Anda di halaman 1dari 114

HUBUNGAN PERILAKU 3 M PLUS DENGAN KEJADIAN

DBD DI PUSKESMAS SETU 1 KABUPATEN BEKASI


TAHUN 2022

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi Strata Satu
(S-1)
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Oleh :
EGA WIYASIH
2017710118

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2022
HUBUNGAN PERILAKU 3 M PLUS DENGAN KEJADIAN
DBD DI PUSKESMAS SETU 1 KABUPATEN BEKASI
TAHUN 2022

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi Strata Satu
(S-1)
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Oleh :
EGA WIYASIH

2017710118

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN PROGRAM STUDI

Skipsi ini diajukan oleh:


Nama : Ega Wiyasih
NPM : 2017710118
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Judul Skripsi : Hubungan Perilaku Masyarkat Terhadap Kejadian
Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Setu 1
Kabupaten Bekasi.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan sidang penguji dan diterima sebagi


bagian persyaratan dihadapan sidang penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk menyelesaikan studi strata satu
diprogram Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM).

Ditetapkan: November 2022


Jakarta, 01 Desember 20222
Ketua Program Studi

Ernyasih, SKM, MKM

i
HALAMAN PENGESAHAN

Diterima dan disajikan oleh Komisi Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk memenuhi
persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana Srata Satu (S-1) Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

Pada hari : Jumat

Tanggal : 02 Desember

……………………………………………….. Mizna Sabilla, SKM, M.Kes


Pembimbing

………………………………………………
Penguji I

………………………………………………
Penguji II

ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di program studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
2. Jika kemudian hal tersebut terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya
asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
(S-1) Kesehatan Masyarakat di Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Jakarta, 02 Desember 2022

Ega Wiyasih

iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya yang


bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ega Wiyasih
NPM : 2017710118
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Universitas Muhammadiyah Jakarta Hak Bebas Royalti
Nonesklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas skripsi saya yang
berjudul:

HUBUNGAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN


DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PUSKESMAS SETU 1
KABUPATEN BEKASI beserta perangkat yang ada (jika diperlukan).
Dengan Hak Bebas Royalti Nonesklusif ini Universitas Muhammadiyah
Jakarta berhak menyimpan, mengalihmedia atau format-kan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan
skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis,
pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, 02 Desember 2022

Ega Wiyasih

iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN Promosi Kesehatan
Skripsi, 2 Desember 2022
Ega wiyasih
HUBUNGAN PERILAKU 3 M PLUS DENGAN KEJADIAN DBD di
PUSKESMAS SETU 1 KABUPATEN BEKASI TAHUN 2022
xx + Halaman + 21 Tabel + 5 Gambar + 8 Lampiran

ABSTRAK
Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti
sebagai vektor utama. Penyakit ini dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(KLB) dengan jumlah kematian yang besar. Pada saat ini penyebaran DBD
semakin meluas dan mencapai seluruh provinsi di Indonesia. Kasus DBD di
Indonesia tahun 2018 sebanyak 65.602 kasus, angka kesakitan (Incident Rate-
IR) 24,75 per 100.000 penduduk.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan


perilaku 3 M Plus dengan kejadian DBD di Puskesmas setu Kabupaten
Bekasi

Metode: Penelitian ini merupakan kuantitatif dengan penelitian untuk


mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Jumlah sampel
sebanyak 151 orang yang diambil dengan Purposive sampling.Pengambilan
data menggunakan kuesioner Hasil uji statistik Chi-Square dengan uji
Continuity Correction (a) didapatkan nilai p 0,000

Hasil: Variabel yang berhubungan perilaku 3 m plus dengan kejadian dbd


yaitu menguras tempat penampungan air p value=0,000, menutup tempat
penampungan air dengan kejadian DBD p value=0,000, mengubur barang
bekas kejadian DBD p value=0,000, membubuhkan bubuk abate dengan
kejadian DBD p value=0,000, memasang kawat dengan kejadian DBD p
value=0,000.

Kesimpulan: adanya hubungan dengan perilaku 3 m plus dengan kejadian


dbd di Puskesmas Setu 1 Kabupaten Bekasi adalah menguras tempat
penampungan air,menutup tempat penampungan air, mengubur barang
bekas, membubuhkan bubuk abate, dan memasang kawat.

Saran: melakukan kegiatan 3 M Plus kurangnya perhatian masyarakat


tentang perilaku menguras, menutup, dan mengubur ini sehingga
meningkatkan angka kejadian demam berdarah bentuk tindakan untuk
memutus rantai penularannya dengan cara memberantas jentik nyamuk
penularannya.

Kata Kunci : Kejadian DBD, Perilaku 3 M Plus


Daftar Pustaka : 56 Buah ( 2012-2022)

v
Health Promotion Specialization, Faculty of Public Health
Muhammadiyah University Jakarta

Skripsi, 2 Desember 2022

Ega wiyasih

THE RELATIONSHIP OF 3 M PLUS BEHAVIOR WITH THE


EVENT OF DHF at PUSKESMAS SETU 1, BEKASI REGENCY IN
2022
xx + 86 Pages + 21 Tabels + 5 Pictures + 8 Attachments

ABSTRACT
Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease
caused by the dengue virus and transmitted by the Aedes aegypti mosquito
as the main vector. This disease can cause Extraordinary Events (KLB) with
a large number of deaths. At this time the spread of dengue fever is
increasingly widespread and reaches all provinces in Indonesia. Dengue
fever cases in Indonesia in 2018 were 65,602 cases, the incident rate (IR)
was 24.75 per 100,000 population.

Research Objectives: This study was conducted to determine the


relationship between 3 M Plus behavior and the incidence of dengue fever in
puskesmas setu, Bekasi Regency

Method: This research is quantitative with research to find the relationship


between free variables and bound variables. The total sample was 151
people taken by Purposive sampling. Data collection using questionnaire
Chi-Square statistical test results with Continuity Correction test (a)
obtained p value 0.000

Results: Variables related to behavior 3 m plus with dengue incidence are


draining water reservoirs p value = 0.000, closing water reservoirs with dbd
events p value = 0.000, burying used dbd events p value = 0.000 , affixing
abate powder with dbd p value events =0.000, installing the wire with dbd
event p value=0.000.

Conclusion: there is a relationship with the behavior of 3 m plus with the


incidence of dengue fever at Puskesmas Setu 1 Bekasi Regency is draining
water reservoirs, closing water reservoirs, burying used goods, affixing
abate powder, and installing wire.

Keywords : DHF incidence, 3 M Plus behaviour

Biblioghraphy: 75 Recources ( 2012-2022)

vi
LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui untuk diajukan pada sidang skripsi Program Studi Kesehatan


Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Jakarta

Pada hari :
Tanggal :

Mizna Sabila, SKM, M.Kes


Pembimbing

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…

Assalamualaikum Wr.Wb…

Alhamdulillah Rabbil „alamin, segala puji bagi Allah SWT, dengan


Rahmat, Anugerah dan Hidayah-Nya laporan skripsi ini dapat diselesaikan.
Shalawat serta salam kepada junjungan baginda Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul “HUBUNGAN PERILAKU 3 M PLUS DENGAN
KEJADIAN DBD DI PUSKESMAS SETU 1 KABUPATEN BEKASI
TAHUN 2022” merupakan syarat guna menyelesaikan Studi Strata Satu (S-
1) Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyususnan skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa Ridho Allah SWT, bantuan dan bimbingan serta dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada:
1) Ibu Mizna Sabila, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing yang sudah
banyak membantu dan membimbing penulis selama perjalanan skripsi
ini.
2) selaku dosen penguji sidang skripsi terimakasih sudah memberikan
saran dan masukan agar tugas akhir ini menjadi lebih baik.
3) Bapak/Ibu dosen Fakutas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan ilmu kepada penulis
sehingga ilmu tersebut dapat di aplikasikan dalam proses penyelesaian
tugas akhir ini.
4) Kedua orang tua, mbak Ismah, kak Defri & adikku Hana tersayang,
yang telah senantiasa mendo‟akan di setiap sujud nya, mendidik dan
membesarkan dengan sabar serta selalu memberi dukungan positif dari
segi apapun dengan keridhoan Allah.
5) Kepala Puskesma Setu 1 yang telah memberikan izin penelitian di
Puskesmas Setu 1 tersebut. Diri sendiri, terimakasih karna sudah kuat

viii
berjuang, berusaha semaksimal mungkin baik tenaga, pikiran, waktu
untuk menyelesaikan tugas akhir ini. kamu hebat!
6) Tatiana Pratiwi dan Lustya Ningsih, Nisa,Jihan,Ghina dan Desti
terimakasih sudah setia mendengarkan keluh kesah selama peneliti
mengerjakan skripsi ini.
7) Anak asrama 503, diantaranya Ka nana,Ka Fitria,Ka Anisa, & Ka Yesa
terimakasih sudah menemani dengan suka duka per asrama an.
8) Teman-teman GENG‟s yang sekarang mungkin sudah tidak seakrab
dulu karna satu dan lain hal, diantaranya Mitha, Isna, Amel, April,
Della, Sherly, Ayas, Dinda, Denis, Indah, Hania, Pelia dan Lita,
terimakasih sudah mewarnai hari hariku dari masa maba sampai
pertengahan semester.
9) Teman Teman SEMESTA UMJ terimakasih atas kebersamaan dan
kekeluargaannya selama masa periode terimakasih pernah bersama dan
mengenal satu sama lain.
10) Seluruh pihak yang sudah membantu yang tidak bisa peneliti sebutkan
satu persatu baik tenaga, pikiran, materi, motivasi dan support walau
hanya dengan kata “semangat” tetapi itu sangat berarti untuk peneliti,
terimakasih sudah menguatkan sampai titik ini, once again thank u so
much.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menantikan masukan berupa
saran, usulan kritik dan sebagainya dari para pembaca untuk dijadikan
bahan penyempurnaan di masa mendatang.

Jakarta, 25 November 2022

Ega wiyasih

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PROGRAM STUDI .....................................................i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ...............................................................................iv
ABSTRAK ............................................................................................................... v
ABSTRACT ...........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ..................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 9
F. Landasan Teori ............................................................................................. 9
G. Landasan Teori ........................................................................................... 17
H. Kerangka Teori .......................................................................................... 23
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL HIPOTESIS
PENELITIAN ........................................................................................................ 24
A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 24
B. Hipotesis .................................................................................................... 27
BAB IV METODE PENELITIAN......................................................................... 28
A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................ 28
B. Tempat & waktu penelitian ........................................................................ 28
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 28
D. Pengukuran Dan Pengamatan Variabel ...................................................... 30
E. Pengujian Instrumen Penelitian .................................................................. 31
F. Teknik pengumpulan Data ......................................................................... 32
G. Teknik pengolahan data ............................................................................. 33

x
H. Etika Penelitian .......................................................................................... 36
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 37
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 37
B. Hasil Analisis ............................................................................................. 38
C. Pembahasan................................................................................................ 47
Bab VI Kesimpulan dan Saran ............................................................................... 54
A. Kesimpulan ................................................................................................ 54
B. Saran .......................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 56
LAMPIRAN........................................................................................................... 61
ABSTRACT .......................................................................................................... 62

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1. Definisi Operasional .................................................................. 25


Tabel 4. 1 Proporsi Variabel Penelitian ...................................................... 30
Tabel 4. 2 Tabel Hasil Uji Validitas Kuesioner variabel ............................. 31
Tabel 4. 3 Data Reliabilitas Instrumen Penelitian ........................................ 32
Tabel 4. 4 Tabel Coding ............................................................................... 34
Tabel 5. 1 Distribusi Jenis Kelamin responden pada pengunjung Puskesmas
Setu 1 di Kabupaten Bekasi Tahun 2022..................................... 38
Tabel 5.2 Distribusi pendidikan responden pada pengunjung Puskesmas
Setu 1 di Kabupaten Bekasi Tahun 2022..................................... 39
Tabel 5.3 Distribusi pekerjaan responden pada pengunjung Puskesmas Setu
1 di Kabupaten Bekasi Tahun 2022 ............................................. 39
Tabel 5.4 Distribusi umur responden pada pengunjung Puskesmas Setu 1 di
Kabupaten Bekasi Tahun 2022 .................................................... 40
Tabel 5.5 Distribusi Kejadian DBD responden pada pengunjung Puskesmas
Setu 1 di Kabupaten Bekasi Tahun 2022..................................... 40
Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Perilaku menguras penampungan
air Dengan Kejadian DBD pada Pengunjung Puskesmas Setu 1 di
Kabupaten Bekasi Tahun 2022 .................................................... 41
Tabel 5.7 Distribusi Responden Menurut Perilaku menutup penampungan
air Dengan Kejadian DBD pada Pengunjung Puskesmas Setu 1 di
Kabupaten Bekasi Tahun 2022 .................................................... 41
Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Perilaku mengubur barang bekas
Dengan Kejadian DBD pada Pengunjung Puskesmas Setu 1 di
Kabupaten Bekasi Tahun 2022 .................................................... 42
Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Perilaku membubuhkan bubuk
abate Dengan Kejadian DBD pada Pengunjung Puskesmas Setu 1
di Kabupaten Bekasi Tahun 2022 ................................................ 42
Tabel 5.10 Distribusi Responden Menurut Perilaku memasang kawat
Dengan Kejadian DBD pada Pengunjung Puskesmas Setu 1 di
Kabupaten Bekasi Tahun 2022 .................................................... 43

xii
Tabel 5.11 Distribusi Responden Menurut Perilaku menguras tempat
penampungan air Dengan Kejadian DBD pada Pengunjung
Puskesmas Setu 1 di Kabupaten Bekasi Tahun 2022 ................ 43
Tabel 5.12 Distribusi Responden Menurut Perilaku Menutup Tempat
Penampungan air Dengan Kejadian DBD pada Pengunjung
Puskesmas Setu 1 di Kabupaten Bekasi Tahun 2022 ................. 44
Tabel 5.13 Distribusi Responden Menurut Perilaku mengubur barang bekas
Dengan Kejadian DBD pada Pengunjung Puskesmas Setu 1 di
Kabupaten Bekasi Tahun 2022 .................................................... 45
Tabel 5.14 Distribusi Responden Menurut Perilaku membubuhkan bubuk
abate Dengan Kejadian DBD pada Pengunjung Puskesmas Setu 1
di Kabupaten Bekasi Tahun 2022 ................................................ 46
Tabel 5.15 Distribusi Responden Menurut Perilaku memasang kawat
Dengan Kejadian DBD pada Pengunjung Puskesmas Setu 1 di
Kabupaten Bekasi Tahun 2022 .................................................... 47

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Teori ................................................................................ 237


Gambar 3. 1 Kerangka Konsep ............................................................................... 37
Gambar 5. 1 Peta Lokasi Puskesmas setu 1 ............................................................ 24

xiv
DAFTAR SINGKATAN

KEPMENKES : Keputusan Menteri Kesehatan


OR : Oods Ratio
DBD : Demam Berdarah Dengue
Menkes : Menteri Kesehatan
KLB : Kejadian Luar Biasa
CFR : Case Fatality Rate
DSS : Dengue Syok Sindrom
PSN : Perilaku Sarang Nyamuk
ABJ : Angka Bebas Jentik
PJB : Pemantauan Jentik Berkala
PJR : Pemantauan Jentik Rutin
TPA : Tempat Penampungan air
RO : Rassio Odd
JUMANTIK : Juru Pemantau Jentik
WHO : World Health Organization
KBTL : Kelambu Berinsektida Tahan Lama
P2M :Program Pengabdian Masyarakat
PUSTU : Puskesmas Pembantu
3M : Mennguras,Menutup,Mengubur
IR : Incidence Rate
PUSDATIN : Pusat Data Informasi
PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti
sebagai vektor utama. Penyakit ini dapat menimbulkan Kejadian Luar
Biasa (KLB) dengan jumlah kematian yang besar. DBD merupakan
penyakit demam akut yang menyerang orang dewasa maupun anak-anak,
tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada usia kurang dari 15 tahun,
yang ditandai dengan adanya perdarahan dan dapat menimbulkan syok
yang dapat mengakibatkan kematian pada penderita (Dinata and
Dhewantara, 2012). DBD pertama kali diketahui di Asia Tenggara tahun
1950an tetapi mulai tahun 1975 hingga sekarang, DBD merupakan
penyebab kematian utama pada anak-anak di negara-negara Asia.
Prevalensi penyakit ini secara global meningkat drastis pada dekade
saat ini dan DBD menjadi endemik di 100 lebih negara-negara di
Afrika, Amerika, Mediteranian Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat.
Asia Tenggara dan Pasifik Barat adalah negara-negara yang paling
banyak menderita (Dania, 2016).
Dalam KEPMENKES No. 581/MENKES/SK/VII/1992 Tentang
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue. DBD dapat
diberantas dengan cara yang tepat guna oleh pemerintah dengan peran
serta masyarakat. Upaya pemberantasan yang dapat dilakukan adalah
dengan tindakan pencegahan; penemuan, pertolongan, dan pelaporan;
penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit demam berdarah
dengue; penanggulangan seperlunya; penanggulangan lain; dan
penyuluhan (Widiyaning, Syamsulhuda and Widjanarko, 2018).
DBD merupakan salah satu penyakit yang dapat memicu
terjadinya kejadian luar biasa (KLB) bahkan wabah dan menyebabkan
kematian. KLB DBD dapat terjadi hampir setiap tahun di beberapa
wilayah dengan tempat yang berbeda dan kejadiannya sulit diduga.

1
2

Hampir seluruh Kab/Kota di Indonesia merupakan wilayah endemis


DBD. Sejak ditemukan pertama kali tahun 1968 di Jakarta dan
Surabaya. Pada saat ini penyebaran DBD semakin meluas dan mencapai
seluruh provinsi di Indonesia.
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi di
Indonesia dengan jumlah kasus 68.407 tahun 2017 mengalami
penurunan yang signifikan, tahun 2016 sebanyak 204.171 kasus.
Provinsi dengan jumlah kasus tertinggi terjadi di 3 (tiga) Provinsi di
Pulau Jawa seperti Jawa Barat dengan total kasus sebanyak 10.016
kasus, Jawa Timur sebesar 7.838 kasus dan Jawa Tengah 7.400 kasus.
Sedangkan untuk jumlah kasus terendah di Provinsi Maluku Utara
dengan Jumlah 37 kasus (Aisyah, and Nasution 2020). Kasus DBD di
Indonesia tahun 2018 sebanyak 65.602 kasus, angka kesakitan (Incident
Rate-IR) 24,75 per 100.000 penduduk. Didapatkan angka kasus DBD
mengalami penambahan di 64 kabupaten/kota di 4 provinsi yang salah
satunya Jawa Barat. Jawa Barat menempati urutan pertama dengan
jumlah kasus DBD tertinggi di Indonesia pada tahun 2018 sebanyak
8.732 kasus (IR 17,94), 49 orang meninggal (tertinggi kedua) dengan
CFR 0,56% (Budiman and Oetami, 2020). Kota Bekasi menjadi salah
satu kota yang mencatat kasus tertinggi dengan 2059 kasus
(Kemenkes,2022)
Indonesia mempunyai resiko besar untuk terjangkit penyakit
demam berdarah dengue karena virus Dengue dan nyamuk penularnya
yaitu Aedes aegypti tersebar luas di seluruh daerah- daerah pedesaan
maupun perkotaan, baik di rumah-rumah maupun di tempat-tempat
umum, kecuali daerah yang ketinggiannya lebih dari 1.000 meter dari
permukaan air laut. Iklim tropis juga mendukung berkembangnya
penyakit ini, lingkungan fisik (curah hujan) yang menyebabkan tingkat
kelembaban tinggi, merupakan tepat potensial berkembangnya penyakit
ini nyamuk ini berkembang biak di tempat-tempat penampungan air
atau tandon, seperti bak kamar mandi, drum, tempayan dan barang
bekas yang dapat menampung air hujan baik di rumah, sekolah, dan
3

tempat umum lainnya (Rosdawati, 2021). Tempat perkembangbiakan


nyamuk Aedes aegypti adalah di lingkungan yang lembab, curah hujan
tinggi, terdapat genangan air di dalam maupun luar rumah. Faktor lain
penyebab DBD adalah sanitasi lingkungan yang buruk, perilaku
masyarakat tidak sehat, perilaku di dalam rumah pada siang hari,
memegang peranan paling besar dalam penularan virus dengue
(Nahdah, 2013).
Sampai saat ini obat dan vaksin demam berdarah belum
ditemukan dan masih dalam tahap penelitian. Pencegahan penyakit
DBD sangat tergantung vektornya. Peningkatan upaya pemberantasan
DBD dititikberatkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat
berperan serta dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui
3M plus (menguras, menutup, dan mengubur) plus menabur larvasida,
penggerakan jumantik serta pengenalan gejala DBD dan
penanganannya dirumah tangga. Angka Bebas Jentik (ABJ) digunakan
sebagai tolak ukur upaya pemberantasan vektor melalui PSN-3M
menunjukkan tingkat partisispasi masyarakat dalam mencegah DBD.
Oleh karena itu pendekatan pemberantasan yang berwawasan
kepedulian masyrakat merupakan salah satu alternatif pendekatan baru.
Adapun yang dimaksud dengan 3M Plus adalah segala bentuk kegiatan
pencegahan seperti : 1) Menaburkan bubuk larvasida pada tempat
penampungan air yangsulit dibersihkan; 2) Menggunakan obat nyamuk
atau anti nyamuk; 3) Menggunakan kelambu saat tidur; 4) Memelihara
ikan pemangsa jentik nyamuk; 5)Menanam tanaman pengusir nyamuk,
6) Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah; 7) Menghindari
kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisamenjadi
tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain (Riamah, 2018).
Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Pengetahuan yang masih kurang dan
tingkat kesadaran yang rendah disinyalir memberikan dampak yang
kurang baik terhadap kualitas kesehatan masyarakat, kurangnya
pengetahuan dengan indikasi rendahnya kesadaran akan mengurangi
4

perilaku masyarakat terhadap pemeliharaan kesehatan terutama dalam


upaya pencegahan DBD dan dari pengalaman terbukti bahwa perilaku
didasari pengetahuan dan kesadaran akan lebih langgeng daripada
perilaku tidak didasari pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan
berlangsung lama (Widiyono, Putra, 2021).
Sedangkan di Kabupaten Bekasi kasus DBD yang cukup tinggi
yaitu di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
bekasi diketahui bahwa jumlah kasus DBD pada tahun 2013 mencapai
1.415 orang dengan 17 orang meninggal, IR 58,0 per100.000 penduduk
dan CFR 1,2%. Tahun 2014 terjadi penurunan kasus yaitu 821 orang
penderita dengan IR 31,7 per 100.000 penduduk dan memasuki
peringkat kelima se-Jawa Barat dengan angka kematian tertinggi. Pada
tahun 2015 kasus meningkat mencapai 987 orang dengan 11 orang
meninggal IR 36 per 100.000 penduduk dan CFR 1,1%. Dan pada tahun
2016 sampai bulan Februari jumlah kasus 704 orang dengan 12 orang
meninggal, IR 25 per 100.000 penduduk dan CFR 1,7%.Jika dilihat
data setiap tahunnya maka angka kematian telah melebihi angka 1 %
(Dinkes Kabupaten Bekasi, 2019). Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Bekasi dr. Sri Enny Mainarti mengatakan, pada Januari 2020 ada 30
kasus DBD, sedangkan dibulan Februari sebanyak 21 kasus DBD
(Bekasikab.go.id, 2020). Pada tahun 2022, kota Bekasi menjadi salah
satu kota yang mencatat kasus tertinggi dengan 2059 kasus
(Kemenkes,2022).
Puskesmas Setu 1 sudah mulaimenggalakkan kembali kegiatan
Pemantauan Jentik Berkala (PJB) secara rutin sehingga kegiatan kader
Juru Pemantau Jentik (Jumantik) sudah mulai digalakkan kembali.
Selain itu, pelaporan data ABJ sudah mulai mencakup sebagian wilayah
kabupaten/kota diBekasi sehingga cakupan ABJ juga semakin
meningkat. Dalam periode tahun 2010-2016, ABJ nasional tidak dapat
mencapai angka minimal nasional, paling tinggi hanya 80,2% (tahun
2010) dan paling rendah 24,1% (tahun 2014). Pada periode tersebut,
berturut ABJ nasional setiap tahunnya adalah 80,2% (tahun 2010),
5

76,2% (tahun 2011), 79,3% (tahun 2012), 80,1% (tahun 2013), 24,1%
(tahun 2014), 54,2% (tahun 2015) dan 67,6% (tahun 2016) (Puskesmas
Setu 1).
Berdasarkan data survey epidemiologi Puskesmas Setu 1
Kabupaten Bekasi pada bulan Mei 2021, Pasien yang positif DBD
sebanyak 30 orang. (Puskesmas Setu, 2021). Upaya masyarakat terkait
perilaku kesehatan dalam pencegahan kejadian DBD, yaitu hal yang
telah dilakukan oleh masyarakat dalam menurunkan angka kejadian
DBD diantaranya seperti pemeriksaan jentik yang dilakukan oleh kader
jumantik, kegiatan 3M Plus (Menguras tempat penampungan air,
menutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas, dan plus
nya adalah menggunakan bubuk abate dan memantau jentik .Selain itu,
petugas kesehatan yang menjadi contoh di masyarakat juga dalam
perilaku 3 M plus pencegahan demam berdarah dengue. Petugas
kesehatan yang ada di Puskesmas Setu 1 melakukan kegiatan
pemantauan jentik rutin (PJR) ke rumah-rumah penduduk untuk
kejadian DBD (Wiskha, 2013).
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka peneliti
mengambil judul “Hubungan Perilaku 3 M Plus dengan Kejadian DBD
Di Puskesmas Setu 1 Kabupaten Bekasi Tahun 2021”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data survey epidemiologi Puskesmas Setu 1
Kabupaten Bekasi pada bulan Mei 2021, Pasien yang positif DBD
sebanyak 30 orang. (Puskesmas Setu, 2021).
Upaya masyarakat terkait perilaku kesehatan dalam
pencegahan kejadian DBD, yaitu hal yang telah dilakukan oleh
masyarakat dalam menurunkan angka kejadian DBD diantaranya
seperti pemeriksaan jentik yang dilakukan oleh kader jumantik,
kegiatan 3M Plus (Menguras tempat penampungan air, menutup tempat
penampungan air, mengubur barang bekas, dan plus nya adalah
menggunakan bubuk abate dan memantau jentik.
6

Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan


bahwa upaya pencegahan DBD telah digalakkan namun masih ada
perilaku masyarakat yang menyebabkan perindukan nyamuk meningkat
seperti banyaknya masyarakat yang membiarkan air hujan pada tong
penampungan yang terdapat jentik nyamuk, pengelolaan sampah yang
masih kurang optimal, masih ada masyarakat yang membiarkan barang
bekas seperti botol, kaleng, plastik bekas di sekitar lingkungan serta
rumah yang terdapat jentik nyamuk, serta peran kader jumantik yang
belum optimal dalam melakukan survei jumantik kerumah-rumah
masyarakat. Oleh sebab itu rumusan masalah pada penelitian ini adalah
Apakah ada Hubungan Perilaku Pencegahan Dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Puskesmas Setu 1 Kabupaten Bekasi ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Mengetahui Hubungan perilaku 3M plus
dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Puskesmas
Setu 1 Kabupaten Bekasi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kejadian DBD Puskesamas Setu 1
di Kabupaten Bekasi
b. Untuk mengetahui gambaran perilaku 3 M Plus (menguras,
menutup, mengubur, membubuhkan bubuk abate, memasangkan
kawat) Puskesmas Setu 1 di Kabupaten Bekasi)
c. Untuk mengetahui hubungan antara menguras tempat
penampungan air (TPA) dengan kejadian Demam Berdarah
Dengue Puskesmas Setu 1di Kabupaten Bekasi
d. Untuk mengetahui hubungan antara menutup tempat
penampungan air (TPA) dengan kejadian Demam Berdarah
Dengue Puskesmas Setu 1 di Kabupaten Bekasi
e. Untuk mengetahui hubungan antara mengubur tempat
penampungan air (TPA) dengan kejadian Demam Berdarah
7

Dengue Puskesmas Setu 1 di Kabupaten Bekasi


f. Untuk mengetahui hubungan antara membubuhkan bubuk abate
dengan kejadian Demam Berdarah Dengue Puskesmas Setu 1 di
Kabupaten Bekasi
g. Untuk mengetahui hubungan antara memasang kawat dengan
kejadian Demam Berdarah Dengue Puskesmas Setu 1 di
Kabupaten Bekasi

D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Penelitian ini dapat menggambarkan bahwa kesadaran
masyarakat perilaku hidup bersih sehat akan bahayanya kejadian
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di lingkungan rumah.

2. Praktis/aplikatif
a. Bagi Pihak Puskesmas
Dapat digunakan sebagai informasi dan sebagai dasar
pertimbangan maupun masukan untuk membuat suatu program
penanggulangan maupun pencegahan dalam mengendalikan
faktor-faktor yang berhubungan kejadian DBD.
b. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah keilmuan
Kesehatan Masyarakat dalam mengembangkan program
pembelajaran Kesehatan masyarakat.
c. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk
melakukan penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli- Agustus 2021. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Setu 1 di Kabupaten Bekasi pasien 30 sampel dan diambil
8

dengan menggunakan metode simple purposive sampling. Penelitian ini


dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi pre
eksperimental design dan menggunakan analisis Dalam penelitian ini
peneliti mencari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) yaitu
perilaku 3M plus masyarakat dengan variabel terikat (efek) yaitu
kejadian DBD dan pengukurannya dilakukan pada saat yang bersamaan
Penelitian ini menggunakan sumber data primer melalui pengisian
kuesioner pada pasien yang berkunjung di Puskesmas Setu 1 di
Kabupaten Bekasi. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara
langsung yang dipandu kuesioner. Data yang diperoleh diolah dengan
tahapan editing, codding, tabulating dan dilakukan analisis bivarat
untuk menentukan nilai Rasio Odd (RO).Perilaku 3 M Plus. Analisis
data yang digunakan adalah Uji Chi Square bertujuan untuk mengetahui
“Hubungan Perilaku 3 M Plus dengan Kejadian DBD di wilayah kerja
di Kabupaten Bekasi. atau α sebesar 5% dengan bantuan program SPSS
versi 20.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang
menular dengan cepat, khusnya di wilayah tropis dan subtropis.
DBD dapat menular dengan cepat karena agent penyakit DBD
berupa virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk aides aegypti dan Aides Albopictus (Syamsyir dkk,
2020).
Demam berdarah dengue (DBD) adalah merupakan salah satu
jenis penyakit menular akibat infeksi virus dengue. Penyakit DBD
muncul sepanjang tahun dapat menyerang seluruh kelompok umur
(Sari, 2019).
Definisi diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
Demam berdarah dengue (DBD) adalah “Suatu penyakit yang di
sebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang menghisap darah
manusia sehingga menyebabkan manusia mengalami penyakit
demam berdarah”.
2. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)
Segitiga epidemiologi (trias epidemiologi) merupakan konsep
dasar epidemiologi yang memberikan gambaran tentang hubungan
antara tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit
atau masalah kesehatan. Segitiga ini merupakan gambaran interaksi
antara tiga faktor yakni host tuan rumah/pejamu), agent (faktor
penyebab), environment (lingkungan). Timbulnya penyakit
berkaitan dengan terjadinya ketidakseimbangan interaksi antara
ketiga faktor ini (Pinotoan, 2019).
a. Agent
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu jenis
penyakit yang berkembang didaerah tropis. Didalam

9
10

kehidupan masyarakat Indonesia penyakit Demam Berdarah


Dengue bukan sesuatu hal baru lagi, apalagi penyakit ini
merupakan penyakit mewabah yang menakutkan masyarakat.
Seluruh wilayah di Indonesia mempunyai risiko untuk
terjangkit penyakit Demam Berdarah Dengue, karena virus
penyebab dan nyamuk penularnya tersebar luas baik di rumah
maupun ditempat-tempat umum, kecuali yang ketinggiannya
lebih dari 1000 meter diatas permukaan air laut. Penyakit
Demam Berdarah Dengue perlu mendapatkan perhatian serius
dari semua pihak, mengingat jumlah kasusnya yang cenderung
meningkat setiap tahun (Oktaviani, 2014). Virus dengue
ditularkan kepada manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti.
Aedes albopictus, Aedes polynesiensis. Aedes mengandung
virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang
mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar
liur berkembang biak dalam waktu 8 – 10 hari (Selni, 2020).
b. Host (Pejamu)
Host (pejamu) yang dimaksud adalah manusia yang
kemungkinan terpapar terhadap penyakit DBD dan pejamu
utama yang dikenal virus, semua faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya serta pelayanan suatu penyakit
(Mayasari et al., 2020). Partisipasi masyarakat dalam
pemberantasan sarang nyamuk perlu ditingkatkan antara lain
melalui pemeriksaan jentik secara berkala dan
berkesinambungan serta menggerakkan masyarakat dalam
pemberantasan sarang nyamuk (Rahayu, Budi and Yeni, 2017).
c. Lingkungan (Environment)
Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit
dengue atau di kenal dengan kondisi dan pengaruh-pengaruh
luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan
nyamuk. Penyakit DBD mempunyai hubungan yang erat
dengan kondisi iklim, lingkungan (Mukono, 2018). Faktor
11

lingkungan yang berpengaruh terhadap penyebaran kasus DBD


antara lain: faktor lingkungan fisik (kepadatan rumah,
keberadaan kontainer, suhu, kelembaban); faktor lingkungan
biologi (keberadaan tanaman hias, pekarangan, jentik
nyamuk); faktor lingkungan sosial (pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, mobilitas penduduk, kepadatan penduduk, PSN
(Dinata and Dhewantara, 2012).
3. Etiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue yang
temasuk kelompok B Arthropode Borne Virus (Arboviruses).
Dikenal sebagai genusFlavivirus, famili Flaviviridae dan
mempunyai 4 jenis serotype, yaitu : DEN-1, DEN- 2, DEN- 3 dan
DEN 4. Infeksi salah satu serotype akan menimbulkanantibodi
terhadap serotype yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang
terbentukterhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotype yang
lain tersebut (Utomo, Ningsih and EBS, 2013).
4. Patosiofiologi Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penularan virus dengue terjadi di daerah subtropis sebelah
utara dan selatan khatulistiwa dengan curah hujan yang berat.
Nyamuk Aedes aegypti berkembang di tempat yang mempunyai
lingkungan lembab, curah hujan tinggi, dan terdapat genangan air
di dalam maupun di luar rumah. Gama dan Betty menyebutkan
bahwa beberapa faktor lain penyebab DBD diantaranya sanitasi
lingkungan yang buruk dan perilaku masyarakat yang tidak sehat
(Nahdah, dkk., 2013).
5. Tanda dan Gejala Demam Berdarah Dengue (DBD)
a. Demam
Demam yang timbul secara mendadak, tinggi (mencapai
39– 40° C), dan kadang-kadang disertai dengan menggigil.
Demam ini hanya berlangsung 5-7 hari. Demam sering
berakhir dengan mendadak, disertai keringat yang cukup
12

banyak, dan tubuh tampak loyo. Kadang-kadang, dikenal


istilah demam biphasik, yaitu demam yang berlangsung selama
beberapa hari, sempat turun menjadi normal, naik lagi, dan
baru turun lagi saat penderita sembuh.
b. Nyeri
Timbulnya gejala demam akan segera disusul dengan
timbulnya keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Pada umumnya
yang dikeluhkan adalah nyeri otot, sendi, punggung, dan bola
mata. Rasa nyeri semakin terasa apabila bagian tubuh tersebut
digerakkan. Gejala nyeri ini sering disebut masyarakat awam
sebagai flu tulang. Setelah penderita sembuh, gejala-gejala
nyeri pada seluruh tubuh juga akan hilang.
c. Ruam
Ruam dapat timbul pada saat awal panas, bentuknya
berupa flushing, yakni kemerahan di daerah muka, leher, dan
dada. Ruam juga dapat timbul pada hari keempat sakit, berupa
bercak-bercak merah kecil seperti bercak pada penyakit
campak. Kadang-kadang ruam yang seperti campak ini hanya
muncul di daerah tangan atau kaki, sehingga memberi bentuk
spesifik seperti kaos tangan atau kaos kaki.
d. Perdarahan
Pada infeksi yirus dengue dalam bentuk klinis DBD,
selalu disertai dengan tanda perdarahan, baik perdarahan yang
tampak dari luar maupun yang tidak tampak (perdarahan
dalam). Namun tanda perdarahan ini tidak selalu didapat
secara spontan oleh penderita. Bahkan, pada sebagian besar
penderita, tanda perdarahan ini baru muncul setelah dilakukan
test tourniquet yang menggunakan alat pengukur tekanan
darah.
Bentuk-bentuk perdarahan spontan yang terjadi pada
penderita demam dengue dapat berupa munculnya bercak-bercak
perdarahan kecil-kecil di kulit dan bercak perdarahan yang agak
13

besar di kulit perdarahan di gusi, hidung dan pencernaan, dan


kadang-kadang terjadi perdarahan yang dapat berakhir dengan
kematian. Pada anak-anak tertentu, juga disertai dengan perdarahan
pada hidung. Hal itu dikenal sebagai habitual epistaksis atau
kelainan sementara dari komponen beku darah yang disebabkan
oleh segala bentuk infeksi (tidak hanya oleh virus dengue). Ada
juga pada penderita lainnya, jika minum obat ketika masih panas,
akan disusul dengan terjadinya perdarahan pada hidung
(Suharmiati, 2020).
Demam berdarah dapat dicegah dengan selalu menjaga
kebersihan terutama dengan menghilangkan tempat-tempat yang
menjadi sarang nyamuk, dan melakukan 3 M yaitu menguras,
menutup, dan menimbun. selain itu, peranan pemerintah juga
sangat diperlukan misalnya dengan memberikan penyuluhan dan
melakukan penyemprotan-penyemprotan di daerah yang telah atau
belum terserang demam berdarah (Rahayu, 2020).
6. Cara Penularan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue
merupakan sumber penularan penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD). Virus denguedalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari
sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular,
maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk dalam lambung
nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di
berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar
liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah penderita,
nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa
inkubasi eksentrik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh
nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes
aegypti yang telah menghisap virus dengue ini menjadi penular
(infektif) sepanjang hidupnya.
Penularan ini terjadi setiap kali nyamuk menusuk
(menggigit), sebelumnya menghisap darah akan mengeluarkan air
14

liur melalui saluran alat tusuknya (proboscia), agar darah yang


dihisap tidak membeku. Bersama air liur ini virus Dengue
dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Akibat infeksi dari virus,
orang yang kemasukan virus Dengue, akan membentuk zat anti
(antibodi) yang spesifik sesuai dengan tipe virus Dengue yang
masuk. Tanda atau gejala yang timbul ditentukan reaksi antara zat
anti di dalam tubuh dengan antigen di dalam virus Dengue yang
baru masuk. Penularan Demam Berdarah Dengue dapat terjadi di
semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Menurut teori
infeksi sekunder, seseorang dapat terserang Demam Berdarah
Dengue, jika mendapat infeksi ulangan dengan virus dengue tipe
yang berlainan dengan infeksi sebelumnya. Infeksi dengan satu tipe
virus Dengue saja, paling berat hanya akan menimbulkan demam
dengue disertai pendarahan (Acivirida, 2019).
7. Penatalaksaan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penatalaksanaan terdiri dari :
a. Pencegahan Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial
untuk flavivirus demam berdarah. Pencegahan utama demam
berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor
nyamuk demam berdarah.
Cara pencegahan DBD :
1. Bersihkan tempat penyimpanan air (bak mandi, WC).
2. Tutuplah rapat-rapat tempat penampungan air.
3. Kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas
(kaleng bekas, botol bekas).
4. Tutuplah lubang-lubang, pagar pada pagar bambu dengan
tanah.
5. Lipatlah pakaian atau kain yang bergantungan dalam
kamar agar nyamuk tidak hinggap di situ.
6. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin untuk
membunuh jintik-jintik nyamuk (hal ini diulangi setiap 2
sampai 3 bulan sekali).
15

b. Pengobatan Pengobatan penderita demam berdarah adalah


dengan cara :
1. Pengantian cairan tubuh
2. Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter sampai 2 liter
dalam 24 jam.
3. Gastroenteritis oral solution atau kristal diare yaitu garam
elektrolid (oralit kalau perlu 1 sendok makan setiap 3
sampai 5 menit) (Dania, 2016).
8. Binomik vektor Demam Berdarah Dengue (DBD)
Merupakan karakteristik yang berhubungan dengan
kesenangan tempat perkembangbiakan, waktuwaktu menggigit,
kesenangan tempat hinggap istirahat dan jarak terbang. Tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti adalah penampungan air
bersih di dalam rumah ataupun berdekatan dengan rumah, dan air
bersih tersebut tidak bersentuhan langsung dengan tanah.
Nyamuk betina mempunyai jarak terbang lebih jauh daripada
nyamuk jantan. Nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan
menggigit pada pagi hari yaitu beberapa jam setelah matahari terbit
yaitu pukul 09.00 sampai pukul 13.00, dan sore hari beberapa jam
sebelum gelap yaitu pukul 15.00 sampai pukul 17.00 (Herdianti,
2021).
9. Vektor penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Salah satu faktor risiko yang penyebaran DBD adalah
perilaku masyarakat dalam melakukan pencegahan penyebaran
DBD, salah satunya adalah dengan pemberantasan sarang nyamuk.
Hal yang berpengaruh terhadap berhasilnya pelaksanaan program
pencegahan DBD adalah tingkat pengetahuan masyarakat terhadap
berkembangnya vektor penular DBD yaitu nyamuk Aedes aegypti,
serta penerapan upaya pencegahan dengan memberantas sarang
nyamuk di lingkungan sekitar (Dharmasuari MS, 2019).
16

10. Ciri-ciri Nyamuk Aedes aegypti


Nyamuk Aedes aegypti telah lama diketahui sebagai vektor
utama dalam penyebaran penyakit DBD : ciri-cirinya adalah Badan
kecil berwarna hitam dengan bintik-bintik putih, Jarak terbang
nyamuk sekitar 100 meter, Umur nyamuk betina dapat mencapai
sekitar 1 bulan, Menghisap darah pada pagi hari sekitar pukul
09.00-10.00 dan sore hari pukul 16.00-17.00, Nyamuk betina
menghisap darah unuk pematangan sel telur, sedangkan nyamuk
jantan memakan sarisari tumbuhan, Hidup di genangan air bersih
bukan di got atau comberan, di dalam rumah dapat hidup di bak
mandi, tempayan, vas bunga, dan tempat air minum burung, Di luar
rumah dapat hidup di tampungan air yang ada di dalam drum, dan
ban bekas (Soegimin dan Kusumawati, 2015).
11. Penerapan 3 M Plus
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) adalah kegiatan
memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular DBD di
tempat-tempat perkembangbiakannya. Cara pemberantasan sarang
nyamuk dengan melakukan menguras, menutup, mengubur (3M)
plus. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain populasi nyamuk
Aedes aegypty dapat dikendalikan sehingga penularan DBD dapat
dicegah atau dikurangi (Nuryanti, Bm and Cahyo, 2011). Upaya
penanggulangan DBD yang telah dilakukan hingga saat ini adalah
PSN 3M Plus, Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK), penyuluhan
petugas kesehatan, dan pengasapan (fogging). Pada kenyataannya,
tidak mudah memberantas DBD karena terdapat hambatan dalam
pelaksanaannya(Resmi and Laksono, 2017).
Peran petugas kesehatan, di sisi lain, juga sangat diperlukan
dalam pencegahan DBD. Adanya rangsangan dari luar (dukungan
petugas kesehatan) akan dapat mempengaruhi perubahan perilaku
masyarakat. Kesiapsiagaan petugas kesehatan mempengaruhi
terjadinya penurunan kasus DBD seperti adanya petugas lapangan
yang secara berkala terus mengadakan pemantauan bersama
17

petugas jumantik menemukan bahwa semakin besar dukungan


petugas kesehatan, semakin baik pula perilaku masyarakat terkait
Pemberantasan Sarang Nyamuk (Dawe, Romeo and Ndoen, 2020).

B. Landasan Teori
1. Definisi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah merupakan respon yang
memengaruhi kesehatannya, penyakit yang di deritanya, system
pelayanan yang di terima serta pola konsumsi di lingkungan
sosialnya (Ira, 2018). Perilaku kesehatan merupakan tindakan
individu, kelompok, dan organisasi termasuk perubahan social,
pengembangan dan impelementasi kebijakan, peningkatan
keterampilan koping, dan peningkatan kualitas hidup. (Martina,
2021). Dari definisi diatas maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa Perilaku kesehatan adalah suatu tindakan yang dilakukan
seseorang yang bertujuan untuk memelihara, mempertahankan,
menjaga dan meningkatkan kesehatan.
2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
a. Perilaku sehat (healthy behavior):
Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-
kegiatan yang berkaitan juga dengan upaya yang
mempertahankan dan meningkatkan kenehatan, antara lain:
a) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu
seimbang di sini adalah pola makan sehari hari yang
memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi kebutuhan
tubuh baik secara jumlahnya (kuantitas), maupun jenisnya
(kualitas).
b) Kegiatan fisik secara teratur dan cukup. Kegiatan fisik di
sini tidak harus olahraga. Bagi seseorang yang
pekerjaannya memang sudah memenuhi gerakan-gerakan
fisik secara rutin dan teratur, sebenarnya sudah dapat
dikategorikan berolahraga. Bagi seseorang yang
18

mempunyai pekerjaannya yang tidak melakukan kegiatan


fisik seperti manajer, administrator, sekretaris, dan
sebagainya juga memerlukan olahraga secara teratur.
c) Tidak merokok dan minum minuman keras serta
menggunakan narkoba. Merokok adalah kebiasaan yang
tidak sehat, namun di Indonesia jumlah perokok
cenderung meningkat.Hampir 50 % pria dewasa di
Indonesia adalah perokok. Sedangkan minum minuman
keras dan penggunaan narkoba meskipun masih rendah
(sekitar 1,0%), tetapi makin meningkat pula.
d) Istirahat yang cukup, istirahat cukup bukan saja berguna
untuk memelihara kesehatan fisik, tetapi untuk kesehatan
mental. Dengan berkembangnya iptek dewasa ini, juga
memacu orang untuk meningkatkan kehidupannya, baik di
bidang sosial dan ekonomi, yang akhirnya mendorong
orang bersangkutan untuk bekerja keras juga, tanpa
menghiraukan beban fisik dan mentalnya. Istirahat yang
cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk
mempertahankan kesehatan seseorang.
e) Pengendalian atau manajemen stres. Stres adalah bagian
dari kehidupan setiap orang, tanpa pandang bulu. Semua
orang terlepas dari tingkat sosial, ekonomi, jabatan atau
kedudukan, dan sebagainya mengalami stres. Stres tidak
dapat dihindari oleh siapa saja, namun yang dapat
dilakukan adalah mengatasi, mengendalikan atau
mengelola stres tersebut agar tidak mengakibatkan
gangguan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun
kesehatan mental (rohani).
f) Perilaku atau gaya hidup positif yang lain untuk
kesehatan, yang intinya adalah tindakan atau perilaku
seseorang agar dapat terhindar dari berbagai macam
19

penyakit dan masalah kesehatan, termasuk perilaku untuk


meningkatkan kesehatan.
3. Perilaku Sakit (illness behavior):
Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan
seseorang yang sakit dan atau terkena masalah kesehatan atau
keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau teratasi masalah
kesehatan yang lain. Pada saat orang sakit atau anaknya sakit, ada
beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, antara lain:
a. Didiamkan saja (no action), artinya sakit tersebut diabaikan,
tetap menjalankan kegiatan sehari-hari.
b. Mengambil tindakan-tindakan dengan melakukan pengobatan
sendiri (self treatment atau self medication). Pengobatan
sendiri ini ada 2 cara, yakni: cara tradisional (kerokan, minum
jamu, obat gosok, dan sebagainya), dan cara modern misalnya
minum obat yang dibeli dari warung, toko obat atau apotek.
c. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar, yakni ke
fasilitas pelayanan kesehatan, yang dibedakan menjadi dua,
yakni: fasilitas pelayanan kesehatan-kesehatan tradisional
(dukun, sinshe dan paranormal), dan juga fasilitas atau
pelayanan kesehatan modern atau profesional (Puskesmas,
poliklinik, dokter atau bidan, rumah sakit, dan sebagainya).
(Notadmojo, 2010) .
4. Pelaksanaan 3 M Plus
a. Definisi pelaksanaan 3 M Plus
Menurut (Pusdatin Kemenkes, 2017),bahwa cara yang
efektif dan efisien untuk mengatasi kejadian DBD adalah
dengan cara melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
yang merupakan salah satu kegiatan dalam perilaku hidup
bersih dan sehat untuk mencegah penularan penyakit DBD
(Syarifah Fadrina, 2021). Departemen secara fisik (3 M yaitu
menguras, menutup dan mengubur). Secara kimiawi
(larvasidasi dengan abate atau altosid). secara biologis (ikan
20

seperti ikan adu, cupang dan tempalo) dan cara mandiri lainnya
seperti penggunaan repelan, obat nyamuk. menggunakan
kelambu, memasang kawat kasa dan mendaur ulang barang-
barang bekas (Oksfriani, 2017). Apabila menguras, menutup,
mengubur serta mengganti air vas bunga (3M Plus) ini tidak
dilaksanakan dengan intensif, maka populasi nyamuk Aedes
Aegypti, Albopictus dan Chikungunya tidak akan dapat
dikendalikan sehingga angka bebas jentik akan kurang dari
95% dan dampak yang akan timbul di masyarakat adalah
berkembangnya jentik-jentik nyamuk (Priwahyuni and Ropita,
2014).
b. Langkah-langkah 3M Plus
Adapun langkah- langkah 3 M Plus yaitu sebagai berikut :
a) Menguras
Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air
sekurang-kurangnya seminggu sekali. Ini dilakukan atas
dasar pertimbangan bahwa perkembangan telur sampai
tumbuh menjadi nyamuk adalah 7-10 hari.
b) Menutup
Menutup rapat tempat penampungan air, ini juga
dilakukan agar tempat-tempat tersebut tidak bisa dijadikan
nyamuk untuk bertelur dan berkembang biak.
c) Mengubur
Mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas yang
dapat menampung air (Eni, 2021).
c. Bubuk abate
Abate (temephos) adalah larvasida sangat kuat yang
secara efektif mengontrol fase larva (jentik) nyamuk sebagai
penyebar penyakit yang penggunannya masih
direkomendasikan oleh WHO melalui Kementerian Kesehatan
yang secara nasional digunakan sebagai larvasida. Treatment
yang dilakukan yaitu dengan menggunakan abate pada air
21

tergenang sehingga akan membunuh jentik nyamuk sebelum


tumbuh dewasa sehingga dapat meminimalkan penyebaran
penyakit yang disebabkan oleh vektor nyamuk. Dosis aplikasi
yang digunakan sudah menjadi rekomendasi yaitu 10 gram
bubuk abate untuk digunakan ke dalam 100 liter air. dari
Kementerian Kesehatan (Darmawan, 2021).
d. Menggunakan obat nyamuk/ anti nyamuk
Penggunaan obat anti nyamuk akan menyebabkan
hambatan pada kolinesterase sehingga menyebabkan efek
nikotinik dan muskarinik. Efek nikotinik yaitu efek pada
reseptor nikotinik di gangglion dan dalam otot. Efek
muskarinik yaitu efek pada otot jantung, otot polos dan
kelenjar. Meningkatnya kadar pestisida dalam darah akan
mengganggu metabolisme enzim asetilkolinesterase yang
dapat menyebabkan iritabilitas, tremor, kejang-kejang (Alioes
and Rusdan, 2015).
Peningkatan penyakit yang ditularkan melalui nyamuk
mengakibatkan pentingnya pengontrolan. Berbagai macam
cara pengontrolan nyamuk telah dikembangkan mulai dari obat
antinyamuk konvensional seperti obat antinyamuk bakar
hingga obat antinyamuk elektrik. Obat antinyamuk bakar
mengeluarkan asap sebagai produk sampingan dari proses
pembakarannya sehingga mulai ditinggalkan oleh masyarakat.
Penggunaan obat antinyamuk semprot harus dilakukan secara
manual sehingga masyarakat lebih memilih dan beralih pada
penggunaan obat antinyamuk elektrik, baik dalam bentuk cair
maupun yang menggunakan mat karena pemakaiannya yang
lebih mudah dan lebih efektif (Trisnawelda and Yerizel, 2017).
e. Menggunakan kelambu
KBTL (Kelambu Berinsektisida Tahan Lama) adalah
kelambu yang mengandung insektisida yang dibalutkan ke
benang kelambu yang memiliki daya tahan terhadap beberapa
22

kali pencucian. Kelambu dijadikan sebagai penghalang secara


fisik terhadap nyamuk, serta aktivitas insektisida yang
terkandung di dalamnya dapat membunuh nyamuk (Antara et
al., 2017). Kebiasaan menggunakan kelambu dengan tujuan
untuk mengurangi kontak antara manusia dengan nyamuk
vektor yang digunakan pada malam hari. Karena pada malam
hari aktifitas nyamuk menggigit manusia sangat tinggi di
dalam rumah (Irwandi , 2017).
f. Fogging
Fogging merupakan salah satu cara pengendalian vektor
penyebab kasus DBD secara kimiawi yang menggunakan
bahan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa.
Insektisida adalah bahan kimia yang bersifat racun maka
penggunaanya harus mempertimbangkan dampaknya pada
lingkungan dan organisme bukan sasaran termasuk mamalia.
Penggunaan insektisida tanpa memperhatikan konsentrasi yang
tepat dan penggunaan yang berulang dalam jangka waktu lama
di satuan ekosistem akan menimbulkan kekebalan pada
nyamuk (Rokom, 2016).
23

C. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah suatu model yang menerangkan faktor-
faktor penting yang telah diketahui dan saling berhubungan untuk
menjelaskan beberapa variabel yang diobservasi atau diteliti.

Perilaku 3 M Plus Larvasidasi Foging

1. Menguras Tempat Keberadaan vektor nyamuk


Keberadan Jentik Aides aegypti
penampungan air (TPA) Aedes aegypti
2. Menutup Tempat
penampungan air (TPA)
3. Mengubur barang bekas Gigitan nyamuk aedes aegypti
Kemampuan mengamati jentik
Perilaku plus infeksius

4. Menaburkan bubuk abate

5. Memasang kawat Pelaksanaan pemantauan jentik Infeksi virus Dengue ke


manusia

Kejadian Demam Berdarah


Dengue

Gambar 2. 1Kerangka Teori

Sumber: (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014): Suharmiati, 2020


BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Perilaku 3 M
1) Menguras Tempat
penampungan air ( TPA)
2) Menutup Tempat Kejadian Demam Berdarah
penampungan air ( TPA) Dengue
3) Mengubur barang bekas
Perilaku plus
4) Menaburkan bubuk abate

5) Memasang kawat

Gambar 3. 1Kerangka Konsep

24
25

Tabel 3. 1. Definisi Operasional

NO. Istilah Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Variable Dependen

Dinyatakan DBD ditandai dengan


Demam, nyeri otot semakin terasa 1 = Mengalami
bagian tubuh tersebut digerakan , DBD
ruam bercak-bercak merah kecil
1. Penyakit DBD Kusioner Kusioner Ordinal
(Suharmiati, 2020).Penderita DBD
di Puskesmas Setu Satu, kabupaten
bekasi yang tercatat di P2M DKK
dari Januari-Desember 2021

2 =Tidak
mengalami DBD

Variable Independen

Kegiatan pengurasan tempat-


tempat penampungan air (TPA) 1 = Tidak
sekurang-kurangnya seminggu

Menguras
Tempat
2. kuesioner Kuesioner Ordinal
Penampungan
air
sekali dengan menyikat bak mandi/
WCdan menggunakan sabun agar 2 = Ya
nyamuk tidak dapat

berkembang biak di dalam rumah


atau di luar rumah
26

Variable Independen

Kegiatan menutup tempat


Mentup Tempat
penampungan air seperti gentong, 1 = Tidak
3. penampungan Kueisioner Kueisioner Ordinal
bak mandi, tempayan, drum, dan lain-
air
lain dengan rapat di sekitar rumah

2 = Ya

Kegiatan mengubur barang-barang


bekas (botol,kaleng, ban, dan lain- 1 = Tidak
lain) yang dapat
Mengubur
4. kuesioner kuesioner Ordinal
barang bekas

menampung air hujan 2 = Ya

Kegiatan menaburkan bubuk Abate


yang dilakukan 2 – 3 bulan sekali di 1 = Tidak
tempat-tempat

Membubuhkan
5. kuesioner kuesioner Ordinal
bubuk abate

penampungan air yang sulit dikuras


atau dibersihkan dan di daerah yang 2 = Ya
sulit air

1 = Tidak
melakukan
Memasang Adanya kawat kasa yang terpasang
6. kuesioner kuesioner Ordinal
kawat pada lubang ventilasi rumah

2 = Ya melakukan
27

B. Hipotesis
a. Mengetahui hubungan antara menguras TPA dengan kejadian
Demam Berdarah Dengue Puskesmas Setu 1 di Kabupaten Bekasi
b. Mengetahui hubungan antara menutup TPA dengan kejadian
Demam Berdarah Dengue Puskesmas Setu 1di Kabupaten Bekasi
c. Mengetahui hubungan antara mengubur TPA dengan kejadian
Demam Berdarah Dengue Puskesmas Setu 1di Kabupaten Bekasi
d. Mengetahui hubungan antara mebubukan bubuk abate dengan
kejadian Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Setu 1 di
Kabupaten Bekasi
e. Mengetahui hubungan antara memasang kawat dengan kejadian
Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Setu 1 di Kabupaten
Bekasi
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian adalah kuantitatif dan metode penelitian yang
digunakan Dalam penelitian ini peneliti mencari hubungan antara
variabel bebas (faktor risiko) yaitu perilaku 3M plus masyarakat dengan
variabel terikat (efek) yaitu kejadian DBD dan pengukurannya
dilakukan pada saat yang bersamaan.

B. Tempat & waktu penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Setu 1 di
Kabupaten Bekasi.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Setu 1 di Kabupaten Bekasi pasien yang
berkunjung
2. Sampel Penelitian
Bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki populasi,
sehingga sampel merupakan bagian dari poulasi yang dari populasi
yang ada dan pengambilan sampel harus menggunakan secara
tertentu yang didasarkan oleh pertimbangan serta syarat- syarat
yang ada (Akbar, 2021). Kriteria sampel yang diambil sebagai
responden adalah kriteria inklusi yaitu karakteristik umum.Subjek
penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan
diteliti sedangkan kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau
mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi
karena sebab (Zummatul Atika, 2021).
Rumus sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan
perhitungan dengan menggunakan rumus jumlah sampel untuk uji beda

28
29

dua rata-rata berpasangan dengan jumlah populasi diketahui


(Lameshow, S. Dkk, 1997).

Keterangan :

n : Jumlah sampel minimal

Z1 − : Tingkat kemaknaan (untuk = 0.05 adalah 1,96)

Z1 – β : Nilai distribusi normal standar dengan kuasa (power) 95%

P1 : Proporsi kasus pada kelompok terpanjan/ berseiko


0,47(Nasifah

and Sukendra, 2021)

P2 : Proporsi kasus pada kelompok terpajan/ tidak berseiko 0,73

(Nasifah and Sukendra, 2021)

P : Rata – rata proporsi (P1 + P2)/2

Berdasarkan rumus perhitungan rumus uji hipotesis beda dua


proporsi menggunakan nilai P1 dan P2 yang didapat dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh (Winarsih, 2013) diperoleh jumlah
sample minimal untuk penelitian ini adalah 73 responden. Dari jumlah
sample yang diperoleh dari rumus, dikalikan 2 karena ada 2 proporsi
(146 x 2). Setelah dikalikan dua, maka diperoleh sampel minimal 46
responden. Sampel minimal ditambahkan 10% (dari total minimal
sample) untuk mengantisipasi terjadinya drop out, sehingga total
minimal sample dalam penelitian ini dibutuhkan sebesar 151
responden.
30

Tabel 4. 1 Proporsi Variabel Penelitian

Variable P1 P2 N Referensi

Kejadian DBD tidak (menguras 0,47 0,73 73 (Nasifah and


tempat penampungan air, tidak Sukendra,
menutup rapat tempat penampungan 2021)
air, tidak mengubur barang-barang
bekas, dan tidak membumbuhkan
bubuk abate dan memasang kawat )
0,7 0,24 23 (Winarsih,
a) Kejadian DBD yang melakukan 2013)
Perilaku 3 M Plus (Menguras TPA
b) Menutup rapat TPA
c) Mengubur barang-barang bekas
d) Membumbuhkan bubuk abate
Memasang kawat )

3. Teknik Sampling
Metode pengambilan sampel yang digunakan menggunakan
purposive sampling yaitu dilakukan dengan mengambil sampel dari
populasi berdasarkan kriteria tertentu.Kriteria yang digunakan
dapat berdasarkan pertimbangan tertentu, pengambilan sampel
karena keterbatasan waktu dan tenaga (Nur Kholidah, 2020).
a. Kriteria inklusi
a) Bersedia menjadi responden penelitian
b) Pasien berkunjung di Puskesmas setu 1 di Kabupaten
Bekasi
c) Responden yang berusia >15 tahun

D. Pengukuran Dan Pengamatan Variabel


Variabel penelitian dapat dilihat dari dua sudut yaitu dari sudut
peran dan sifat. Dilihat dari segi perannya, variabel ini dapat dibedakan
ke dalam dua jenis yaitu (Nasution, 2017). Dalam penelitian ini
pengumpulan data dilakukan dengan sumber data primer yaitu
pengisian lembar kuesioner. Jawaban kuesioner sedangkan kuesioner
31

sebagai daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik, dimana responden


tinggal memberikan jawaban. Kuesioner ini berisi daftar pertanyaan
yang terkait dengan responden. Yang terdiri nama,umur,jenis
kelamin,pendidikan dan pekerjaan.Berisi tentang perilaku 3 M Plus
yaitu menguras tempat penampungan air,menutup penampungan air,
mengubur barang-barang bekas, membumbuhkan bubuk abate
memasang kawat. Selanjutnya, untuk variabel Kejadian demam
berdarah dengue menggunakan kuesioner

E. Pengujian Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan
bentuk pertanyaan yang terdiri dari beberapa item pertanyaan, yaitu
mengenai perilaku 3M Plus (Menguras Tempat Penampungan Air
(TPA), Menutup Tempat Penampungan Air (TPA), Mengubur barang
bekas,memasang kawat, membubuhkan bubuk abate, Kejadian DBD
dan jumlah responden uji coba 30 responden, maka diperoleh r tabel
0,361. Metode untuk melakukan uji reliabilitas adalah dengan
menggunakan Cronbach‟s Alpha. Bila r alpha lebih besar dari r tabel
(taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikan 5%, r tabel 0,361), maka
pertanyaan tersebut reliabel. Setelah diuji validitas dan reliabilitas
semua pertanyaan dinyatakan valid dan reliable (Suharsimi Arikunto,
2021).
1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu proses yang di lakukan oleh penyusun


atau pengguna instrumen untuk mengumpulkan data secara empiris
guna mendukung kesimpulan yang di hasilkan oleh instrumen
(Budi Darma, 2021).
Tabel 4. 2 Tabel Hasil Uji Validitas Kuesioner variabel

Butir r-hitung r-tabel Ket


P1 0,448 0,361 Valid
P2 0,608 0,361 Valid
P3 0,704 0,361 Valid
P4 0,412 0,361 Valid
32

P5 0,835 0,361 Valid


P6 0,569 0,361 Valid
P7 0,834 0,361 Valid
P8 0,749 0,361 Valid

Berdasarkan hasil uji validitas dengan nilai r-tabel 0,361,


dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan valid
2. Uji Realibilitas
Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh
mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran
dua alia tau lebih terhadap gejala yang sama dan alat ukur yang
sama (Hastono, 2016). Uji reabilitas dilakukan dengan cara
membandingkan angka 32 ronbach alpha dengan ketentuan nilai
32ronbach alpha minimal adalah 0,6 artinya jika nilai 32ronbach
alpha yang didapatkan dari hasil perhitungan SPSS lebih besar dari
0,6 maka disimpulkan kuesioner reabel, sebaliknya jika conbach
alpha lebih kecil dari 0,6 maka dimpulksan tidak reabel.

Tabel 4.3 Data Reliabilitas Instrumen Penelitian


Reliability Statistics

Cronbach‟s Alpha N
Of items
,867 8

Diperoleh r hitung > r table yang didapatkan hasil


Cronbach’s Alpha sebesar 0,934 yang artinya reliable. Sehingga
kuesioner penelitian ini dapat digunakan sebagai alat pengumpulan
data pada sumber penelitian.

F. Teknik pengumpulan Data


1. Data Primer
Data primer yaitu bila pengumpulan data dilakukan secara
langsung oleh peneliti terhadap sasaran. Data primer diperoleh
33

melalui kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk


mendapatkan informasi melalui jawaban dari responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu apabila pengumpulan data yang
diinginkan diperoleh dari orang lain atau tempat lain dan bukan
dilakukan oleh peneliti sendiri. Data sekunder diperoleh dari hasil
dokumentasi. Dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil data
dari laporan bulanan P2M Puskesmas setu 1 Kabupaten Bekasi.

G. Teknik pengolahan data


1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan
dianalisis dengan menggunakan SPSS, teknik pengolahan data
yang dilakukan pada penelitian ini yaitu meliputi:
a. Editing
Tahap Editing merupakan kegiatan melakukan
pengecekan isian formulir atau kuesioner apakah jawaban yang
ada di kuesioner sudah:
1. Lengkap: semua pertanyaan sudah terisi jawabanya
2. Jelas: jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas
terbaca
3. Relevan: jawaban yang tertulis apakah relevan dengan
pertanyaan
4. Konsisten: apakah antara beberapa pertanyaan yang
berkaitan isi jawabannya konsisten.
b. Coding
Tahap coding adalah tahap pengkodean dengan
mengklasifikasi hasil observasi menurut kriteria tertentu
dengan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi
data angka atau bilangan.
34

Tabel 4.4 1 Tabel Coding

No Variabel Coding
1. Penyakit DBD 1 = Mengalami
DBD
2 = Tidak
Mengalami DBD
2. Menguras TPA 1 = Tidak
Menutup rapat TPA
2 = Ya
Mengubur barang-barang bekas
Membumbuhkan bubuk abate
Memasang kawat

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta


sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah
memproses data agar data yang sudah di-entry dapat dianalis.
Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari
kuesioner ke paket program komputer. Ada bermacam-macam
paket program yang dapat digunakan untuk pemprosesan data
dengan masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Salah satu paket program yang sudah umum digunakan untuk
entry data adalah paket program SPSS for Window.
c. Cleaning
Cleaning (pembersih data) merupakan kegiatan
pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada
kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi
pada saat meng-entry ke komputer. Berikut akan diuraikan
cara meng-cleaning data:
2. Mengetahui missing data
Cara mendeteksi adanya missing data adalah dengan
melakukan list (distribusi frekuensi) dari variabel yang ada.
a Mengetahui variasi data
Dengan mengetahui variasi data akan diketahui apakah
data yang di-entry benar atau salah. Cara mendeteksi dengan
35

mengeluarkan distribusi frekuensi masing-masing variabel.


Dalam entry data biasanya data dimasukkan dalam bentuk
kode/ coding.
b Mengetahui konsistensi data
Cara mendeteksi adanya ketidak konsistensi data dengan
menghubungkan dua variable.
3. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat hasil penelitian ini disajikan dalam
bentuk Tabel distribusi Variabel independen dan variabel
Dependen yang disertai dengan tabel. Dengan tujuan untuk
mengetahui besarnya variabel independen dan variabel
Dependen. Deskripsi variabel penelitian terdiri dari variabel
dependen yaitu Kejadian DBD dan variabel independen. yaitu
Perilaku 3M plus (menguras, menutup, mengubur Plus
Membumbuhkan bubuk abate, Memasang kawat).
b. Analisis Bivariat
Mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen yaitu menggunakan analisis bivariate yang
akan diteliti . Analisis ini akan diolah dengan aplikasi statistik
dengan uji statistik Chi Square. Chi Square ini berguna untuk
menguji hubungan antara variabel berskala kategorik-kategorik
dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 atau 95% tingkat
kepercayaan. Apabila P-value < 0,05 maka terdapat hubungan
yang signifikan (H0 ditolak), sebaliknya apabila P>0,05 maka
tidak terdapat hubungan yang lebih signifikan antara variabel
(H0 gagal ditolak).
36

H. Etika Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan atas dasar persetujuan dari komisi
Etika Fakultas kesehatan Masyrakat Universitas Muhammadiyah
Jakarta No. 10.627.B/KEPK-FKMUMJ/VIII/2022 serta
mempertimbangkan hal dalam melakukan pengumpulan data, yaitu:
1. Penjelasan sebelum persetujuan, yaitu penelitian berisi penjelasan
kepada responden terkait maksud dan tujuan dilakukanya
penelitian.
2. Informed consent, yaitu setelah responden mengerti maksud dan
tujuan dari penelitian, kemudian bersedia menjadi responden maka
dapat mengisi informed consent dan kuesioner.
3. Kerahasian, yaitu semua informasi yang diberikan oleh responden
kepada peneliti semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian
dan akan dijaga kerahasiannya.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Wilayah Puskesmas Setu 1 di Kabupaten Bekasi

Gambar 5. 1Peta Lokasi Puskesmas Setu 1


Puskesmas Setu 1 terletak di kecamatan Setu mempunyai luas
wilayah 2,545 km. Wilayah kecamatan Setu secara geografis terletak
bagian selatan Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Setu
merupakan salah satu masih merupakan kecamatan yang berkembang,
baik dari 23 kecamatan yang ada di Kabupaten Bekasi. Kecamatan yang
sedang berkembang, baik dari segi mata pencaharian dan juga jumlah
penduduk yang cukup pesat pertumbuhannya. Adanya beberapa pabrik
industri di Kecamatan Setu merupakan salah satu faktor meningkatnya
jumlah penduduk yang cukup pesat pertumbuhannya. Adanya beberapa

37
38

pabrik industri merupakan salah satu faktor meningkatnya jumlah


penduduk dikarenakan adanya peluang bekerja.
Wilayah kerja Puskesmas Setu 1 mencakup 5 desa yaitu:
1. Desa Burangkeng
2. Desa Cibening
3. Desa Cijengkol
4. Desa Ciledug
5. Desa Lubang Buaya
Dari kelima desa ini terdapat 2 Puskesmas pembantu ( Pustu) yang
terletak di desa Burangkeng dan di desa Ciledug, yang membuka
pelayanan setiap hari kerja.

B. Hasil Analisis
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan
perilaku 3 M plus kejadian DBD pada pengunjung di Puskesmas Setu 1 di
Kabupaten Bekasi. Penelitan dilakukan pada 151 orang. Hasil penelitian
meliputi analisis univariat dan analisis bivariat.
1. Analisis Univariat
a. Jenis Kelamin

Tabel 5. 1 Distribusi Jenis Kelamin responden pada pengunjung Puskesmas


Setu 1 di Kabupaten Bekasi Tahun 2022

Jenis Kelamin n %
Laki-Laki 88 58,3
Perempuan 63 41,7
Total 151 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa jenis kelamin dari


total 151 responden, ada dua kategori yaitu perempuan dan laki.laki.
Responden yang berkelamin laki-laki yang sebanyak 88 (58,3) dan
sedangkan responden memiliki berkelamin perempuan 63 (41,7).
39

b. Pendidikan

Tabel 5.2 Distribusi pendidikan responden pada pengunjung Puskesmas Setu


1 di Kabupaten Bekasi Tahun 2022

Pendidikan N %
SD 27 17,9
SMP 44 29,1
SMA 39 25,8
PT 56 27,2
Total 151 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 diatas terlihat bahwa tingkat pendidikan


dari total responden 151. Yang sebanyak PT 56 (27,2) dan sedikit
SD 17 (17.9)
c. Pekerjaan
Tabel 5. 3 Distribusi pekerjaan responden pada pengunjung Puskesmas Setu
1 di Kabupaten Bekasi Tahun 2022

Pekerjaan N %
Pelajar/ Mahasiswa 37 24,5
PNS 40 26,5
Wiraswasta 32 21,2
Buruh 21 13,9
Tidak Pekerja 21 13,9
Total 151 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa pekerjaan dari total


responden 151 sebanyak PNS 40 ( 26,5), sedikit tidak pekerja dan
buruh 21 (13,9)
40

d. Umur
Tabel 5. 4 Distribusi umur responden pada pengunjung Puskesmas Setu 1 di
Kabupaten Bekasi Tahun 2022

Umur responden N %
Umur ≥33 tahun 84 55,6
Umur <33 tahun 67 44,4
Total 151 100,0

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui distribusi umur dari total


151 responden,mayoritas berumur ≥ 33 tahun yaitu sebanyak 84
(55,6%), sedangkan responden yang memiliki umur < 33 tahun tahun
sebanyak 67 (44,4%).

Variabel Mean SD Min-Max Modus 95% CI


Umur 32,17-
33,87 10,600 16-56 40
responden 35,58

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui distribusi usia dari total


151 responden, rata-rata umur responden adalah 33,87dengan
standar deviasi 10,600 tahun. Usia termuda 16 tahun dan usia tertua
56 tahun. dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%
diyakini bahwa rata rata umur responden adalah diantara 32,17
sampai dengan 35,58 tahun
e. Kejadian DBD
Tabel 5.5 Distribusi Kejadian DBD responden pada pengunjung Puskesmas
Setu 1 di Kabupaten Bekasi Tahun 2022

Kejadian DBD n %
Mengalami DBD 28 18,5
Tidak mengalami DBD 123 81,5
Total 151 100,0
41

Berdasarkan tabel 5.5 diatas Kejadian DBD dibedakan menjadi


dua kateogori, dari 151 responden menunjukan responden yang tidak
mengalami DBD 123 (81,5) sedangkan mengalami DBD 28 (18,5).
f. Perilaku 3 M Plus
Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Perilaku menguras penampungan
air Dengan Kejadian DBD pada Pengunjung Puskesmas Setu 1 di Kabupaten
Bekasi Tahun 2022

Menguras Tempat N %
Penampungan Air
Tidak 32 21,2
Ya 119 78,8
Total 151 100,0

Berdasarkan tabel 5.6 diatas menguras tempat penampung air


dapat diketahui distribusi dari total 151 responden, mayoritas
responden menguras tempat penampungan air yaitu sebanyak 119
(78,8%) sedangkan responden yang tidak 32 (21,2%).
g. Menutup Tempat Penampungan air
Tabel 5.7 Distribusi Responden Menurut Perilaku menutup penampungan
air Dengan Kejadian DBD pada Pengunjung Puskesmas Setu 1 di Kabupaten
Bekasi Tahun 2022

n %
Menutup tempat penampungan air

Tidak 44 29,1
Ya 107 70,9
Total 151 100,0

Berdasarkan tabel 5.7 diatas menutup tempat penampung air


dapat diketahui distribusi dari total 151 responden, mayoritas
responden menutup tempat penampungan air yaitu sebanyak 107
(70,9%) sedangkan responden yang tidak 44 (29,1%).
42

h. Mengubur barang bekas


Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Perilaku mengubur barang bekas
Dengan Kejadian DBD pada Pengunjung Puskesmas Setu 1 di Kabupaten
Bekasi Tahun 2022

n %
Mengubur barang bekas

Tidak 54 35,8
Ya 97 64,2
Total 151 100,0

Berdasarkan tabel 5.8 diatas mengubur barang bekas dapat


diketahui distribusi dari total 151 responden, mayoritas responden
mengubur barang bekas yaitu sebanyak 97 (64,2%) sedangkan
responden yang tidak 54 (35,8%).
i. Membubuhkan bubuk abate
Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Perilaku membubuhkan bubuk
abate Dengan Kejadian DBD pada Pengunjung Puskesmas Setu 1 di
Kabupaten Bekasi Tahun 2022

n %
Membubuhkan bubuk abate

Tidak 65 43,0
Ya 86 57,0
Total 151 100,0

Berdasarkan tabel 5.9 diatas membubuhkan bubuk abate


dapat diketahui distribusi dari total 151 responden, mayoritas
responden membubuhkan bubuk abate yaitu sebanyak 86 (57,0%)
sedangkan responden yang tidak 65 (43,0%).
43

j. Memasang kawat
Tabel 5.10 Distribusi Responden Menurut Perilaku memasang kawat
Dengan Kejadian DBD pada Pengunjung Puskesmas Setu 1 di Kabupaten
Bekasi Tahun 2022

n %
Memasang kawat

Tidak 66 43,7
Ya 85 56,3
Total 151 100,0

Berdasarkan tabel 5.10 diatas memasang kawat dapat diketahui


distribusi dari total 151 responden, mayoritas responden memasang
kawat yaitu sebanyak 85 (56,3) sedangkan responden yang tidak 66
(43,7%).
2. Analisis Bivariat
Setelah Mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen yaitu menggunakan analisis bivariate yang akan
diteliti.
a. Hubungan Perilaku Menguras Tempat Penampungan Air
Dengan Kejadian DBD di Puskesmas Setu 1 Kabupaten Bekasi
Tahun 2022

Tabel 5.11 Distribusi Responden Menurut Perilaku menguras tempat


penampungan air Dengan Kejadian DBD pada Pengunjung Puskesmas Setu
1 di Kabupaten Bekasi Tahun 2022

Menguras Kejadian DBD Total Pv


tempat Mengalami Tidak
penampungan DBD Mengalami
air DBD
N % N % n %
Tidak 28 87,5 4 12,5 32 100,0 0,000
Ya 0 0,0 119 100,0 119 100,0
Total 28 18,5 123 81,5 151 100,0
44

Hasil penelitian analisis hubungan perilaku menguras tempat


penampungan air dengan kejadian DBD diperoleh bahwa responden
yang tidak menguras tempat penampungan air terdapat sebanyak 28
(87,5%) yang mengalami DBD. Sedangkan responden yang
menguras tempat penampungan air tidak ada yang mengalami DBD .
Hasil uji statistik Chi-Square dengan uji Continuity Correction (a)
didapatkan nilai p=0,000, artinya ada hubungan yang signifikan
antara Perilaku menutup tempat penampungan air dengan Kejadian
DBD
b. Hubungan Perilaku Menutup Tempat Penampungan Air
Dengan Kejadian DBD di Puskesmas Setu 1 Kabupaten Bekasi
Tahun 2022

Tabel 5.12 Distribusi Responden Menurut Perilaku Menutup Tempat


Penampungan air Dengan Kejadian DBD pada Pengunjung Puskesmas Setu
1 di Kabupaten Bekasi Tahun 2022

Menutup Kejadian DBD Total Pv


tempat Mengalami DBD Tidak
penampungan Mengalami
air DBD
N % N % N %
Tidak 28 63,6 16 36,4 44 100,0 0,000
Ya 0 0,0 107 100,0 107 100,0
Total 28 18,5 123 81,5 151 100,0

Hasil penelitian analisis hubungan perilaku mentup tempat


penampungan air dengan kejadian DBD diperoleh bahwa responden
yang tidak menutup tempat penampungan air terdapat sebanyak 28
(63,6%) yang mengalami DBD. Sedangkan responden yang menutup
tempat penampungan air tidak ada yang mengalami DBD . Hasil uji
statistik Chi-Square dengan uji Continuity Correction (a) didapatkan
nilai p=0,000, artinya ada hubungan yang signifikan antara Perilaku
menutup tempat penampungan air dengan Kejadian DBD .
45

c. Hubungan Perilaku mengubur barang bekas Dengan Kejadian


DBD di Puskesmas Setu 1 Kabupaten Bekasi Tahun 2022

Tabel 5.13 Distribusi Responden Menurut Perilaku mengubur barang bekas


Dengan Kejadian DBD pada Pengunjung Puskesmas Setu 1 di Kabupaten
Bekasi Tahun 2022

Mengubur Kejadian DBD Total Pv


barang Mengalami Tidak
bekas DBD Mengalami
DBD
N % N % N %
Tidak 28 51,9 26 48,1 54 100,0 0,0
Ya 0 0,0 97 100,0 97 100,0 00
Total 28 18,5 123 81,5 151 100,0

Hasil penelitian analisis hubungan perilaku mengubur barang


bekas dengan kejadian DBD diperoleh bahwa responden yang tidak
mengubur bekas terdapat sebanyak 28 (51,9%) yang mengalami
DBD. Sedangkan responden yang mengubur barang bekas tidak ada
yang mengalami DBD . Hasil uji statistik Chi-Square dengan uji
Continuity Correction (a) didapatkan nilai p=0,000, artinya ada
hubungan yang signifikan antara Perilaku mengubur barang bekas
dengan Kejadian DBD.
46

d. Hubungan Perilaku Membubuhkan Bubuk Abate Dengan


Kejadian DBD di Puskesmas Setu 1 Kabupaten Bekasi Tahun
2022

Tabel 5.14 Distribusi Responden Menurut Perilaku membubuhkan bubuk


abate Dengan Kejadian DBD pada Pengunjung Puskesmas Setu 1 di
Kabupaten Bekasi Tahun 2022

Membubuhkan Kejadian DBD Total Pv


bubuk abate Mengalami Tidak
DBD Mengalami
DBD
N % N % N %
Tidak 28 43,1 37 56,9 65 100,0 0,000
Ya 0 0,0 86 100,0 86 100,0
Total 28 18,5 123 81,5 151 100,0

Hasil penelitian analisis hubungan perilaku membubuhkan


bubuk abate dengan kejadian DBD diperoleh bahwa responden yang
tidak membubuhkan bubuk abate terdapat sebanyak 28 (43,1%) yang
mengalami DBD. Sedangkan responden yang membubuhkan bubuk
abate tidak ada yang mengalami DBD . Hasil uji statistik Chi-Square
dengan uji Continuity Correction (a) didapatkan nilai p=0,000,
artinya ada hubungan yang signifikan antara Perilaku
membubuhkan bubuk abate dengan Kejadian DBD
47

e. Hubungan Perilaku memang kawat Dengan Kejadian DBD di


Puskesmas Setu 1 Kabupaten Bekasi Tahun 2022

Tabel 5.15 Distribusi Responden Menurut Perilaku memasang kawat Dengan


Kejadian DBD pada Pengunjung Puskesmas Setu 1 di Kabupaten Bekasi
Tahun 2022

Memasang Kejadian DBD Total Pv


kawat Mengalami Tidak
DBD Mengalami
DBD
N % N % N %
Tidak 28 42,4 38 57,6 66 100,0 0,000
Ya 0 0,0 85 100,0 85 100,0
Total 28 18,5 123 81,5 151 100,0

Hasil penelitian analisis hubungan perilaku memasang kawat


dengan kejadian DBD diperoleh bahwa responden yang tidak
memasang kawat terdapat sebanyak 28 (42,4%) yang mengalami
DBD. Sedangkan responden yang memasang kawat tidak ada yang
mengalami DBD . Hasil uji statistik Chi-Square dengan uji
Continuity Correction (a) didapatkan nilai p=0,000, artinya ada
hubungan yang signifikan antara Perilaku memasang kawat dengan
Kejadian DBD.

C. Pembahasan
1. Keterbatasan Penelitian
Pada saat melaksanakan penelitian, peneliti sudah melakukan
penelitian dengan semaksimal mungkin. Namun, pada penelitian ini
masih terdapat beberapa kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian
yaitu:
a. Pada penelitian ini untuk melihat ada tidaknya hubungan, tidak
sampai pada tahap untuk mencari hubungan sebab akibat antara
48

variabel independen terhadap variabel dependen karena kedua


variabel diteliti pada saat bersamaan.
b. Pengisian kuesioner dilakukan dengan menggunakan kertas berisi
seputar perilaku 3 M Plus dengan kejadian DBD menggunakan
pulpen sehingga peneliti tidak mengetahui secara pasti apakah
responden mengisi kuesioner dengan jawaban yang tepat.
c. Variabel membubuhkan bubuk abate ,memasang kawat, dan
mengubur bekas hanya dinilai dari 1 pertanyaan saja, sehingga dapat
menimbulkan bias
2. Pembahasan Penelitian
a. Hubungan Perilaku menguras penampungan air Dengan
Kejadian DBD di Puskesmas Setu 1 Kabupaten Bekasi Tahun
2022
Hasil penelitian analisis hubungan perilaku menguras tempat
penampungan air dengan kejadian DBD diperoleh bahwa responden
yang tidak menguras tempat penampungan air terdapat sebanyak 28
(87,5%) yang mengalami DBD. Sedangkan responden yang
menguras tempat penampungan air tidak ada yang mengalami DBD .
Hasil uji statistik Chi-Square dengan uji Continuity Correction (a)
didapatkan nilai p=0,000, artinya ada hubungan yang signifikan
antara Perilaku menguras penampungan air dengan Kejadian DBD
Hasil penelitian ini di dukung oleh (Hartanto Lee, 2014)
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan perilaku pencegahan
terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue karena p<0,005, maka
dapat hubungan yang bermakna antara yang menguras bak mandi
dengan kejadian DBD. Hasil penelitian didukung oleh (Armini and
Marisdayana, 2016) hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p-
value = 0,006 (p ≤ 0,05), artinya ada hubungan bermakna antara
tempat penampungan air bersih dengan kejadian DBD
Pada waktu menguras, dinding bak mandi harus disikat untuk
membersihkan telur nyamuk yang menempel pada dinding bak
mandi karena nyamuk betina meletakkan telurnya pada dinding
49

tempat perindukannya. Telur nyamuk ini dapat bertahan di tempat


kering (tanpa air) sampai 6 bulan dan telur akan menetas menjadi
jentik dalam waktu kurang dari 2 hari setelah terendam air
b. Hubungan perilaku menutup tempat penampungan air Dengan
Kejadian DBD di Puskesmas Setu 1 Kabupaten Bekasi
Tahun2022
Hasil penelitian analisis hubungan perilaku mentup tempat
penampungan air dengan kejadian DBD diperoleh bahwa responden
yang tidak menutup tempat penampungan air terdapat sebanyak 28
(63,6%) yang mengalami DBD. Sedangkan responden yang menutup
tempat penampungan air tidak ada yang mengalami DBD . Hasil uji
statistik Chi-Square dengan uji Continuity Correction (a) didapatkan
nilai p=0,000, artinya ada hubungan yang signifikan antara Perilaku
menutup tempat penampungan air dengan Kejadian DBD
Dari hasil penelitian didapatkan sedikit dari responden yang
menutup tempat penampungan air dengan rapat sebanyak 35
responden dan yang tidak menutup rapat tempat air sebanyak 8
responden
Hasil penelitian ini di dukung oleh (Hartanto Lee, 2014)
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan perilaku pencegahan
terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue karena p<0,005, maka
dapat hubungan yang bermakna antara yang menutup tempat
penampungan air dengan kejadian DBD.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Budi (2017)
dinyatakan bahwa sebagian responden mempunyai kebiasaan tidak
menutup tempat penampungan air dengan alasan apabila menutup
tempayan dengan rapat akan menyulitkan atau memperlambat dalam
mengambil air menutup rapat tempat penampungan air akan
meminimalkan perkembangbiakan Aedes aegypti. Tempat
penampungan air yang tidak tertutup secara rapat dan jarang
dibersihkan dapat berfungsi sebagai tempat perindukan nyamuk
Aedes aegypti.
50

Penelitian lain yang dilakukan oleh Lee di Kelurahan Sungai


Jawi dalamtahun2014 bahwaterdapat hubungan antara menutup
tempat penampungan air dengan kejadian DBD dengan p-value
0,000.11 Menutup tempat penampungan air harus selalu dilakukan
setelah tempat penampungan air tersebut digunakan dan harusditutup
denganrapat.
Jentik Ae. aegypti mempunyai habitat perkembangbiakan di
tempatpenampungan air yang seperti tempayan, drum, atau ember
yang berada di sekitar rumah dengan air yang tenang/tergenang dan
relatif jernih dan bukan pada genangan air yang langsung di tanah.
Dengan demikian tempat penampungan air haruslah selalu tertutup
rapat dan tidak dibiarkan terbuka agar nyamuk tidak dapat masuk
dan bertelur hingga menjadi nyamuk.
Pengaruh tempat penampungan air dengan kejadian DBD di
kabupaten Bangka Barat menunjukkan bahwa keberadaan tempat
penampungan air terbuka mempunyai risiko 2,7 kali untuk terkena
DBD daripada rumah responden yang memiliki tempat
penampungan air.
c. Hubungan perilaku mengubur barang bekas Dengan Kejadian
DBD di Puskesmas Setu 1 Kabupaten Bekasi Tahun2022
Hasil penelitian analisis hubungan perilaku mengubur
barang bekas dengan kejadian DBD diperoleh bahwa responden
yang tidak mengubur bekas terdapat sebanyak 28 (51,9%) yang
mengalami DBD. Sedangkan responden yang mengubur barang
bekas tidak ada yang mengalami DBD . Hasil uji statistik Chi-Square
dengan uji Continuity Correction (a) didapatkan nilai p=0,000,
artinya ada hubungan yang signifikan antara Perilaku mengubur
barang bekas dengan Kejadian DBD
Hasil penelitian ini di dukung oleh (Faizi et al., 2017)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan dari hasil uji Chi-square,
diperoleh nilai p-value sebesar 0,000, karena p-value < 0,05 yang
berarti ada hubungan antara mengubur barang bekas dengan
51

kejadian Demam Berdarah Dengue. Hasil Penelitian (Anggraini TS,


2021) pun menyatakan ada hubungan yang bermakna antara variabel
kebiasaan mengubur barang-barang bekas dengan kejadian Demam
Berdarah Dengue
Dari hasil penelitian Hartanto (2014) Barang-barang bekas
tersebut sebaiknya dikubur sehingga tidak menjadi tempat genangan
air. Dalam mengubur barang-barang bekas ini haruslah tertutup
seluruhnya oleh tanah agar tidak terdapatnya wadah yang dapat
menampung air. Rendahnya perilaku responden dalam mengubur
barang-barang bekas disebabkan adanya petugas kebersihan
setempat yang mengangkut sampah milik masyarakat ke tempat
pembuangan sampah umum setiap harinya sehingga perilaku ini
tidak dapat dinilai. Pada responden barang-barang bekas umumnya
telah diangkut oleh petugas kebersihan sehingga perlunya sosialisasi
yang berbeda dalam pencegahan DBD
d. Hubungan perilaku membubuhkan bubuk abate Dengan
Kejadian DBD di Puskesmas Setu 1 Kabupaten Bekasi
Tahun2022
Hasil penelitian analisis hubungan perilaku membubuhkan
bubuk abate dengan kejadian DBD diperoleh bahwa responden yang
tidak membubuhkan bubuk abate terdapat sebanyak 28 (43,1%) yang
mengalami DBD. Sedangkan responden yang membubuhkan bubuk
abate tidak ada yang mengalami DBD . Hasil uji statistik Chi-Square
dengan uji Continuity Correction (a) didapatkan nilai p=0,000,
artinya ada hubungan yang signifikan antara Perilaku
membubuhkan bubuk abate dengan Kejadian DBD
Dari hasil penelitian Hartanto (2014) Penaburan bubuk abate
sebaiknya ditaburkan pada tempat penampungan air yang sulit
dikuras atau daerah yang sulit air. Takarannya yaitu 1 gram bubuk
abate untuk 10 liter air (1 sendok makan yang diratakan atasnya
sama dengan 10 gram abate). Penaburan bubuk abate di ulangi setiap
2-3 bulan sekali. Bubuk abate digunakan untuk membunuh jentik-
52

jentik nyamuk, bubuk tersebut bekerja dengan melumpuhkan otot


salah satunya adalah otot pernapasan jentik nyamuk.
Hasil penelitian ini di dukung oleh (Faizi et al., 2017)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan dari hasil uji Chi-square,
diperoleh nilai p-value sebesar 0,000, karena p-value < 0,05 yang
berarti ada hubungan antara membubuhkan bubuk abate dengan
kejadian Demam Berdarah Dengue.
e. Hubungan perilaku memasang kawat Dengan Kejadian DBD di
Puskesmas Setu 1 Kabupaten Bekasi Tahun2022
Hasil penelitian analisis hubungan perilaku memasang kawat
dengan kejadian DBD diperoleh bahwa responden yang tidak
memasang kawat terdapat sebanyak 28 (42,4%) yang mengalami
DBD. Sedangkan responden yang memasang kawat tidak ada yang
mengalami DBD . Hasil uji statistik Chi-Square dengan uji
Continuity Correction (a) didapatkan nilai p=0,000, artinya ada
hubungan yang signifikan antara Perilaku memasang kawat dengan
Kejadian DBD
Dari hasil penelitian fardilla (2014) Rumah dengan kondisi
ventilasi tidak terpasang kasa nyamuk, akan memudahkan nyamuk
untuk masuk ke dalam rumah untuk menggigit manusia dan untuk
beristirahat. Dengan tidak adanya nyamuk masuk ke ruang rumah
maka kemungkinan nyamuk untuk menggigit semakin kecil.
Keadaan ventilasi rumah yang tidak ditutupi kawat kasa akan
menyebabkan nyamuk masuk ke dalam rumah. Dengan tidak adanya
kasa nyamuk pada ventilasi rumah, akan memudahkan nyamuk
Aedes aegypti masuk ke dalam rumah pada pagi hingga sore hari.
Hal ini tentunya akan memudahkan terjadinya kontak antara
penghuni rumah dengan nyamuk penular DBD, sehingga akan
meningkatkan risiko terjadinya penularan DBD yang lebih tinggi
dibandingkan dengan rumah yang ventilasinya terpasang kasa.
Pada penelitian syarifah tahun 2021 meggunakan kawat kasa,
berbagai hal yang menyebabkan kurangnya minat responden untuk
53

memasang jawat kasa pada setiap ventilasi antara lain adalah kurang
mengetahui fungsi dari kawat kasa, besarnya biaya yang harus
dikeluarkan dan menurut mereka lebih besar manfaat memasang
kawat kasa besi pada setiap ventilasi dari pada memasang kawat
kasa. kurangnya minat pada kelompok kasus untuk memasang kawat
kasa yang dapat menyebabkan seringnya terjadi kontak antara
penghuni rumah dengan nyamuk Aedes aegypti, sehingga penelitian
ini membuktikan bahwa memasang kawat kasa memiliki hubungan
dengan terjadinya kejadian DBD.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan
perilaku 3 M plus kejadian DBD pada pengunjung di Puskesmas Setu 1 di
Kabupaten Bekasi. Penelitan dilakukan pada 151 orang. maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar responden yang mengalami DBD 28 (18,5) sedangkan
tidak mengalami DBD 123 (81,5).
2. Sebagian responden berjenis kelamin Laki-laki yang sebanyak 88 (58,3)
dan sedangkan responden berjenis kelamin Perempuan 63 (41,7).
3. Sebagian tingkat pendidikan dari total responden 151. Yang sebanyak PT
56 (27,2) dan sedikit SD 17 (17,9).
4. Sebagian responden >= 33 tahun yang sebanyak 84 ( 55,6) dan sedikit <
33 tahun 67 ( 44,4).
5. Diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara responden menguras
tempat penampungan air dengan kejadian DBD p value=0,000.
6. Diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara responden menutup
tempat penampungan air dengan kejadian DBD p value=0,000.
7. Diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara responden mengubur
barang bekas kejadian DBD p value=0,000.
8. Diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara responden
membubuhkan bubuk abate dengan kejadian DBD p value=0,000
9. Diketahui tidak terdapat hubungan yang signifikan antara responden
memasang kawat dengan kejadian DBD p value=0,000.

B. Saran
1. Bagi Puskesmas Setu 1 di Kabupaten Bekasi
Masyarakat hendaknya melakukan kegiatan 3 M Plus yang
dimaksud menguras,menutup,mengubur,membubuhkan bubuk abate,
memasang kawat upaya pencegahan dan pengendalian ini merupakan

54
55

salah satu bentuk tindakan untuk memutus rantai penularannya dengan


cara memberantas jentik nyamuk penularannya. Kurangnya perhatian
masyarakat tentang perilaku menguras, menutup, dan mengubur ini
sehingga meningkatkan angka kejadian demam berdarah
2. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bahan lanjutan
untuk melakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam dengan
menambah variabel penelitian lain dan memperluas karakteristik
demografi responden dengan tidak terpaku pada variabel-variabel yang
telah tertera pada penelitian ini.
56

DAFTAR PUSTAKA

Acivirida (2019) Deteksi Proteinura Pada Pasien Infeksi Dengue dengan Metode
Kolorimetri. Anggota IKAPI.
Aisyah, N., Nasution, A. and . S. (2020) „Hubungan Perilaku Ibu Rumah Tangga
Terhadap Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (Dbd) Pada
Anak Di Desa Cibanteng Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Tahun
2019‟, Kesehatan Masyarakat, 3(1), p. 72. doi: 10.32832/pro.v3i1.3147.
Akbar, dkk (2021) Stastika Bidang Teknogi Informasi. Devy Dian. Edited by A.
Karim. Yogyakarta: Yayasan Kita Menulis. doi: 978-623-342-048-8.
Alioes, Y. and Rusdan, S. (2015) „Hubungan Lama Penggunaan Obat Anti
Nyamuk Bakar dengan Kadar Kolinesterase Darah pada Masyarakat
Kelurahan Jati Rumah Gadang Padang‟, Keshatan, 4(2), pp. 577–581.
doi: 168-bahaya-obat-anti-nyamuk-dan-cara-penanggulangannya.
Antara, H. et al. (2017) „HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN
FAKTOR SOSIO-DEMOGRAFI DENGAN KEPATUHAN
MENGGUNAKAN KELAMBU PADA MASYARAKAT DI
KELURAHAN GUNUNG WOKA KOTA BITUNG‟, Kesehatan
Masyarakat, 12(11), p. 7. doi: 23091-47111.
bekasikab.go.id (2020) Dinkes : Kasus DBD di Kabupaten Bekasi Menurun. doi:
https://www.bekasikab.go.id/dinkes--kasus-dbd-di-kabupaten-bekasi-
menurun.
Budi Darma (2021) STATISTIKA PENELITIAN MENGGUNAKAN SPSS. Jakarta:
GUEPEDIA. doi:
https://www.google.co.id/books/edition/STATISTIKA_PENELITIAN_
MENGGUNAKAN_SPSS_U/acpLEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=uji
+validitas+adalah&printsec=frontcover.
Budiman, B. and Oetami, H. (2020) „Surveilan Kesehatan Masyarakat: Program
Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue Di
Kota Cimahi‟, Dimasejati: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2),
p. 214. doi: 10.24235/dimasejati.v2i2.7290.
Dania, I. A. (2016) „Gambaran Penyakit dan Vektor Demam Berdarah Dengue
(DBD)‟, Jurnal Warta, 48(April), pp. 1829–7463. doi:
http://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/juwarta/article/view/179.
Darmawan, W. (2021) „DIFFERENCES OF CULEX SPP AND AEDES SPP
LARVAE MORTALITY RATES ON THE USE OF THEMEFOS‟,
TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN, 12(1), pp. 99–105. doi: 1978-
8843.
Dawe, M. A. ., Romeo, P. and Ndoen, E. (2020) „Pengetahuan dan Sikap
Masyarakat serta Peran Petugas Kesehatan Terkait Pencegahan Demam
Berdarah Dengue (DBD)‟, Journal of Health and Behavioral Science,
2(2), pp. 138–147. doi: 10.35508/jhbs.v2i2.2283.
57

Dharmasuari MS, S. I. (2019) „Hubungan pengetahuan dan perilaku pencegahan


DBD terhadap kejadian DBD di desa pemucutan klod. kecamatan
denpasar barat‟, E-Jounal medika, 8(4), pp. 1–7. doi:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum.
Dinata, A. and Dhewantara, P. W. (2012) „KARAKTERISTIK LINGKUNGAN
FISIK, BIOLOGI, DAN SOSIAL DI DAERAH ENDEMIS DBD KOTA
BANJAR TAHUN 2011‟, Ekologi Kesehatan, 11(4), pp. 315–326. doi:
https://www.academia.edu/25360098/Hubungan_Faktor_Lingkungan_da
n_Perilaku_Masyarakat_dengan_Keberadaan_Vektor_Demam_Berdarah
_Dengue_DBD_di_Wilayah_Kerja_Puskesmas_I_Denpasar_Selatan?fro
m=cover_page.
Dinkes Kabupaten Bekasi (2019) „Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi‟, (July), pp.
1–23. doi:
https://diskes.jabarprov.go.id/assets/unduhan/16.%20Profil%20Kesehata
n%20Bekasi%202019.pdf.
Eni, dkk (2021) Penyakit Berbasis Lingkungan. Tim Kreati. Edited by R.
Watrianthos. Yayasan Kita Menulis. doi:
https://books.google.com/books?id=9GIWEAAAQBAJ&printsec=frontc
over&dq=Penyakit+Berbasis+lingkungan&hl=en&newbks=1&newbks_r
edir=1&sa=X&ved=2ahUKEwimyLTA-
aDzAhUOH7cAHZSTDFkQ6AF6BAgIEAI.
Fitriana (2017) „Hubungan Faktor Suhu Dengan Kasus Demam Berdarah Dengue
di Puskesmas Surabaya‟, Public Health, (Juli), p. 75.
Hastono (2016) Analisis Data Pada Bidang Kesehatan. Depok: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA. doi: Ed. 1Jakarta Rajawali Pers, 2016.
Herdianti (2021) BACTIVEC DAN KAPORST LARVASIDA VEKTOR DEMAM
BERDARAH DENGUE ADES ARGYPTI SPP. Bichiz Daz. Edited by A.
Rofiq. Surabaya: CV. Jakad Media Publishing. doi:
https://books.google.com/books?id=kPU1EAAAQBAJ&printsec=frontco
ver&dq=Demam+Berdarah+Dengue+adalah&hl=en&sa=X&ved=2ahUK
EwjNzcvqy_fyAhXhlEsFHbllDRwQ6AF6BAgLEAM.
Ira, dkk (2018) Promosi Kesehatan. Surabaya: Erlangga University Press.
Irwandi Rachman1, Putri Sahara Harahap2, Anggi Alanuari3, S. (2017) „Suhu,
kelembaban dan penggunaan kelambu berkaitan dengan tingginya
kejadian malaria di desa durian luncuk‟, Daya tahan, 2(June), pp. 194–
202. doi: http://doi.org/10.22216/jen.v2i2.1995.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014) Petunjuk Pelaksanaan
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue. Jakarta. doi:
https://litbangkespangandaran.litbang.kemkes.go.id/perpustakaan/index.p
hp?p=show_detail&id=2848.
Martina, dkk (2021) Promosi Kesehatan & Perilaku Kesehatan. Yayasan Kita
Menulis.
Mayasari, R. et al. (2020) „Karakteristik penderita, hari dan curah hujan terhadap
58

kejadian Demam Berdarah di Kabupaten Ogan Komering Ulu‟, Journal


of Health Epidemiology and Communicable Diseases, 5(1), pp. 23–29.
doi: 10.22435/jhecds.v5i1.1300.
Mukono (2018) „Kesehatan Lingkungan Akibat Pemanasan Global dan Perubahan
Iklim‟, in Buku Kesehatan Lingkungan. Airlangga University Press.
Nahdah (2013) „Hubungan Perilaku 3M Plus Dengan Densitas Larva Aedes
Aegypti Di Kelurahan Birobuli Selatan Kota Palu Sulawesi Tengah‟,
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 9(3), pp. 162–168.
Nasifah, S. L. and Sukendra, D. M. (2021) „Kondisi Lingkungan Dan Perilaku
dengan kejadian DBD di wilayah kerja puskesmas Kedungmundu‟,
Indonesian Journal of Public Health and Nutrition, 1(1), pp. 62–72. doi:
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/IJPHN.
Nasution, S. (2017) „Variabel penelitian‟, Raudhah, 05(02), pp. 1–9. Available at:
http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/raudhah/article/view/182.
Notadmojo (2010) Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Nur Kholidah, M. A. (2020) Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan Pembelian
Kosmetik Berlabel Halal. Yogyakarta: Penerbit Nem. doi: 6236906181.
Nuryanti, E., Bm, S. and Cahyo, K. (2011) „Perilaku Pemberantasan Sarang
Nyamuk pada Masyarakat Desa Karangjati Kabupaten Blora‟, Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia, 6(2), pp. 130–139. doi:
10.14710/jpki.6.2.130-139.
Oksfriani (2017) Pemberantasan Penyakit Menular. Herlambang. Edited by Haris
Ari Susanto. Yogyakarta: Grup Penerbitan CV Budi Utama. doi:
Pemberantasan Penyakit Menular.Ed1,Cet.1--Yogyakarta:
Depublish,Desmber 2017.
Oktaviani, Y. (2014) „Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Upaya Pencegahan
Demam Berdarah Dengue ( Dbd ) Kecamatan Tanjung Mutiara
Kabupaten Agam Tahun 2014‟, kesehatan masyrakat, 1(2), pp. 67–71.
doi: http://dx.doi.org/10.31602/ann.v1i2.219.
Pinotoan, O. R. (2019) „Epidemiologi Kesehatan Lingkungan‟, in Buku
Epidemiologi Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Deepublish Publisher,
p. 6.
Priwahyuni, Y. and Ropita, T. I. (2014) „Perilaku Masyarakat tentang Menguras ,
Menutup , Mengubur ( 3M ) Plus terhadap Bebas Jentik Behavior Of The
Public About The Drain , Buried , Close ( 3M ) Plus Of Free Larvae‟,
Kesehatan Komunitas, 2(5), pp. 2012–2015. doi: Jurnal Kesehatan
Komunitas, Vol. 2, No. 4, Mei 2014.
Rahayu, T. P. (2020) Bebas Dari Penyakit. Fajar kurn. Edited by Ida. Semarang:
ALPRIN. doi: https://books.google.co.id/books?id=-
x_8DwAAQBAJ&pg=PA18&dq=Tanda+gejala+DBD+adalah&hl=en&s
a=X&ved=2ahUKEwjTi_nDqPfyAhV-
4nMBHQT1ACU4HhDoAXoECAkQAw.
Rahayu, Y., Budi, I. S. and Yeni, Y. (2017) „ANALISIS PARTISIPASI KADER
59

JUMANTIK DALAM UPAYA PENANGGULANGAN DEMAM


BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
INDRALAYA‟, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(3), pp. 200–207.
doi: http://www.jikm.unsri.ac.id/index.php/jikm.
Resmi Lestariana Putri, C. and Laksono, B. (2017) „Keefektifan Petugas
Surveilans Kesehatan Demam Berdarah Dengue Dalam Menentukan
Angka Bebas Jentik‟, Public Health, 6(1), p. 16. doi:
https://doi.org/10.15294/ujph.v6i1.12452.
Riamah, E. G. (2018) „HUBUNGAN PERILAKU 3M PLUS TERHADAP
KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)‟, Jilid, X I I Ilmu,
Menara, XII(80), pp. 108–113. doi:
https://doi.org/10.33559/mi.v12i80.649.
Rokom (2016) Menkes: Dibanding Fogging, PSN 3M Plus Lebih Utama Cegah
DBD.
Rosdawati, R. (2021) „Hubungan Perilaku Kesehatan dengan Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Ma. Kumpeh
Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi‟, Jurnal Akademika
Baiturrahim Jambi, 10(1), p. 250. doi: 10.36565/jab.v10i1.383.
Sari (2019) „Pengetahuan, Sikap dan Pendidikan dengan pencegahan Demam
Berdarah Dengue Menggunakan Prinsip Menguras, Menutup, dan
Memanfaatkan Kembali‟, Ilmiah, 3 No 2(Oktober), p. 1.
Selni, P. S. M. (2020) „Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Demam Berdarah Dengue Pada Balita‟, Jurnal Kebidanan, 9(2), pp. 89–
96. doi: 10.35890/jkdh.v9i2.161.
Soegimin Ardi Soewarno dan Anis Kusumawati (2015) „Faktor-Faktor yang
Berhubungan Dengan Kejadian Deamam Berdarah Dengue (DBD) di
Kecamatan Gajah Mungkur‟, ilmiah ilmu kesesehatan, 53(9), pp. 1689–
1699. doi: http://dx.doi.org/10.30595/medisains.v13i2.1599.
Suharmiati, L. (2020) Tanaman Obat & Ramuan Tradisional untuk Mengatasi
Demam Berdarah Dengue, KESEHATAN. AgroMedia. doi:
https://www.google.bg/search?hl=id&tbo=p&tbm=bks&q=inauthor:%22
Dra.+Suharmiati,+Msi.Apt.+%26+dr.+Lestari+Handayani,+M.Med+(PH
)%22.
Suharsimi Arikunto (2021) „Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktik‟, in
Penelitian Metode. Jakarta: Rineka Cipta, pp. xi, 413 hlm. ;23.5 cm.
Available at: https://irigasi.info/wp-
content/uploads/2021/03/PROSEDUR-PENELITIAN-17-Mar-2021-14-
11-12.pdf.
Syamsyir dkk (2020) „Autokorelasi Kasus Demam Berdarah Dengue Berbasis
Spasial di Wilayah air putih di Samarinda‟, Keshatan Lingkungan, 12 No
2(September), p. 1.
Syarifah Fadrina, I. M. dan N. (2021) „HUBUNGAN MENGGANTUNG
PAKAIAN DAN MEMASANG KAWAT KASA DENGAN
60

KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN


LANGKAT‟, Health Sains, 2(3), pp. 402–409. doi: Jurnal Health Sains:
p–ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398 Vol. 2, No. 3, Maret 2021.
Tansil, M. G., Rampengan, N. H. and Wilar, R. (2021) „Faktor Risiko Terjadinya
Sindroma Syok Dengue pada Demam Berdarah Dengue‟, Jurnal
Biomedik : Jbm, 13(2), pp. 161–166. doi:
https://doi.org/10.35790/jbm.13.1.2021.31760 KemenRistekdikti RI no.
28/E/KPT/2019.
Trisnawelda, K. and Yerizel, E. (2017) „Artikel Penelitian Pengaruh Lama Pem
Pemaparan aparan Obat Antinyamuk Elektrik-mat Elektrik Berbahan
Aktif Allethrin Terhadap Aktivitas Katalase Tikus‟, KESEHATAN, 6(1),
pp. 55–60. doi: Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 6(1.
Widiyaning, M. R., Syamsulhuda, B. M. and Widjanarko, B. (2018) „Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Pencegahan Demam Berdarah
Dengue (Dbd) Oleh Ibu Rumah Tangga Di Kelurahan Doplang,
Purworejo‟, Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(1), pp. 761–
769. doi: http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm.
Widiyono, Putra, B. (2021) „HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN FISIK
DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM
BERDARAH DENGUE (DBD)‟, JIKI, 14(1), pp. 35–41. doi: 1979-
8261.
Winarsih, S. (2013) „Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah Dan Perilaku Psn
Dengan Kejadian Dbd‟, Public Health, 2(1), pp. 2–6. doi:
10.15294/ujph.v2i1.3041.
Wiskha (2013) „PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP
PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP
MASYARAKAT TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI
DESA TROSONO KABUPATEN MAGETAN‟, Keparawatan, pp. 1–
17.
Zummatul Atika (2021) „KEAJAIBAN_KELOR_UNTUK_KEHAMILAN‟, in
M.Basyru (ed.) KESEHATAN. Ahmad Afif. Surabaya: Global Aksara
Pres, p. 84. Available at:
https://www.google.co.id/books/edition/KEAJAIBAN_KELOR_UNTU
K_KEHAMILAN/QdgxEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=besar+sampel
+adalah+menurut+nursalam+2012&pg=PA46&printsec=frontcover.
Suharsimi Arikunto (2021) „Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktik‟, in
Penelitian Metode. Jakarta: Rineka Cipta, pp. xi, 413 hlm. ;23.5 cm.
Available at: https://irigasi.info/wp-
content/uploads/2021/03/PROSEDUR-PENELITIAN-17-Mar-2021-14-
11-12.pdf.
Kemenkes (2022) „Masuk Peralihan Musim, Kemenkes Minta Dinkes Waspadai
Lonjakan DBD‟. Available at:
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220923/3741130/masu
k-peralihan-musim-kemenkes-minta-dinkes-waspadai-lonjakan-dbd/.
61

LAMPIRAN
Lampiran 1 Manuskrip

HUBUNGAN PERILAKU 3 M PLUS DENGAN KEJADIAN DBD di


PUSKESMAS SETU 1 KABUPATEN BEKASI TAHUN 2022
EGA WIYASIH 1, MIZNA SABILA
1,2
Peminatan Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
1,2
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Email: ega wiyasih8@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti sebagai
vektor utama. Penyakit ini dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan
jumlah kematian yang besar. Pada saat ini penyebaran DBD semakin meluas dan
mencapai seluruh provinsi di Indonesia. Kasus DBD di Indonesia tahun 2018
sebanyak 65.602 kasus, angka kesakitan (Incident Rate-IR) 24,75 per 100.000
penduduk.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan perilaku
3 M Plus dengan kejadian DBD di Puskesmas setu Kabupaten Bekasi
Metode: Penelitian ini merupakan kuantitatif dengan penelitian untuk mencari
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Jumlah sampel sebanyak 151
orang yang diambil dengan Purposive sampling.Pengambilan data menggunakan
kuesioner Hasil uji statistik Chi-Square dengan uji Continuity Correction (a)
didapatkan nilai p 0,000
Hasil: Variabel yang berhubungan perilaku 3 m plus dengan kejadian dbd yaitu
menguras tempat penampungan air p value=0,000, menutup tempat penampungan
air dengan kejadian DBD p value=0,000, mengubur barang bekas kejadian DBD p
value=0,000, membubuhkan bubuk abate dengan kejadian DBD p value=0,000,
memasang kawat dengan kejadian DBD p value=0,000.
Kesimpulan: adanya hubungan dengan perilaku 3 m plus dengan kejadian dbd di
Puskesmas Setu 1 Kabupaten Bekasi adalah menguras tempat penampungan
air,menutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas, membubuhkan
bubuk abate, dan memasang kawat.
Saran: melakukan kegiatan 3 M Plus kurangnya perhatian masyarakat tentang
perilaku menguras, menutup, dan mengubur ini sehingga meningkatkan angka
kejadian demam berdarah bentuk tindakan untuk memutus rantai penularannya
dengan cara memberantas jentik nyamuk penularannya.

Kata Kunci : Kejadian DBD, Perilaku 3 M Plus


62

THE RELATIONSHIP OF 3 M PLUS BEHAVIOR WITH THE EVENT OF


DHF at PUSKESMAS SETU 1, BEKASI REGENCY IN 2022
EGA WIYASIH 1, MIZNA SABILA
1.2
Health Promotion Specialization, Faculty of Public Health
1.2
Muhammadiyah University Jakarta
Email: ega wiyasih8@gmail.com

ABSTRACT

Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease caused


by the dengue virus and transmitted by the Aedes aegypti mosquito as the main
vector. This disease can cause Extraordinary Events (KLB) with a large number of
deaths. At this time the spread of dengue fever is increasingly widespread and
reaches all provinces in Indonesia. Dengue fever cases in Indonesia in 2018 were
65,602 cases, the incident rate (IR) was 24.75 per 100,000 population.
Research Objectives: This study was conducted to determine the relationship
between 3 M Plus behavior and the incidence of dengue fever in puskesmas setu,
Bekasi Regency
Method: This research is quantitative with research to find the relationship
between free variables and bound variables. The total sample was 151 people
taken by Purposive sampling. Data collection using questionnaire Chi-Square
statistical test results with Continuity Correction test (a) obtained p value 0.00
Results: Variables related to behavior 3 m plus with dengue incidence are
draining water reservoirs p value = 0.000, closing water reservoirs with dbd events p
value = 0.000, burying used dbd events p value = 0.000 , affixing abate powder with
dbd p value events =0.000, installing the wire with dbd event p value=0.000.
Conclusion: there is a relationship with the behavior of 3 m plus with the
incidence of dengue fever at Puskesmas Setu 1 Bekasi Regency is draining water
reservoirs, closing water reservoirs, burying used goods, affixing abate powder,
and installing wire.

Keywords : DHF incidence, 3 M Plus behavior


63

PENDAHULUAN penyuluhan (Widiyaning,


Syamsulhuda and Widjanarko, 2018).
Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada saat ini penyebaran DBD
adalah penyakit menular disebabkan semakin meluas dan mencapai seluruh
oleh virus dengue DBD merupakan provinsi di Indonesia. Kasus DBD di
penyakit demam akut yang menyerang Indonesia tahun 2018 sebanyak 65.602
orang dewasa maupun anak-anak, kasus, angka kesakitan (Incident Rate-
tetapi lebih banyak menimbulkan IR) 24,75 per 100.000 penduduk
korban pada usia kurang dari 15 tahun, Tempat perkembangbiakan nyamuk
yang ditandai dengan adanya Aedes aegypti adalah di lingkungan
perdarahan dan dapat menimbulkan yang lembab, curah hujan tinggi,
syok yang dapat mengakibatkan terdapat genangan air luar rumah.
kematian pada penderita. (Dinata and Faktor lain penyebab DBD adalah
Dhewantara, 2012). sanitasi lingkungan yang buruk,
DBD merupakan penyebab perilaku masyarakat tidak sehat,
kematian utama pada anak-anak di perilaku di dalam rumah pada siang
negara-negara Asia. Prevalensi hari. Oleh karena itu pendekatan
penyakit ini secara global meningkat pemberantasan yang berwawasan
drastis pada dekade saat ini dan DBD kepedulian masyrakat merupakan salah
menjadi endemik di 100 lebih satu alternatif pendekatan baru.
negara-negara di Afrika, Amerika, Adapun yang dimaksud dengan 3M
Mediteranian Timur, Asia Tenggara Plus adalah segala bentuk kegiatan
dan Pasifik Barat. dengan cara yang pencegahan seperti : 1) Menaburkan
tepat guna oleh pemerintah dengan bubuk larvasida pada tempat
peran serta masyarakat. Upaya penampungan air yangsulit
pemberantasan yang dapat dilakukan dibersihkan; 2) Menggunakan obat
adalah dengan tindakan pencegahan; nyamuk atau anti nyamuk; 3)
penemuan, pertolongan, dan Menggunakan kelambu saat tidur; 4)
pelaporan; penyelidikan epidemiologi Memelihara ikan pemangsa jentik
dan pengamatan penyakit demam nyamuk; 5)Menanam tanaman pengusir
berdarah dengue; penanggulangan nyamuk, 6) Mengatur cahaya dan
seperlunya; penanggulangan lain; dan ventilasi dalam rumah; 7) Menghindari
64

kebiasaan menggantung pakaian di Pendidikan, pekerjaan, kejadian DBD.


dalam rumah yang bisamenjadi tempat Umur ,menguras tempat penampungan
istirahat nyamuk, dan lain-lain air,menutup tempat penampungan air,
(Riamah, 2018). Pengetahuan yang mengubur barang bekas,membubhkan
masih kurang dan tingkat kesadaran bubuk abate dan memasang kawat.
yang rendah disinyalir memberikan
dampak yang kurang baik terhadap Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis

kualitas kesehatan masyarakat, Univariat


Variabel N %
kurangnya pengetahuan dengan
indikasi rendahnya kesadaran akan a. Pendidikan

mengurangi perilaku masyarakat SD 27 23,4

terhadap pemeliharaan kesehatan SMP 44 29,1

terutama dalam upaya pencegahan SMA 39 25,8

DBD dan dari pengalaman terbukti PT 56 27,2

bahwa perilaku didasari pengetahuan b. Pekerjaan


dan kesadaran (Widiyono, Putra, Pelajar/Ma 37 24,5
2021). hasiswa
METODE PNS 40 26,5
Penelitian ini merupakan penelitian Tidak 21 13,9
kuantitatif dengan penelitian untuk Pekerja
mencari hubungan antara variabel bebas Buruh 21 13,9
dan variabel terikat. Jumlah sampel Wiraswast 32 21,2
sebanyak 151 orang yang diambil dengan a
Purposive sampling. Pengambilan data c. Kejadian DBD
menggunakan kuesioner Hasil uji statistik Mengalami 28 18,5
Chi-Square dengan uji Continuity DBD
Correction (a) didapatkan nilai p 0,000 Tidak 123 81,5
HASIL mengalami
Analisis Univariat DBD
Hasil univariat dalam penelitian ini d. Umur
menjelaskan tentang karakteristik Umur ≥33 84 55,6
responden meliputi jenis kelamin, tahun
65

Umur <33 67 44,4 Berdasarkan tabel 1, dapat


tahun diketahui Kejadian DBD dibedakan
e. Jenis kelamin menjadi dua kateogori, dari 151 responden
Laki-laki 88 58,3 menunjukan responden yang tidak
Perempuan 63 41,7 mengalami DBD 123 (81,5) sedangkan
f. Menguras tempat penampungan mengalami DBD 28 (18,5).
air Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui

Tidak 32 21,2 distribusi umur dari total 151

Ya 119 78,8 responden,mayoritas berumur ≥ 33 tahun

g. Menutup temapat penampungan yaitu sebanyak 84 (55,6%), sedangkan

air responden yang memiliki umur < 33 tahun

Tidak 44 29,1 tahun sebanyak 67 (44,4%). Berdasarkan

Ya 107 70,9 tabel 1 1,dapat diketahui bahwa jenis

i. Mengubur barang bekas kelamin dari total 151 responden, ada dua
kategori yaitu perempuan dan laki.laki.
Tidak 54 35,8
Responden yang berkelamin laki-laki
Ya 97 64,2
yang sebanyak 88 (58,3) dan sedangkan
j. Membubuhkan bubuk abate
responden memiliki berkelamin
Tidak 65 43,0
perempuan 63 (41,7).
Ya 86 57,0
Berdasarkan tabel 1, diatas
k. Memasang kawat
menguras tempat penampung air dapat
Tidak 66 43,7
diketahui distribusi dari total 151
Ya 85 56,3
responden, mayoritas responden
menguras tempat penampungan air yaitu
Berdasarkan tabel 1, dapat
sebanyak 119 (78,8%) sedangkan
diketahui distribusi Pendidikan responden
responden yang tidak 32 (21,2%).
dari total 151 yang sebanyak PT 56 (27,2)
Berdasarkan tabel 1, diatas menutup
dan sedikit SD 17 (17,9) .
tempat penampung air dapat diketahui
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui
distribusi dari total 151 responden,
distribusi Pekerjaan dari total 151
mayoritas responden menutup tempat
sebanyak PNS 40 (26,5) dan sedikit tidak
penampungan air yaitu sebanyak 107
pekerja dan buruh 21( 13,9) .
(70,9%) sedangkan responden yang tidak
66

44 (29,1%). Berdasarkan tabel 1, diatas


mengubur barang bekas dapat diketahui Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat bivariat

distribusi dari total 151 responden, Setelah Mengetahui hubungan antara

mayoritas responden mengubur barang variabel dependen dengan variabel

bekas yaitu sebanyak 97 (64,2%) independen yang mana terdapat 5

sedangkan responden yang tidak 54 variabel yang dilakukan analisis bivariat

(35,8%). Berdasarkan tabel 1, diatas menguras tempat penampungan air

membubuhkan bubuk abate dapat ,menutup tempat penampungan air,

diketahui distribusi dari total 151 mengubur barang bekas dan memasang

responden, mayoritas responden kawat

membubuhkan bubuk abate yaitu


sebanyak 86 (57,0%) sedangkan
responden yang tidak 65 (43,0%).
Berdasarkan tabel 1, diatas Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat
memasang kawat dapat diketahui
distribusi dari total 151 responden,
mayoritas responden memasang kawat
yaitu sebanyak 85 (56,3) sedangkan
responden yang tidak 66 (43,7%).
67

didapatkan hasil analisis hubungan tempat penampungan air terdapat


antara perilaku menguras tempat sebanyak 28 (87,5%) yang
1. Menguras Kejadian DBD Total Pv
tempat Mengalami Tidak
penampung DBD Mengalami
an air DBD
n % n % N %
Tidak 28 87,5 4 12,5 32 100,0 0,000
Ya 0 0,0 119 123 119 100,0
2. Menutup n % n % N % Pv
tempat
penampung
an air
Tidak 28 63,6 16 36,4 44 100,0 0,000
Ya 0 0,0 107 123 107 100,0
3.Mengubur
barang
bekas
Tidak 28 51,9 26 48,1 54 100,0 0,000
Ya 0 0,0 97 123 97 100,0
4.Membubu
hkan bubuk
abate
Tidak 28 43,1 37 56,9 65 100,0 0,000
Ya 0 0,0 86 123 86 100,0
5.Memasan
g kawat

Tidak 28 42,4 38 57,6 66 100,0 0,000


Ya 0 0,0 85 123 85 100,0
penampungan air diperoleh bahwa mengalami DBD. Sedangkan
responden yang tidak menguras responden yang menguras tempat
68

penampungan air tidak ada yang bubuk abate dengan kejadian DBD
mengalami DBD . Hasil uji statistik diperoleh bahwa responden yang
Chi-Square dengan uji Continuity tidak membubuhkan bubuk abate
Correction (a) didapatkan nilai terdapat sebanyak 28 (43,1%) yang
p=0,000 mengalami DBD. Sedangkan
Hasil penelitian analisis responden yang membubuhkan
hubungan perilaku mentup tempat bubuk abate tidak ada yang
penampungan air dengan kejadian mengalami DBD . Hasil uji statistik
DBD diperoleh bahwa responden Chi-Square dengan uji Continuity
yang tidak menutup tempat Correction (a) didapatkan nilai
penampungan air terdapat sebanyak p=0,000
28 (63,6%) yang mengalami DBD. Hasil penelitian analisis
Sedangkan responden yang menutup hubungan perilaku memasang
tempat penampungan air tidak ada kawat dengan kejadian DBD
yang mengalami DBD . Hasil uji diperoleh bahwa responden yang
statistik Chi-Square dengan uji tidak memasang kawat terdapat
Continuity Correction (a) didapatkan sebanyak 28 (42,4%) yang
nilai p=0,000. mengalami DBD. Sedangkan
Hasil penelitian analisis responden yang memasang kawat
hubungan perilaku mengubur barang tidak ada yang mengalami DBD .
bekas dengan kejadian DBD Hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh bahwa responden yang dengan uji Continuity Correction
tidak mengubur bekas terdapat (a) didapatkan nilai p=0,000
sebanyak 28 (51,9%) yang PEMBAHASAN
mengalami DBD. Sedangkan Hubungan Perilaku menguras
responden yang mengubur barang penampungan air Dengan Kejadian

bekas tidak ada yang mengalami DBD di Puskesmas Setu 1 Kabupaten


Bekasi Tahun 2022
DBD . Hasil uji statistik Chi-Square
dengan uji Continuity Correction (a) Hasil penelitian analisis
didapatkan nilai p=0,000. hubungan perilaku menguras tempat
Hasil penelitian analisis penampungan air dengan kejadian
hubungan perilaku membubuhkan DBD diperoleh bahwa responden
69

yang tidak menguras tempat Kejadian DBD di Puskesmas Setu 1


penampungan air terdapat sebanyak Kabupaten Bekasi Tahun2022
28 (87,5%) yang mengalami DBD.
Hasil penelitian analisis
Sedangkan responden yang menguras
hubungan perilaku mentup tempat
tempat penampungan air tidak ada
penampungan air dengan kejadian
yang mengalami DBD .
DBD diperoleh bahwa responden
Hasil uji statistik Chi-Square yang tidak menutup tempat
dengan uji Continuity Correction (a) penampungan air terdapat sebanyak
didapatkan nilai p=0,000, artinya ada 28 (63,6%) yang mengalami DBD.
hubungan yang signifikan antara Sedangkan responden yang menutup
Perilaku menguras penampungan air tempat penampungan air tidak ada
dengan Kejadian DBD. penelitian yang mengalami DBD . Hasil uji
didukung oleh (Armini and statistik Chi-Square dengan uji
Marisdayana, 2016) hasil uji statistik Continuity Correction (a) didapatkan
Chi Square diperoleh nilai p-value = nilai p=0,000, artinya ada hubungan
0,006 (p ≤ 0,05), artinya ada yang signifikan antara Perilaku
hubungan bermakna antara tempat menutup tempat penampungan air
penampungan air bersih dengan dengan Kejadian DBD
kejadian DBD . Pada waktu Penelitian lain yang dilakukan
menguras, dinding bak mandi harus oleh Lee di Kelurahan Sungai Jawi
disikat untuk membersihkan telur dalamtahun 2014 bahwaterdapat
nyamuk yang menempel pada hubungan antara menutup tempat
dinding bak mandi karena nyamuk penampungan air dengan kejadian
betina meletakkan telurnya pada DBD dengan p-value 0,000.11
dinding tempat perindukannya. Telur Menutup tempat penampungan air
nyamuk ini dapat bertahan di tempat harus selalu dilakukan setelah tempat
kering (tanpa air) sampai 6 bulan dan penampungan air tersebut digunakan
telur akan menetas menjadi jentik dan harusditutup denganrapat. Jentik
dalam waktu kurang dari 2 hari Ae. aegypti mempunyai habitat
setelah terendam air perkembangbiakan di tempat
penampungan air yang seperti
Hubungan perilaku menutup
tempayan, drum, atau ember yang
tempat penampungan air Dengan
70

berada di sekitar rumah dengan air diperoleh bahwa responden yang


yang tenang/tergenang dan relatif tidak mengubur bekas terdapat
jernih dan bukan pada genangan air sebanyak 28 (51,9%) yang
yang langsung di tanah. Dengan mengalami DBD. Sedangkan
demikian tempat penampungan air responden yang mengubur barang
haruslah selalu tertutup rapat dan bekas tidak ada yang mengalami
tidak dibiarkan terbuka agar nyamuk DBD .
tidak dapat masuk dan bertelur
Hasil uji statistik Chi-Square
hingga menjadi nyamuk.
dengan uji Continuity Correction (a)
Hasil penelitian yang dilakukan
didapatkan nilai p=0,000, artinya ada
oleh Budi (2017) dinyatakan bahwa
hubungan yang signifikan antara
sebagian responden mempunyai
kebiasaan tidak menutup tempat Perilaku mengubur barang

penampungan air dengan alasan bekas dengan Kejadian DBD Hasil

apabila menutup tempayan dengan penelitian ini di dukung oleh (Faizi et

rapat akan menyulitkan atau al., 2017) menunjukkan bahwa

memperlambat dalam mengambil air terdapat hubungan dari hasil uji Chi-

menutup rapat tempat penampungan square, diperoleh nilai p-value

air akan meminimalkan sebesar 0,000, karena p-value < 0,05

perkembangbiakan Aedes aegypti. yang berarti ada hubungan antara

Tempat penampungan air yang tidak mengubur barang bekas dengan

tertutup secara rapat dan jarang kejadian Demam Berdarah Dengue.

dibersihkan dapat berfungsi sebagai Hasil Penelitian (Anggraini TS,


tempat perindukan nyamuk Aedes 2021) pun menyatakan ada hubungan
aegypti. yang bermakna antara variabel

Hubungan perilaku mengubur kebiasaan mengubur barang-barang

barang bekas Dengan Kejadian bekas dengan kejadian Demam

DBD di Puskesmas Setu 1 Berdarah Dengue. Sejalan dengan

Kabupaten Bekasi Tahun2022 penelitian hasil penelitian Hartanto


(2014) Barang-barang bekas tersebut
Hasil penelitian analisis
sebaiknya dikubur sehingga tidak
hubungan perilaku mengubur barang
menjadi tempat genangan air. Dalam
bekas dengan kejadian DBD
71

mengubur barang-barang bekas ini uji Continuity Correction (a)


haruslah tertutup seluruhnya oleh didapatkan nilai p=0,000, artinya ada
tanah agar tidak terdapatnya wadah hubungan yang signifikan antara
yang dapat menampung air. Perilaku membubuhkan bubuk abate
dengan Kejadian DBD penelitian ini
Rendahnya perilaku responden
di dukung oleh (Faizi et al., 2017)
dalam mengubur barang-barang
menunjukkan bahwa terdapat
bekas disebabkan adanya petugas
hubungan dari hasil uji Chi-square,
kebersihan setempat yang
diperoleh nilai p-value sebesar 0,000,
mengangkut sampah milik
karena p-value < 0,05 yang berarti
masyarakat ke tempat pembuangan
ada hubungan antara membubuhkan
sampah umum setiap harinya
bubuk abate dengan kejadian Demam
sehingga perilaku ini tidak dapat
Berdarah Dengue.
dinilai. Pada responden barang-
barang bekas umumnya telah Hubungan perilaku memasang
diangkut oleh petugas kebersihan kawat Dengan Kejadian DBD di
sehingga perlunya sosialisasi yang Puskesmas Setu 1 Kabupaten
berbeda dalam pencegahan DBD Bekasi Tahun 2022
Hasil penelitian analisis
Hubungan perilaku membubuhkan
hubungan perilaku memasang kawat
bubuk abate Dengan Kejadian
dengan kejadian DBD diperoleh
DBD di Puskesmas Setu 1
bahwa responden yang tidak
Kabupaten Bekasi Tahun2022
memasang kawat terdapat sebanyak
Hasil penelitian analisis 28 (42,4%) yang mengalami DBD.
hubungan perilaku membubuhkan Sedangkan responden yang
bubuk abate dengan kejadian DBD memasang kawat tidak ada yang
diperoleh bahwa responden yang mengalami DBD . Hasil uji statistik
tidak membubuhkan bubuk abate Chi-Square dengan uji Continuity
terdapat sebanyak 28 (43,1%) yang Correction (a) didapatkan nilai
mengalami DBD. Sedangkan p=0,000, artinya ada hubungan yang
responden yang membubuhkan bubuk signifikan antara Perilaku memasang
abate tidak ada yang mengalami DBD kawat dengan Kejadian DBD
. Hasil uji statistik Chi-Square dengan
72

Pada penelitian syarifah tahun DBD p value=0,000, mengubur


2021 meggunakan kawat kasa, barang bekas kejadian DBD p
berbagai hal yang menyebabkan value=0,000, membubuhkan bubuk
kurangnya minat responden untuk abate dengan kejadian DBD p
memasang jawat kasa pada setiap value=0,000, dan memasang kawat
ventilasi antara lain adalah kurang dengan kejadian DBD p value=0,000.
mengetahui fungsi dari kawat kasa,
besarnya biaya yang harus SARAN
dikeluarkan dan menurut mereka Perlu adanya upaya pencegahan
lebih besar manfaat memasang kawat dan pengendalian ini merupakan
kasa besi pada setiap ventilasi dari salah satu bentuk tindakan untuk
pada memasang kawat kasa. memutus rantai penularannya dengan
kurangnya minat pada kelompok cara memberantas jentik nyamuk
kasus untuk memasang kawat kasa penularannya. Kurangnya perhatian
yang dapat menyebabkan seringnya masyarakat tentang perilaku
terjadi kontak antara penghuni rumah menguras, menutup, dan mengubur
dengan nyamuk Aedes aegypti, ini sehingga meningkatkan angka
sehingga penelitian ini membuktikan kejadian demam berdarah
bahwa memasang kawat kasa
memiliki hubungan dengan terjadinya DAFTAR PUSTAKA
kejadian DBD.
1. Acivirida (2019) Deteksi
KESIMPULAN
Proteinura Pada Pasien Infeksi
Berdasarkan hasil penelitian
Dengue dengan Metode
yang dilakukan pada 151 peneliti ini
Kolorimetri. Anggota IKAPI.
menyimpulkan untuk mengetahui
2. Aisyah, N., Nasution, A. and . S.
hubungan perilaku 3 M plus kejadian
(2020) „Hubungan Perilaku Ibu
DBD pada pengunjung di Puskesmas
Rumah Tangga Terhadap
Setu 1 di Kabupaten Bekasi ini
Pencegahan Penyakit Demam
adalah menguras tempat
Berdarah Dengue (Dbd) Pada Anak
penampungan air dengan kejadian
Di Desa Cibanteng Kecamatan
DBD p value=0,000, menutup tempat
Ciampea Kabupaten Bogor Tahun
penampungan air dengan kejadian
2019‟, Kesehatan Masyarakat, 3(1),
73

p. 72. doi: 10.32832/pro.v3i1.3147. SPSS. Jakarta: GUEPEDIA. doi:


3. Akbar, dkk (2021) Stastika Bidang https://www.google.co.id/books/edit
Teknogi Informasi. Devy Dian. ion/STATISTIKA_PENELITIAN_
Edited by A. Karim. Yogyakarta: MENGGUNAKAN_SPSS_U/acpL
Yayasan Kita Menulis. doi: 978-623- EAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=
342-048-8. uji+validitas+adalah&printsec=front
4. Alioes, Y. and Rusdan, S. (2015) cov
„Hubungan Lama Penggunaan Obat 8. Budiman, B. and Oetami, H.
Anti Nyamuk Bakar dengan Kadar (2020) „Surveilan Kesehatan
Kolinesterase Darah pada Masyarakat Masyarakat: Program Pencegahan
Kelurahan Jati Rumah Gadang Dan Pengendalian Penyakit
Padang‟, Keshatan, 4(2), pp. 577–581. Demam Berdarah Dengue Di Kota
doi: 168-bahaya-obat-anti-nyamuk- Cimahi‟, Dimasejati: Jurnal
dan-cara-penanggulangannya. Pengabdian Kepada Masyarakat,
5. Antara, H. et al. (2017) 2(2), p. 214. doi:
„HUBUNGAN ANTARA 10.24235/dimasejati.v2i2.7290.
PENGETAHUAN DAN FAKTOR 9. Dania, I. A. (2016) „Gambaran
SOSIO-DEMOGRAFI DENGAN Penyakit dan Vektor Demam
KEPATUHAN MENGGUNAKAN Berdarah Dengue (DBD)‟, Jurnal
KELAMBU PADA MASYARAKAT Warta, 48(April), pp. 1829–7463.
DI KELURAHAN GUNUNG doi:
WOKA KOTA BITUNG‟, Kesehatan http://jurnal.dharmawangsa.ac.id/i
Masyarakat, 12(11), p. 7. doi: 23091- ndex.php/juwarta/article/view/179.
47111. Dawe, M. A. ., Romeo, P. and
6. bekasikab.go.id (2020) Dinkes : Kasus Ndoen, E. (2020) „Pengetahuan
DBD di Kabupaten Bekasi Menurun. dan Sikap Masyarakat serta Peran
doi: Petugas Kesehatan Terkait
https://www.bekasikab.go.id/dinkes-- Pencegahan Demam Berdarah
kasus-dbd-di-kabupaten-bekasi- Dengue (DBD)‟, Journal of
menurun. Health and Behavioral Science,
7. Budi Darma (2021) STATISTIKA 2(2), pp. 138–147. doi:
PENELITIAN MENGGUNAKAN 10.35508/jhbs.v2i2.2283.
74

10. Dharmasuari MS, S. I. (2019) R. Watrianthos. Yayasan Kita


„Hubungan pengetahuan dan Menulis. doi:
perilaku pencegahan DBD https://books.google.com/books?id
terhadap kejadian DBD di desa =9GIWEAAAQBAJ&printsec=fro
pemucutan klod. kecamatan ntcover&dq=Penyakit+Berbasis+li
denpasar barat‟, E-Jounal medika, ngkungan&hl=en&newbks=1&ne
8(4), pp. 1–7. doi: wbks_redir=1&sa=X&ved=2ahU
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eu KEwimyLTA-
m. aDzAhUOH7cAHZSTDFkQ6AF6
11. Dinata, A. and Dhewantara, P. W. BAgIEAI.
(2012) „KARAKTERISTIK 14. Hastono (2016) Analisis Data
LINGKUNGAN FISIK, Pada Bidang Kesehatan. Depok:
BIOLOGI, DAN SOSIAL DI PT RAJAGRAFINDO
DAERAH ENDEMIS DBD PERSADA. doi: Ed. 1Jakarta
KOTA BANJAR TAHUN 2011‟, Rajawali Pers, 2016.
Ekologi Kesehatan, 11(4), pp. 15. Rosdawati, R. (2021) „Hubungan
315–326. doi: Perilaku Kesehatan dengan
https://www.academia.edu/253600 Kejadian Demam Berdarah
98/Hubungan_Faktor_Lingkungan Dengue (DBD) di Wilayah Kerja
_dan_Perilaku_Masyarakat_denga Puskesmas Ma. Kumpeh
n_Keberadaan_Vektor_Demam_B Kecamatan Kumpeh Ulu
erdarah_Dengue_DBD_di_Wilaya Kabupaten Muaro Jambi‟, Jurnal
h_Kerja_Puskesmas_I_Denpasar_ Akademika Baiturrahim Jambi,
Selatan?from=cover_page. 10(1), p. 250. doi:
12. Dinkes Kabupaten Bekasi (2019) 10.36565/jab.v10i1.383.
„Profil Kesehatan Kabupaten 16. Widiyaning, M. R., Syamsulhuda,
Bekasi‟, (July), pp. 1–23. doi: B. M. and Widjanarko, B. (2018)
https://diskes.jabarprov.go.id/asset „Faktor-Faktor Yang Berhubungan
s/unduhan/16.%20Profil%20Kese Dengan Praktik Pencegahan
hatan%20Bekasi%202019.pdf. Demam Berdarah Dengue (Dbd)
13. Eni, dkk (2021) Penyakit Berbasis Oleh Ibu Rumah Tangga Di
Lingkungan. Tim Kreati. Edited by Kelurahan Doplang, Purworejo‟,
75

Jurnal Kesehatan Masyarakat (e- 19. Suharsimi Arikunto (2021)


Journal), 6(1), pp. 761–769. doi: „Prosedur penelitian : suatu
http://ejournal3.undip.ac.id/index.ph pendekatan praktik‟, in Penelitian
p/jkm. Metode. Jakarta: Rineka Cipta, pp.
17. Nahdah (2013) „Hubungan xi, 413 hlm. ;23.5 cm. Available
Perilaku 3M Plus Dengan Densitas at: https://irigasi.info/wp-
Larva Aedes Aegypti Di content/uploads/2021/03/PROSED
Kelurahan Birobuli Selatan Kota UR-PENELITIAN-17-Mar-2021-
Palu Sulawesi Tengah‟, Media 14-11-12.pdf.
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 20. Kemenkes (2022) „Masuk
9(3), pp. 162–168. Peralihan Musim, Kemenkes
18. Tansil, M. G., Rampengan, N. H. Minta Dinkes Waspadai Lonjakan
and Wilar, R. (2021) „Faktor DBD‟. Available at:
Risiko Terjadinya Sindroma Syok https://sehatnegeriku.kemkes.go.id
Dengue pada Demam Berdarah /baca/umum/20220923/3741130/m
Dengue‟, Jurnal Biomedik : Jbm, asuk-peralihan-musim-kemenkes-
13(2), pp. 161–166. doi: minta-dinkes-waspadai-lonjakan-
https://doi.org/10.35790/jbm.13.1. dbd/.
2021.31760 KemenRistekdikti RI
no. 28/E/KPT/2019.
76

Lampiran 2. Surat Keputusan Dekan Fakultas Kesehatan


Masyarakat Uiversitas Muhammadiyah Jakarta Tentang Penunjukan
Dosen Pembimbing Skripsi Nomor 104 Tahun 2020

Etik Nomor 10.627.B/KEPKFKMUMJ/VIII/2022


77

Lampiran 4. Surat Permhonan Izin Penelitian Skripsi Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta Nomor: 72/F.10-UMJ/VII/2022
78
79

Lampiran 5

Dokumentasi pengambilan data


80

Lampiran 6

Rekap Data
81

Lampiran 7

Hasil Analisis Data SPSS 20

ANALISIS UNIVARIAT SPSS Jenis Kelamin

Statistics
Jenis kelamin responden

Valid 151
N
Missing 0

Jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki-laki 88 58.3 58.3 58.3

Valid Perempuan 63 41.7 41.7 100.0

Total 151 100.0 100.0

ANALISIS UNIVARIAT SPSS Pendidkan

Statistics
Pendidikan responden

Valid 151
N
Missing 0
82

Pendidikan responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SD 27 17.9 17.9 17.9

SMP 44 29.1 29.1 47.0

Valid SMA 39 25.8 25.8 72.8

PT 41 27.2 27.2 100.0

Total 151 100.0 100.0

ANALISIS UNIVARIAT SPSS Pekerjaan

Statistics
Pekerjaan responden

Valid 151
N
Missing 0

Pekerjaan responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Pelajar/Mahasiswa 37 24.5 24.5 24.5

PNS 40 26.5 26.5 51.0

Wiraswata 32 21.2 21.2 72.2


Valid
Buruh 21 13.9 13.9 86.1

Tidak Pekerja 21 13.9 13.9 100.0

Total 151 100.0 100.0


83

ANALISIS UNIVARIAT SPSS Kejadian DBD

Statistics
Kejadian Penyakit Demam
Berdarah Dengue

Valid 151
N
Missing 0

Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Mengalami DBD 28 18.5 18.5 18.5


Valid Tidak Mengalami DBD 123 81.5 81.5 100.0

Total 151 100.0 100.0

ANALISIS UNIVARIAT SPSS Umur

Statistics
Umur responden

Valid 151
N
Missing 0
Mean 33.87
Std. Error of Mean .863
Median 34.00
Mode 40
Std. Deviation 10.600
Minimum 16
Maximum 56
Sum 5115
84

Umur responden

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent

16 1 .7 .7 .7

17 4 2.6 2.6 3.3

18 6 4.0 4.0 7.3

19 3 2.0 2.0 9.3

20 4 2.6 2.6 11.9

21 5 3.3 3.3 15.2

22 2 1.3 1.3 16.6

23 5 3.3 3.3 19.9

24 3 2.0 2.0 21.9

25 9 6.0 6.0 27.8

26 4 2.6 2.6 30.5

27 8 5.3 5.3 35.8

28 3 2.0 2.0 37.7

29 5 3.3 3.3 41.1

30 4 2.6 2.6 43.7

31 1 .7 .7 44.4

Valid 32 4 2.6 2.6 47.0

33 4 2.6 2.6 49.7

34 6 4.0 4.0 53.6

35 3 2.0 2.0 55.6

36 3 2.0 2.0 57.6

37 3 2.0 2.0 59.6

38 4 2.6 2.6 62.3

39 1 .7 .7 62.9

40 10 6.6 6.6 69.5

41 3 2.0 2.0 71.5

42 5 3.3 3.3 74.8

43 2 1.3 1.3 76.2

44 6 4.0 4.0 80.1

45 6 4.0 4.0 84.1

46 5 3.3 3.3 87.4

47 2 1.3 1.3 88.7

48 5 3.3 3.3 92.1


85

49 1 .7 .7 92.7

50 5 3.3 3.3 96.0

54 2 1.3 1.3 97.4

55 2 1.3 1.3 98.7

56 2 1.3 1.3 100.0

Total 151 100.0 100.0


86

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 33.87 .863

95% Confidence Interval for Lower Bound 32.17


Mean Upper Bound 35.58

5% Trimmed Mean 33.68

Median 34.00

Variance 112.351

Umur responden Std. Deviation 10.600

Minimum 16

Maximum 56

Range 40

Interquartile Range 18

Skewness .149 .197

Kurtosis -1.053 .392


87
88

ANALISIS Bivariat Menguras Tempat Penampungan Air dengan Kejadian


DBD

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Menguras tempat
penampungan air * Kejadian
151 100.0% 0 0.0% 151 100.0%
Penyakit Demam Berdarah
Dengue

Menguras tempat penampungan air * Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue Crosstabulation

Kejadian Penyakit Demam Total


Berdarah Dengue

Mengalami DBD Tidak


Mengalami
DBD

Count 28 4 32
Tidak % within Menguras tempat
87.5% 12.5% 100.0%
Menguras tempat penampungan air
penampungan air Count 0 119 119
Ya % within Menguras tempat
0.0% 100.0% 100.0%
penampungan air
Count 28 123 151
Total % within Menguras tempat
18.5% 81.5% 100.0%
penampungan air

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 127.828a 1 .000


b
Continuity Correction 122.101 1 .000
89

Likelihood Ratio 120.704 1 .000


Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 126.982 1 .000
N of Valid Cases 151

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.93.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort Kejadian


Penyakit Demam Berdarah
.125 .050 .313
Dengue = Tidak Mengalami
DBD
N of Valid Cases 151

ANALISIS Bivariat MenutupTempat Penampungan Air dengan Kejadian


DBD

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Menutup tempat
penampunganair * Kejadian
151 100.0% 0 0.0% 151 100.0%
Penyakit Demam Berdarah
Dengue

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 83.591 1 .000
b
Continuity Correction 79.431 1 .000
Likelihood Ratio 87.135 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 83.038 1 .000
90

N of Valid Cases 151

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.16.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort Kejadian


Penyakit Demam Berdarah
.364 .246 .538
Dengue = Tidak Mengalami
DBD
N of Valid Cases 151

ANALISIS Bivariat Mengubur Barang Bekas dengan Kejadian DBD

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Mengubur barang bekas *


Kejadian Penyakit Demam 151 100.0% 0 0.0% 151 100.0%
Berdarah Dengue

Mengubur barang bekas * Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue Crosstabulation

Kejadian Penyakit Demam Total


Berdarah Dengue

Mengalami DBD Tidak


Mengalami
DBD

Count 28 26 54
Tidak % within Mengubur barang
51.9% 48.1% 100.0%
bekas
Mengubur barang bekas
Count 0 97 97
Ya % within Mengubur barang
0.0% 100.0% 100.0%
bekas
Total Count 28 123 151
91

% within Mengubur barang


18.5% 81.5% 100.0%
bekas

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 61.746a 1 .000


b
Continuity Correction 58.361 1 .000
Likelihood Ratio 70.032 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 61.337 1 .000
N of Valid Cases 151

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.01.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort Kejadian


Penyakit Demam Berdarah
.481 .365 .635
Dengue = Tidak Mengalami
DBD
N of Valid Cases 151
92

ANALISIS Bivariat Membubuhkan Bubuk Abate dengan Kejadian DBD

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Membubuhkan bubuk abate


* Kejadian Penyakit Demam 151 100.0% 0 0.0% 151 100.0%
Berdarah Dengue
Membubuhkan bubuk abate * Kejadan Penyakit Demam Berdarah Dengue Crosstabulation

Kejadian Penyakit Demam Total


Berdarah Dengue
Mengalami DBD Tidak
Mengalami
DBD

Count 28 37 65
Tidak % within Membubuhkan
43.1% 56.9% 100.0%
bubuk abate
Membubuhkan bubuk abate
Count 0 86 86
Ya % within Membubuhkan
0.0% 100.0% 100.0%
bubuk abate
Count 28 123 151
Total % within Membubuhkan
18.5% 81.5% 100.0%
bubuk abate

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 45.479 1 .000
b
Continuity Correction 42.672 1 .000
Likelihood Ratio 55.959 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 45.178 1 .000
N of Valid Cases 151

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.05.
b. Computed only for a 2x2 table
93

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort Kejadian


Penyakit Demam Berdarah
.569 .461 .703
Dengue = Tidak Mengalami
DBD
N of Valid Cases 151

ANALISIS Bivariat Memasang Kawat dengan Kejadian DBD

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total


N Percent N Percent N Percent

Memasang kawat * Kejadian


Penyakit Demam Berdarah 151 100.0% 0 0.0% 151 100.0%
Dengue

Memasang kawat * Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue Crosstabulation

Kejadian Penyakit Demam Total


Berdarah Dengue

Mengalami DBD Tidak


Mengalami
DBD

Count 28 38 66
Tidak
% within Memasang kawat 42.4% 57.6% 100.0%
Memasang kawat
Count 0 85 85
Ya
% within Memasang kawat 0.0% 100.0% 100.0%
Count 28 123 151
Total
% within Memasang kawat 18.5% 81.5% 100.0%
94

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 44.270 1 .000
b
Continuity Correction 41.505 1 .000
Likelihood Ratio 54.843 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 43.976 1 .000
N of Valid Cases 151

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.24.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort Kejadian


Penyakit Demam Berdarah
.576 .468 .708
Dengue = Tidak Mengalami
DBD
N of Valid Cases 151
95

Lampiran 8

Kusioner Penelitian
Hubungan Perilaku 3 M Plus Dengan Kejadian DBD di Puskesmas Setu 1
Kabupaten Bekasi Tahun 2022

Petunjuk Pengisi Angket:


1. Isilah daftar identitas yang telah disediakan
2. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti dan seksama
3. Berilah tanda centang (x) pada alternatif jawaban yang anda anggap paling benar

A. DATA UMUM RESPONDEN


Nama Responden :
Umur :
Jenis Kelamin : Laki-Laki/ Perempuan
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :

B. Perilaku 3 M Plus
1. Apakah Anda atau keluarga Anda menguras tempat penampungan air (Bak
mandi/WC, drum, maupun tempat tampung air yang ada di dalam maupun di
luar rumah)
a. Ya
b. Tidak
2. Jika “Ya”, berapa kali dalam seminggu
a. < 1 kali
b. ≥ 1 kali
3. Apakah tempat penampungan air Anda biasa ditutup (Gentong air/tempayan
maupun tempat tampung air yang ada di sekitar rumah)
a. Ya
b. Tidak
4. Jika “Ya”, apakah tempat penampungan air Anda ditutup dengan rapat
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah Anda atau keluarga Anda menguburkan barang bekas (Botol plastik,
kaleng, ban bekas, dan barang bekas lain yang dapat menampung air)
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda memberikan bubuk abate yang dilakukan 2-3 bulan sekali pada
tempat Penampungan air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
a. Ya
b. Tidak
96

7. Apakah anda atau keluarga memasang kawat pada pada lubang ventilasi
rumah anda
a. Ya
b. Tidak

C. Kejadian Demam Berdarah Dengue


1. Apakah anda atau keluaraga pernah menderita Demam Berdarah Dengue
(DBD) dalam waktu 6 bulan terakhir
a. Mengalami DBD
b. Tidak mengalami DBD
97

Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI
Nama : Ega wiyasih
Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 20 Juni 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kavling Tandang Mandiri RT/RW:
003/008 Blok B6 No 14 Desa
Lubang
Buaya Kecamatan Setu Kabupaten
Bekasi 17530
No. Hp : 08978296590
Email : egawiyasih8@gmail.com

B. DATA PENDIDIKAN
SD : SDN Telajung 02 (2006-2009)
SMP : MTS-Negeri 1 Kabupaten Bekasi
(2009-2012)
SMA : SMA Negeri 1 Setu ( 2012-2015)
PT
: Universitas Muhammadiyah Jakarta

C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Semesta Bidang Napza 2019-2020
2. Koor Perkap Semesta OMT(Organization Management
Training) Semesta 2019-2020
3. Mentor PKKMB UMJ 2018
4. Panitia Acara PKKMB 2019

D. PENGALAMAN
1. Magang di Puskesmas Setu 1 di Kabupaten Bekasi

Anda mungkin juga menyukai