
R52 20 0 1 78,667 Beban Mental Sedang 1 34 1
52 Tahun

81
Nama Masa Klasifikasi Beban
Usia Code bekerja Code Score CODE Score CODE
No Samaran Kerja
<1
53 R53 22 0 Tahun 0 79,333 Beban Mental Sedang 1 28 0
1-5
54 R54 21 0 Tahun 1 73,333 Beban Mental Sedang 1 29 0
>5
R55 37 2 2 73,667 Beban Mental Sedang 1 36 1
55 Tahun

Code
Keterangan
Usia
0 17 - 25 Tahun (Remaja Akhir)
1 26 – 35 Tahun (Dewasa Awal)
2 36 – 45 Tahun (Dewasa Akhir)
3 46 – 55 Tahun (Lansia Awal)
4 56 – 65 Tahun (Lansia Akhir)

Code
Keterangan
Usia
0 < 1 Tahun
1 1 – 5 Tahun
2 > 5 Tahun

Code
Beban Keterangan
Mental
0 Beban Mental Tinggi
1 Beban Mental Sedang
2 Beban Mental Ringan

Code Keterangan
Stres
Kerja
0 Stres Kerja Ringan
1 Stres Kerja Sedang
2 Stres Kerja Tinggi

82
Lampiran 7: Hasil Statistik Usia Pekerja di PT. X

83
Lampiran 8: Hasil Statistik Masa Kerja Pekerja di PT. X

84
Lampiran 9: Hasil Statistik Beban Kerja Mental Pekerja di PT. X

85
Lampiran 10: Hasil Statistik Stres Kerja Pekerja di PT. X

86
Lampiran 11: Crosstab Usia*Stres Kerja

87
Lampiran 12: Crosstab Masa Kerja*Stres Kerja

88
Lampiran 13: Beban Kerja Mental*Stres Kerja

89
Lampiran 14: Dokumentasi Pengisian Kuesioner

90

Anda mungkin juga menyukai